Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling
fatal dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi pengumpulan cairan di
pericardium dalam jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke
ventrikel. (Mansjoer, dkk. 2001: 458) Jumlah cairan yang cukup untuk
menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc bila pengumpulan cairan
tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut
berlangsung lambat, karena pericardium mempunyai kesempatan untuk
meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah
tersebut (Muttaqin, 2009: 137).
Insidens tamponade jantung di Amerika Serikat adalah 2 kasus per
10.000 populasi. Lebih sering pada anak laki-laki (7:3) sedangkan pada
dewasa tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki:perempuan – 1,25:1).
Morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari kecepatan diagnosis,
penatalaksanaan yang tepat dan penyebab (Munthe, 2011).
Tamponade terjadi ketika ada akumulasi cairan pada ruang
pericardium. Ini mengakibatkan elevasi pada tekanan intracardiac, penurunan
diastole secara progresif dan berkelanjutan, mengurangi volume sekuncup
dan cardiac output. (ENA, 2000: 128). Tamponad terjadi bila jumlah efusi
pericardial menyebabkan hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan
diastolic ventrikel) (Panggabean, 2006: 1604).
Jadi tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan
darah atau cairan dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan
tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut
berlangsung lambat) yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel
disertai gangguan hemodinamik, dimana ini merupakan salah satu komplikasi
yang paling fatal dan memerlukan tindakan darurat.

1
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas masalah tamponade
jantung, agar dapat memberikan manfaat baik dosen maupun mahasiswa/i.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka dapat
dirumuskan permasalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan tamponade jantung?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan tamponade
jantung?
3. Apa saja yang menjadi penyebab tamponade jantung?
4. Bagaimana perjalanan penyakit atau patofisiologi tamponade jantung?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari tamponade jantung?
6. Jenis pemeriksaan penunjang pada pasien tamponade jantung?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien tamponade jantung?
8. Apa saja yang menjadi komplikasi dari penyakit tamponade jantung?
9. Bagaimana asuhan keperawatan tamponade jantung?

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan penulisan ini antara lain :
1. Mahasiswa/i dapat
2. Mahasiswa/i dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada
pasien tamponade jantung.
3. Mahasiswa/i dapat mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan pada
pasien dengan tamponade jantung.

1.4 Manfaat Penulisan


Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan
yang hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan
makalah ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa memahami tamponade jantung.

2
2. Bagi Perawat
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
tenaga kesehatan khususnya perawat agar mengetahui tamponade jantung
dan mampu menerapkan asuhan keperawatannya dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga dapat diaplikasikan pada pelayanan kesehatan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan
dan sebagai bahan masukan bagi sekolah atau instansi kesehatan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Medis


2.1.1 Pengertian Tamponade Jantung
Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling
fatal dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi penngumpulan cairan di
pericardium dalam jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke
ventrikel. (Mansjoer, dkk. 2001)
Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan
yang cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah,
darah, bekuan darah, atau gas di perikardium, sebagai akibat adanya efusi,
trauma, atau ruptur jantung (Spodick, 2003)
Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung
adalah 250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100
cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena
pericardium mempunyai kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan
diri dengan volume cairan yang bertambah tersebut (Muttaqin, 2009)
Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan
dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung
cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat)
yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan
hemodinamik, dimana ini merupakan salah satu komplikasi yang paling
fatal dan memerlukan tindakan darurat.

4
2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Jantung
Pericardium merupakan kantung elastis membran yang dilapisi oleh
membran serosa skuamosa sederhana dan diisi dengan cairan serosa yang
membungkus jantung dan aorta serta pembuluh darah besar lainnya dan
menjadi jangkar jantung di mediastinum; kantung sendiri terdiri dari lapisan
fibrosa (dengan lampiran ke diafragma, sternum, dan kartilago kosta) dan
lapisan parietalis dalam serosa sedangkan lapisan serosa viseral meluas ke
permukaan eksternal dari miokardium, itu berfungsi sebagai penghalang
pelindung dari penyebaran infeksi atau peradangan dari struktur yang
berdekatan ke dalam ruang perikardial dan berfungsi untuk mengandung
jantung dan batas overfilling dari ruang; lapisan membran serosa
mengeluarkan cairan perikardial yang melumasi permukaan jantung seperti
cekungan dan tonjolan dalam ruang perikardial. Dibagi menjadi dua lapisan
yaitu : (Darling, 2012)
1. Pericardium Visceral (Epicardium)
Lapisan yang mengelilingi jantung, dan melekat padanya, adalah
perikardium visceral, atau epikardium. Jantung dapat meluncur dengan
mudah pada perikardium viseral, sehingga memungkinkan untuk
berkontraksi dengan bebas. Perikardium viseral memiliki lapisan luar
dari sel mesothelial datar, yang terletak di stroma jaringan penunjang
fibrocollagenous. Jaringan penunjang ini mengandung serat elastis, serta
arteri besar yang memasok darah ke dinding jantung, dan cabang vena
besar yang membawa darah dari dinding jantung (Darling, 2012)
2. Pericardium Parietalis
Lapisan luar dari pericardium, yang disebut perikardium parietalis,
terdiri dari lapisan luar yang kuat, jaringan ikat tebal (disebut
perikardium fibrosa) dan lapisan serosa dalam (pericardium serosa).
Lapisan fibrosa perikardium parietalis melekat pada diafragma dan
berdifusi dengan dinding luar dari pembuluh darah besar yang memasuki
dan meninggalkan jantung. Dengan demikian, perikardium parietalis
membentuk kantung pelindung yang kuat untuk jantung dan berfungsi
juga untuk jangkar dalam mediastinum. Lapisan serosa dari perikardium

5
parietalis, sebagian besar terdiri dari mesothelium bersama-sama dengan
jaringan ikat kecil, membentuk epitel skuamosa sederhana dan
mengeluarkan sejumlah kecil cairan (biasanya sekitar 25 sampai 35 ml),
yang membuat dua lapisan perikardium dari bergesekan sama lain dan
menyebabkan gesekan selama kontraksi otot jantung. Di bagian atas
jantung, lapisan viseral lipatan atas bergabung dengan lapisan parietalis.
Flip ini disebut refleksi pericardium (Darling, 2012)

Gambar 1 Penampang Jantung dan Pericardium

2.1.3 Etiologi
1. Perikarditis
2. Neoplasma
3. Uremia
4. Kanker paru end-stage
5. Miokard infark akut
6. Perdarahan ke dalam ruang pericardial akibat trauma, operasi, atau
infeksi
2.1.4 Patofisiologi
Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi perikardium
menyebabkan hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolik
ventrikel) penyebab tersering adalah neolasma dan uremi. (Panggabean
2006:364). Neoplasma menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel secara

6
abnormal pada otot jantung. Sehingga terjadi hiperplasia sel yang tidak
terkontrol, ynag menyebabkan pembentukan massa (tumor). Hal ini yang
dapat mengakibatkan ruang pada kantong jantung (perikardium) dengan
lapisan paling luar jantung (epikardium). Uremia juga mengakibatkan
temponade jantung(price, 2005 :945). Dimana orang yang mengalami
uremia di dalam darahnya terdapat toksik metabolik yang dapat
menyebabkan inflamasi ( dalam hal ini inflamasi terjadi pada perikardium).
Selain itu, temponade jantung juga dapat di sebabkan akibat trauma tumpul /
tembus. Jika trauma ini mengenai ruang perikardium akan terjadi
perdarahan sehingga darah banyak terkumpul di ruang perikardium. Hal ini
mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasi ciran tersebut

Gambar 2 Tamponade Jantung

2.1.5 Manifestasi Klinis


1. Gejala yang muncul bergantung kecepatan akumulasi cairan
perikardium. Bila terjadi secara lambat dapat memberi kesempatan
mekanisme kompensasi seperti takikardi, peningkatan resistensi
vascular perifer dan peningkatan volume intravaskular. Bila cepat,
maka dalam beberapa menit bisa fatal.
2. Tamponade jantung akut biasanya disertai gejala peningkatan tekanan
vena jugularis, pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg,
tekanan sistolik <100mmHg, dan bunyi jantung yang melemah.

7
3. Sedangkan pada yang kronis ditemukan peningkatan tekanan vena
jugularis, takikardi, dan pulsus paradoksus (gambaran lain yang
menandai perubahan yang tidak terduga tekanan vena).
Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma
tajam dan tumpul di daerah dada atau yang diperkirakan menembus
jantung, gelisah, pucat, keringat dingin, peninggian vena jugularis, pekak
jantung melebar, suara jantung redup dan pulsus paradoksus. Trias classic
beck berupa distensis vena leher, bunyi jantung melemah dan hipotensi
didapat pada sepertiga penderita dengan tamponade. (Mansjoer, dkk.
2000)
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada
Menunjukkan gambaran “water bottle-shape heart”,
kalsifikasi perkardial.

a Kardiomegali bentuk bulat atau segitiga, dengan gambaran paru


yang bersih
b Foto lateral kadang terlihat double fat stripe

Gambar 4. Foto Thorax AP : Jantung membesar berbentuk botol

2. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan etiologi
terjadinya tamponade jantung, misalnya pemeriksaan berikut :

8
a Peningkatan creatine kinase dan isoenzim pada MI dan trauma
jantung.
b Profil renal dan CBC uremia dan penyakit infeksi yang berkaitan
dengan pericarditis
c Protrombin time (PT) dan aPTT (activated partial thromboplastin
time) menilai resiko perdarahan selama intervensi misalnya
drainase perikardial.

3. Elektrokardiografi (EKG)
a. Didapatkan PEA (Pulseless Electric Activity), sebelumnya
dikenal sebagai Electromechanical Dissociation, merupakan
dimana pada EKG didapatkan irama sedangkan pada perabaan
nadi tidakditemukan pulsasi. PEA Amplitude gelombang P dan
QRS berkurang pada setiap gelombang berikutnya.
b. PEA dapat ditemukan pada tamponade jantung, tension
pneumothorax, hipovolemia, atau ruptur jantung.
c. Dengan EKG 12 lead berikut suspek tamponade jantung :
1) Sinus tachycardia
2) Kompleks QRS Low-voltage
3) Electrical alternans : kompleks QRS alternan, biasanya rasio
2:1, terjadi karena pergerakan jantung pada ruang
pericardium. Electrical ditemukan juga pada pasien dengan
myocardial ischemia, acute pulmonary embolism, dan
tachyarrhythmias.
4) PR segment depression

d. EKG juga digunakan untuk memonitor jantung ketika melakukan


aspirasi perikardium.

9
Gambar 5. Hasil EKG

4. Echocardiografi
Meskipun echocardiografi menyediakan informasi yang
berguna, tamponade jantung adalah diagnosis klinis. Berikut ini dapat
diamati dengan echocardiografi 2-dimensi :
a Zona ruang bebas posterior dan anterior ventrikel kiri dan di
belakang atrium kiri : Setelah operasi jantung, suatu pengumpulan
cairan lokal posterior tanpa efusi anterior yang signifikan dapat
terjadi dan dapat membahayakan cardiac output.
b Kolapsnya diastolic awal dari dinding bebas ventrikel kanan
c kompresi end diastolic / kolapsnya atrium kanan
d Plethora vena cava inferior dengan inspirasi minimal atau tidak
kolaps
e Lebih dari 40% peningkatan inspirasi relatif dari sisi kanan aliran
f Lebih dari 25% penurunan relatif pada aliran inspirasi di katup
mitral

5. Pulse Oksimetri
Variabilitas pernapasan di pulse-oksimetri gelombang dicatat
pada pasien dengan paradoksus pulsus. Dalam kelompok kecil pasien
dengan tamponade, Stone dkk mencatat peningkatan variabilitas
pernapasan di pulsa-oksimetri gelombang pada semua pasien. Ini harus
meningkatkan kecurigaan untuk kompromi hemodinamik. Pada pasien

10
dengan atrial fibrilasi, pulsa oksimetri-dapat membantu untuk
mendeteksi keberadaan paradoksus pulsus.

6. USG FAST
Untuk mendeteksi cairan di rongga perikardium.

2.1.7 Penatalaksanaan
Pada keadaan ini dapat dilakukan perikardiosintesis. Sebuah jarum
berongga ukuran 16 sepanjang 6 inci ditusukkan di bawah prosesus
xifoideus dan diarahkan ke apeks jantung. Jarum tersebut kemudian
dihubungkan dengan alat EKG 12 sadapan melalui klem aligator untuk
membantu menentukan apakah jarumnya mengenai jantung. Defleksi yang
tajam akan terlihat pada pola EKG. Perikardiosintesis dapat disertai dengan
denyut jantung false-positive yang signifikan karena klinisi bisa saja
mengaspirasi darah yang berasal dari ventrikel kanan sendiri. Petunjuk yang
akan mengarahkan pengambilan keputusan adalah bahwa darah yang bersal
dari kantong perikardium biasanya tidak akan membeku. Yang paling baik,
perikardiosistesis adalah prosedur yang bersifat sementara untuk
memperbaiki fungsi jantung sambil menunggu pembedahan. Di beberapa
rumah sakit, lubang atau jendela pada selaput perikardium dibuat secara
darurat di UGD oleh dokter bedah atau dokter spesialis kardiotoraks.
(Oman, 2008)

Gambar 3. Perikardiosintesis

11
Penatalaksanaan pra rumah sakit bagi temponade cardio pada tingkat
EMP-A memerlukan transportasi cepat ke rumah sakit. Ini merupakan satu
dari beberapa kedaruratan yang harus ditransport dengan sirine dan lampu
merah.
Perhatian ketat harus dicurahkan untuk menghindari pemberian
cairan berlebihan ke pasien. Sering sukar membedakan antara temponade
pericardium dan “tension pneumotoraks” tanpa bantuan radiograph. EMT
harus cermat mengamati penderita dan mengingatkan dokter di rumah sakit
terhadap kemungkinan tamponade pericardium.
Pada tingkat paramedic EMT, setelah diagnositik dan konsultasi ke
dokter rumah sakit, tamponade pericardium dapat diaspirasi. Aspirasi dapat
dilakukan dengan menggunakan jarum interkardiak untuk suntikan
ephineprin, dengan hanya menarik penuh semprit yang kosong.
Pendekatannya dari subxifoid, menuju scapula kiri tepat seperti suntikan
intrakardia. Perbedaannya dalam memasukkan jarum selanjutnya.
Pemasukan jarum harus dihentika tepat setelah memasuki kantong
pericardium, sebelum masuk ke ventrikel (lihat gambar). Identifikasi lokasi
ujung jarum dengan tepat dapat dibantu dengan menempatkan sadapan V
elektrograf ke batang baja. Jarum ini dengan klem “alligator”. Sewaktu
jarum dimasukkan, segera dapat diketahui arus luka sewaktu ujung jarum
menyentuh miokardium. Dengan menarik mundur sedikit ke kantong
pericardium, EMT kemudian dapat mengaspirasi darah tanpa mencederai
myocardium.
Seratus lima puluh sampai 250 ml darah di kantong pericardium
sudah cukup untuk menimbulkan tamponade berat. Pengambilan beberapa
milliliter bisa mengurangi tekanan yang memungkinkan peningkatan curah
jantung pasien, peningkatan tekanan darah distal dan penurunan tekanan di
sisi kanannya. Prasat ini (mengeluarkan 50-75 ml darah) merupakan
tindakan yang menyelamatkan nyawa pada tamponade berat. Harus diingat
bahwa terapi ini bukan definitif melaikan hanya suatu tindakan sementara
sampai penderita bisa dibawa ke kamar operasi, tempat dapat dilakukan
perikardiotomi formal sebelum penatalaksanaan difinitive masalah jantung

12
dengan anastesi lokal. Perlukaan pada pembuluh darah jantung dan struktur
vaskuler intertoraks ditangani dalam masa pra rumah sakit seperti syok
hemoragik lainnya dengan pakaian anti syok dan infus IV. (Boswick, 1997 :
80). Pemberian oksigen sesuai indikasi juga diperlukan untuk pasien
tamponade, agar mencegah terjadinya hipoksia jaringan akibat oksigen yang
tidak adekuat karena penurunan curah jantung.

2.1.8 Komplikasi
1. Gagal jantung
2. Syok kardiogenik
3. Henti jantung
4. Penimbunan cairan di paru-paru (edema paru)
5. Kematian

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Data Subyektif
a Riwayat Penyakit Sekarang
1) Cedera tumpul atau cedera tembus pada dada, leher punggung
atau perut.
2) Perbaikan pada lesi jantung.
3) Dispnea
4) Cemas
5) Nyeri dada
6) Lemah
b Riwayat Kesehatan
1) Penyakit jantung
2) Penyakit infeksi dan neoplastik.
3) Penyakit ginjal

13
Data Obyektif
a. Airway
Tidak ditemukan adanya tanda dan gejala.
b. Breathing
1) Takipnea
2) Tanda kusmaul: peningkatan tekanan vena saat inspirasi ketika
bernafas spontan
c. Circulation
1) Takikardi
2) Peningkatan volume vena intravaskular.
3) Pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg,
tekanan sistolik <100mmHg
4) Pericardial friction rub
5) Pekak jantung melebar
6) Trias classic beck berupa: distensis vena leher, bunyi jantung
melemah / redup dan hipotensi didapat pada sepertiga
penderita dengan tamponade.
7) Tekanan nadi terbatas
8) Kulit lembab, bibir, jari tangan dan kaki sianosis
d. Disability
Penurunan tingakat kesadaran

2. Pengkajian Sekunder
a. Exposure
Adanya jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada.
b. Five Intervensi
1) Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung
2) EKG menunjukkan electrical alternas atau amplitude gelombang
P dan QRS yang berkurang pada setiap gelombang berikutnya
3) Echocardiografi adanya efusi pleura
Hasil pemeriksaan Echocardiografi pada tamponade jantung
menunjukkan :

14
1) Kolaps diastole pada atrium kanan
2) Kolaps diastole pada ventrikel kanan
3) Kolaps pada atrium kiri
4) Peningkatan pemasukan abnormal pada aliran katup
trikuspidalis dan terjadi penurunan pemasukan dari aliran
katup mitral > 15 %
5) Peningkatan pemasukan abnormal pada ventrikel kanan
dengan penurunan pemasukan dari ventrikel kiri
6) Penurunan pemasukan dari katup mitral .
7) Pseudo hipertropi dari ventrikel kiri
8) Pemeriksaan Doppler: Analisis Doppler terhadap tanda
morfologi jantung dapat membantu dalam menegakkan
keakuratan diagnosa klinis dan mendukung pemerikasaan
laboraturium dari pola hemodinamik pada tamponade.
c. Give Comfort
Tidak terdapat tanda dan gejala
d. Head to Toe
1) Kepala dan wajah: pucat, bibir sianosis
2) Leher: peninggian vena jugularis
3) Dada: ada jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada, tanda
kusmaul, takipnea, bunyi jantung melemah / redup dan pekak
jantung melebar
4) Abdomen dan pinggang: tidak ada tanda dan gejala
5) Pelvis dan perineum: tidak ada tanda dan gejala
6) Ekstrimitas: pucat, kulit dingin, jari tangan dan kaki sianosis
e. Inspeksi Back / Posterior Surface
Tidak ada tanda dan gejala

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea,
tanda kusmaul

15
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai
dengan distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit
dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis,
3. Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal,
gastrointestinal) tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan
nadi lemah, TTV abnormal, penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis,
akral dingin.
2.2.3 Perencanaan
Dx 1 : Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda
kusmaul.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit diharapkan
pola nafas efektif dengan kriteria hasil :
a Takipnea tidak ada
b Tanda kusmaul tidak ada
c TTV dalam rentang batas normal (RR : 16 – 20 X/ mnt).
Intervensi
1. Pantau ketat tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan
Rasional: Perubahan pola nafas dapat mempengaruhi tanda-tanda vital
2. Monitor isi pernafasan, pengembangan dada, keteraturan pernafasan, nafas
bibir dan penggunaan otot bantu pernafasan
Rasional: Pengembangan dada dan penggunaan otot bantu pernapasan
mengindikasikan gangguan pola nafas
3. Berikan posisi semifowler jika tidak kontrainndikasi
Rasional: Mempermudah ekspansi paru
4. Ajarkan klien nafas dalam
Rasional: Dengan latihan nafas dalam dapat meningkatkan pemasukan
oksigen
5. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Oksigen yang adekuat dapat menghindari resiko kerusakan
jaringan
6. Berikan obat sesuai indikasi
Rasional: Medikasi yang tepat dapat mempengaruhi ventilasi pernapasan

16
Dx 2 : Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai dengan
distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari
tangan dan kaki sianosis.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 10 menit diharapkan
curah jantung ke seluruh tubuh adekuat dengan kriteria hasil :
a TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg).
b Nadi perifer teraba kuat
c Suara jantung normal.
d Sianosis dan pucat tidak ada.
e Kulit teraba hangat
f EKG normal
g Distensi vena jugularis tidak ada.

Intervensi
1. Monitor TTV berkelanjutan
Rasional: TTV merupakan indicator keadaan umum tubuh (jantung)
2. Auskultasi suara jantung, kaji frekuensi dan irama jantung
Rasional: Perubahan suara, frekuensi dan irama jantung dapat
mengindikasikan adanya penurunan curah jantung
3. Palpasi nadi perifer dan periksa pengisian perifer
Rasional: Curah jantung yang kurang mempengaruhi kuat dan lemahnya
nadi perifer
4. Kaji akral dan adanya sianosis atau pucat
Rasional: Penurunan curah jantung menyebabkan aliran ke perifer
menurun
5. Kaji adanya distensi vena jugularis
Rasional: Tamponade jantung menghambat aliran balik vena sehingga
terjadi distensi pada vena jugularis
6. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Oksigen yang adekuat mencegah hipoksia
7. Berikan cairan intravena sesuai indikasi atau untuk akses emergency.
Rasional: Mencegah terjadinya kekurangan cairan

17
8. Periksa EKG, foto thorax, echocardiografi dan doppler sesuai indikasi.
Rasional: Pada tamponade jantung, terjadi abnormalitas irama jantung dan
terdapat siluet pembesaran jantung
9. Lakukan tindakan perikardiosintesis.
Rasional: Dengan perikardiosintesis cairan dalam ruang pericardium dapat
keluar
Dx 3 : Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal)
tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan nadi lemah, TTV abnormal,
penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis, akral dingin.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 15 menit diharapkan
perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil :
a Nadi teraba kuat
b TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg)
c Tingkat kesadaran composmentis
d Sianosis atau pucat tidak ada
e Nadi teraba lemah, terdapat sianosis,
f Akral teraba hangat

Intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital secara intensif
Rasional: Perubahan tanda-tanda vital seperti takikardi akibat dari
kompensasi jantung untuk memenuhi suplai O2
2. Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi (kulit : dingin dan pucat, sianosis)
Rasional: Menunjukkan adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan
3. Pantau GCS
Rasional: Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan
penurunan tingkat kesadaran
4. Anjurkan untuk bed rest/ istirahat total
Rasional: Menurunkan kebutuhan oksigen

18
2.2.4 Implementasi
Dilakukan sesuai intervensi dan kondisi pasien

2.2.5 Evaluasi
Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian tindakan
keperawatan melalui proses keperawatan pada klien dengan Malpresentasi
berdasarkan tujuan pemulangan adalah :
1. Pola nafas efektif
2. Curah jantung ke seluruh tubuh adekuat
3. Perfusi jaringan adekuat

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

Skenario Kasus
Seorang pasien 35 tahun datang ke rs dengan keluhan lemas, terdapat luka operasi
pada dada. Keluarga mengatakan pasien pernah kecelakaan 2 tahun yang lalu
dimana pada waktu itu terjadi patahan tulang rusuk yang menembus jantung
pasien, saat ini pasien mengatakan napas sesak. Sekitar 2 bulan yll pasien
mengeluh nyeri dada dan didapatkan TD: 90/40 mmHg, N: 129 x/menit, terdapat
bunyi jantung yang lama dan terdapat distensi vena jugularis. Berdasarkan
pengkajian didapatkan hasil :
1. Pasien tampak lemah dan kesulitan bernafas
2. Tanda vital : laju respirasi 42 x/menit, nadi 100 x/menit, TD 90/60 mmHg,
suhu 38o C
3. Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin, kuku tampak biru
4. GCS 13 (E:3, M:6, V:4), pupil isokor 3 mm/-=
5. Sirkulasi
S3/S4/irama jantung, gallop (gagal jantung sekunder tanpa efusi)
Nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal dengan
ketegangan pneumothoraks
6. Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyutan jantung
menunjukkan udara dalam mediastinum)
7. Dada
Inspeksi : sesak nafas berat, terlihat adanya luka bekas operasi
Palpasi : terdapat nyeri tekan
Perkusi : terdengar seperti ada cairan pada thorak dan jantung
Auskultasi : redup
8. Hasil laboratorium
Laboratorium : kreatinin meningkat
Foto thorak : terdapat pembesaran jantung

20
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Bersadarkan pemaparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan
dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung
cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat)
yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan
hemodinamik, dimana ini merupakan salah satu komplikasi yang paling
fatal dan memerlukan tindakan darurat.
Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma
tajam dan tumpul di daerah dada atau yang diperkirakan menembus jantung,
gelisah, pucat, keringat dingin, peninggian vena jugularis, pekak jantung
melebar, suara jantung redup dan pulsus paradoksus. Trias classic beck
berupa distensis vena leher, bunyi jantung melemah dan hipotensi didapat
pada sepertiga penderita dengan tamponade. (Mansjoer, dkk. 2000)

4.2. Saran
Penulis berharap dengan ini, semoga mahasiswa dapat mengerti
bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien yang mengalami
tamponade jantung, dan paham bagaimana patofisiologi yang terjadi pada
pasien yang mengalami penyakit tersebut. sehingga bisa berpikir kritis
dalam melakukan tindakan keperawatan.

21

Anda mungkin juga menyukai