Anda di halaman 1dari 2

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bioremediasi


Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu bio dan remediasi yang dapat diartikan sebagai
proses dalam menyelesaikan masalah. Menurut Munir (2006), bioremediasi merupakan
pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam
mengendalikan pencemaran. Menurut Sunarko (2001), bioremediasi mempunyai potensi untuk
menjadi salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan paling murah untuk mengantisipasi
masalah-masalah lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan, bioremediasi adalah salah satu teknologi
untuk mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang dimaksud adalah khamir, fungi, dan bakteri yang berfungsi sebagai agen
bioremediator.
Bioremediasi adalah pemanfaatan mikroorganisme (jamur, bakteri) untuk
membersihkan senyawa pencemar (polutan) dari lingkungan. Bioremediasi juga dapat
dikatakan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam
kondisi terkendali.
2.1.1 Fungsi Bioremediasi
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi
bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau dengan kata
lain mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan
Bioremediasi merupakan pemanfaatan mikroorganisme (jamur, bakteri) untuk
membersihkan senyawa pencemar (polutan) dari lingkungan. Bioremediasi juga dapat
dikatakan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam
kondisi terkendali.

Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau dengan kata lain
mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.

Dengan pengelolaan yang tepat, bakteri-bakteri yang merugikan seperti bakteri pengoksidasi
sulfur (BOS) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan recovery logam-logam terutama besi,
nikel, tembaga, emas, dan perak. Kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang dapat
ditingkatkan dengan bantuan mikroba tanah. Melalui proses bioremediasi, mikroba tanah
dapat menggunakan logam sebagai aktivator enzim atau aseptor elektron untuk
pertumbuhannya sehingga logam menjadi tidak berbahaya di alam. Dalam hal ini mikroba
menghalangi tanaman menyerap logam dengan cara menahan logam di akar, mikroba
menghasilkan enzim tertentu yang dapat mengurangi toksisitas logam atau mikroba bahkan
membantu tanaman mengakumulasi logam dalam jumlah yang lebih besar tetapi tanaman
tidak keracunan. Karena itu proses rehabilitasi areal bekas tambang dapat dipercepat dengan
bantuan mikroba tanah.

Anda mungkin juga menyukai