Oleh:
Alfun Hidayatulloh, S. Kep.
NIM 122311101047
(…………………………………..) (…………………………………..)
NIP NIP
LAPORAN PENDAHULUAN
SKOLIOSIS
1. Definisi
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti
kondisi patologik. Vertebra servikal, torakal, dan lumbal membentuk kolumna
vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah
deformitas kelainan tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah
lateral dan rotasional. Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi
bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok
benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang (Maher, 2002). Penyakit
ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa.
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis
ini sepintas terlihat sangat sederhana (Brotzman, 2001).
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural (Brotzman,
2001).
a. Skoliosis struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan
rotasi dari tulang punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah
rotasi vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.
Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu :
1) Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan
diklasifikasikan menjadi 3:
a) Infantile : dari lahir-3 tahun.
b) Anak-anak : 3 tahun – 10 tahun
c) Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yangpaling umum )
2) Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu
atau lebih badan vertebra.
3) Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler
(seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara
langsung menyebabkan deformitas.
b. Skoliosis nonstruktural (Postural)
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula),
dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis postural,
deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa
keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau
kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam
keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.
Ada tiga tipe utama lain dari scoliosis (Brotzman, 2001).:
a. Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan
abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini
dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya
atau oleh kekejangan-kekejangan di punggung.
b. Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-
tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk
membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.
c. Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan
pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada
dewasa-dewasa yang lebih tua.
d. Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk
tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat
terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-
orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah
dari tekanan yang diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu
kelainan bentuk spine.
2. Etiologi
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu non struktural dan struktural (Brotzman,
2001).
a. Skoliosis non struktural disebabkan oleh :
1) Perilaku yang tidak baik seperti membawa tas yang berat pada sebelah
bahu saja (menyebabkan sebelah bahu menjadi tinggi), postur badan yang
tidak bagus (seperti selalu membongkok atau badan tidak seimbang).
2) Kaki tidak sama panjang.
3) Kesakitan, contohnya disebabkan masalah sakit yang dirasakan di
belakang dan sisi luar paha, betis dan kaki akibat kemerosotan atau
kerusakan cidera di antara tulang vertebra dan menekan saraf.
b. Skoliosis struktural disebabkan oleh pertumbuhan tulang belakang yang tidak
normal. Ciri – ciri fisiknya adalah sebagai berikut :
1) Bahu tidak sama tinggi.
2) Garis pinggang tidak sama tinggi.
3) Badan belakang menjadi bongkok sebelah.
4) Payudara besar sebelah.
5) Sebelah pinggul lebih tinggi.
6) Badan kiri dan kanan menjadi tidak simetri.
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
a. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu
b. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio,
Osteoporosis juvenile
c. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
3. Manifestasi Kinis
Gejalanya yang muncul berupa (Priguna, 2000):
a. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
b. Bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
c. Nyeri punggung
d. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
e. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60%) bisa
menyebabkan gangguan pernafan
4. Patofisiologi
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis termasuk rongga
tulang spinal. Lengkungan dsapat berbentuk S atau C. Derajat lengkungan penting
untuk di ketahui karena hal dapat menentukan jumlah tulang costa yang mengalami
pergeseran. Pada tingkat rootasi lengkungan yang cukup besar mungkin dapat
menekan dan menimbulkan keterbatasan pada organ penting yaitu paru-paru dan
jantung.
Aspek paling penting terjadinya deformitas adalah progresivitas
pertumbuhan tulang. Dengan terjadinya pembengkokan tulang vertebra ke arah
lateraldi sertai dengan rotasi tulang belakang. Maka akan diikuti dengan
perkembangan sekunder pada tulang vertebra dan iga. Oleh karena adanya
gangguan pertumbuhan yang bersifat progresif, di samping terjadi perubahan pada
vertebra, juga terdapt perubaahan pada tulang iga. Dimana bertambahnya kurva
yang menyebabkan deformitasi tulang costa semakin jelas.
Pada kanalis spinalis terjadi pendorongan dan penyempitan kanalis spinalis
oleh karena terjadinya penebalan dan pemendekan lamina pada sisi konkaf.
Kesimbangan lengkungan juga penting karena mempengaruhi stabilitas dadi tulang
belakang dan pergerakan panggul (Price, 2007).
5. Komplikasi
Komplikasi akibat skoliosis dapat terjadi jika tidak ditangani dengan baik,
namun hal ini jarang terjadi. Berikut ini adalah beberapa komplikasi skoliosis yang
mungkin terjadi (Corwin, 2009).
1) Masalah jantung dan paru-paru. Pada skoliosis yang parah atau yang tulang
belakangnya melengkung lebih dari 70 derajat akan mengalami kesulitan
bernapas dan jantung akan kesulitan untuk memompa darah ke seluruh tubuh
sebagai akibat tertekannya jantung dan paru-paru oleh rongga dada.
2) Masalah punggung. Nyeri punggung jangka panjang dan artritis biasanya
menimpa orang dewasa yang saat kecil menderita kondisi skoliosis.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke
depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.
Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau
refleks. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Skoliometer.
Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvatura. Cara
pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi
membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah
tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra
lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva
pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan
skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.
b. Rontgen Tulang Belakang
X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh
terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai
derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan
metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada
proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus
spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva
diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.
c. MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).
6. Penatalaksanaan
Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :
a. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
b. Mempertahankan fungsi respirasi
c. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
d. Kosmetik
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah
(Maher, 2002) :
a. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25o pada
tulang yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah berhenti
pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada
waktu-waktu tertentu.Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah
kunjungan pertama ke dokter.Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang
derajat <20>20.
b. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan
nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
1) Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-40
derajat
2) Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
a) Milwaukee
b) Boston
c) Charleston bending brace: alat ini dapat memberikan hasil yang cukup
signifikan jika digunakan secara teratur 23 jam dalam sehari hingga 2
tahun setelah menarche.
Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan
progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai
masa pertumbuhan anak berhenti. Brace tidak efektif digunakan pada
skoliosis kongenital maupun neuromuskular. Jika kelengkungan
mencapai 40 atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan. Biasanya
indikasi pemakaian alat ini adalah:
1) Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan
sekitar 30 – 40o.
2) Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25o.
3) Jenis dari alat orthosis ini antara lain: Milwaukee, Boston,
Charleston bending brace. Alat ini dapat memberikan hasil yang
cukup signifikan jika digunakan secara teratur 23 jam dalam
sehari hingga 2 tahun setelah menarche.
c. Operasi
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada
skoliosis adalah :
a) Terdapat derajat pembengkokan >50 derajat pada orang dewasa
b) Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45 derajat
pada anak yang
c) Sedang tumb
d) Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
1. Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
2. Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
3. Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic
hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower
motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut
perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
2. Diagnosa
1) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan luka post operasi
2) Nyeri punggung yang berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral
3) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan postur tubuh yang tidak
seimbang
4) Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur
tubuh yang miring ke lateral
1. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Pola napas tdk NOC : NIC :
Respiratory status : Airway management
efektif
ventilation 1. Kaji frekuensi napas 1. Monitor indikator pola napas Klien
berhubungan 2. Membantu memaksimalkan
Setelah dilakukan tindakan 2. Posisikan Klien (semi fowler ventilasi
dengan
keperawatan 1x24 jam pola atau fowler) 3. Mengidentifikasi adakah suara
kelemahan otot- napas Klien efektif, dengan 3. Auskultasi suara napas tambahan
kriteria hasil: 4. Membantu Klien dalam ventilasi
otot pernapasan,
1) RR dalam batas normal 4. Pertahankan posisi Klien
kelumpuhan otot (18-20 kali permenit) 5. Memantau keefektifan tindakan
2) Tidak terdapat sesak 5. Monitor pola napas Klien
diafragma.
3) Tidak terdapat sianosis
4) Tidak terdapat retraksi
5) Tidak terdapat
pernapasan cuping
hidung
Nurarif, A.H. & Kusuma, H.K. 2013. Aplikasi Asuhan Kepreawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Price SA, Wilson LM. 2007. Fisiologi Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-4. Jakarta:
EGC.