PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Untuk mengetahui konsep dasar tentang Syndrome Guillain – Barre
1.3.2 Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui definisi Syndrome Guillain – Barre,
b. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan Syndrome Guillain –
Barre,
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis Syndrome Guillain – Barre,
d. Untuk mengetahui patofisiologi Syndrome Guillain – Barre,
e. Untuk mengetahui pathway Syndrome Guillain – Barre,
f. Untuk mengetahui komplikasi Syndrome Guillain – Barre,
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Syndrome
Guillain – Barre,
h. Untuk mengetahui penatalaksaan yang tepat pada pasien
Syndrome Guillain – Barre,
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Syndrome Guillain – Barre.
1.4 Manfaat
Kita sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui tentang konsep dasar
2.1 Definisi
Sindrom Guillain - Barre merupakan sindrom klinik yang
penyebabnya tidak diketahui yang menyangkut saraf perifer dan cranial.
Paling banyak pasien dengan sindrom ini di timbulkan oleh adanya infeksi
(pernapasan atau gastrointestinal) 1 sampai 4 minggu sebelum terjadi
serangan penurunan neurologik. (Smeltzer, S.C. dan B.G. Bare. 2001)
Sindrom Guillain – Barre adalah polineuropati inflamasi akut yang
mengalami demielinasi. Pada sebagian besar pasien, sindrom ini berkaitan
dengan infeksi yang terjadi sebelumnya. Terdapat keterlibatan motoric yang
lebih dominan, seringkali melibatkan otot pernapasan dan bulbar, juga
kebutuhan untuk tata laksana kedaruratan. (Ginsberg, Lionel. 2005)
Sindrom Guillain–Barre merupakan sindrom klinis yang ditujukan
oleh awitan akut dai gejala – gejala yang mengenai saraf tepi dan kranial.
Penyakit ini terjadi dengan frekuensi yang sama pada kedua jenis kelamin dan
pada semua ras. Puncak tertinggi adalah pada usia produktif. (Muttaqin, Arif.
2008)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Sindrom Gullain – Barre adalah suatu
penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf perifer; dan biasanya
dicetuskan oleh suatu proses infeksi yang akut.
2.2 Etiologi
Salah satu hipotesis menyatakan bahwa infeksi virus menyebabkan
reaksi autoimun yang menyerang myelin saraf perifer. (Myelin merupakan
substansi yang ada disekitar atau menyelimuti akson – akson saraf dan
berperan penting pada transmisi impuls syaraf). (Smeltzer, S.C. dan B.G.
Bare. 2001)
2.3 Manifestasi Klinis
a. Parestesia (kesemutan dan kebas)
b. Kelemahan otot kaki yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang
tubuh, dan otot wajah
c. Paralisis pada ocular, wajah dan otot nasofaring, kesukaran berbicara,
mengunyah dan menelan
d. Disfungsi autonomy yang berakibat kurang bereaksinya system saraf
simpatis dan parasimpatis, seperti gangguan jantung dan ritme, perubahan
Tekanan Darah (hipertensi transien, hipotensi ortostatik), dan gangguan
vasomotor lainnya
e. Kehilangan sensasi posisi tubuh
(Smeltzer, S.C. dan B.G. Bare. 2001)
2.4 Patofisiologi
Sindrom Guillain Barre adalah suatu penyakit system saraf perifer
yang ditandai oleh awitan paralisis atau paresis otot mendadak. Sindrom ini
terjadi akibat serangan autoimun pada myelin yang membungkus saraf –
saraf perifer. Dengan rusaknya myelin, akson itu sendiri dapat rusak. Gejala –
gejala sindrom Gullain – Barre menghilang setelah serangan autoimun
berhenti dan akson mengalami regenerasi. Apabila terjadi kerusakan badan
sel selama serangan, maka dapat terjadi ketidakmampuan yang permanen.
Walaupun penyebab sindrom Guillain – Barre tidak diketahui, penyakit ini
biasanya timbul 1 – 4 minggu setelah infeksi virus atau imunisasi.
Pada awalnya yang terkena biasanya adalah otot – otot ekstremitas
bawah, dengan paralisis berkembang ke atas. Otot – otot pernapasan dapat
terkena sehingga terjadi kolaps pernapasan. Fungsi kardiovaskular dapat
terganggu akibat gangguan pada fungsi saraf otonom. (Corwin, Elizabeth J.
1996)
2.5 Pathway
Proses Autoimun
Menghancurkan myelin
yang mengelilingi akson
GBS
Ansietas
Hambatan Resiko tinggi
mobilitas infeksi saluran
fisik napas bawah dan
parenkim paru
Gagal fungsi
pernapasan
Gangguan
Pertukaran gas
2.6 Komplikasi
a. Gagal napas
b. Disfungsi autonom
(Wilkins dan L. Williams. 2010)
KASUS :
Tn. A 45 tahun mengeluh ujung jari tangan dan kaki terasa kebas, punggung sakit,
muntah, mual dan sakit kepala, muka memerah. Sebelumnya klien mengeluh
demam, batuk dan pilek, dada sesak, diare selama 2 hari. Tekanan Darah : 110/70
mmHg, Nadi : 90 kali/menit, RR: 30 kali/menit. Pemeriksaan Lab : Na+ : 139
mmol/L, K+ : 3 mmol/L, Ca2+ : 0,43 mmol/L, HCl : 53 %.
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Kadipiro, Banjarsari, Surakarta
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Swasta
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. B
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 43 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kadipiro, Banjarsari,
Surakarta
Hubungan klien dengan pasien : Istri klien
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Klien
Tn. A
: Menikah
: Mempunyai anak
` : Tinggal dalam satu rumah
4. Pola Nutrisi/Metabolik
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Jenis Nasi, lauk, sayur, air Nasi, lauk, sayur,
putih susu, buah
Porsi / Jumlah 1 porsi habis 1/2 porsi kadang
habis kadang tidak
Keluhan Tidak ada Mual dan muntah
Pengkajian Nutrisi (ABCD)
- A : Antropometri
Berat badan (BB) : 45 kg
Tinggi Badan (TB) : 160 cm
BB 45
IMT : : : 17,58 (Normal : 18,5-22,9)
TB (1,6)2
- B : Biomechanical
Pemeriksaan Laboratorium :
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk status
nutrisi
- C : Clinical Sign
Muka memerah, badan kurus, Kelemahan otot – otot
ekstremitas
- D : Diet
Makanan yang dianjurkan adalah makanan lunak tinggi
protein
5. Pola Eliminasi
a. Eliminasi BAB
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi 1 kali sehari (pagi) 1 kali sehari
(pagi)
Konsistensi Lunak berbentuk Encer
Bau Khas Khas
Warna Kuning kecoklatan Kuning
Keluhan Tidak ada Diare
Penggunaan obat
Tidak ada Tidak ada
pencahar
b. Eliminasi Urine
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi 5-6 kali/hari 5-6 kali/hari
Pancaran Kuat Lemah
Jumlah + 220 cc sekali + 200 cc sekali
BAK BAK
Bau Amoniak Amoniak
Warna Jernih Jernih
Perasaan sebelum
Lega Lega
BAK
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Total Produksi + 1100 – 1320 + 1000 – 1200
Urine (per hari) cc/hari cc/hari
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal pemeriksaan :
Jenis Nilai Keterangan
Satuan Hasil
Pemeriksaan Normal Hasil
Natrium 136-144 mmol/L 139 Normal
Kalium < 1 th : 3,2- Kurang dari
6,1 normal
mmol/L 3,1
< 60 th :
3,3-5,1
>60 th : 3,7-
5,4
Calsium 0,43
HCl 53
B. ANALISA DATA
Nama : Tn. A No. CM : 12011520
Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : Syndrome Guillain –
Barre
Hari/
No Tanggal/J Data Fokus Masalah Etiologi Dianogsa
am
1 Minggu/ DS : Klien Hambatan Penurunan Hambatan
11 Januari mengatakan ujung Mobilitas kendali mobilitas
2015/ jari dan kaki fisik otot fisik
10.00 terasa kebas, berhubung
WIB punggung sakit, an dengan
dan kepala sakit. penurunan
DO : kendali
Ada kelemahan otot
pada otot – otot
ektremitas :
3 3
3 3
Tekanan Darah :
110/70, Nadi : 90
kali/menit, RR:
30 kali/menit,
Suhu : 37o C
2 Minggu/ DS : Klien Ketidakefe Kerusakan Ketidakefe
11 Januari mengatakan ktifan pola neurologis ktifan pola
2015/ batuk, pilek, dada napas napas
10.00 terasa sesak, dan berhubung
WIB punggung sakit an dengan
DO : Tekanan kerusakan
Darah : 110/70, neurologis
Nadi : 90
kali/menit, RR:
30 kali/menit,
Suhu : 37o C
3 Minggu/ DS : Klien Ketidaksei Ketidakma Ketidaksei
11 Januari mengatakan mual, mbangan mpuan mbangan
2015/ muntah, diare Nutrisi: mencerna nutrisi:
10.00 DO : Kurang makanan Kurang
WIB BB : 45 kg, IMT : dari dari
17,58 (dibawah kebutuhan kebutuhan
normal). Tekanan tubuh berhubung
Darah : 110/70, an dengan
Nadi : 90 ketidakma
kali/menit, RR: mpuan
30 kali/menit, mencerna
Suhu : 37o C makanan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kerusakan neurologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
D. RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI
Nama : Tn. A No. CM : 12011520
Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : Syndrome Guillain –
Barre
Tujuan dan
Tanggal/ Diagnosa
No Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Ttd
Jam Keperawatan
(NOC)
B. Saran
Untuk menangani klien dengan Syndrome Guillain – Barre disarankan
perlu adanya keterlibatan keluarga dan kesabaran dalam penatalaksanaan
penyakit ini karena fase pemulihan yang memakan waktu lama, peningkatan
edukasi pada pasien dan keluarga dapat membantu proses pemulihan pada
pasien secara umum, dan perlu adanya peningkatan keahlian dan pengetahuan
bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan untuk klien
GBS.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, , Gloria M., , Howard K. Butcher, dan Joanne M. Dochteman, ed. 2013.
Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louis: Mosby Elsevier
Smeltzer, S.C., dan B.G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC