Anda di halaman 1dari 12

PREDIKTOR ULTRASONOGRAFI PADA INVASI PLASENTA:

PLACENTA ACCRETA INDEX

ABSTRAK

Tujuan

Kami berusaha menerapkan evaluasi parameter ultrasonografi standar untuk prediksi


invasi plasenta pada populasi berisiko tinggi.

Desain Studi

Ini adalah tinjauan retrospektif terhadap gravida dengan ≥1 persalinan Caesar


sebelumnya yang didiagnosis melalui ultrasonografi sebagai plasenta previa atau
plasenta letak rendah pada trimester ketiga di institusi kami dari tahun 1997 sampai
2011. Pencitraan sonografi diperiksa oleh seorang penyidik yang tidak mengetahui hasil
kehamilan dan laporan sonografi. Parameter yang dinilai meliputi hilangnya zona jernih
retroplasental, irregularitas dan lebar antarmuka uterus - kandung kemih, ketebalan
miometrium terkecil, adanya ruang lakunar, dan bridging vessel. Diagnosis invasi
plasenta didasarkan pada konfirmasi histologis. Analisis statistik dilakukan dengan
menggunakan regresi logistik linier dan analisis multiparametrik untuk menghasilkan
persamaan prediktif yang dievaluasi dengan menggunakan kurva receiver operating
characteristic.

Hasil

Dari 184 gravida yang memenuhi kriteria inklusi, 54 (29%) mengalami invasi yang
dikonfirmasi pada spesimen histerektomi. Semua parameter sonografi dikaitkan dengan
invasi plasenta (P <0,001). Dengan membangun kurva receiver operating
characteristic, kombinasi ketebalan miometrium sagital terkecil, lakuna, dan bridging
vessel, selain jumlah kelahiran Caesar dan lokasi plasenta, menghasilkan area di bawah
kurva sebesar 0,87 (interval kepercayaan 95%, 0,80-0,95). Dengan menggunakan
regresi logistik, sebuah persamaan prediktif dihasilkan, disebut "Placenta Accreta
Index." Setiap parameter dibobot untuk menghasilkan skala 9 poin dimana skor 0-9
memberikan probabilitas invasi yang berkisar antara 2-96%.
Kesimpulan

Penggunaan Placenta Accreta Index dapat membantu dalam memprediksi risiko pasien
individual untuk plasenta yang adhesiva morbid.

PENDAHULUAN

Plasenta adhesiva morbid / Morbidly Adherent Placenta (akreta, inkreta, dan perkreta)
telah muncul sebagai tantangan obstetrik yang signifikan selama dekade terakhir. Meski
diagnosinya yang jarang, kini 1 plasenta adhesiva morbid menjadi penyulit pada 1 per
500 kehamilan. Diagnosis antenatal pada invasi plasenta berpotensi memperbaiki hasil
ibu dan janin. Pengetahuan pra-salin tentang plasenta adhesiva morbid memungkinkan
dilakukannya perencanaan multidisiplin dan persalinan sebelum onset persalinan dan /
atau perdarahan vagina. Pendekatan ini telah menurunkan tingkat morbiditas maternal
secara keseluruhan, termasuk kehilangan darah yang lebih sedikit, serta kebutuhan
transfusi dan cedera urologis intraoperatif yang lebih sedikit.

Sonografi dengan pencitraan Doppler grayscale dan warna adalah modalitas pertama
yang direkomendasikan untuk mendiagnosis plasenta adhesiva morbid. Meskipun
bentuk pencitraan yang lebih rumit menjanjikan dalam menentukan topografi plasenta,
seperti USG Doppler 3 dimensi dan kontras volume, studi validasi masih kurang dan
penerapan teknik masih umum. Diagnosis plasenta adhesiva morbid melibatkan
sejumlah variabel USG yang berbeda, beberapa kualitatif dan lainnya yang telah
dikuantifikasi. Penanda ini mencakup ketidakmampuan untuk memvisualisasikan zona
jernih retroplasental normal, irregularitas dan atenuasi antarmuka uterus – kandung
kemih, ketebalan miometrium retroplasental, adanya ruang lakunar intraplasental, dan
bridging vessel antara plasenta dan dinding kandung kemih saat menggunakan Doppler
warna. Sebuah metaanalisis baru-baru ini terhadap 23 penelitian mengeksplorasi
kontribusi parameter USG ini terhadap prediksi keseluruhan plasenta adhesiva dan
menemukan sensitivitas yang menjanjikan sebesar 91% dan spesifisitas sebesar 97%.

Langkah logis selanjutnya dalam memprediksi plasenta adhesiva dengan USG adalah
menentukan signifikansi masing-masing temuan USG, untuk memperkirakan
probabilitas invasi berdasarkan analisis multiparametrik. Tujuan kami adalah untuk
mengembangkan persamaan prediktif untuk probabilitas invasi berdasarkan kombinasi
parameter USG dan karakteristik klinis dalam kohort wanita dengan peningkatan risiko
invasi plasenta.

BAHAN DAN METODE

Ini adalah tinjauan retrospektif terhadap gravida dengan 1 persalinan Caesar


sebelumnya yang mendapat konfirmasi sonografi plasenta previa atau plasenta letak
rendah pada trimester ketiga di unit ultrasonografi kami dari Desember 1997 sampai
Desember 2011 dan kemudian bersalin di rumah sakit kami. Ini adalah studi satu pusat
populasi non-rujukan. Gambaran sonografi dan laporan yang terkait yang digunakan
dalam penanganan klinis setiap pasien disimpan secara elektronik dalam pengarsipan
gambar dan sistem komunikasi selama masa studi. Istilah "persalinan Caesar" dan
"plasenta previa / plasenta letak rendah" ditanyakan dari database sonografi kami, untuk
mengidentifikasi wanita yang memenuhi kriteria inklusi. Diagnosis plasenta previa
didasarkan pada adanya jaringan plasenta yang menutupi os serviks internal. Plasenta
letak rendah didiagnosis saat plasenta berada dalam jarak 2 cm dari os serviks internal
namun tidak menutupinya.

Semua gambar USG transvaginal dan transabdomen ditinjau secara individual oleh
peneliti studi yang buta terhadap temuan laporan sonografi dan hasil kehamilan. Jika
gambar tidak dapat diambil, pasien dikeluarkan dari analisis. Parameter sonografi yang
dievaluasi dari gambar yang diarsipkan meliputi lokasi plasenta, hilangnya zona jernih
retroplasental, iregularitas dan ketebalan antarmuka uterus - kandung kemih, ketebalan
miometrium terkecil pada bidang sagital dan transversal, adanya ruang lakunar, dan
bridging vessel. Tekstur dan temuan untuk setiap parameter digambarkan pada Gambar
1-6. Selain pencitraan grayscale, Doppler warna digunakan untuk menilai abnormalitas
pembuluh darah. Jika ada bagian plasenta yang menutupi segmen anterior bawah uterus,
plasenta dianggap berada di anterior. Ruang lakunar dinilai menurut Finberg dan
William sebagai berikut: kelas 0, tidak ada yang terlihat; kelas 1, ada dan umumnya
kecil; kelas 2, ada dan cenderung lebih besar dan lebih tidak beraturan; kelas 3, banyak
di seluruh plasenta dan tampak besar dan aneh. Konfirmasi plasenta yang adhesiva
didasarkan pada bukti histologis invasi plasenta dari spesimen histerektomi.
Gambar 1. Hilangnya ruang jernih retroplasental

Garis echolusen yang secara sonografi mewakili desidua basalis vaskular dan meluas di
seluruh panjang plasenta. Panah tengah menunjuk area obliterasi dari plasenta yang
menginvasi dan 2 panah yang lebih kecil menunjukkan ruang jernih retroplasenta yang
normal.

Gambar 2. Penipisan antarmuka uterus – kandung kemih

Antarmuka yang normalnya tebal dan echogenik digantikan oleh plasenta adhesiva yang
tumbuh ke dalam (panah)

Gambar 3. Iregularitas antarmuka uterus – kandung kemih

Panah menunjukkan gambaran titik dan garis putus pada antarmuka uterus – kandung
kemih yang echogenik. Iregularitas ini disebabkan oleh bridging vessel yang abnormal
yang mudah terlihat dengan Doppler velocimetry.
Gambar 4. Ketebalan miometrium yang terkecil

Miometrium retroplasenta yang tips disebabkan oleh pertumbuhan ke dalam yang


abnormal dari plasenta. Ketebalan miometrium terkecil pada bidang sagital diukur.
Pengukuran ketebalan terkecil adalah <1 mm.

Gambar 5. Ruang lakunar plasenta

Daerah sonolusen di seluruh plasenta yang memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi
serta memberikan gambaran “keju Swiss” plasenta. Pasien ini memiliki >6 lakuna
(panah). Lakuna-lakuna tersebut berukuran besar dan menunjukkan gambaran yang
aneh, konsisten dengan lakuna kelas 3+. Selain itu, tidak ada miometrium di antara
plasenta dengan antar muka uterus – kandung kemih.
Gambar 6. Bridging vessels

Doppler color mapping menunjukkan pembuluh darah yang abnormal yang


menjembatani dari massa plasenta ke antarmuka uterus – kandung kemih dan kadang-
kadang melewatinya (panah)

Kehamilan yang memenuhi kriteria inklusi studi tetapi tidak memerlukan operasi
histerektomi Caesar atau memiliki bukti histologis invasi plasenta pada spesimen
histerektomi digunakan sebagai kelompok pembanding.

Analisis statistik meliputi analisis regresi logistik linier dan multiparametrik. Hanya
parameter dengan data lengkap yang digunakan dalam model prediksi. Nonlinieritas
pada pengukuran terus menerus diperiksa dengan menggunakan cubic smoothing
splines yang dibandingkan dengan kontribusi linier langsung. Tindakan yang ditemukan
untuk menawarkan peningkatan prediksi yang signifikan dalam bentuk nonlinear
digunakan untuk persamaan prediksi. Kurva receiver operating characteristic
diturunkan untuk setiap kombinasi parameter (semua regresi subset) untuk memilih
kombinasi dengan area terbesar di bawah kurva receiver operating characteristic.
Kombinasi parameter yang memberi area terbesar di bawah kurva digunakan untuk
menghasilkan persamaan prediktif, yang kami sebut "“Placenta Accreta Index (PAI)."
Setiap parameter diberi nilai tertimbang berdasarkan koefisien dari persamaan regresi
yang diperkirakan untuk memberikan skor PAI dari 0-9, dengan plasenta adhesiva lebih
cenderung pada nilai indeks yang lebih tinggi. Sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi
positif (PPV), dan nilai prediksi negatif (NPV) dihitung untuk setiap skor indeks,
dengan interval kepercayaan 95% (CI), dengan menggunakan metode standar untuk
tingkatan dan proporsi.

Analisis univariat meliputi uji Pearson c2 untuk pengukuran frekuensi dan uji t Student
dan uji rank Wil-coxon untuk pengukuran terus menerus. Untuk tujuan penyajian, kurva
receiver operating characteristic diperhalus dengan teknik estimasi binormal. Nilai P
<0,05 dinilai signifikan secara statistik. Penelitian ini disetujui oleh dewan peninjau
institusional dari University of Texas Southwestern Medical Center.

HASIL

Selama masa studi, 190 wanita dengan setidaknya 1 kelahiran Caesar sebelumnya
didiagnosis dengan USG sebagai plasenta previa atau plasenta letak rendah selama
trimester ketiga dan bersalin di institusi kami. Gambar dari 6 wanita tidak dapat diambil
dan dengan demikian dieksklusi dari analisis akhir. Dari 184 wanita dalam analisis
akhir, (29%) mendapat konfirmasi histologis plasenta yanga dheren, dan 130 wanita
lainnya berperan sebagai kelompok pembanding. Karakteristik demografi maternal
ditunjukkan pada Tabel 1. Tidak ada perbedaan usia, ras / etnis, atau usia gestasi pada
USG antara kehamilan dengan dan tanpa bukti histologis invasi plasenta. Seperti yang
diharapkan, jumlah kelahiran Caesar secara signifikan dikaitkan dengan risiko invasi
plasenta.

Temuan sonografi disajikan pada Tabel 2. Plasentasi anterior berhubungan signifikan


dengan invasi plasenta, P <0,05, seperti masing-masing parameter sonografi yang kami
nilai, semua P <0,001. Dengan menggunakan ukuran kategoris evaluasi kami (hilangnya
zona jernih retroplasental, lakuna, bridging vessel, iregularitas antarmuka uterus –
kandung kemih) dan parameter kontinu (ketebalan miometrium dan lebar antarmuka
uterus – kandung kemih), selain jumlah operasi caesar sebelumnya, persalinan dan
lokasi plasenta, kurva receiver operator dibuat dengan menggunakan kombinasi
multiparametrik yang berbeda. Dari 184 kehamilan yang diteliti, 88 yang memiliki tiap-
tiap variabel USG ini dinilai dan dimasukkan ke dalam model akhir, dengan 29
memiliki bukti invasi pada pemeriksaan histologis. Seperti ditunjukkan pada Gambar 7,
kombinasi lokasi plasenta, ketebalan miometrium sagital terkecil, lakuna, bridging
vessel, dan jumlah kelahiran Caesar menghasilkan area terbesar di bawah kurva receiver
operating characteristic: 0,87 (95% CI, 0,80-0,95). Bila dibandingkan dengan variabel
lokasi plasenta dan jumlah persalinan Caesar sebelumnya saja, temuan yang pada
umumnya tidak memerlukan sonografi khusus, penambahan ketebalan miometrium
terkecil, lakuna, dan bridging vessel secara signifikan memperbaiki prediksi model:
P=0,03. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 8. Melalui pemodelan regresi logistik,
persamaan prediktif, yang kami sebut "PAI", menghasilkan 5 parameter ini, berdasarkan
penambahan atau pembobotan setiap parameter. Estimasi persamaan regresi
didefinisikan sebagai: PAI = ef / (1 + ef), di mana f adalah fungsi linier dari parameter
tepilih dan e adalah basis yang terkait dengan logaritma alami.

Dengan memasukkan parameter tersebut, dihasilkan persamaan berikut:

f = -0,1935 – 0,0404 (ketebalan miometrium sagital grayscale [mm]) – 0,0911 (jika


lakuna = 2) + 1,234 (jika lakuka = 4) + 0,4195 (jika bridging vessel) + 1,1332 (jika >
1 persalinan Caesar sebelumnya) + 0,6772 (jika plasentasi anterior

Dengan menggunakan seleksi variabel dengan analisis bertahap, parameter yang paling
terkait dengan invasi plasenta dalam model kami disajikan dalam urutan di Tabel 3.
Dari 54 wanita yang mendapat konfirmasi histologis invasi plasenta, 49 (91%) memiliki
setidaknya satu parameter sonografi ini.

Kami selanjutnya memberikan nilai tertimbang untuk setiap parameter sonografi yang
digunakan dalam indeks kami (Tabel 4). Probabilitas invasi yang sesuai dengan nilai-
nilai ini serta sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV untuk setiap skor indeks disajikan
pada Tabel 5. Seperti ditunjukkan pada tabel, probabilitas invasi meningkat seiring
dengan meningkatnya skor PAI, sehingga skor sebesar 9 memberi 96% kemungkinan
invasi plasenta histologis. PPV menggambarkan nilai prediktif dari skor indeks
dibandingkan dengan probabilitas invasi, yang didasarkan pada karakteristik pasien
individual yang berasal dari populasi kami. Dengan menambahkan variabel USG pada
karakteristik pasien yang tertimbang terhadap pengamatan yang berasal dari populasi
berisiko tinggi, PAI dapat menetapkan probabilitas invasi yang unik untuk masing-
masing

KOMENTAR
Kami menemukan bahwa skor yang diperoleh dari parameter USG untuk ketebalan
miometrium terkecil, ruang lakunar, dan adanya bridging vessel, selain jumlah
persalinan Caesar dan lokasi plasenta sebelumnya, sangat prediktif untuk ingasi plasenta
di antara kehamilan dengan peningkatan risiko. Penerapan PAI dapat membantu dalam
stratifikasi risiko invasi individu di atas risiko apriori berdasarkan jumlah persalinan
Caesar dan lokasi plasenta sebelumnya. Ini dapat digunakan untuk perencanaan
konseling dan pra-operasi, dengan meningkatkan kesadaran akan plasenta adhesiva atau
memberikan kepastian kepada wanita yang menginginkan kesuburan masa depan. Ini
mungkin juga berperan dalam mengidentifikasi wanita yang mungkin mendapat rujukan
dari pusat tersier yang memiliki kapasitas bank darah dan layanan multidisiplin yang
cukup. Selain itu, daripada menggunakan masing-masing variabel USG secara terpisah,
model kami menetapkan sistem penilaian untuk evaluasi USG standar untuk semua
pasien yang berisiko mengalami plasenta adhesiva yang dapat diadopsi secara universal.
Penyelidik sebelumnya juga telah mengusulkan evaluasi standar untuk wanita yang
berisiko mengalami invasi plasenta. Weiniger dkk baru-baru ini melaporkan seri kasus
pada 92 wanita dengan invasi plasenta dan mengembangkan persamaan prediktif dari
pemodelan matematika variabel klinis dan sonografi. Dalam seri tersebut, kecurigaan
USG untuk invasi dianggap sebagai variabel tunggal, bukan berdasarkan pada sistem
penilaian. Weiniger dkk menemukan bahwa kombinasi plasenta previa, jumlah
persalinan Caesar sebelumnya, dan kecurigaan invasi pada USG lebih prediktif daripada
variabel USG saja, dengan luas di bawah kurva receiver operator characteristic sebesar
0,85. Studi kami mengkonfirmasikan nilai prediktif untuk menggabungkan karakteristik
pasien dengan variabel USG yang terkait dengan invasi plasenta dan hal ini juga
mengakui interaksi antara variabel yang berbeda karena berkontribusi pada risiko
individu.

Studi kami juga memberikan wawasan tentang nilai prediktif individual dari setiap
parameter USG pada plasenta adhesiva. Lakuna kelas 3 dan >1 persalinan Caesar
sebelumnya dipertimbangkan sebagai estimasi persamaan regresi kami yang tertinggi.
Hubungan yang kuat antara ruang lakunar dan invasi plasenta sebelumnya telah
dijelaskan. Finberg dan William menemukan bahwa jumlah dan tampilan aneh ruang
lakunar berkorelasi langsung dengan kepastian dan tingkat keparahan plasenta adhesiva.
Dalam tinjauan sistematis baru-baru ini, keseluruhan sensitivitas dan spesifisitas ruang
lakunar dari 13 penelitian adalah 77% dan 95% dengan akurasi diagnostik keseluruhan
sebesar 0,884. Hubungan serupa telah ditunjukkan untuk jumlah persalinan Caesar
sebelumnya. Dalam salah satu seri prospektif terbesar sampai saat ini, Silver dkk
menemukan bahwa pada plasenta previa, risiko akreta adalah sebesar 11%, 40%, dan
>60% pada masing-masing wanita dengan 1, 2, dan 3 operasi Caesar sebelumnya.

Karakteristik lain yang ditemukan terkait secara positif dengan plasenta adhesiva pada
model kami, walaupun pada tingkat yang lebih rendah, mencakup lokasi plasenta, ruang
lakunar kelas-2, ketebalan miometrium terkecil, dan bridging vessel. Baik penelitian
retrospektif maupun prospektif, serta metaanalisis dan tinjauan sistematis telah
menunjukkan sensitivitas yang tinggi untuk masing-masing parameter di atas. Pada
tahun 2000, Twickler dkk menemukan bahwa ketebalan miometrium terkecil <1 mm
yang diidentifikasi pada kehamilan trimester ketiga yang berisiko mengalami invasi
plasenta sensitif 100% dan spesifik 72% dengan PPV dan NPV masing-masing 72%
dan 100%.

Hipervaskularisasi antarmuka uterus – kandung kemih dengan menggunakan USG


Doppler 2 dan 3 dimensi memiliki performa diagnostik terbaik dalam seri prospektif
pada wanita dengan persalinan Caesar sebelumnya dan plasenta previa. Demikian pula,
D'Antonio dkk melaporkan bahwa adanya bridging vessel yang diidentifikasi dengan
pencitraan Doppler warna adalah parameter USG yang paling prediktif untuk plasenta
adhesiva, dengan akurasi diagnostik keseluruhan sebesar 0,95.

Penggunaan PAI dalam praktik klinis dapat membantu dalam menafsirkan berbagai
variabel sonografi ini berdasarkan riwayat pasien. Sebagai contoh, jika seorang wanita
yang telah menjalani 2 persalinan Caesar sebelumnya ditemukan memiliki plasenta
previa anterior dengan lakuna kelas-3, ketebalan miometrium terkecil 1 mm, dan tidak
ada bridging vessel, dia akan menerima 3 poin untuk persalinan Caesar sebelumny, 1
poin untuk previa anterior, 3,5 poin untuk lacunae kelas-2, dan 0,5 poin untuk ketebalan
miometrium terkecil 1 mm. Hal ini akan menghasilkan skor PAI 8. Probabilitas
invasinya adalah 91% (95% CI 73-97%), dengan sensitivitas 24%, spesifisitas 100%,
dan PPV dan NPV masing-masing 100% dan 73%. Ini jauh lebih tinggi daripada risiko
invasinya berdasarkan jumlah persalinan Caesar dan lokasi plasenta saja, yang hanya
40%. Sebaliknya, seorang wanita dengan persalinan Caesar 1 kali (0 poin), plasenta
previa anterior (1 poin), lakuna kelas -1 (0 poin), ketebalan miometrium terkecil 1 mm
(1 poin), dan tidak ada bridging vessel (0 poin) yang memiliki PAI hanya 2,
memberikan probabilitas 10% invasi (95% CI, 4-22%). Bergantung pada ketersediaan
sumber daya lokal dan perawatan multidisiplin, hasil dari indeks kami dapat digunakan
untuk konseling dan membantu keputusan rujukan.

Keterbatasan penelitian kami meliputi desain retrospektif. Kami tidak dapat


mengendalikan kecurigaan invasi atau gambar yang tercatat, yang mengarah ke
parameter USG tertentu yang tidak direkomendasikan. Akibatnya, kami membatasi
regresi logistik kepada pasien dengan semua parameter yang diukur (n = 88) untuk
menghindari overfitting model kami. Tidak semua wanita dalam kohort kita menjalani
pencitraan transvaginal. Meskipun tidak ada penelitian yang dilakukan yang secara
langsung membandingkan keakuratan diagnostik USG transabdominal vs transvaginal
dalam hal dugaan invasi plasenta, USG transvagina memungkinkan dilakukannya
evaluasi segmen uteri yang lebih lengkap dan merupakan standar perawatan yang
direkomendasikan saat ini. Oleh karena itu, pencitraan transabdominal secara teoritis
dapat memengaruhi nilai prediksi model kami. Secara keseluruhan, model kami
dikembangkan hanya untuk kehamilan pada trimester ketiga dengan persalinan Caesar
dan plasenta previa atau plasenta letak rendah, yang berisiko terbesar untuk invasi
plasenta, dan tidak akan berlaku pada kehamilan berisiko rendah. Faktor-faktor seperti
usia ibu, paritas, dan riwayat prosedur operasi rahim lainnya yang dikaitkan dengan
plasenta adhesiva seperti dilatasi dan kuretase, miomektomi, dan ablasi endometrium,
tidak termasuk dalam model kami. Tidak diketahui apakah parameter USG yang
digunakan untuk mengidentifikasi plasenta yang adhesiva juga serupa prediktif untuk
kasus di luar segmen bawah rahim atau populasi berisiko rendah. Studi lebih lanjut
diperlukan pada populasi ini untuk mengoptimalkan diagnosis antenatal plasenta
adhesiva. Terakhir, terlepas dari kelemahan metodologis yang melekat pada penelitian
retrospektif, model kami memberikan dasar bagi parameter mana yang harus dievaluasi
secara prospektif.

Terlepas dari keterbatasan ini, kekuatan penelitian kami mencakup ukuran kohort,
proses peninjauan yang buta, dan penggunaan konfirmasi histologis untuk invasi.
Akibatnya, model kami dirancang untuk mengidentifikasi pasien dengan invasi plasenta
secara klinis yang memerlukan operasi histerektomi Caesar. Selain itu, kami
melaporkan probabilitas invasi, yang merupakan metode gradasi risiko yang lebih
relevan secara klinis dibandingkan dengan nilai invasi mutlak tanpa invasi.
Kesimpulannya, penelitian kami menunjukkan bahwa penilaian risiko standar
berdasarkan jumlah persalinan Caesar sebelumnya dan temuan USG dapat
mengidentifikasi wanita dengan risiko tertinggi untuk mengalami plasenta adhesiva.
Jika diverifikasi secara prospektif, penggunaan PAI dapat membantu perencanaan
konseling dan persalinan pasien, yang kesemuanya dapat memperbaiki hasil kehamilan
pada wanita dengan plasenta adhesiva.

Anda mungkin juga menyukai