Anda di halaman 1dari 29

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

PADA PASIEN HALUSINASI DI BANGSAL ..........................


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

Disusun oleh :
1. Aditiya Kurniawan (SN171003)
2. Agustin Kusuma W (SN171008)
3. Belladina Tiya S (SN171035)
4. Dwi Setiyarini (SN171052)
5. Erma Setiawatik (SN171065)
6. Eva Septerina Dwi H (SN171067)
7. Febriyan Kusumo N (SN171069)
8. Ida Pramawati (SN171088)
9. Saifudin (SN171154)
10. Supriyanto (SN171154)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1
2

Gangguan jiwa dalam berbagai bentuk adalah penyakit yang sering


dijumpai pada semua lapisan masyarakat. Penyakit ini dialami oleh siapa saja,
tidak memandang jenis kelamin, usia, serta status sosial. Gangguan jiwa dapat
mempengaruhi fungsi kehidupan seseorang seperti aktifitas penderita,
kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan keluarga dapat
menjadi terganggu karena gejala ansietas, depresi dan psikosis.
Ada berbagai macam jenis gangguan jiwa yang biasa ditemui diantaranya
gangguan jiwa ringan, dengan gejala yaitu: mudah tersinggung, mudah marah,
mempunyai perasan curiga yang berlebihan, angkuh dan sulit untuk bergaul
dengan orang lain. Serta gangguan jiwa berat, salah satunya yang sering
ditemukan adalah skizofrenia. Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia
adalah 0,3 sampai 1%. Hal itu menggambarkan apabila penduduk Indonesia
sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa penduduk
Indonesia menderita skizofrenia. Skizofrenia biasanya terdiagnosis pada masa
remaja akhir dan dewasa awal, yaitu pada usia 15-25 tahun untuk pria dan 25-
35 tahun untuk wanita.
Skizofrenia menggambar suatu kondisi psikotik yang terkadang ditandai
dengan keadaan apatis, tidak mempunyai hasrat, asosiasi, serta afek tumpul.
Klien biasanya mengalami gangguan pada pikiran, persepsi, dan perilaku.
Pengalaman subjektif dari pikiran yang terganggu dimanifestasikan pada
gangguan bentuk konsep yang sewaktu-waktu dapat mengarah pada keadaan
salah mengartikan kenyataan, delusi, dan halusinasi. Dapat juga terjadi
perubahan alam perasaan ambivalen, dan hilangnya empati pada orang lain.
Salah satu tanda dan gejala dari skizofrenia adalah halusinasi. Halusinasi
merupakan bentuk yang paling sering terjadi dari gangguan persepsi.
Halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi
pengalaman panca indera tanpa adanya rangsagan sensorik (persepsi indera
yang salah). Dengan kata lain, klien berespon terhadap rangsangan yang tidak
nyata dan hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan. Dampak dari
halusinasi ini adalah pasien sulit bersepon terhadap emosi, perilaku pasien
menjadi tidak terkendali dan akhirnya pasien mengalami isolasi social karena
tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain.
Seorang dengan gangguan jiwa yang dirawat di suatu rumah sakit jiwa
membutuhkan perawatan yang baik agar gangguan yang terjadi dapat diatasi.
3

Seorang perawat dituntut mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang


sesuai dengan permasalahn yang dialami pasien. Di rumah sakit jiwa, setiap
pasien harus memiliki jadwal aktivitas kegiatan harian yang telah diatur,
jadwal tersebut diantaranya adalah jadwal mandi, makan, istirahat, kegiatan
keagamaan, jadwal minum obat serta adapula jadwal-jadwal terapi generalis,
salah sat diantaranya adalah terapi aktivitas kelompok.
Klien dengan kondisi mengalami gangguan halusinasi harus diarahkan
pada respon perilaku dan cara mengontrol datangnya gangguan halusinasi
tersebut melalui asuhan keperawatan yang komprehensif dan terus menerus
disertai dengan terapi-terapi modalitas seperti pemberian aktifitas kelompok.
Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu bentuk treatment yang melibatkan
sekelompok orang yang bertemu pada waktu yang telah direncanakan dengan
seorang terapis yang professional. Terapi aktifitas kelompok ini diharapkan
dapat memberi suatu interaksi antara pasien yang satu dengan pasien yang lain
yang saling mengungkapkan dan mengenal halusinasi yang dirasakannya serta
teknik yang dapat digunakan untuk menghardik halusinasi. TAK juga
dilakukan untuk meningkatkan kematangan emosional dan psikologis pada
klien yang mengalami gangguan jhiwa pada jangka waktu yang lama.
Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di ruang Nakula masalah
keperawatan yang paling banyak yaitu halusinasi. klien yang mempunyai
masalah halusinasi ada 10 orang. Dari fenomena tersebut kelompok tertarik
untuk melakukan terapi aktivitas kelompok dengan topik halusinasi.
B. TOPIK
Terapi kelompok dengan gangguan persepsi: halusinasi dengan sesi
1. Kemampuan Mengenal Halusinasi
2. Kemampuan Mengontrol Halusinasi
3. Kemampuan Menyusun Jadwal Kegiatan
4. Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi
5. Kemampuan patuh minum obat untuk menceah halusinasi

C. TUJUAN
1. UMUM
Klien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi dapat mengenal
halusinasi dan cara menghardik halusinasi.
2. KHUSUS
4

a. Klien mampu mengenal isi, waktu, frekuensi dan respon pasien saat
mengalami halusinasi
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan.
d. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Klien dapat mengenal jenis obat, manfaat obat, efek samping obat,
kerugian tidak minum obat dan 5 benar minum obat.
D. MANFAAT
a. Pasien
1. Menyediakan tempat mencoba dan menemukan hubungan
interpersonal yang baik.
2. Mengembangkan perilaku yang adaptif.
3. Mampu mengetahui halusinasi
b. Perawat
Dapat melakukan tindakan yang mandiri dan profesional
c. Rumah Sakit
Dapat memberikan pelayanan yang prima
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. LANDASAN PUSTAKA
1. HALUSINASI
a. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan kenyataan seperti melihat bayagan atau suara suara
yang sebenarnya tidak ada (Yudi Hartono, 2012).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Suatu penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimullus eksteren : persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan.
5

Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti,


2012).

b. Etiologi
Faktor predisposisi adalah aspek biologis, psikologis, genetik, sosial,
dan biokimia.
a) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurologis yang maladaptif baru mulai dipahmi. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:
1. Penilitian pencitraan otak sudah menunjukkan ketertiban otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengn
perilaku psikotik.
2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bgian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temeuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
c) Sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai
stress.
Beberapa faktor di masyarakat dapat membut seseorang
terisolasi dan kesepian sehingga menyebabkan kurangnya
rangsangan dari eksternal. Stress yang menggangu sistem
6

metabolisme tubuh akan mengeluarkan suatu zat yang bersifat


halusinogen.
Faktor presipitasi menurut Stuart dan Sundeen (1998) adalah
stressor sosial dimana stress dan kecemasan akan meningkat bila
terjadinya penurunan stabilitas, keluarga, perpisahandari orang
yang sangat penting atau diasingkan oleh kelompok atau
masyarakat; faktor biokimia dapat menyebabkan partisipasi klien
berinteraksi dengan kelompok kurang, suasana yang terisolasi
(sepi) sehingga dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang
mengeluarkan halusinogenik; faktor psikologis yang juga akan
meningkatkan intensitas kecemasan yang berkepanjangan disertai
terbatasnya kemampuan dalam memecahkan masalah mungkin
akan mulai berkembanganya perubahan sensori persepsi klien,
biasanya hal ini untuk pengembangan koping menghindari
kenyataan yang tidak menyenangkan diganti dengan khayalaan
yang menyenangkan (Nurse, Cyber, 2009).
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan
orientasi realitas seperti kemiskinan, konflik sosial budaya,
kehidupan yang terisolir disertai stres yang menumpuk (Yudi
Hartono, 2012).
c. Tanda dan Gejala
Menurut Yudi Hartono (2012), tanda dan gejala halusinasi
adalah sebagai berikut:
1) Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.
2) Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap, dan
merasa sesuatu yang tidak nyata.
3) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata serta
tidak mampu melakukan asuhan keperawatan, seperti mandi, sikat
gigi, berganti pakaian dan berhias yang rapi.
4) Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri, sulit membuat keputusan,
metakutan, mudah tersinggung, jengkel, mudah marah, ekspresi
wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal.
d. Tipe halusinasi
1) Halusinasi Pendengar (Akustik)
Mendengar suara-suara, sering suara-suara orang berbicara
atau membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar.
7

Suara-suara karakteristiknya adalah memfitnah, mencela, atau


mengancam, walaupun beberapa pasien melaporkan bahwa suara-
suara adalah menyenangkan dan tidak mengganggu. Halusinasi ini
paling sering dialami klien dibandingkan dengan halusinasi lain.
2) Halusinasi Penglihatan (Visual)
Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya
atau seseorang yang telah mati.
3) Halusinasi Penghidung (Olfaktorik)
Mencium bau-bau padahal di tempat tersebut tidak ada bau.
Tipe sering ditemukan pada klien dengan dimensia atau mengalami
gangguan cerebrovaskuler.
4) Halusinasi Pengecapan
Termasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya
rasa makanan dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra
pengecapan klien.
5) Halusinasi Perabaan (Taktil)
Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus
itu tidak ada (Nurse, Cyber, 2009).
e. Proses Terjadinya Halusinasi
Proses terjadinya halusinasi dibedakan menjadi empat fase yaitu:
1) Fase Pertama
Klien mengalami, kecemasan, stress, perasaan terpisah dan
kesepian, klien mungkin melamun, memfokuskan pikirannya ke
dalam hal-hal menyenangkan untuk menghilangkan stress dan
kecemasannya. Tapi hal ini bersifat sementara, jika kecemasan
datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya
namun intensitas persepsi meningkat.
2) Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman
internal dan eksternal, individu beberapa pada tingkat pendengaran
pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambaran
suara dan sensori dan halusinasinya dapat berupa bisikan yang
jelas. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya
dengan memproyeksikannya seolah-olah halusinasi datang dari
orang lain atau tempat lain.
3) Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasi dan mengontrol klien
menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya.
8

Kadang halusinasinya tersebut memberi kesenangan dan rasa aman


sementara.
4) Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari
kontrol halusinasinya. Halusinasi sebelumnya menyenangkan
berubah menjadi mengancam, memerintah, memarahi. Klien tidak
dapat behubungan dengan orng lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang
berlangsung singkat atau bahkan selamanya (Nurse, Cyber. 2009).
f. Pemeriksaan
1) Periksalah tanda vital pasien dan lakukan skining toksikologi urin,
yang dapat mengarahkan kemungkinan penyebab organik.
2) Tinjaulah semua medikasi klien, termasuk yang diresepkan, dibeli
bebas, dan obat yang disalah gunakan, pertimbangkan apakah
intoksikasi atau putus obat merupakan penyebab atau apakah
halusinasi adalah suatu efek samping obat.
3) Periksalah klien untuk mencari kemungkinan adanya gangguan
medis dan neurologis. Apakah terdapat delirium? Apakah pasien
tiroidisme atau hipotiroidisme? Apakah pasien mempunyai epilepsi
atau infeksi sistem syaraf pusat?
4) Apakah klien mempunyai riwayat gangguan psikiatrik primer
dimana halusinasi adalah merupakan gejala? Jika ada, bagaimana
perjalanan gangguan ?
5) Apakah episode sebelumnya ditandai oleh halusinasi yang mirip?
Apakah klien datang untuk mendapatkan pengobatan karena
halusinasi telah meningkat frekuensi atau intensitasnya?
6) Apakah klien melakukan tindakan yang berbahaya sebagai respon
terhadap halusinasi (sebagai contohnya, melakukan bunuh diri
untuk mematuhi suara-suara)?
7) Pengobatan tergantung pada diagnosis. Gangguan organik yang
dapat diidentifikasi harus dikembalikan atau diobati secara tepat.
Untuk gangguan psikiatrik dua permasalahan klinis yang utama
adalah perawatan di rumah sakit dan medikasi.
8) Klien yang berbahaya memerlukan perawatan di rumah sakit,
secara involunter jika diperlukan. Klien psikotik berat dan yang
9

tidak mampu merawat dirinya sendiri juga memerlukan perawatan


di rumah sakit.
9) Pertimbangkan apakah klien berperan serta dam mematuhi dalam
pengobatan rawat jalan, apakah tersedia sarana tertentu seperti
keluarga dan teman-teman serta tempat untuk tinggal, dan apakah
aspek lain dari kasus (sebagai contohnya putus alkohol atau
obat,penyulit medis, dan gangguan neurologis) memerlukan
perawatan di rumah sakit.
10) Klien yang tidak berbahaya atau yang tidak mengalami
disorganisasi yang berat dapat dirujuk untuk pengobatan rawat
jalan.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara:
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan dilakukan
secara individu dan usahakan terjadi kontak mata jika perlu
pasien di sentuh atau dipegang.
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuasif tapi instruktif. Perawat harus
mengamati agar obat yang diberikan betul di telannya serta reaksi
obat yang diberikan
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi
masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
d. Memberi aktifitas kepada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolahraga, bermain, atau melakukan kegiatan untuk
menggali potensi keterampilan dirinya
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat kesinambungan dalam asuhan
keperawatan (Budi, ana dkk, 2011).
h. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Halusinasi
10

1) Pengkajian
Pada proses pengkajian data yang penting yang perlu
didapatkan adalah:
a) Jenis halusinasi
Berikut ini adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan
subyektif. Dapat obyektif dapat kita kaji dengan cara mengobservasi
perilaku klien, sedangkan data subjektif dapat kita kaji dengan
melakukan wawancara dengan klien. melalui data ini perawat dapat
mengetahui isi halusinasi klien.
Jenis Data obyektif Data subyektif
halusinasi
Halusinasi Bicara, tertawa Mendengar suara-
dengar/suara sendiri suara atau kegaduhan
Marah-marah tanpa Mendengar suara
sebab yang mengajak
Meyedengkan telinga bercakap-cakkap
ke arah tertetentu Mendengar suara
Menutup telinga menyuruh melakukan
sesuatu yang
berbahaya
Halusinasi Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan,
penglihatan arah tertentu sinar, bentuk
Ketakutan pada geometris, bentuk
sesuatu yang tidak kartun, melihat hantu
jelas atau monster
Halusinasi Menghidung seperti Membaui bau-bauan
penghidung sedang membaui seperti bau darah,
tertentu urine, feses, kadang-
Menutup hidung kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa
pengecapan Muntah seperti darah urine
atau feses
Halusinasi Menggaruk-garuk Mengatakan ada
perabaan permukaan kulit serangga di
permukaan kulit
Merasa seperti
tersengat listrik

b) Isi Halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat kita ketahui dari hasil
pengkajian tentang jenis halusinasi.
11

c) Waktu, frekuensi dan situasi menyebabkan munculnya


halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi
munculnya halusinasi yang dialami oleh klien. Kapan alusinasi
terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin
jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau
hanya sekli-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau
setelah terjadi kejdian tertentu. Hal ini dilakukan untuk
melakukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.
Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan
frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
d) Respon halusinasi
Untuk mengetahu apa yang dilakukan klien ketika
halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien
hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul.
Perawat juga dapat menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengn klien. Selin itu juga dapat dengan
mengobservasi perilaku klien saat halusinasi muncul.
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subjektif
dan obyektif yang ditemukan pada klien.
Gangguan sensori persepsi: halusinasi.
2. TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
a. Pengertian TAK
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama.
Terapi aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang
mempunyai relasi hubungan satu sama lain, saling terkait dan
mengikuti norma yang sama. Terapi aktivitas kelompok merupakan
terapi yang dilakukan atas kelompok penderita bersama-sama dengan
berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang
terapis.
12

Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan


sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi
yang saling bergantung, saling membutuhkandan menjadi laboratorium
tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptifuntuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptif.
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk
memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang
sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar
anggota.
b. Jenis TAK
Terapi aktivitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan
jiwa yang paling banyak ditemukan dikelompokkan sebagai berikut:
1) TAK sosialisasi untuk klien dengan menarik diri yang sudah
sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan
sehat secara fisik.
2) TAK stimulasi sensori untuk klien yang mengalami gangguan
sensori.
3) TAK orientasi realita untuk klien halusinasi yang telah dapat
mengontrol halusinasinya. Klien paham yang telah dapat
berorientasi kepada realita dan sehat secara fisik.
4) TAK stimulasi persepsi: halusinasi untuk klien dengan harga diri
rendah.
5) TAK penyaluran energi untuk klien perilaku kekerasan yang telah
dapat mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarik
diri yang telah dapat berhubungan dengan orang lain secara
bertahap dan sehat secara fisik.
c. Manfaat Pelaksanaan TAK
TAK mempunyai manfaat terapeutik, yaitu manfaat umum,
khusus dan rehabilitasi. Selengkapnya seperti uraian sebagai berikut:
1) Manfaat Umum
a) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b) Melakukan sosialisasi.
c) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan
afektif.
2) Manfaat Khusus
a) Meningkatkan identitas diri.
b) Menyalurkan emosi secara konstruktif.
13

c) Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau


social.
3) Manfaat Rehabilitasi
a) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
b) Meningkatkan keterampilan social
c) Meningkatkan kemampuan empati.
d) Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan
masalah.
d. Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok
1) Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
2) Sebagai leader dan co leader.
3) Sebagai fasilitator.
4) Sebagai observer.
5) Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan.

BAB III
RENCANA PELAKSANAAN

A. Persiapan Pasien
1. Kriteria Pasien
a. Kriteria inklusi
1) Klien dengan halusinasi.
2) Klien yang sudah mampu belajar menghardik halusinasi.
3) Klien yang mau diajak TAK.
4) Klien yang tidak menjalani terapi lain misalnya ECT/ rehabilitasi.
b. Kriteria ekslusi
1) Klien yang sedang marah.
2) Klien yang tidak bisa diajak kerja sama/menolak berkomunikasi.
2. Pasien yang Mengikuti TAK
Table 3.1
Data Pasien Di Ruang Nakula RSJD Surakarta

No Nama Pasien
1
2
3
4
5
14

B. Persiapan Perawat
1. Struktur Perawat Pelaksanaan
a. Sesi I, II dan III
Leader :
Co Leader :
Observer :
Fasilitator :

2. Tugas perawat Pelaksana


a. Leader
1) Membuka acara TAK
2) Menjelaskan maksud dan tujuan TAK.
3) Menjelaskan aturan permainan TAK.
4) Memotivasi anggota untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya.
5) Mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam kelompok
b. Co Leader
1) Menyampaikan informasi fasilitator kepada leader.
2) Mengingatkan leader jika permainan menyimpang.
3) Mengingatkan leader tentang lama waktu pelaksanaan kegiatan.
c. Fasilitator
1) Memfasilitasi kegiatan TAK.
2) Memotivasi pasien yang kurang/tidak aktif dalam kegiatan
d. Observer
1) Mengamati lamanya proses kegiatan sebagai acuan untuk
mengevaluasi
2) Mengamati jalannya kegiatan, kekurangan dan kelebihan sesuai
dengan tujuan.
3) Mencatat perilaku verbal/non verbal pasien selama berlangsungnya
kegiatan dan dilaporkan pada leader
e. Notulen
1) Mendokumentasikan hasil TAK secara tertulis dan bukti
pelaksanaan dengan menampilkan gambar (foto).
C. Persiapan Alat
1) White board
2) Laptop
3) Speaker
4) Name tag
5) Spidol/pena
6) Bola kecil
D. Persiapan Tempat
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
15

Keterangan :

: Leader

: Co. Leader

: Fasilitator

: Observer

: Klien

E. Persiapan Pelaksanaan
1. Pelaksanaan Interaksi
a. Sesi I : Mengenal halusinasi
1) Tujuan :
a) Klien dapat mengenal halusinasi
b) Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
c) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
d) Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
2) Teknis Kegiatan
a) Persiapan
(1) Memilih klien sesuai dengan kriteria inklusi.
(2) Membuat kontrak dengan klien.
(3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b) Orientasi
(1) Salam terapeutik
(a) Salam dari terapis kepada klien.
(b) Perkenalan nama dan panggilan terapis
(c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri
papan nama)
(2) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini..
(3) Kontrak
16

(a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan


dilaksanakan, yaitu mengenal suara-suara yang
didengar.
(b) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatannya 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
c) Tahap kerja
(1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan,yaitu
mengenal suara-suara, waktu terjadinya, dan perasaan klien
pada saat terjadi.
(2) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan
terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien
saat terjadi halusinasi pada klien yang mendapat bola saat
musik berhenti. Hasilnya tulis di whiteboard.
(3) Beri pujian dengan klien yang melakukan dengan baik.
(4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi dan perasaan
klien dari suara yang biasa didengar.
d) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
(a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK.
(b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
(2) Tindak lanjut
(a) Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu,
situasi dan perasaannya jika terjadi halusinasi.
(3) Kontrak yang akan datang
(a) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara
mengontrol halusinasi.
(b) Menyepakati waktu dan tempat.
b. Sesi II : Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik
a) Tujuan
(1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan
untuk mengatasi halusinasi.
(2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
(3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
b) Setting
17

(1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


(2) Tempat tenang dan nyaman.
c) Alat
(1) Spidol/Papan tulis/whiteboard/flipchart
(2) Jadwal kegiatan klien

d) Metode
(1) Diskusi dan Tanya jawab
(2) Bermain peran/simulasi
e) Langkah Kegiatan
(1) Persiapan
(a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah
mengikuti sesi1
(b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
(2) Orientasi
(a) Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Klien dan terapis pakai papan nama
(b) Evaluasi/Validasi
 Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
 Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang
terjadi: isi, waktu, situasi, dan perasaan.
(c) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan
satu cara mengontrol halusinasi
(2) Menjelaskan aturan main, yaitu:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
(3) Tahap Kerja
(a) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi,
kapan terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan
perasaan klien saat terjadi halusinasi. Sampai semua
klien mendapat giliran.
(b) Beri pujian setiap klien selesai menceritakan
(c) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik halusinasi saat halusinasi muncul
18

(d) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi,


yaitu: “saya mau bercakap-cakap dengan...”.
(e) Terapis meminta masing-masing klien memperagakan
cara menghardik halusinasi secara berurutan sampai
semua peserta mendapat giliran.
(f) Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien
bertepuk tangan saat setiap klien selesai memperagakan
menghardik halusinasi.
(4) Tahap terminasi
(a) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK.
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
(b) Tindak lanjut
 Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara
yang telah dipelajari jika halusinasi muncul
 Memasukan kegiatan menghardik dalam jadwal
kegiatan harian klien.
(c) Kontrak yang akan dating
 Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk
TAK yang berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan
 Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat
TAK berikutnya.

f) Evaluasi dan Dokumentasi


1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang
diharapkan adalah mengatasi halusinasi dengan
menghardik. Formulir evaluasi sebagai berikut.
c. Sesi III: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan
a. Tujuan
19

1) Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan


mencegah munculnya halusinasi
2) Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah
terjadinya halusinasi
b. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2) Tempat tenang dan nyaman.
c. Alat
1) Spidol/Papan tulis/whiteboard/flipchart
2) Jadwal kegiatan klien
d. Metode
1) Diskusi dan Tanya jawab
2) Bermain peran/simulasi
e. Langkah Kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah
mengikuti sesi-sesi
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
(1) Salam dari terapis kepada klien
(2) Klien dan terapis pakai papan nama
b) Evaluasi/validasi
(1) Terapis menanyakan keadaan klien saat ini
(2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi
yang sudah dipelajari
(3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan
cara menghardik halusinasi
c) Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
mencegah terjadinya halusinasi dengan melakukan
kegiatan
2) Menjelaskan aturann main
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
3) Tahap Kerja
20

(a) Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan


kegiatan sehari-hari. Jelaskan bahwa dengan
melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah
munculnya halusinasi.
(b) Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan
yang biasa dilakukan sehari-hari, dan ditulis di
whiteboard.
(c) Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian.
Terapis menulis formulir yang sama diwhiteboard.
(d) Terapis membimbing satu persatu klien untuk
membuat jadwal. Kegiatan harian, dari bangun pagi
sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir,
terapis menggunakan whiteboard.
(e) Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang
telah disusun
(f) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada
klien yang sudah selesai membuat jadwal dan
memperagakan kegiatan.
4) Tahap Terminasi
(a) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai
menyusun jadwal kegiatan dan
memperagakannya.
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
(b) Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara
mengontrol halusinasi, yaitu menghardik dan
melakukan kegiatan.
(c) Kontrak yang akan dating
 Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk
TAK berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap
 Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
f. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
21

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,


khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi halusinasi sesi3, kemampuan yang
diharapkan adalah klien melakukan kegiatan harian untuk
mencegah timbulnya halusinasi. Formulir evaluasi sebagai
berikut.

d. Sesi IV: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-cakap


a. Tujuan
1) Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan
oranglain untuk mencegah munculnya halusinasi
2) Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah halusinasi
b. Setting
1) Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2) Ruangan nyaman dan tenang
c. Alat
1) Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart.
2) Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen
d. Metode
1) Diskusi kelompok
2) Bermain peran / simulasi
e. Langkah Kegiatan
1) Persiapan
(a) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah
mengikuti sesi
(b) Terapis membuat kelompok dengan klien 3
(c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
(a) Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Klien dan terapis pakai papan nama
(b) Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
22

 Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan


dua cara yang telah dipelajari (menghardik,
menyibukkan diri dengan kegiatan terarah) untuk
mencegah halusinasi
(c) Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap.
 Terapis menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin pada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
(d) Tahap Kerja
 Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap
dengan orang lain untuk mengontrol dan mencegah
halusinasi.
 Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang
biasa dan bisa diajak bercakap-cakap
 Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok
pembicaraan yang biasa dan bisa dilakukan
 Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika
halusinasi muncul “Suster, ada suara di telinga ,saya
mau ngobrol saja dengan suster” atau “suster saya
mau ngobrol tentang suara yang saya dengar”.
 Terapis meminta klien untuk memperagakan
percakapan dengan orang disebelahnya.
 Berikan pujian atas keberhasilan klien
 Ulangi langkah e dan f sampai semua klien
mendapat giliran

(e) Tahap terminasi


 Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
 Terapis menanyakan TAK mengontrol
halusinasi yang sudah dilatih
 Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
 Tindak lanjut
23

Menganjurkan klien menggunakan tiga cara


mengontrol halusinasi, yaitu menghardik,
melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.
 Kontrak yang akan datang
 Terapis membuat kesepakatan dengan klien
untuk TAK berikutnya, yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat.
 Terapis menyepakati waktu dan tempat
e. Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan Patuh Minum Obat
a) Tujuan
(1) Klien memahami pentingnya minum obat
(2) Klien memahami akibat tidak patuh minum obat
(3) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
b) Teknis Kegiatan
(1) Persiapan
(a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah
mengikuti sesi 4
(b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
(c) Orientasi
(a) Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Terapis dank lien memakai papan nama
(b) Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol
halusinasi setelah menggunakan tiga cara yang telah
dipelajari (menghardik, menyibukan diri dengan kegiatan,
dan bercakap-cakap)
(c) Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat
 Menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
c) Tahap Kerja
24

(a) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu


mencegah kambuh dan karena obat member perasaan tenang,
dan memperlambat kambuh
(b) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu
penyebab kambuh
(c) Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan
dan waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard.
(d) Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar
waktu, minum obat, benar orang yang minum obat, benar
cara minum obat, benar dosis obat.
(e) Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara
bergiliran
(f) Berikan pujian pada klien yang benar
(g) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat
diwhiteboard)
(h) Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat
(i) Menjelaskan untungnya patuh minum obat ,yaitu salah satu
cara mencegah halusinasi/kambuh
(j) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian halusinasi/kambuh.
(k) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum
obat dab kerugian tidak patuh minum obat.
(l) Member pujian tiap kali klien benar.
d) Tahap terminasi
(a) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi
yang sudah dipelajari.
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
(b) Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol
halusinasi, yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian,
bercakap-cakap, dan patuh minum obat.
(c) Kontrak yang akan dating
 Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk
mengontrol halusinasi.
 Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan
indikasi klien.
2. Uraian kegiatan
a. Hari/tanggal :
25

b. Diupayakan situasi tenang, bersih, aman dan ruangan tertutup.


c. Pengaturan kursi antara perawat dan klien diupayakan saling
berhadapan.
3. Antisipasi masalah
a. Kontrak waktu dengan pasien dilakukan pagi hari sebelum terapi
dilakukan.
b. Jika ada pasien lain yang tidak masuk kriteria inklusi terapi
berkeinginan dengan keras untuk mengikuti terapi, observer bertugas
untuk mengajak pasien keluar dan mengalihkan perhatian klien.

BAB IV
HASIL PELAKSANAAN TAK

A. SESI I
Tabel 1
Kemampuan Mengenal Halusinasi

Aspek yang dinilai


Menyebutkan
Nama Menyebutkan Menyebutkan
No Menyebutkan perasaan bila
peserta waktu frekuensi
isi halusinasi halusinasi
halusinasi halusinasi
timbul
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi,
waktu, situasi dan perasaan. Beri tanda  jika kklien mampu dan tanda -
jika kien tidak mampu.
26

B. SESI II
Tabel 2
Kemampuan Mengontrol Halusinasi

Aspek yang dinilai


Menyebutkan
Menyebutkan cara
Nama Menyebutkan Memperagakan
No cara mengatasi
peserta efektifitas menghardik
mengatasi halusinasi
cara halusinasi
halusinasi dengan
menghardik
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan : cara yang
biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara
menghardik halusinasi dan memperagakannya. Beri tanda  jika kklien
mampu dan tanda - jika kien tidak mampu.
27

C. SESI III
Tabel 3
Kemampuan Menyusun Jadwal Kegiatan

Aspek yang dinilai


Menyebutkan pentingnya
No Nama peserta Membuat jadwal kegiatan
aktivitas dalam mencegah
harian
halusinasi
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan kegiatan harian
yang biasa dilakukan, memperagakan salah satu kegiatan, menyusun
jadwal kegiatan harian, dan menyebutkan duacara mencegah halusinasi.
Beri tanda  jika klien mampu dan tanda - jika kien tidak mampu.
28

D. SESI IV

Tabel 4
Kemampuan Bercakap-cakap Untuk Mencegah Halusinasi

Aspek yang dinilai


Menyebutkan
Menyebutkan tiga cara
Nama Menyusun
No orang yang Memperagakan mengontrol
peserta jadwal
biasa diajak percakapan dan
percakapan
bicara mencegah
halusinasi
1
2
3
4
5
6
7

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan kegiatan harian
yang biasa dilakukan, memperagakan salah satu kegiatan, menyusun
jadwal kegiatan harian, dan menyebutkan duacara mencegah halusinasi.
Beri tanda  jika klien mampu dan tanda x jika kien tidak mampu.

E. SESI V
Tabel 5
Kemampuan patuh minum obat untuk menceah halusinasi

No Nama peserta Aspek yang dinilai


29

Menyebutkan 5 Menyebutkan Menyebutkan akibat


benar cara keuntungan tidak patuh minum
minum obat minum obat obat
1
2
3
4
5
6
7

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan lima benar cara
minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Beri tanda  jika klien mampu dan tanda x jika kien tidak mampu.

Anda mungkin juga menyukai