Anda di halaman 1dari 29

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk penelitian studi kasus ini yaitu IRNA

(Instalasi Rawat Inap ) Wijaya Kusuma RSUD dr. ISKAK Tulungagung

a. Pengkajian di lakukan tanggal 19-21 April 2017

1) Identitas Pasien Dan Hasil Anamnesa

Tabel 4.1 Identitas Pasien

No Identitas Pasien Kasus 1 Kasus 2


1 Diagnosa medis Observasi febris suspect DHF
2 Nama An. ir An. A
3 Umur 4 tahun 10 bulan
4 Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
5 Pendidikan - -
6 Pekerjaan - -
7 Status - -
8 Agama Islam Islam
9 Suku/bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
10 Bahasa Jawa Jawa
11 Alamat Ds. pucanglaban, Tulungagung Ds.Karangwaru.Kab,TA
12 Ditanggung oleh - BPJS
13 Alasan masuk RS Panas sejak jumat tgl 14/4/2017 Panas s= 37,4°C
14 Keluhan utama Panas, mual Panas, batuk, pilek, mual muntah

15 Lama keluhan utama 5 hari 5 hari

16 Akibat timbulnya keluhan Makan minum sulit ASI/MPSI sulit


utama
17 Factor yang memperberat anak rewel Anak rewel
Penjelasan :

Berdasarkan Tabel 4.1. An. I keluhan panas sejak 5 hari yang lalu, disertai

mual, makan minum sulit. pasien tidak ada riwayat penyakit, dan tidak diare

sedangkan An. A mempunyai keluhan yang sama panas. Namun disertai batuk

berdahak, Riwayat penyakit dahulu pasien tidak pernah menderita penyakit,


38

disertai mual muntah selama 4 hari kemudian An. A dibawa ke IGD RSUD dr.

ISKAK Tulungagung untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

HASIL OBSERVASI (PEMERIKSAAN FISIK)

Tabel 4.2 : Hasil Observasi (pemeriksaan fisik)

No Observasi Kasus 1 Kasus 2


1 Keadaan umum Keadaan umum pasien lemah, Pasien dalam keadaan panas
panas naik turun,mual, makan 39,4° C, disertai batuk pilek,
minum sulit, terdapat rash mual muntah, ASI/MP ASI
Terpasang infuse d5 ½ ns menurun, pasien lemah
1200cc/24 jam
2 GCS Kesadaran composmentis Kesadaran composmentis
GCS 4-5-6 GCS 4-5-6
3 Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah - -
b. Respirasi 18 x/menit 38x/menit
c. Nadi 100 x/menit 134 x/menit
d. Suhu 37,5 0C 37,4 0C

4 Pemeriksaan fisik :

a. Mata Konjungtiva tidak anemis, Ikterus (-), anemis (+)


sclera tidak icterus
b. Leher Tidak ada pembesaran vena Tidak ada pembesaran
jugularis, tidak ada kelenjar thyroid dan kelenjar
pembesaran kelenjar tiroid limfe
c. Telinga Simetris, agak kotor, tidak ada Simetris, tidak ada serumen
serumen
e. Hidung Simetris, Bersih, lendir(-), Simetris, lendir (+), tidak ada
pernafasan cuping hidung
f. Mulut Kering, lidah kotor, caries gigi Lembab, gigi belum tumbuh,
(+) lidak bersih
g. tenggorokan Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid kelenjar thyroid
h. dada Ridak ada retraksi intercosta Bentuk dada normal, tidak
ada retraksi dinding dada
i. paru-paru Vesikuler, ronchi (-), Vesikuler, ronchi (+),
wheezing (-) wheezing (-)
j. jantung Normal, tidak ada bunyi Normal, ada ronhi (+)
jantung tambahan
k. abdomen Kembung, peristaltic (+), Kembung (+), tidak ada bunti
tidak ada pembesaran pada tambahan
organ lain
l. rektum Normal, tidak ada kelainan Normal, tidak ada nyanyi
39

Penjelasan :

Hasil pemeriksaan fisik ditemukan bahwa An. I mengeluh panas, kurang lebih

4 hari yang lalu, mual (+), makan minum sulit, konjuntiva tidak anemis, anak

lemah.

An. A, dengan keluhan utama panas, batuk, pilek, mual muntah (+),

anemis (+), ASI/MPASI., tidak diare.

HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Tabel 4.3 : Hasil Pemeriksaan Diagnostik

No Pemeriksaan Kasus 1 Kasus 2


1 LABORAT Hematologi Hematologi
Tanggal 19-04-2017 Hematologi lengkap Hematologi lengkap
Hemoglobin : 13 Hemoglobin : 11,5
Jumlah eritrosit : 5,65 Jumlah eritrosit : 5,10
Hematokrit : 37,9 Hematokrit : 35,2
MCV, MCH, MCHC MCV, MCH, MCHC
MCV : 67,1 MCV : 69,0
MCH : 23,0 MCH : 22,5
MCHC : 34,3 MCHC : 32,7
RDW-SD : 30,5 RDW-SD : 41,0
RDW-CV : 13 RDW-CV : 17,1
NRBC : 0,1 NRBC : 0,0
NRBC# : 0,0 NRBC# : 0,0
WBC : 13,35 WBC :11,22
Hitung jenis Hitung jenis
Esinofil : 0,0 Esinofil : 1,2
Basofil : 0,3 Basofil : 0,4
Neutrofil : 21,8 Neutrofil : 33,0
Limfosit : 72,4 Limfosit : 50,3
Monosit : 5,5 Monosit : 15,1
Jumlah eosinofil : 0,00 Jumlah eosinofil : 0,13
Jumlah basofil : 0.04 Jumlah basofil : 0,04
Jumlah neutrofil : 2,91 Jumlah neutrofil : 3,72
Jumlah limfosit : 9,67 Jumlah limfosit : 5,64
Jumlah monosit : 0,73 Jumlah monosit : 1,69
IG% : 0,3 IG% : 0,3
IG# : 0,0 IG# : 0,0
PLT : 35 PLT : 122
PDW : 000 PDW : 000
MPV : 000 MPV : 000
P-LCR : 000 P-LCR : 000
PCT : 000 PCT : 000
40

2 Rongen - -
3 ECG - -
(ElektroCardiogram)

LABORAT Hematologi Hematologi


20-09-2017 Hematologi lengkap Hematologi lengkap
Hemoglobin : 11,5 Hemoglobin : 10,5
Jumlah eritrosit : 4,89 Jumlah eritrosit : 4,40
Hematokrit : 33,4 Hematokrit : 30,7
MCV, MCH, MCHC MCV, MCH, MCHC
MCV : 68,3 MCV : 69,8
MCH : 23,5 MCH : 23
MCHC : 34,4 MCHC : 32,9
RDW-SD : 31,7 RDW-SD : 42,5
RDW-CV : 13,1 RDW-CV : 16,8
NRBC : 0,4 NRBC : 0,0
NRBC# : 0,0 NRBC# : 0,0
WBC : 7,77 WBC : 10,82
Hitung jenis Hitung jenis
Esinofil : 0,5 Esinofil : 0,5
Basofil : 1,0 Basofil : 0,1
Neutrofil : 17,8 Neutrofil : 35,8
Limfosit : 72,2 Limfosit : 51,0
Monosit :8.5 Monosit : 12,6
Jumlah eosinofil : 0,04 Jumlah eosinofil : 0,04
Jumlah basofil : 0.08 Jumlah basofil : 0.01
Jumlah neutrofil : 1,38 Jumlah neutrofil : 3,88
Jumlah limfosit : 5,61 Jumlah limfosit : 5,52
Jumlah monosit : 0,66 Jumlah monosit : 1,36
IG% : 0,3 IG% : 0,1
IG# : 0,0 IG# : 0,0
PLT : 51 PLT : 305
PDW : 20,8 PDW : 11,2
MPV : 11,9 MPV : 10,3
P-LCR : 41,3 P-LCR : 26,4
PCT : 0,060 PCT : 0,310

LABORAT Hematologi
Tanggal 21-04-2017 Hematologi lengkap
Hemoglobin : 12
Jumlah eritrosit : 5,16
Hematokrit : 36.0
MCV, MCH, MCHC
MCV : 69,8
MCH : 23,3
MCHC : 33,3
RDW-SD : 32,5
RDW-CV : 13,1
NRBC : 0,2
NRBC# : 0,0
WBC : 4,76
Hitung jenis
Esinofil : 2,1
41

Basofil : 0,8
Neutrofil : 20,6
Limfosit : 64,5
Monosit :12,0
Jumlah eosinofil : 0,10
Jumlah basofil : 0.04
Jumlah neutrofil : 0,98
Jumlah limfosit : 3,07
Jumlah monosit : 0,57
IG% : 0,4
IG# : 0,0
PLT : 38
PDW : 000
MPV : 000
P-LCR : 000
PCT : 000

Penjelasan

Pada an. I ditemukan hasil lab abnormal pada pemeriksaan lab tanggal 19-04-

2017 MCV yaitu 70,2 dengan nilai normal 75-91, MCH 23 dengan nilai normal

25.00-33.00,limfosit 72,4 dengan nilai normal 30-60, jumlah limfosit 9,67 dengan

angka normal 1-3,7, PLT 35 dengan NGK normL 150-450 dan anti dengue ig G

positif yang seharusnya negative, dan anti dengue M positif.

sedangkan an. A terdapat berbedaan hasil nilai MCV 69 dengan angka normal 70-

86, MCH 22,5 dengan anka normal 24-32, rdw-cv 17,1 dengan anka normal 11,5-

14,5, monosit 15,1 dengan angka normal 2-6, jumlah limfosit 5.64 dengan angka

normal 1.00-3,70, jumlah monosit 1,69 dengan angka normal 0,16-1,00. dan nilai

PLT 122 dengan angka normal 150-450


42

ANALISA DATA

Tabel 4.4 : Analisa Data

NO ANALISA DATA PENYEBAB MASALAH


1 Kasus 1 infeksi virus dengue Peningkatan suhu tubuh/
hypertermi
DS :

viremia
Pasien mengatakan panas
sejak 4 hari yg lalu,
mual. hipertermi/peningkatan suhu
tubuh
DO :

1. Keadaan umum
pasien lemah
2. GCS 4-5-6
3. Pasien panas
N : 100x/menit
S : 37,8 °C
RR : 18x/menit
4. Akral hangat

2 Kasus 2 infeksi virus Peningkatan suhu tubuh/


hypertermi
DS :
Ibu pasien mengatakan
anaknya panas sejak 5 masuk ke dalam tubuh
hari yang lalu dan mual
muntah sejak 4 hari yang
lalu
DO : Reaksi infeksi / inflamasi,

1. Keaadan umum
pasien lemah, batuk +,
pilek +, mual muntah
+, MPASi menurun Perubahan suhu tubuh

2. GCS 4-5-6

3. Terpasang infuse d5 panas


¼ Ns 900 cc/24 jam

N : 138 x/menit hypertermi

RR : 38x/menit

S : 37,4 ° C

4. Akral hangat
43

Penjelasan :

Berdasarkan tabel 4.4 analisa data diatas, hasil pengumpulan data yang

didapatkan an. I dengan keluhan panas, mual, pasien lemah, TTV nadi

100x/menit, RR:18x/menit, S : 37,8°C. panas disebabkan adanya virus dengue

yang menyerang tubuh anak sehingga menimbulkan reaksi viremia yang

meningkatkan suhu tubuh, sedangkan An. A dengan keluhan panas, mual muntah,

batuk, pilek, konjungtiva anemis, ada suara ronchi (+), pasien lemah. TTV Nadi :

138x/menit, S: 37,4°C, RR 38x/menit. hal ini disebabkan karena adanya virus

yang masuk ke dalam tubuh yang menimbulkan infeksi dan reaksi peradangan.
44

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tabel 4.5 : Diagnosa Keperawatan

NO TANGGAL MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TERATASI

1 KASUS 1 Peningkatan suhu tubuh/hypertermi 21April 2017


19 April 2017

2 KASUS 2 Peningkatan suhu tubuh/hypertermi 27 April 2016


25 April 2016

Penjelasan :

Berdasarkan tabel 4.5 Diagnosa keperawatan, analisa data yang telah

diperoleh maka diagnosa keperawatan An.I dan An. A adalah peningkatan suhu

tubuh/hyperterm (Penyebab dan Tanda Gejala) yang sama yaitu infeksi virus

dengue, akan segeran dilakukan rencana keperawatan yang sama dan tindakan

yang sesuai dengan keluhan pasien


45

RENCANA KEPERAWATAN

Tabel 4.6 : Rencana Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Kriteria hasil Perencanaan dan rasional

1. Kasus 1 NOC NIC


fever treatment
Hypertermi termoregulations 1. Monitor suhu sesering
mungkin
definisi :
2. Monitor IWL (Insensible water
Kriteria hasil : Loss)
suhu tubuh naik diatas
1. Suhu tubuh dalam 3. Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal
rentang normal 4. Monitor tekanan darah, nadi
2. Nadi dan rr dalam dan RR
Batasan karakteristik :
rentang normal 5. Monitor penurunan tingkat
1. Kenaikan suhu tubuh 3. Tidak ada perubahan kesadaran
diatas rentang normal warna kulit dan tidak 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
2. Kulit kemerahan ada pusing, merasa 7. Monitor intake dan Output
3. pertambahan respirasi nyaman 8. Kolaborasi pemberian
4. takikardi antipiretik
5. saat disentuh tangan 9. Berikan pengobatan untuk
terasa tangan mengatasi penyebab demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasikan dengan dokter
mengenai pemberian cairan
intravena sesuai program
13. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulations
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu
secara kontinu
3. Monitor TD, nadi dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor intake cairan dan nutrisi
6. Selimut pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
7. Ajarkan apada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
8. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negative dari kedinginan
9. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
10. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang dilakukan
46

11. Berikan antipiretik jika perlu

Vital sign monitoring


1. Monitor TD, Nadi dan RR
2. Catatan adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
4. Monior TD, nadi . Suhu dan RR
selama sebelum dan selama dan
setelah aktivitas
5. Monitor kualitas nadi
6. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
7. Monitor suara paru
8. Monitor suara pernafasan
abnormal
9. Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
10. Monitor sianosis perifer
11. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar. Bradi
kardi, peningkatan diastolik
12. Identifikasi penyebab dan
perubahan dari perubahan vital
sign bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Kasus 2 NOC NIC


Fever treatment
Hypertermi termoregulations 1. Monitor suhu sesering
definisi : mungkin
2. Monitor IWL (Insensible water
suhu tubuh naik diatas Kriteria hasil : Loss)
1. Suhu tubuh dalam 3. Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal
rentang normal 4. Monitor tekanan darah, nadi
Batasan karakteristik : 2. Nadi dan rr dalam dan RR
rentang normal 5. Monitor penurunan tingkat
1. Kenaikan suhu 3. Tidak ada perubahan kesadaran
tubuh diatas warna kulit dan tidak 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
rentang normal ada pusing, merasa 7. Monitor intake dan Output
2. Kulit kemerahan nyaman 8. Kolaborasi pemberian
3. pertambahan antipiretik
respirasi 9. Berikan pengobatan untuk
4. takikardi mengatasi penyebab demam
5. saat disentuh 10. Selimuti pasien
tangan terasa 11. Lakukan tapid sponge
tangan 12. Kolaborasikan dengan dokter
mengenai pemberian cairan
intravena sesuai program
13. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
47

Temperature regulations
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu
secara kontinu
3. Monitor TD, nadi dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor intake cairan dan nutrisi
6. Selimut pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
7. Ajarkan apada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
8. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negative dari kedinginan
9. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
10. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang dilakukan
11. Berikan antipiretik jika perlu

Vital sign monitoring


1. Monitor TD, Nadi dan RR
2. Catatan adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
4. Monior TD, nadi . Suhu dan RR
selama sebelum dan selama dan
setelah aktivitas
5. Monitor kualitas nadi
6. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
7. Monitor suara paru
8. Monitor suara pernafasan
abnormal
9. Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
10. Monitor sianosis perifer
11. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar. Bradi
kardi, peningkatan diastolik
12. Identifikasi penyebab dan
perubahan dari perubahan vital
sign bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

Sumber : Nanda Nic-Noc 2015

Penjelasan :
48

Berdasarkan tabel 4.6 Perencanaan An. I dan An.A memilki keluhan yang

sama sehingga memunculkan diagnosa keperawatan yang sama peningkatan suhu

tubuh/hypertermi, sehingga intervensi atau rencana keperawatan berdasarkan

Nanda Nic Noc 2015 terutama pada diagnosa hypertermi.


49
ELAKSANAAN KEPERAWATAN

Tabel 4.7 : Pelaksanaan Keperawatan

Dx 19 April 2017 21 April 2017 22 April 2017


Kep Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi

K 17.05 1. Memperkenalkan 09.00 1. Menyapa pasien 09.00 12. Mengobservasi


a diri dan dan menanyakan perubahan suhu
s menanyakan keluhan pasien tubuh
u
keluhan pasien 7. Mengobservasi 13. Memberikan
s
1 2. Mengobservasi perubahan suhu kompres hangat
perubahan suhu tubuh 14. Memberikan
tubuh 8. Memberikan injeksi
3. Memberikan kompres hangat Injeksi IV :
Ondansetron 1,5 g
kompres hangat 9. Memberikan
1x1
4. Memberikan injeksi
Inj. ranitidine 1,5 g
injeksi Injeksi IV :
Oral :
Injeksi IV : Ondansetron 1,5 g
Isperidol syr 1 cth
Ondansetron 1,5 g 1x1
15. Melakukan
1x1 Inj. ranitidine 1,5 g
Oral : pemeriksaan TTV
Inj. ranitidine 1,5 g
Oral : Isperidol syr 1 cth 16. Mengkonsumsi
Isperidol syr 1 cth 10. Melakukan cairan yang
5. Melakukan pemeriksaan TTV banyak
pemeriksaan TTV 11. Mengkonsumsi
6. Mengkonsumsi cairan yang banyak
cairan yang banyak
Dx 25 April 2017 26 April 2017 27 April 2017
Kep Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
K 09.00 1. BHSP , menyapa, 14.00 1. BHSP Menyapa 14.00 1. Menyapa pasien
a memperkenalkan pasien dan dan
s diri, dan menanyakan keluhan menanyakan
u menanyakan keluhan pasien keluhan pasien
s pasien 2. Memberikan Terapi 2. Mengobservasi
2 2. memberikan terapi Memberikan injeksi perubahan suhu
Memberikan injeksi IV : tubuh pasien
IV : Inj. paracetamol b/p 3. Memberikan
Inj. paracetamol b/p 3x100 gram posisi
3x100 gram Nebul cambivent 1 semofowler
Nebul cambivent 1 cc + pz 3 cc 4. Mengauskultasi
cc + pz 3 cc Oral : suara nafas,
Oral : Syr. Isperinol 3xcth catat adanya
Syr. Isperinol 3xcth 1 suara nafas
1 Syr. omeroxol sy 3x tambahan
Syr. omeroxol sy 3x cth1/2 5. Melakukan
cth1/2 3. Melakukan pemeriksaan
pemeriksaan TTV TTV
3. memberikan nadi 129 x/menit Nadi
kompres hangat s 37,4C 120x/menit,
4. observasi TTV RR = 38x/menit S 37,2C
nadi 138x/menit RR: 30x/menit
s 37,4C RR =
38x/menit

37
38

Penjelasan :

Pasien dilakukan dengan intervensi yang sama. hanya saja yang

membedakan adalah jenis terapinya. pada an. I diberikan terapi infuse d5 ½ ns

1200cc/24 jam, injeksi ondasetron 1,5 g, ranitidine 1,5 mg dan obat oral isopranol

syr 3x1 cth. sedangkan an. A diberikan terapi terapi infuse d51/4 ns 900 cc/24

jam, injeksi paracetamol b/p, nebul cambivent 1 cc + 3 cc pz, terapi oral isperinol

3x1 cth, dan omeroxol syr 3x1 cth. Namun mempuntai respon yang tidak sama,

pada an. I anak lebih sulit minum obat.


39

EVALUASI

Tabel 4.8 : Evaluasi

No Evaluasi Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3


19 April 2017 20 April 2017 21 April 2017
1 Kasus 1 S : ibu pasien mengatakan S : pasien mengatakan panas S : pasien mengatakan panas
px masih panas sejak naik turun, mual, rush positif agak menurun
siang

O: O: O:
1. k/u lemah, GCS 4-5-6 1. k/u cukup GCS 4-5-6 1. k/u cukup GCS 4-5-6
2. Sesak 2. Infuse RL 14 tpm 2. Infuse RL 14 tpm
3. Infuse RL 14 tpm 3. observasi keseimbangan 3. observasi keseimbangan
4. mual cairan cairan
5. Akral hangat 4. observasi asupan nutrisi 4. observasi asupan nutrisi
6. TTV dan cairan dan cairan
5. TTV 5. TTV
N : 100x/menit N : 100x/menit N : 100x/menit
S : 37,6°C S : 37,6°C S : 37,6°C
RR : 18 x/menit RR : 18 x/menit RR : 18 x/menit
6. Pasien mengerti tentang
A : hypertermi perawatan TBC dirumah
Masalah belum teratasi A : hypertermi
Masalah teratasi sebagiaan A : hypertermi
Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2-6
P : Lanjutkan intervensi 2-6
P : lanjutkan Intervensi 2-6
40

No Evaluasi Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3


25 April 2016 26 April 2016 27 April 2016
2 Kasus 2 S : ibu pasien mengatakan S: ibu Pasien mengatakan S : ibu pasien mengatakan
panas anaknya agak badan masih agak panas, panas
menurun rewel agak berkurang

O: O: O
1. k/u cukup GCS 4-5-6 1. k/u cukup GCS 4-5-6 1. k/u cukup GCS 4-5-6
2. ronchi + 2. rochi berkurang 2. ronchi (+)
3. Pasien tenang 3. Pasien tenang 3. Pasien bedrest total
4. TTV 4. TTV 4. TTV
N : 110x/menit N : 116x/menit N : 110x/menit
S : 36,6°C S : 36,4°C S : 36,5°C
RR : 30x/menit RR :30 x/menit RR :30 x/menit
5. Akral hangat 5. Akral hangat 5. Akral hangat

A : Masalah belum A : Masalah belum teratasi A : Masalah teratasi


teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi 1-10 P : Lanjutkan intervensi
1-10 1-10

Penjelasan :

Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan peneliti mendapatkan evaluasi

dari kedua pasien yaitu an. I dan an.a sudah membaik, dari masalah hipertermi,

sedangkan pada an.a belum diperbolehkan pulang mengingat masih terdapat

rochi sehingga perlu penanganan lagi.


41

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis akan membahas “Asuhan keperawatan pada

pasien Tubercolosis paru dengan pola nafas tidak efektif di Irna Dahlia

RSUD dr. ISKAK Tulungagung” yang telah dilakukan pada tanggal 20-23

April 2016.

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajiaan identitas, pada pasien Ny. M

mempunyai umur 58 tahun, dan Ny. M adalah seorang ibu rumah tangga

sedangkan Tn. T mempunya jenis kelamin laki-laki, berumur 66 tahun

adalah seorang buruh marmer, Kedua pasien baik Ny. M dan Tn. T biaya di

tanggung oleh BPJS ( Badan Penyelenggara Jaminan Sosial )

a) Alasan masuk rumah sakit :

Pasien Ny. M mempunyai keluhan sesak nafas, disertai batuk

berdahak, dahak sulit keluar dan disertai demam selama 7 hari. Keluar

keringat dingin pada malam hari tanpa melakukan aktivitas, badan pucat,

lemah, anemis, nafsu makan menurun . Riwayat penyakit dahulu pasien

pernah batuk kurang lebih selama 2 bulan, pasien tidak pernah berobat di

rumah sakit. Hanya diobati dengan membeli obat di toko saja.

Tn . T mempunyai keluhan yang sama sesak nafas. Namun tidak

disertai batuk berdahak, Riwayat penyakit dahulu pasien pernah menderita

ISPA ( infeksi saluran pernafasan akut) pasien mengeluh nyeri dada

sebelah kiri disebabkan adanya komplikasi efusi pleura , keluhan sesak ini

dirasakan selama 7 hari , nafsu makan menurun disertai mual muntah,


42

demam selama 4 hari kemudian Tn. T dibawa ke IGD RSUD dr. ISKAK

Tulungagung untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

b) Keluhan utama :

Ny. M mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak, sedangkan

Tn . T mengatakan sesak nafas, batuk dan dada terasa nyeri sebelah kiri.

c) Riwayat Penyakit dahulu :

Ny. M pernah menderita batuk selama 2 bulan, namun pasien tidak

pernah berobat, pasien tidak terlalu menghiraukan sakit nya tersebut,

Tn. T sudah menderita ISPA kurang lebih 1 tahun, pasien hanya berobat di

puskesmas saja. Pasien kurang tahu tentang penyakitnya.

d) Hasil Observasi Pemeriksaan fisik :

Ny. M didapatkan hasil pemeriksaan B1 (Breathing ) , bentuk thorak

simetris antara kanan dan kiri, frekuwensi pernafasan 30x/menit, irama

ireguler, ada pernafasan cuping hidung, suara paru hipersonor, pada

auskultasi terdengar ronchi, ada secret dan pasien batuk-batuk.

Tn. T didapatkan hasil pemriksaan B1 (Breathing) , bentuk thorak

simetris antara kanan dan kiri, frekuwensi pernafasan 24x/menit, Pola

nafas tidak teratur, terdapat tarikan dinding dada saat ekspirasi,

Berdasarkan analisi masalah, hasil pengumpulan data yang didapatkan

dari kedua pasien, kemudian data tersebut dikelompokann menjadi :

e) Data Subyektif : Pada Pasien Ny. M,mengeluh sesak nafas, sejak 7 hari

yang lalu, pasien juga mengeluh batuk berdahak , dahak berwarna putih

pekat. Sedangkan Tn. T mengeluh sesak nafas, dada terasa nyeri sebelah
43

kiri, sejak 4 hari yang lalu, rasa nyeri berambah berat jika untuk

beraktifitas.

f) Data Obyektif : Pada Pasien Ny. M keadaan umum lemah, pasien sesak

nafas, ada tanda-tanda kesulitan bernafas, pernafasan cuping hidung,

pasien memakai O2 NRBM ( Non Reabrething Masker ) 10 Lpm, Tanda-

tanda vital : TD : 110/70 Mmhg, Respirasi : 30x/menit, Nadi : 89x/menit,

Suhu ; 36,80C. Sedangkan pada Tn. T keadaan umum pasien cukup ,

pasien sesak nafas,ada tanda-tanda kesulitan bernafas, dada terasa nyeri

bagiaan sebelah kiri, Pernafasan cuping hidung, pasien memakai Nasal

Kanule 4 Lpm, Tanda-tanda vital :

TD :110/60 Mmhg, Respirasi : 26x/menit, Nadi : 72x/menit, Suhu :

36,90C.

g) Hasil Pemriksaan Laboratorim :

Ny.M ditemukan hasil lab abnormal jumlah Hb rendah 9,4 dimana

nilai normal (11,00-16,5), jumlah eritrosit rendah 3,84 (4,20-5,40),

hematokrit rendah 31,4 dengan nilai normal 37,0-47,0, nilai MCH rendah

24,5 dengan nilai normal 27-31, nilai MCHC rendah 29,9 dengan nilai

normal 33.0-37,00, nilai RDW-CV tinggi 14,6 dengan nilai normal 11,5-

14,5. Terdapat nilai WBC tinggi 11,01 dengan nilai normal 4,0-10,0.

Jumlah neutrofil yang tinggi 86,0 dengan nilai normal 50-70. Limfosit

rendah 5,9 dengan nilai normal 20-40. Jumlah neutrofil tinggi 9,47 dengan

nilai normal 1.50-7.00. jumlah limfosit rendah 0,65 dengan nilai normal

1.00-3,70. Kreatinin darah rendah 0,58 dengan nilai normal 0,67-10,2.


44

Natrium darah rendah 127 dengan nilai normal 135-145. Jumlah klorida

darah rendah 87 dengan nilai normal 96-106.

Tn.T, ditemukan beberapa hasil laborat yang abnormal yaitu Hb

rendah 11,6 dengan angka normal 13.00-18.00, jumlah eritrosit rendah

3,75 dengan angka normal 4,50-6, 20. Nilai hematokrit rendah 34,8

dengan angka normal 40-54. Hitung jenis neutrofil tinggi 78,9 dengan

angka normal 50-70. Limfosit rendah 1.6 dengan angka normal 20-40.

Hitung jenis monosit tinggi 8,4 dengan angka normal 2-8. Jumlah limfosit

rendah 0,95 dengan angka normal 1.00-3.70. nilai PDW rendah 7,3 dengan

angka normal 9.00-13.00. P-CLR rendah 10.4 dengan angka normal 15-25

Hal tersebut diatas sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa,

pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan

verivikasi, dan kumunikasi data tentang klien ( Potter and Perry, 2010).

Pengkajian keperawatan merupakan salah satu dari komponen proses

keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam

menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data

tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh,

akurat, singkat, dan berkesinambungan ( Muttaqin, 2010 ).

Pemeriksaan tanda – tanda vital merupakan suatu cara untuk

mendeteksi adanya perubahan sisitem tubuh manusia. Meliputi tekanan

darah, suhu tubuh, denyut nadi dan respirasi (Potter and Perry, 2006).

Hematologi lengkap adalah jenis pemeriksaan adalah jenis pemriksaan

yang memberikan tentang sel – sel darah pasien. Hematologi digunakan


45

sebagai tes skrning yang luas untuk memeriksa gangguan seperti anemis,

infeksi dan banyak penyakit lainnya ( Dharma R, Immanuel S , 2009).

Pola nafas tidak efektif adalah keadaan dimana seseorang individu

mengalami kehilangan ventilasi yang actual atau pontesial yang

berhubungan dengan perubahan pola nafas ( Capernito, 2008 ).

Berdasarkan hasil diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pada

pengkajiaan yang dilakukan kedua responden pasti memiliki perbedaan,

seperti perbedaan hasil pemeriksaan fisik, perbedaan tanda – tanda vital,

hasil laboratorium, jenis tindakan yang di berikan kepada pasien, hal ini

dikarenakan setiap hasil teresebut mencerminkan keaadan kondisi tubuh

seseorang, dan tentunya keaadaan tubuh seseorang akan berbeda satu sama

lain, hal itu bisa dijadikan penulis dalam memberikan asuhan keperawatan

untuk tahap berikutnya .

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul dari kedua pasien tersebut adalah, gangguan

pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas. Kedua responden

sama – sama mengalami gangguan pola nafas tidak efektif, namun setelah

dilakukan tindakan keperawatan, perubahan pola nafas pasien berbeda ,

Ny. M hari pertama respirasi 30x/menit pasien sesak nafas, hari kedua

respirasi 24x/menit sesak berkurang, hari ketiga respirasi dalam batas

normal 20x/menit pasien tidak sesak lagi. Sedangkan pada Tn. T hari

pertama respirasi 24x/menit pasien Nampak sesak nafas, hari kedua

repirasi 24x/menit pasien masih sesak, hari ketiga respirasi 22x/menit

sesak nafas berkurang.


46

Berdasarkan teori diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas,

singkat, dan pasti, tentang masalah pasien serta pengembangan yang dapat

di pecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan

(Suarli & Bahtiar, 2012 ).

Gangguan pola nafas tidak efektif yaitu keadaan dimana seseorang

individu mengalami kehilangan ventilasi yang actual atau pontesial yang

berhubungan dengan perubahan pola nafas ( Capernito, 2008 ). Selain dari

etiologi gangguan pola nafas dipengaruhi oleh kuman Mycobacterium

Tuberculosis yang ditularkan dari orang ke orang oleh trasmisi melalui

udara. Individu yang terinfeksi, melalui bicara, batuk, bersin, tertawa atau

bernyanyi, melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 u) dan kecil (1

sampai 5u). Droplet yang besar menetap, sementara droplet kecil tertahan

di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Bakteri yang telah

terhirup menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang

biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium Tuberculosis

juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas) (Smeltzer

& Bare, 2001).

Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Suyono et all

(2004) yang menyatakan bahwa system kekebalan tubuh dan kondisi

lingkungan yang kotor dapat menyebabkan Tuberculosis Paru.

Didapatkan adanya kesesuaian antara teori yang disebutkan dengan

data yang diperoleh peneliti pada kasus Tuberculosis Paru yang digunakan

peneliti yang digunakan untuk merumuskan diagnose keperawatan.


47

3. Intervensi Keperawatan

Dari diagnosa yang ditegakan, peneliti melakukan intervensi

gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret.

Adapun intervensi pada pasien gangguan pola nafas tidak efektif yang

sudah di berikan kepada pasien, yaitu :

a. BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) dengan klien

Rasional : Menjalin hubungan teraupetik antara pasien dan perawat.

b. Observasi tanda – tanda vital

Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien

c. Kaji frekuwensi pernafasan pasien

Rasional : Untuk mengetahui pola nafas pasien

d. Auskultasi suara nafas pasien

Rasional : Mengetahui adakah suara nafas tambahan, dapat

mempengaruhi pola nafas pasien

e. Lakukan fisioterapi dada bila perlu


Rasional : Untuk merangsang pengeluaran sputum

f. Atur posisi pasien senyaman mungkin

Rasional : Posisi yang nyaman bisa melancarkan pola nafas pasien

g. Berikan O2 sesuai kebutuhan pasien

Rasional : Meningkatkan kadar O2 yang bersikulasi dan

memperbaiki status kesehatan pasien

h. Monitor tanda-tanda vital: Tekanan Darah, Nadi, Respirasi


Rasional : Untuk mengetahui keadaan pasien

i. Pertahankan jalan nafas paten


Rasional : Agar tidak ada gangguan nafas
48

j. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

Rasional : Pemberian terapi yang cepat dan tepat dapat membantu

proses penyembuhan

Berdasarkan tahap penyusunan rencana keperawatan peneliti

menggunakan susunan perencanaan yang sesuai dengen perencanaan yang

terdapat dalam teori yaitu meliputi pengkajiaan karateristik pola nafas

tidak efektif , memberikan infromasi dan edukasi, mengajarkan tehknik

manajemen pola nafas tidak efektif, tindakan kolaboratif, dan monitoring

vital sign ( Nuratif, 2013 )

Didapatkan adanya kesesuain antara teori perencanaan yang

disebutkan dengan perencanaan yang diterapkan oleh peneliti pada kasus

Tubercolosis Paru dengan tujuan asuhan keperawatan yang optimal

sehingga dapat mengatasi masalah keperawatan pada pasien Tubercolosi

Paru dengan masalah pola nafas tidak efektif.

4. Implementasi

Peneliti melakukan implementasi selama tiga hari pada tanggal 20-23

April 2016. Implementasi keperawatan untuk diagnose gangguan pola

nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas pada Ny. M dan Tn. T

adalah melakukan tindakan keperawatan dengan melakukan pengkajiaan

yang dengan mengkaji P,Q,R,S,T dengan tujuan untuk memperoleh

pengkajiaan yang lengkap mengenai rasa sesak nafas yang di rasakan oleh

partisipan.
49

Pada tanggal 20 April sampai dengan 23 April 2016 sama-sama

dilakukan tindakan keperawatan yang sudah di rencanakan sebelumnya

yaitu terhadap Ny. M dan Tn.T :

a. Memperkenalkan diri dan menanyakan keluhan pasien

b. Mengobservasi perubahan pola nafas

c. Memberikan posisi yang nyaman untuk pasien

d. Memberikan O2 sesuai kebutuhan pasien

e. Mengauskultasi suara nafas tambahan

f. Catat adanya suara nafas tambahan

g. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi, untuk terapi

pasien Ny. M injeksi IV :

1) Anbacim 2 x 1

Terapi oral :

1) Ambrozol 2 x 1

2) Salbutamo 2 x 1

3) OAT RHZE dan B6

Tn. T injeksi IV :

1) Anbacim 2 x 1

2) Santagesik 2 x 1

Terapi oral :

1) Ambrozol 2 x 1

2) Salbutamol 2 x 1

3) OAT RHZE dan B6

h. Melakukan pemeriksaan TTV

i. Mengajarkan batuk efektif


50

j. Melakukan fisioterapi dada

Pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan peneliti menggunakan

tindakan keperawatan peneliti menggunakan tindakan keperawatan yang

sesuai dengan pelaksanaan yang terdapat dalam teori yaitu meliputi

mengkaji karateristik pola nafas tidak efektif , memberikan infromasi dan

edukasi, mengajarkan tehknik manajemen pola nafas tidak efektif,

tindakan kolaboratif, dan monitoring vital sign (Nuratif, 2013 )

Berdasarkan teori implementasi adalah pelaksanaan rencana

tindakan keperawatan yang telah ditentukan dengan maksud agar

kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal ( Suliarli & Bahtiar, 2012 ).

Adapun pada implementasi yang dilakukan penulis mengacu pada

intervensi yang berpanduan pada buku (Nanda Nic- Noc 2015).

Didapatkan adanya kesesuaian antara teori tindakan keperawatan

yang disebutkan dengan pelaksanaan yang diterapkan oleh peneliti pada

kasus Tubercolosis Paru dengan tujuan asuhan keperawatan yang optimal

sehingga dapat mengatasi masalah keperawatan yang optimal sehingga

dapat mengatasi masalah keperawatan pada pasien Tubercolosis Paru

dengan masalah pola nafas tidak efektif.

5. Evaluasi

Pada diagnosa pola nafas tidak efektif , setelah dilakukan perencanaan

dan tindakan keperawatan pada kedua pasien selama 3 hari berturut-turut

diperoleh hasil :

a) Ny. M dengan hasil keadaan dan respon pasien baik, pasien tidak

sesak nafas lagi, sudah tidak batuk lagi, pola nafas pasien baik,
51

aktivitas pasien mandiri, dan telah di berikan KIA mengenai faktor

lingkungan yang bersih dan sanitasi yang cukup, nutrisi makanan

yang sehat , serta pengobatan OAT (Obat Anti Tubercolosis) diminum

secara rutin tiap hari selam 6 bulan tanpa terputus. Pasien pada hari

ketiga sudah diperbolehkan pulang karena kondisi pasien sudah baik.

b) Tn. T dengan hasil respon pasien sangat kooperatif menerima tindakan

yang di lakukan oleh peneliti, namun pasien belum di perbolehkan

pulang karena kondisi pasien masih sesak, dan masih terdapat cairan

di rongga pleura, perlu dilakukan tindakan dan perawatan lebih lanjut

oleh tim medis.

Berdasarkan teori, tahap evaluasi dalam proses keperawatan

mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau

tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan

dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung

respon dalam keefektifan intervensi. Jika tujuan tidak tercapai, maka

perlu dikaji ulang letak kesalahanya dicari jalan keluarnya, kemudian

catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu di lakukan perubahan

intervensi ( Aziz, 2007 ).

Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti menggunakan evaluasi

proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses ( dilakukan setiap hari

setelah selesai melaksanakan tindakan keperawatan ), sedangkan

evaluasi hasil (dilakukan di akhir dengan membandingkan respon

pasien dengan kreteria di akhir dengan membandingkan respon pasein

dengan kreteria hasil yang telah ditentukan ). Evaluasi yang digunakan


52

pada asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan dan catatan

perkembangan yang didokumentasikan dalam bentuk SOAP

( Subyektif-Obyektif-Asessment,Planning) (Deden, 2012).

Dibuktikan dengan hasil evaluasi keperawatan peneliti sebelumnya

yang mengungkapkan, bahwa evaluasi keperawatan pada kasus

Tubercolosis Paru, meliputi ungkapan pasein tentang rasa sesak nafas

yang berkurang sampai hilang. Dan tidak adanya respon fisik pasien

seperti adanya pernafasan cuping hidung.

Didapatkan adanya kesesuaian antara teori evaluasi keperawatan

yang disebutkan dengan hasil evaluasi yang didapatkan oleh peneliti

pada pasien Tubercolosis Paru dengan masalah pola nafas tidak

efektif.

Anda mungkin juga menyukai