PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia merupakan suatu makhluk daratan, yang sudah
menyesuaikan diri dengan kehidupan di daratan. Maka situasi kehidupan di
udara (suatu penerbangan) tentu merupakan hal yang asing/aneh, sehingga
akan mengakibatkan stress bagi yang bersangkutan. Disamping itu suatu
penerbangan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan keadaan di
sekitar tubuh antara lain perubahan tekanan udara yang dapat
mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia.
Dalam suatu penerbangan seseorang akan mengalami perubahan
ketinggian yang mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan udara
disekitarnya. Tekanan udara tersebut akan menurun pada saat naik/ascend,
dan akan meninggi bila descend.
Hukum Boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau peningkatan
pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan suatu volume
gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka
struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi atau kompresi. Barotrauma
dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah,
paru-paru) mejadi ruang tertututup dengan menjadi buntunya jaras-jaras
ventilasi normal.
Barotrauma adalah kerusakan jaringan yang terjadi akibat
kegagalan untuk menyamakan tekanan udara antara ruang berudara pada
tubuh (seperti telinga tengah) dan tekanan pada lingkungan sewaktu
melakukan perjalanan dengan pesawat terbang atau pada saat menyelam.
Barotrauma dapat terjadi pada telinga, wajah (sinus), dan paru, dalam hal ini
bagian tubuh yang memiliki udara di dalamnya.
Barotrauma merupakan segala sesuatu yang diakibatkan oleh tekanan
kuat yang tiba- tiba dalam ruangan yang berisi udara pada tulang temporal,
yang diakibatkan oleh kegagalan tuba eustakius untuk menyamakan tekanan
dari bagian telinga tengah dan terjadi paling sering selama turun dari
ketinggian atau naik dari bawah air saat menyelam. Barotrauma telinga
tengah merupakan cedera terbanyak yang dapat terjadi pada saat
menyelam.
Barotrauma dapat menyebabkan berbagai manifestasi mulai dari nyeri
telinga, sakit kepala sampai nyeri persendian, paralisis, koma dan kematian.
Tiga manifestasi yang paling sering dari barotrauma termasuk kerusakan
pada sinus paranasalis, paru-paru, telinga tengah, penyakit dekompresi, luka
akibat ledakan (bom) dan terbentuknya emboli udara dalam arteri.
Barotrauma juga bisa diinduksi oleh pemasangan ventilator mekanik.
Barotrauma dapat berpengaruh pada beberapa area tubuh yang berbeda,
termasuk telinga, muka (sinus paranasalis), dan paru-paru. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka kelompok kami tertarik untuk membahas mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan Barotrauma.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang diatas
adalah:
1. Apakah pengertian dari barotrauma?
2. Apa sajakah etiologi dari barotrauma?
3. Bagaimanakah tanda dan gejala penyakit barotrauma?
4. Bagaimanakan patofisiologi dari penyakit barotrauma?
5. Bagaimanakan pathway dari penyakit barotrauma?
6. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostic pada penderita barotrauma?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada klien barotrauma?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien barotrauma ?
9. Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada klien barotrauma?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit barotrauma
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien barotrauma.
c. Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada klien barotrauma
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian barotrauma.
b. Untuk mengetahui etiologi barotrauma.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala barotrauma
d. Untuk mengetahui patofisiologi barotrauma.
e. Untuk mengetahui pathway dari barotrauma
f. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada klien barotrauma.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien barotrauma.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat oleh mahasiswa dengan harapan dapat menjadi bahan
bacaan untuk mahasiswa lain dalam memahami konsep dasar penyakit
barotrauma yang meliputi pengertian, penyebab, jalannya penyakit sampai
dengan penatalaksanaannya. Selain itu juga untuk mengetahui konsep dasar
asuhan keperawatan pasien meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan, sampai dengan evaluasi tindakan. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada mastarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Klasifikasi
Ada 3 tipe Barotrauma Telinga, tergantung pada bagian telinga mana: luar,
tengah, dan dalam. Barotrauma Telinga yang paling umum terjadi adalah
barotrauma telinga tengah.
1. Barotrauma telinga luar terjadi ketika ada benda yang memerangkap
udara di telinga luar, yang menyebabkan baik peningkatan tekanan yang
berlebihan atau kekosongan di dalam rongga udara yang terperangkap.
2. Barotrauma telinga tengah terjadi ketika seorang penyelam tidak dapat
menyeimbangkan tekanan udara di telinga tengah dengan tekanan air di
sekitarnya.
3. Barotrauma telinga dalam terjadi karena ketidakmampuan untuk
menyeimbangkan tekanan di dalam telinga. Apabila kondisinya parah,
mungkin akan ada perdarahan di belakang gendang telinga.
C. Etiologi
Barotrauma paling sering terjadi pada perubahan tekanan yang besar seperti
pada penerbangan, penyelaman misalkan pada penyakit dekompresi yang dapat
menyebabkan kelainan pada telinga, paru-paru, sinus paranasalis serta emboli
udara pada arteri yang dimana diakibatkan oleh perubahan tekanan yang secara
tiba-tiba, misalkan pada telinga tengah sewaktu dipesawat yang menyebabkan
tuba eustacius gagal untuk membuka. Tuba eustacius adalah penghubung antara
telinga tengah dan bagian belakang dari hidung dan bagian atas tenggorokan.
Untuk memelihara tekanan yang sama pada kedua sisi dari gendang telinga yang
intak, diperlukan fungsi tuba yang normal. Jika tuba eustakius tersumbat,
tekanan udara di dalam telinga tengah berbeda dari tekanan di luar gendang
telinga, menyebabkan barotrauma.
D. Patofisiologi
Bumi diselubungi oleh udara yang disebut Atmosfer Bumi.atmosfer itu
terbentang mulai dari permukaan Bumi sampaikeketinggian 3000 km. Udara
tersebut mempunyai massa, dan berat lapisan udara ini akan menimbulkan suatu
tekanan yang disebut tekanan udara. Makin tinggi lokasi semakin renggang
udaranya, berarti semakin kecil tekanan udaranya. Sehingga pinggiran Atmosfer
Bumi tersebut akan berakhir dengan suatu keadaan hampaudara. Lihat Tabel 1.
Ukuran tekanan gas : mm Hg, mm H 2O , Atmosfir (Atm) ,PSI (Pound per Square
Inch), Torr ,Barr dsb.
Table 1. Tekana Udara pada ketinggian tertentu
Ketinggian Tekanan udara
0 km 1 atm
16 km 0,1 atm
31 km 0,01 atm
48 km 0,001 atm
64 km 0,0001 atm
Table 2.
Tekanan Udara & volume gas pada kedalaman tertentu di Bawah air
Depth Pressure Gas vol. Density
0 1 atm 1 1x
33 2 atm ½ 2x
66 3 atm 1/3 3x
99 4 atm ¼ 4x
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan barotrauma adalah
pemeriksaan lab berupa :
1. Analisa Gas darah
Untuk mengevaluasi gradien alveolus-arteri untuk mengetahui terjadinya
emboli gas.
2. Darah Lengkap
Pasien yang memiliki hematokrit lebih dari 48% memiliki sekuele
neurologis yang persisten selama 1 bulan setelah perlukaan.
3. Kadar Serum Creatin Phosphokinase
Peningkatan kadar serum kreatin fosfokinase menandakan peningkatan
kerusakan jaringan karena mikroemboli.
G. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama-
tama yang perlu dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba eustakius dan
mengurangi tekanan dengan mengunyah permen karet, atau menguap, atau
menghirup udara, kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan sambil
menutup lubang hidung dengan tangan dan menutup mulut. Selama pasien tidak
menderita infeksi traktus respiratorius atas, membrane nasalis dapat mengkerut
dengan semprotan nosinefrin dan dapat diusahakan menginflasi tuba eustakius
dengan perasat Politzer, khususnya dilakukan pada anak-anak berusia 3-4 tahun.
Kemudian diberikan dekongestan, antihistamin atau kombinasi keduanya selama
1-2 minggu atau sampai gejala hilang, antibiotic tidak diindikasikan kecuali bila
terjadi perforasi di dalam air yang kotor. Perasat Politzer terdiri dari tindakan
menelan air dengan bibir tertutup sementara ditiupkan udara ke dalam salah
satu nares dengan kantong Politzer atau apparatus senturi; nares yang lain
ditutup. Kemudian anak dikejutkan dengan meletuskan balon ditelinganya, bila
tuba eustakius berhasil diinflasi, sejumlah cairan akan terevakuasi dari telinga
tengah dan sering terdapat gelembung-gelembung udara pada cairan.
Untuk barotrauma telinga dalam, penanganannya dengan perawatan di
rumah sakit dan istirahat dengan elevasi kepala 30-40 0. Kerusakan telinga dalam
merupakan masalah yang serius yang memungkinkan adanya pembedahan untuk
mencegah kehilangan pendengaran yang menetap. Suatu insisi dibuat didalam
gendang telinga untu menyamakan tekanan dan untuk mengeluarkan
caioran(myringitomy) dan bila perlu memasang pipa ventilasi. Walaupan
demikian pembedahan biasanya jarang dilakukan. Kadang-kadang, suatu pipa
ditempatkan di dalam gendang telinga, jika seringkali perubahan tekanan tidak
dapat dihindari, atau jika seseorang rentan terhap barotrauma
1. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Kaji Bunyi napas tambahan seperti napas ber-bunyi, stridor, ronkhi,
pada klien dengan peningkatan produksi secret, dan kemampuan batuk
yang menurun sehingga sering didapatkan sumbatan jalan nafas.
b. Breathing (pernapasan)
Pada pengkajian breathing dilakukan dengan look, listen, feel yang
dinilai yaitu irama nafas apakah teratur atau tidak teratur atau pola nafas
tidak efektif, adakah hipoksemia berat , adakah retraksi otot interkosta,
dispnea, sesak nafas , adakah bunyi whezing atau ronchi.
c. Circulation (sirkulasi)
Hal yang perlu dikaji dan diperhatikan adalah denyut nadi pasien baik
frekuensi dan kualitas denyut nadi pasien, bunyi jantung
irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan
kelembaban berubah, missal; pucat sianosis, berkeringat, edema,
haluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat. Pertanyaan
yang bisa muncul yaitu sebagai berikut.
Apakah nadi takikardi atau apakah bradikardi ?
Apakah terjadi penurunan TD ?
Bagaimana kapilery refill ?
Apakah ada sianosis ?
d. Disability (kesadaran)
Pemeriksaan Neurologis
GCS : E:- , V:- , M:-
Reflex Fisiologis : Reflex Patologis :
Kekuatan Otot :
Skala nyeri :-
e. Exposure
Tergantung keadaan pasien, pada beberapa pasien terjadi
peningkatan suhu tubuh ada juga yang tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh.
2. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada kasus barotrauma, ditemukan keluhan utama yaitu
nyeri pada telinga.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kronologi pasien dari mulai sakit pada saat itu sampai
dirawat di Rumah Sakit dan perawatan yang sudah di berikan
selama di rawat. Pada kasus barotrauma pasien biasanya
mengeluh nyeri telinga, rasa penuh pada telinga, kehilangan
pendengaran, serumen keras, nyeri berat, bahkan penurunan
pendengaran, adanya cairan yang keluar dari kanalis auditorius
eksternus, nyeri tekan pada aural, demam, selulitis, tinnitus,
persisten bau busuk
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat terdahulu seerti benda asing yang masuk
pada telinga, trauma tulang, hantaman keras pada telinga, reaksi
alergi, dll
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita
penyakit seperti yang diderita pasien sekarang atau penyakit
menular dan keturunan lainnya seperti DM,HT,TB dll.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Adanya otorea, dengan otoskopi : eritema, edema, lesi, adanya
benda asing, cairan abnormal yang keluar dan terjadi peradangan
pada membrane timpani dan edema bahkan hematoma pada
sekitar telinga.
2) Palpasi
Adanya nyeri tekan pada aural dan sekitar telinga
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan persepsi sensori pendengaran
3. Risiko Infeksi
4. Hipertermia
C. Intervensi Keperawatan
E. Evaluasi
Pada akhir pelaksanaan asuhan keperawatan didadapatkan evaluasi.
Evalusai juga tidak ada kesenjang teori dan kasus. Evaluasi adalah
membandingkan suatu hasil / perbuatna dengan standar untuk tujuan
pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai.
1. Evaluasi keperawatan : membandingkan efek / hasil suatu tindakan
keperawatan dengan norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat.
2. Tahap akhir dari proses keperawatan.
3. Menilai tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak.
4. Menilai efektifitas rencana keperawatan atau strategi askep.
5. Menentukan efektif / tidaknyatindakan keperawatan dan perkembangan
pasien terhadap masalah kesehatan.
Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan
klien terhadap pencapaian hasil setiap hari. Tujuan evaluasi adalah untuk
menentukan seberapa efektifnya tindakan keperawatan itu untuk mendegah
atau mengobati respon manusia terhadap prosedur kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini ialah:
1. Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi akibat
perbedaan antara tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga
udara fisiologis dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya.
2. Barotrauma paling sering terjadi pada perubahan tekanan yang besar
seperti pada penerbangan, penyelaman misalkan pada penyakit
dekompresi yang dapat menyebabkan kelainan pada telinga, paru-paru,
sinus paranasalis serta emboli udara pada arteri yang dimana diakibatkan
oleh perubahan tekanan yang secara tiba-tiba, misalkan pada telinga
tengah sewaktu dipesawat yang menyebabkan tuba eustacius gagal untuk
membuka.
B. Saran
Melalui makalah ini tim penulis menyarankan untuk selalu menjaga
telinga dari kegiatan-kegiatan ekstrim semisal menyelam, agar fungsi telinga
yang sebagai alat pendengar maupun system keseimbangan tubuh tetap
terjaga.