KEL. 3 Tugas Fisologi Tidur
KEL. 3 Tugas Fisologi Tidur
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Dosen Pembimbing:
Oleh:
Pramudya Yopalika 22020111120013
Diana Rahmawati 22020111120021
Ayu Dwi Lestari 22020111130025
Fida’ Husain 22020111130030
Fransisca Ayu Mentari 22020111130039
Nunung Hidayati 22020111130086
Nurul Imaroh 22020111130044
Rahma Nur Hasanah 22020111130054
Yudhanoorshanti Elmonita 22020111130060
2. Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang
berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan
dengan factor lingkungan (mis., cahaya, kegelapan, gravitasi, dan stimulus
elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme
sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi
denyut jantung, tekanan darah, temperature tubuh, sekresi hormone,
metabolisme, dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada
ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang
sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola
tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya : individu akan bangun pada
saat ritme fisiologis dan psikologis paling tinggi atau paling aktif dan akan
tidur pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis, Taylor, Lemone, 1989).
3. Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat
elektroensefalogram (EEG), elektrookulogram (EOG), dan
elektromiogram (EMG), diketahui ada 2 tahapan tidur, yaitu non rapid eye
movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).
1.1. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek
karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur
lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan
orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah
fungsi fisiologis tubuh. Disamping itu, semua proses metabolik
termasuk tanda-tanda vital, metabolisme dan kerja otot melambat.
Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut
sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai
tidur dalam (deep sleep atau delta sleep).
1.2. Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan
berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur
NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Selama
tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolisme meningkat
hingga 20 %. Pada tahap ini individu menjadi sulit untuk
dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot
terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan
pernapasan sering kali tidak teratur.
3. Todler
Persentase tidur REM pada todler menurun, hal ini berhubungan dengan
kebutuhan untuk otonomi dan takut perpisahan.
4. Prasekolah
Anak usia prasekolah biasanya mengalami kesulitan untuk relaks atau
diam setelah hari-hari yang aktif. Mereka juga mempunyai masalah
dengan ketakutan waktu tidur dan 20% dari waktu tidur mereka adalah
tidur REM.
5. Anak usia sekolah
Jumlah tidur yang diperlukan pada usia sekolah bersifat individual
dikarenakan status aktivitas dan tingkat kesehatan yang bervariasi.
6. Remaja
Tuntutan sekolah, kegiatan sosial dan berbagai aktivitas membuat remaja
tidur lebih larut dan bangun lebih cepat. Karena tuntutan gaya hidup yang
memperpendek waktu yang tersedia untuk tidur dan kemungkinan
kebutuhan fisiologis, maka remaja seringkali mengalami mengantuk yang
sering atau disebut dengan EDS (Excessive Daily Sleepiness).
7. Dewasa Muda
Dewasa muda yang sehat membutuhkan cukup tidur untuk menjalankan
kesibukan dan aktivitas mereka. Kurang lebih 20% waktu tidur yang
dihabiskan yaitu tidur REM.
8. Dewasa Tengah
Total waktu yang digunakan tidur pada masa dewasa tengah mulai
menurun. Jumlah tidur NREM tahap 4 yang merupakan tidur yang dalam
mulai menurun dan terus berlanjut dengan bertambahnya usia.
9. Lansia
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertumbuhan usia. Akan tetapi
kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia (Bliwise,
1993). Episode tidur REM cenderung memendek. Terdapat penurunan
yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4, dan beberapa lansia
hampir tidak memiliki tahap 4. Akan tetapi pada lansia yang berhasil
beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan
lebih mudah memelihara tidur REM dan keberlangsungan tidur yang mirip
dengan dewasa muda (Reynolds dkk, 1993).
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal & Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia: Teori & Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC
Uliyah, Musrifatyul & Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Untuk Kebidanan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Dan Praktik, Edisi 4, Vol.2. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2009. Fundamental of Nursing. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika