Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

Disusun Oleh:

Lia Erawati (5.17.032)

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2017
LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

1. KONSEP DASAR PENYAKIT

a. Definisi pneumonia

Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi

dan terjadi pengisian rongga alveoli yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,

dan benda asing. Pneumonia bisa disebabkan oleh terapi radiasi, bahan kimia, dan

aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyertai radiasi untuk kanker payudara atau

paru, pneumonia kimiawi terjadi setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas

(Mutttaqin, 2008, hlm.195).

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,

dan benda asing (Ngastiyah, 2012, hlm.57). Pneumonia adalah peradangan yang

mengenai parenkim paru distal dari bronkeolus terminalis yang mencakup

bronkeolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan

paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Setiati, el al. 2015, hlm.1610).

b. Etiologi

Menurut Setiati, et al (2015, hlm.1612) faktor yang mempengaruhi terjadinya

pneumonia yaitu:

1) Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram

posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus

pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella

pneumonia dan P. Aeruginosa.


2) Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.

Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia

virus.

3) Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui

penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada

kotoran burung, tanah serta kompos.

4) Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya

menyerang pasien yang mengalami immunosupresi.

c. Patofisiologi

Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas menyebabkan

reaksijaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran

kuman.
Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel

PMNs (polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman dialveoli.

Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium

hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke

permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMNs dialveoli dengan

proses fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan

jumlah sel makrofag dialveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta

menghilangnya kuman dan debris (Mansjoer, 2009).

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi

inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan

menghilangkan eksudat yang mengganggu gerakkan dan difusi oksigen serta

karbondioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil juga berimigrasi

kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area

paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa dan

bronkospasme menyebabkan okulsi parsial bronkhi atau alveolui dengan

mengakibat penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki

paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri

jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini

akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial (Smeltzer, 2009).

d. Pathways

Terlampir
e. Manifestasi klinis

Menurut Suriadi & Rita (2010, hlm. 227) tanda dan gejala pneumonia antara lain:

1) Demam tinggi

2) Batuk

3) Ronki

4) Wheezing

5) Sakit kepala (pada anak)

6) Nyeri abdomen

f. Pemeriksaan penunjang

Menurut Suriadi & Rita (2010, hlm.227) pemeriksaan diagnostik pada pasien

pneumonia sebagai berikut:

1) Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah menunjukkan leukosit dengan predominan PMN atau

dapat ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis buruk, dapat

ditemukan anemia ringan atau sedang.

2) Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran yang bervariasi diantaranya

bercak konsolidasi merata pada bronkopenia, bercak konsolidasi satu lobs

pada pneumonia lobaris, gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat

interstisialis pada pneumonia.

3) Pemeriksaan cairan pleura

4) Pemeriksaan mikrobiologik, sekresi nasofaring, aspirasi trakea.


g. Komplikasi

Komplikasi pneumonia menurut Setiati, et al (2015, hlm.1619) dapat terjadi

komplikasi pneumonia ekstramulmoner, misalnya pneumonia pada pneumonia

pneumokokkus dengan bakteriemi dijumpai 10% kasus berupa meningitis,

athritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis dan empiema. Terkadang dijumpai

komplikasi ekstrapulmoner non infeksius bisa dijumpai yang memperlambat

resolusi gambaran radiologi paru, antara lain gagal ginjal, gagal jantung, emboli

paru atau infark paru dan infark miokard akut.

h. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

Menurut Wijaya (2015, hlm.199) penatalaksanaan medis dan keperawatan

pneumonia meliputi:

1) Medis

(a) Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50-70


mg/kg/BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5
hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan
penyebab infeksi yang memungkinkan lebih dari 1 jenis juga untuk
menghindari resistensi antibiotik.
(b) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena, biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan Nacl 0,9%
dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol
infus.
(c) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisis gas darah arteri
(d) Jika sekresi lendir berlbihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti
pemebrian terapi nebulizer dengan.
2) Keperawatan

(a) Menjaga kelancaran pernapasan


Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir yang ada dijalan napas
harus dikeluarkan, dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu
dengan memberikan O2 sesuai kebutuhan.
>>Pada anak yang agak besar
(1) Berikan sikap berbaring setengah duduk
(2) Longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang, kaos yang
sempit
(3) Ajarkan batuk efektif
(4) Beritahukan pada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada
yang sakit, boleh duduk/miring ke bagian yang lain.
>>Pada bayi
(1) Baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan
ganjalan dibawa bahunya.
(2) Bukalah pakaian yang ketat
(3) Isaplah lendir dan berikan O2 rumat sampai 2 liter/menit
(4) Saat akan memberikan minum perhatikan posisi yang tepat
(b) Kebutuhan Istirahat
Klien pneumonia adalah klien yang mengalami kelelahan, mengalami
peningkatan suhu tubuh maka klien memerlukan waktu yang cukup
untuk beristirahat. Usahakan untuk meningkatkan keamanan dan
kenyamanan pasien dan lingkungan sekitar sehingga pasien dapat
beristirahat.
(c) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang
kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan
yang kurang dapat menyebab dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan
kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan Nacl
0,9%. Pada bayi yang masih minum ASI, bila terlalu sesak ia boleh
menetek selain memperoleh infus.
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

a. Pengkajian

Pengkajian fokus yang dapat dilakukan menurut Suyono (2009, hlm.267) adalah

sebagai berikut:

1) Riwayat penyakit sekarang


a) Keluhan utama yang dirasakan
b) Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan tersebut
2) Riwayat penyakit dahulu
a) Pernah menderita ISPA
b) Riwayat terjadi aspirasi
c) Sistem imun anak yang mengalami penurunan
d) Apa saja sakit yang pernah dialami

3) Riwayat penyakit keluarga


a) Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
b) Ada keluarga yang mengalami sakit serupa
4) Demografi
a) Usia : lebih sering pada bayi atau anak dibawah 3 tahun
b) Lingkungan : pada lingkungan yang sering berkontaminasi dengan
polusi udara.
5) Pengkajian Pola Gordon
a) Pola nutrisi metabolik
Biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik kontrol saraf pusat),
mual dan muntah (peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak
peningkatan toksik mikroorganisme).
b) Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan melalui proses evaporasi karena demam.
c) Pola istirahat-tidur
Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena sesak napas, sering
menguap serta kadang menangis karena tidak nyaman.
d) Pola kativitas latihan
Aktivitas latihan menurun akibat kelemahan fisik.
6) Pengkajian fisik (Head to toe)
a) Keadaan umum : tampak lemah, sesak napas
b) Kepala : tidak ada kelainan
c) Mata : konjungtiva bisa anemis
d) Hidung : jika sesak terlihat pernapasan cuping hidung
e) Paru
(1) Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya
satu sisi paru, ada penggunaan otot bantu napas
(2) Palpasi : ada nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada
daerah yang terkena.
(3) Perkusi : pekak terjadi bila berisi cairan, normalnya sonor atau
vaskular
(4) Auskultasi : bisa terdengar ronkhi
f) Jantung : jika tidak ada kelainan jantung maka pemeriksaan jantung
tidak ada kelemahan
g) Abdomen : auskultasi bunyi bising usus, palpasi adanya nyeri tekan dan
perkusi adanya bunyi abnormal.
h) Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi

b. Diagnosa keperawatan

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi saluran pernapasan akibat


mukus yang berlebih
2) Pola napas tidak efektif b.d pengembangan paru yang tidak adekuat
3) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveoli kapiler ; oventilasi
perfusi
4) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan tubuh
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
c. Rencana keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan Mandiri
jalan nafas berhubungan keperawatan selama ….X 24 Airway Management:
dengan obstruksi saluran jam, pasien menunjukan  Buka jalan nafas,
pernapasan akibat mukus bersihan jalan napas yang guanakan teknik chin lift
yang berlebihan efektif atau jaw thrust bila perlu
Kriteria Hasil :  Posisikan pasien untuk
 Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
batuk efektif  Identifikasi pasien
 Suara napas bersih perlunya pemasangan
 Tidak ada sianosis dan alat jalan nafas buatan,
dyspneu Pasang mayo bila perlu
 Mampu mengeluarkan  Pasang mayo bila perlu
sputum  Lakukan fisioterapi dada
 Mampu bernafas dengan jika perlu
mudah  Keluarkan sekret dengan
 Tidak ada pernafasan batuk atau suction
mulut  Auskultasi suara nafas,
 Menunjukkan jalan catat adanya suara
napas yang paten (klie tambahan
tidak merasa tercekik,  Lakukan suction,
irama nafas, frekuensi Berikan bronkodilator
pernafasan dalam bila perlu
rentang normal, tidak  Atur intake untuk cairan
ada suara abnormal) mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan
status O2

Kolaborasi
 Berikan nebulizer
 Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
 Pemberian obat-obatan
 Pemeriksaan
laboratorium

Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Mandiri


berhubungan dengan keperawatan selama ….X Airway Management:
pengembangan paru yang 24jam, pasien menunjukan  Buka jalan nafas,
tidak adekuat pola napas yang efektif guanakan teknik chin lift
Kriteria Hasil : atau jaw thrust bila perlu
 suara nafas yang bersih,  Posisikan pasien untuk
 Tidak ada sianosis memaksimalkan ventilasi
 Tidak ada dyspneu  Lakukan fisioterapi dada
 Klien tidak merasa jika perlu
tercekik,  Keluarkan sekret dengan
 Irama nafas regular batuk atau suction
 Tidak ada suara napas  Auskultasi suara nafas,
abnormal catat adanya suara
 Tanda-tanda vital dalam tambahan
rentang normal  Lakukan suction
 Berikan bronkodilator
bila perlu
 Monitor respirasi dan
status O2
 Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
 Pertahankan jalan nafas
yang paten

Gangguan pertukaran gas Selama dilakukan tindakan Mandiri


Berhubungan dengan keperawatan selama....x24 Airway Management:
perubahan membrane
jam gangguan pasien teratasi  Buka jalan nafas,
alveoli kapiler; ventilasi
perfusi Kriteria Hasil: guanakan teknik chin lift
 Mendemonstrasikan atau jaw thrust bila perlu
peningkatan ventilasi  Posisikan pasien untuk
dan oksigenasi yang memaksimalkan ventilasi
adekuat  Lakukan fisioterapi dada
 Memelihara kebersihan jika perlu
paru dan bebas dari  Keluarkan sekret dengan
tanda distres pernapasan batuk atau suction
 Mendemonstrasikan  Auskultasi suara nafas,
batuk efektif dan catat adanya suara
suaranapas yang bersih, tambahan
tidak ada sianosis dan  Lakukan suction
dyspneu (mampu  Berikan bronkodilator
mengeluarkan sputum , bila perlu
mampu bernapas dengan  Monitor respirasi dan
mudah, tidak ada pursed status O2
lips)  Bersihkan mulut, hidung
 Tanda-tanda TTV dalam dan secret trakea
rentang normal  Pertahankan jalan nafas
 AGD dalam batas yang paten
normal
 Status neurologis dalam
batas normal

Intoleransi Aktivitas b/d: Setelah dilakukan tindakan  Mandiri


Ketidakseimbangan antara keperawatan …..x ….. jam
Manajemen Energi
suplai oksigen dengan
 Monitor sistem
kebutuhan tubuh Pasien menunjukan aktivitas
kardiorespirasi pasien
meningkat
selama kegiatan
(misalnya takikardia,
Kriteria hasil:
disritmia yang lain,
 Toleransi terhadap
dypsnea, diaphoresis,
aktivitas pucat, tekanan
 Keefektivan pomba hemodinamik, frekuensi
jantung pernafasan)
 Status jantung paru  Anjurkan aktivitas fisik
 Status pernafasan (misalnya ambulasi,
ADL) sesuai dengan
kemampuan (energi)
pasien
 Pilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan
baik secara farmakologis
dengan tepat
 Bantu pasien untuk
menjadwalkan periode
istirahat

Terapi Latihan
 Beri pasien pakaian yang
tidak mengkengkang
 Bantu pasien untuk
duduk disisi tempat tidur
untuk memfasilitasi
penyesuaian sikap tubuh
 Intruksikan ketersediaan
perangkat pendukung
jika sesuai
 Bantu pasien untuk
perpindahan sesuai
kebutuhan

Kolaborasi
Terapi aktivitas
 Pertimbangkan
kemampuan klien dalam
berpartisipasi melalui
aktivitas spesifik
 Kolaborasi dengan ahli
terapis fisik dalam
perencanaan dan
pemantauan progam
aktivitas
 Bantu klien untuk
memilih aktivitas yang
konsisten dengan
kemampuan fisik,
psikologis dan social
 Bantu klien dan keluarga
untuk mengidentifikasi
kelamahan dalam level
aktivitas tertentu
 Intruksikan klien dan
keluarga untuk
melaksanakan aktivitas
yang diinginkan
Ketidakseimbangan nutrisi: Setelah diberikan tindakan Mandiri
kurang dari kebutuhan keperawatan selama ...x24  Lakukan pengkajian
tubuh berhubungan dengan jam kebutuhan nutrisi pasien lengkap mengenai
intake tidak adekuat terpenuhi dengan nutrisi klien.
Kriteria Hasil:  Monitor intake
 Nutritional status makanan/ cairan dan
 Pemasukan nutrisi yang hitung intake kalori
adekuat harian.
 Jumlah cairan dan  Mengatur lingkungan
makanan yang diterima menjadi
sesuai dengan kebutuhan menyenangkan dan
tubuh pasien rileks.
 Nilai laboratorium  Pilih supplement
dalam rentang normal, nutrisi jika
protein total 6-8 gr%, diperlukan.
Albumin3.5-5 gr%,  Anjurkan pasien
Globulin 1.5-3 gr%, HB untuk memilih
tidak kurang dari 10 gr makanan yang lunak,
% tidak berbumbu,dan
 Membran mukosa dan tidak asam.
konjungtiva tidak pucat  Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium, jika
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.,Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing


Interventions (NIC). Edisi 6. Indonesia

Mansjoer, A. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Edisi 5. Indonesia

Muttaqin, Arif. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan sistem
pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Ngastiyah. (2012). Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC

Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, W. A., et al. (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Jakarta: Internapublishing

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2009. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta: EGC

Suriadi & Rita Y. (2010). Asuhan keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta: Sagung
Seto

Suyono, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Edisi ke-1. Yogyakarta: Gosyen

Wijaya, A.S & Yessie, M.P. (2015). Keperawatan medikal bedah 2. Yogyakarta: Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai