Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu periode peralihan dan masa transisi.

Setiap periode peralihan dan transisi status individu tidaklah jelas dan terdapat

keraguan akan peran yang harus dilakukan. Transisi pada masa remaja

meningkatkan rasa ingin tahu remaja terhadap hal-hal baru salah satunya yaitu

rasa ingin tahu untuk mengakses media pornografi.1

Banyak media tersedia di masyarakat yang dapat diakses dengan mudah

oleh para remaja seperti media cetak, elektronik dan internet. Media cetak

yang dapat diakses remaja seperti majalah, koran, surat kabar dan lainnya,

sedangkan media elektronik seperti radio dan televisi. Namun media yang

paling banyak digunakan remaja saat sekarang ini adalah media internet.1

Laporan America Demographics Negozine Tahun 2018, menyebutkan

bahwa jumlah situs porno meningkat pesat setiap detiknya. Kira-kira 28.258

pengguna internet melihat situs porno, rata-rata usia anak yang terbesar ialah

berusia 12-17 tahun yaitu sebesar 67,9%.2 Survei Yayasan Kita dan Buah Hati

sepanjang tahun 2017–2018 terhadap 1.705 anak usia 12-19 tahun, diperoleh

data bahwa 80% dari mereka sudah mengakses materi pornografi dari

berbagai sumber seperti koran, VCD/ DVD, dan situs-situs porno. Akses

materi pornografi terbanyak yaitu melalui media sosial (94,3%) seperti

jejaring facebook, instagram, twitter dan lainnya. Akses pornografi dari media

elektronik yaitu 65,1% seperti TV, DVC dan lainnya, sedangkan akses

pornografi yang didapat dari media cetak hanya berkisar antara 20% seperti

majalah dan koran. Pada saat ini peluang remaja untuk terpapar media

1
2

pornografi dan pornoaksi mencapai 95%, hal ini disebabkan karena

perkembangan zaman dibidang teknologi seperti hanphone sehingga

memudahkan remaja untuk mengakses media pornografi tersebut.3

Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia Tahun 2016

telah melansir data tingginya transaksi dan jumlah pengakses situs-situs porno

di Indonesia. Tingginya pengakses situs porno yang mencapai US 3.673 per

detik membawa nama Indonesia yang menduduki peringkat tertinggi di dunia.

Data tersebut pengakses terbesar dari kalangan siswa menengah pertama yang

mencapai 4500 orang pengakses, sedangkan 97,2% siswa SMA pernah

mengakses situs porno. Data akses situs porno pada remaja ini mengalami

peningkatan pada tahun 2017 yaitu 98,1% pengakses siswa SMA.4

Laporan Komisi Nasional Anak Provinsi Sumatera Barat tahun 2017

menyatakan bahwa 95% akses situs pornografi di jejaring sosial diakses oleh

anak dengan rentang usia 15-19 tahun. Akses situs porno melalui jejaring

internet tersebut selalu mengalami peningkatan pada kalangan remaja.5

Akses media pornografi dan pornoaksi membawa dampak negatif di

kalangan remaja. Dampak dari akses pornografi dan pornoaksi adalah memicu

remaja untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah, sehingga

meningkatkan angka kejadian kehamilan di luar nikah. Media pornografi dan

pornoaksi sangat berbahaya dikalangan remaja yang menimbulkan dampak

buruk dimasa yang akan datang.6

Penelitian menyebutkan bahwa sekitar 21 juta remaja perempuan yang

berumur 15–19 tahun di negara berkembang, mengalami kehamilan setiap

tahun dan hampir setengah kehamilan tersebut (49%) merupakan kehamilan


3

yang tidak diinginkan. Kehamilan tersebut salah satunya disebabkan oleh

adanya perilaku seks menyimpang yang cenderung mengalami peningkatan

setiap tahunnya. Perilaku seks menyimpang tersebut salah satunya ialah seks

yang dilakukan sebelum pernikahan dan itu terjadi sebagai akibat dari

seringnya remaja mengakses media pornografi dan pornoaksi.7 Data dari KPAI

tahun 2017 menyatakan bahwa sekitar 54,3% remaja Indonesia telah

melakukan hubungan seks di luar nikah. 23,1% dari 83.845 perempuan yang

mengalami hamil di luar nikah juga berasal dari kelompok usia remaja.7

Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk ingin mengakses

media pornoaksi dan pornografi seperti pengetahuan remaja. Pengetahuan

berkaitan dengan perilaku remaja dalam mengakses media pornografi tersebut

karena mereka tidak mengetahui pengaruh negatif dari situs yang mereka

akses. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nesa Fitri Mulya

tahun 2019 yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan

dengan akses media pornografi pada remaja. Remaja yang tingkat

pengetahuannya rendah memiliki peluang 2 kali lebih besar mengakses situs

porno dibandingkan dengan remaja tingkat pengetahuannya tinggi.8

Tingkat perubahan sikap dan perilaku selama remaja sejajar dengan

tingkat perubahan fisik. Ketika tingkat perubahan fisik berkembang secara

pesat, tingkat perubahan sikap dan perilaku juga berkembang dengan pesat,

begitu juga sebaliknya. Peningkatan minat terhadap seks selalu membuat

remaja ingin mengetahui informasi yang lebih banyak mengenai seks.

Informasi yang diperoleh seperti kebersihan alat kelamin, masturbasi,

bercumbu dan bersanggama yang dapat diakses melalui media pornografi dan
4

pornoaksi. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Goodson bahwa sikap pada seseorang dapat berpengaruh secara signifikan

pada seorang penggunaan pornografi online yang bertujuan untuk memenuhi

dorongan seksual dalam diri. Sehingga, remaja memiliki sikap yang terbuka

terhadap segala hal seperti busana, musik, film, makanan, seksualitas, begitu

pun dengan pornografi online. Selain itu juga didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Nesa Fitri Mulya tahun 2019 menjelaskan bahwa terdapat

hubungan sikap dengan akses media pornografi pada remaja. Remaja yang

bersikap negatif memiliki peluang 2 kali lebih besar mengakses situs porno.8

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rachmaniar tahun 2018 yang menjelaskan bahwa bahwa responden yang

memiliki sikap positif terhadap tindakan seksual pada remaja sebanyak 65

responden (73,9%), ada hubungan signifikan antara sikap terhadap tindakan

seksual pada remaja.9

Selain faktor pengetahuan dan sikap pada remaja, kurangnya peran

orang tua atau kedekatan orang tua dengan anak atau kelekatan juga dapat

berpengaruh terhadap perilaku mengakses situs pornografi.10 Penelitian yang

dilakukan oleh Heru Wahyu tahun 2018 menyatakan bahwa interaksi antara

orang tua dan anak dalam menghadapi tekonologi komunikasi internet

berbuhubungan dengan situs apa yang diakses anak, sehingga dalam hal ini

dikaitkan orang tua dapat memantau dan mencegah anak dalam mengakses

situs pornografi dan pornoaksi.11

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik membahas tentang

“Faktor Yang Mempengaruhi Akses Pornografi Pada Remaja”


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penulisan

ini adalah apa saja “Faktor Yang Mempengaruhi Akses Pornografi Pada

Remaja”?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Akses

Pornografi Pada Remaja.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan ilmu

tentang cara mengatasi permasalahan tindakan seksual yang beresiko pada

remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai sumber referensi di kepustakaan institusi

pendidikan khusus nya referensi tentang faktor yang berhubungan dengan

penggunaan media pornoaksi dan pornografi pada remaja.

b. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang faktor

apa saja yang berhubungan dengan akses media pornografi pada remaja

sehingga peneliti dapat mencari upaya untuk mencegah hal tersebut yaitu

dengan meningkatkan pengetahuan remaja tentang dampak negatif dari

akses media pornografi dan pornoaksi pada remaja.


6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang Faktor Yang Mempengaruhi Akses

Pornografi Pada Remaja. Sasaran dari penulisan ini adalah remaja, dimana

akses pornografi tersebut sering terjadi pada remaja sehingga pada penulisan

ini pembahasannya lebih ditujukan kepada remaja.

Anda mungkin juga menyukai