Selain sebagai salah satu organ alat pernapasan manusia, hidung juga berfungsi sebagai salah
satu dari 5 indera. Hidung berfungsi sebagai alat untuk menghirup udara, penyaring udara
yang akan masuk ke paru-paru, dan sebagai indera penciuman.
Tenggorokan berbentuk seperti pipa dengan panjang kurang lebih 10 cm. Di paru-paru trakea
bercabang dua membentuk bronkus. Dinding tenggorokan terdiri atas tiga lapisan berikut.
Selanjutnya, debu dan mikroorganisme tersebut didorong oleh gerakan silia menuju bagian
belakang mulut.
Akhirnya, debu dan mikroorganisme tersebut dikeluarkan dengan cara batuk. Silia-silia ini
berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk bersama udara pernapasan.
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang, yang satu menuju
paru-paru kanan dan yang satu menuju paru-paru kiri. Bronkus yang ke arah kiri lebih
panjang, sempit, dan mendatar daripada yang ke arah kanan. Hal inilah yang mengakibatkan
paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit. Struktur dinding bronkus hampir sama
dengan trakea. Perbedaannya dinding trakea lebih tebal daripada dinding bronkus. Bronkus
akan bercabang menjadi bronkiolus. Bronkus kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus
sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
1.5. Bronkiolus
1.6. Alveolus
Bronkiolus bermuara pada alveol (tunggal: alveolus), struktur berbentuk bola-bola mungil
yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh darah. Epitel pipih yang melapisi alveoli
memudahkan darah di dalam kapiler-kapiler darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga
alveolus.
1.7. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Rongga dada dan perut dibatasi oleh siuatu sekat
disebut diafragma. Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-
paru kanan terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas, gelambir tengah dan
gelambir bawah. Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas dan
gelambir bawah. Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput paru-paru (pleura). Kapasitas
maksimal paru-paru berkisar sekitar 3,5 liter.
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa disebut udara
pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih kurang 500 nl.
Setelah kita melakukan inspirasi biasa, kita masih bisa menarik napas sedalam-dalamnya.
Udara yang dapat masuk setelah mengadakan inspirasi biasa disebut udara komplementer,
volumenya lebih kurang 1500 ml.
Setelah kita melakukan ekspirasi biasa, kita masih bisa menghembuskan napas sekuat-
kuatnya. Udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi biasa disebut udara suplementer,
volumenya lebih kurang 1500 ml.
Walaupun kita mengeluarkan napas dari paru-paru dengan sekuat-kuatnya ternyata dalam
paru-paru masih ada udara disebut udara residu. Volume udara residu lebih kurang 1500 ml.
Jumlah volume udara pernapasan, udara komplementer, dan udara suplementer disebut
kapasitas vital paru-paru.
PLEURA
Pleura adalah suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari; sel-sel mesotelial, jaringan ikat,
pembuluh–pembuluh darah kapiler, dan pembuluh–pembuluh getah bening. Seluruh jaringan
tersebut memisahkan paru–paru dari dinding dada dan mediastinum.
Pleura terdiri dari 2 lapisan yang berbeda yakni pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan
pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini
yakni:
a. Pleura viseralis, bagian permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya
tidak lebih dari 30 um). Diantara celah–celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Dibawah sel–sel
mesotellial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya dibawah ini
(dinamakan lapisan tengah) terdapat jaringan kolagen dan serat–serat elastik. Pada lapisan
terbawah terdapat jaringan interstitial sebpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darah
kapiler dari Arteri pulmonalis dan Arteri brakialis serta pembuluh getah bening. Keseluruhan jaringan
pleura viseral ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru.
b. Pleura parietalis, disini lapisan jaringan lebih tebal dan terdiri juga dari sel-sel mesotelial dan
jaringan ikat
(jaringan kolagen dan serat–serat elastik). Dalam jaringan ikat ini terdapat pembuluh kapiler dari A.
interkostalis dan A. mammaria interna, pembuluh getah bening dan banyak reseptor saraf–saraf
sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Sistem persarafan ini berasal dari
nervus interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada. Keseluruhan jaringan
pleura parietalis ini menempel dengan mudah, tapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada
diatasnya.
PENGATURAN PERNAPASAN
Pengendalian dan pengaturan dilakukan system persarafan, mekanisme kimia dan
mekanisme nonkimia.
2. kendali kimiawi
ada banyak faktor yang mempengaruhi laju dan dalam pernafasan yang sudah diset oleh
pusat pernapasan yaitu adanya perubahan kadar oksigen, karbondioksida dan ion hydrogen
dalam darah arteri. perubahan tersebut menimbulkan perubahan kimia dan menimbulkan
respons dari sensor yang disebut kemoreseptor. ada dua kemoreseptor yaitu kemoreseptor
pusat yang berada dimedulla dan kemoreseptor perifer yang berada dibadan aorta dan
ceratoid pada system arteri.
a) Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbondioksida dalam darah
arteri,cairan resebtospinal,peningkatan ion hydrogen dengan merespons peningkatan frekensi
dan kedalaman pernapasan.
b) Kemoreseptor rifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen,
karbondioksida dan ion hidrogen. Peningkatan karbondioksida dan peningkatan ion hydrogen
maka pernapasan menjadi meningkat.
3. Jika tidal volume I liter atau lebih, maka inspirasi akan dihambat oleh
reseptor regangan dalam otot polos paru (refleks hering breuer).
Ventilasi
Ventilasi merupakan salah satu proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli.
Proses ini terdiri dari inspirasi yaitu masuknya udara ke paru-paru, dan ekspirasi yaitu
keluarnya udara dari paru-paru.
Dan ventilasi ini terjadi karena adanya suatu perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat
inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga udara yang
ada di atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru. Sebaliknya ketika ekspirasi tekanan
intrapulmonal menjadi lebih tinggi daripada atmosfer sehingga udara yanga ada akan tertiup
keluar dari paru-paru. Perubahan tekanan intra pulmonal tersebut disebabkan karena
perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma.
Ketika inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis eksternus dan
diafragma)sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang kostae dan menyebabkan peningkatan
volume cavum thorax (rongga dada), Secara bersamaan paru-paru juga akan ikut
mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan udara terhirup ke dalam paru-
paru.
Setelah inspirasi normal biasanya masih bisa menghirup udara dalam-dalam (menarik nafas
dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu muskulus
sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus. Ekspirasi merupakan proses yang pasif
dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka
setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal,
kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari otot-otot
ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus abdominis.
– Pusat pernafasan
Fleksibilitas paru sangat penting peranannya dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga
oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori
alveoli pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus
yang disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan
cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara. Energi yang
diperlukan untuk ventilasi adalah 2 – 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan
energi ini akan meningkat ketika kita melakukan olah raga berat, dan ini bisa mencapai 25
kali lipat.
Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam pernafasan normal.
IRV (volume cadangan inspirasi) adalah volume udara yang masih bisa dihirup paru-paru
setelah inspirasi normal. ERV (volume cadangan ekspirasi) adalah volume udara yang masih
bisa diekshalasi setelah ekspirasi normal. Sedangkan RV (volume sisa) adalah volume udara
yang masih tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat.
Difusi
Difusi dalam respirasi yaitu salah satu proses pertukaran gas antara darah pada kapiler paru
dengan alveoli. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan, gas berdifusi dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial.
Difusi sendiri terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang
sangat tipis sekali dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan
kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru-paru terdapat sekitar
300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang
dewasa normal.
Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat
inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida
akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas
tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli
dan kapiler paru.
Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan
tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi. Kapasitas difusi oksigen dalam
keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini
juga meningkat karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai Dilatasi kapiler yang
menyebabkan luas permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida
saat istirahat adalah 400 – 450 ml/menit. Saat bekerja meningkat menjadi 1200 – 1500
ml/menit.
– Koefisien difusi
Transportasi
Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang
membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke
kapiler paru. Sekitar 97 – 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb
(HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5 – 7% karbondioksida larut
dalam plasma, 23 – 30% berikatan dengan Hb (HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 –
70% dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat).
Saat istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit. Jika curah
jantung 5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang akan diberikan ke jaringan sekitar 250
ml/menit. Saat olah raga berat dapat meningkat 15 – 20 kali lipat.
– Cardiac Output
– Jumlah eritrosit
– Aktivitas
– Hematokrit darah
Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas pada sel/jaringan
terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih rendah dari PO2 kapiler
karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida
(PCO2) intrasel selalu lebih tinggi karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa
metabolisme.
Volume Paru
Untuk memudahkan pengertian peristiwa ventilasi paru, maka udara dalam paru dapat dibagi
menjadi empat volume dan empat kapasitas. Empat macam volume tersebut jika semuanya
dijumlahkan, sama dengan volume maksimal paru yang sedang mengembang atau disebut juga total
lung capacity, dan arti dari masing-masing volume tersebut adalah sebagai berikut:
1. Volume tidal adalah jumlah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali
bernapas normal, besarnya kira-kira 500 mililiter pada laki-laki dewasa.
2. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di
atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat, biasanya mencapai 3000 mililiter.
3. Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi
melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal, jumlah normalnya adalah sekitar
1100 mililiter.
4. Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi
paling kuat, volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter.
B. Kapasitas Paru
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang perlu menyatukan
dua atau lebih volume paru di atas. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas paru.
1. Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi. Ini
adalah jumlah udara (kira-kira 3500 mililiter) yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai
pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir
ekspirasi normal (kira-kira 2300 mililiter) yang merupakan hasil jumlah dari volume
cadangan ekspirasi dan volume residu.
3. Kapasitas vital adalah jumlah dari volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan
volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian
mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mililiter).
4. Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar
mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800 mililiter), jumlah ini sama dengan
kapasitas vital ditambah volume residu.
Biasanya anak mulai bernapas segera dan mempuyai irama pernapasan yang
normal.Kecepatanfetus mulai bernapas menunjukkan bahwa pernapasan di mulai oleh
terpaparnya bayi secara mendadak ke dunia luar,mungkin akibat dari keadaan asfiksia ringan
karena proses kelahiran,tetapi juga akibat impuls sensori yang berasal dari kulit yang
mendadak dingin.
Janin dalam rahim sebenarnya sudah mampu bernafas dalam rahim.Namun air ketuban tidak
masuk ke dalam alveoli paru-parunya. Pusat pernapasan ini dipengaruhi oleh kadar O2 dan
CO2 di dalam tubuh janin.
Paru-paru janin mulai berkembang pada saat berusia sekitar enam minggu di perut ibu dan
akan ketika berusia sekitar delapan bulan. Selama bulan-bulan terakhir kehamilan, tubuh
menghasilkan sejenis zat minyak yang akan melindungi paru-paru janin agar tak terisi cairan.
Paru-paru manusia tercipta khusus untuk menampung udara, tidak yang lain. Meskipun paru-
paru bayi baru berfungsi sesaat setelah lahir, paru-paru sudah mulai menunjukkan
aktivitasnya sejak masih dalam perut ibu. Tali pusar yang menempel pada ibu terdiri atas dua
pembuluh nadi dan sebuah pembuluh vena : vena mengangkut oksigen dan nutrisi yang
dibutuhkan untuk perkembangan janin sedangkan nadi mengangkut karbon dioksida dan sisa-
sisa nutrisi yang harus dibuang kembali kepada ibu. Pertukaran antara oksigen dengan karbon
dioksida inilah yang disebut bernapas.
Ketika tali pusar dipotong saat kelahiran, bayi yang baru lahir harus belajar untuk hidup tanpa
bantuan ibunya.Hanya dalam beberapa detik paru-paru mulai terbuka, darah mulai mengalir,
dan paru-paru bayi mulai berfungsi sebagaimana mestinya. (Febri wulanda, Ayu. 2012)
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta, setelah
lahir melalui paru.Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru pada hari-hari
sebelum persalinan. Hal ini terjadi sebagai respons terhadap peningkatan hormone stress dan
terdapat peningkatan protein plasma yang bersirkulasi, yang menyebabkan onkotik
meningkat disertai dengan meningkatnya aliran cairan paru ke dalam ruang interstisial di paru
untuk diabsorpsi ke dalam sirkulasi limfasik. (Arief dan Weni. 2009)
1. Faktor-faktor fisik, meliputi usaha untuk menggembangkan paru dan mengisi alveolus
yang kolaps. Tekanan ronga toraks via jalan lahir mengakibatkan cairan paru (bayi
normal 80-90 ml) kehilangan 1/3 dari jumlah tersebut sehingga cairan yang hilang ini
di ganti dengan udara.
2. Faktor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan suhu.
3. Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah (misal: penurunan kadar oksigen
dan peningkatan kadar CO2, dan penurunan pH merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotis. (Dompas, Robin. 2010)
Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar antara 30/60 kali per menit (rata-rata 40 kali
per menit), pernapasan diafragma dan abdomen.Bayi baru lahir biasanya bernafas melalui
hidung.Respons pernafasan abnormal bila ditemukan retraksi interkosta, prosesus xifoideus,
pernafasan cuping, hidung, dan suara dengkur saat ekspirasi.Sekresi lendir mulut dapat
menyebabkan bayi batuk dan muntah, terutama selama 12-18 jam pertama.
Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio, tepatnya pada umur kehamilan 24
hari.Pada umur kehamilan 24 hari ini bakal paru-paru terbentuk.Pada umur kehamilan ke 26-
28 hari kedua bronchi membesar.Pada umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen
bronchus.Pada umur kehamilan 12 minggu terjadi deferensiasi lobus.Pada umur kehamilan
24 minggu terbentuk alveolus.Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada
umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-patu sudah bias
mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru
bayi.Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah
lahir.
Umur
Perkembangan
Kehamilan
Bakal paru-paru terbentuk
24 hari
Dua bronki membesar
26-28 hari
Dibentuk segmen bronkus
6 minggu
Deferensiasi lobus
12 minggu
Dibentuk bronkiolus
16 minggu
Dibentuk alveolus
24 minggu
Dibentuk surfaktan
28 minggu
Maturasi struktur (paru-paru dapat mengembangkan system alveoli dan
34-36 minggu
tidak mengempis lagi)
Gameli satu ovum dengan berat badan yang berbeda dan biasanya berat badan yang lebih
kecil paru-parunya belum matur. (Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012)
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta, setelah
bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat dipotong).Rangsangan
untuk gerakan pernapasan pertama kali pada neonatus disebabkan karena adanya : (Arief dan
Weni. 2009)
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang tinggi pada
toraksnya, dan tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini
menyebabkan cairan yang ada didalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagaian perifer
paru untuk kemudian diabsorpsi, karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis
akhirnya bayi memulai aktivasi napas untuk yang pertama kali.
Tekanan intratoraks yang negatif disertai dengan aktivasi napas yang pertama memungkinkan
adanya masuk ke dalam paru-paru.Setelah beberapa kalo nafas pertama, udara dari luar mulai
mengisi jalan napas pada trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang karena
terisi udara.
Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat surfaktan yang
adekuat.Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga alveolus tidak kolaps
saat akhir napas. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain
adanya surfaktan di dalam alveoli itu sendiri adalah menarik napas dan mengeluarkan napas
dengan cara menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam alveoli.
Dalam keadaan anoksia, neonatus masih dapat mempertahankan kehidupan karena adanyta
kelanjutan metabolism anaerob yaitu kelanjutan metabolism tanpa oksigen.Pernapasan pada
neonatus biasanya menggunakan pernapasan diafragma dan abdominal sedangkan frekuensi
dan dalamnya pernapasan biasanya belum teratur.Pernapasan normal pada neonatus pertama
kali dimulai ketika kurang lebih 30 detik sesudah kelahiran.Pernapasan ini terjadi sebagai
akibat adanya aktivitas normal dari susunan saraf pusat perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya.misalnya tekanan mekanis pada toraks melalui jalan lahir.Penurunan
tekanan oksigen dan kenaikan tekanan karbon dioksida pada paru-paru merangsang
kemoreseptor yang terletak pada sinus karotis sehingga bayi bernapas, rangsangan dingin di
daerah muka dapat merangsang pemulaan gerakan pernapasan.
Tekanan pada rongga pada bayi sewaktu melalui jalan lahir pervagian mengakibatkan
kehilangan setengah dari jumlah cairan yang ada di paru-paru (paru-paru pada bayi yang
normal yang cukup bulan mengandung 80-100 ml cairan) sehingga sesudah bayi lahir cairan
yang hilang diganti dengan udara, peru-paru berkembangan dan rongga dada kembali pada
bentuk semula. (Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012)
COMPLIANCE PARU
- Adalah kemampuan peregangan paru dan dinding dada oleh kenaikan tekanan
intrapulmonal.
- Adanya kompliance paru karena paru dan dinding dada sangat elastik oleh=
- struktur jaringan paru yang elastik
- lapisan mukopolisakarida melapisi alveoli
- rangka dada yg terdiri tendon, otot dan jaringan elastik
- Keadaan – keadaan yang mempengaruhi kompliance paru =
- kerusakan jaringan paru yaitu fibrosis, edema alveoli
- kelainan dinding dada yaitu kiposis, skeliosis, fibrotik pleuritik, paralise otot.
PERAN SURFAKTAN
- Surfaktan adalah gabungan lipoprotein yang disekresi oleh sel khusus yaitu surfaktan
secreting cells yang terdapat di epitel alveolar.
- Gabungan lipoprotein ini terutamam terdiri dari fosfolipid dipalmitoyl lecithin yang
mempunyai sifat seperti deterjen yang dapat menurunkan tegangan permukaan cairan yang
melapisi alveoli sehingga terjadi pengembangan paru
- Surfaktan berfungsi mengurangi tegangan permukaan cairan yang melapisi alveoli sehingga
mencegah alveoli kolaps.
- Surfaktan diproduksi pada kehamilan 28-32 minggu.
- Bila bayi baru lahir akan menangis dan menarik nafas, hal ini menyebabkan terbukanya
alveoli-alveoli.
- Tetapi bila bayi tersebut tidak mensekresi surfaktan secara adekuat maka akan terjadi
kesulitan pengembangan alveoli.
- Bayi ini dapat meninggal karena pernafasan yang tidak normal.
- Kelainan ini disebut Hialin Membran Disease atau Respiratory Distress Syndrome.
Frekuensi pernapasan pada manusia merupakan intensitas inspirasi dan ekspirasi udara
pernapasan pada manusia yang dilakukan setiap menit. Dalm keadaan normal proses inspirasi
dan ekspirasi berlangsusng sebanyak 15 sampai dengan 18 kali per menitnya. Akan tetapi,
keadaan ini bisa berubah dan berbeda pada setiap orang dikarenakan ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses inspirasi dan ekspirasi
pada seseorang meliputi:
1. Faktor fisik seperti umur, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh, dan aktivitas tubuh
2. Faktor Psikologi seperti emosi, kejiwaan, perasaan, energi dan aura, dan kestabilan rohani.
1. r Fisik
1. umur
frekuensi pernapasan yang dilakukan pada anak-anak berbeda denagn frekuensi pernapasan
yang dilakukan orang dewasa. Umumnya, frekuensi pernapasan yang terjadi pada anak-anak
lebih banyak. Pada orang dewasa, frekuensi pernapasan menjadi lebih lambat dikarenakan
aktivitas sel-sel di dalam tubuh mengalami penurunan.
Untuk lebih jelasnya, berikut frekuensi normal berdasarkan umur adalah sebagai berikut:
1. Usia baru lahir, frekuensi pernapasannya berkisar antara 35-50 kali per menit.
2. Usia 2-12 tahun, frekuensi pernapasannya berkisar antara 18-26 kali per menit.
3. Usia dewasa, frkuensi pernapasannya berkisar antara 16-20 kali per menit.
4. Jenis Kelamin
Pada umumnya dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan pada laki-laki lebih banyak
daripada perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki cenderung membutuhkan energi yang
lebih banyak daripada perempuan sehingga oksigen yang diperlukan pun menjadi semakin
banayk.
1. Suhu Tubuh
Suhu tuuh mempunyai hubungan yang erat dengan pernapasan. Semakin tinggi suhu tubuh
seseorang maka dia akan membutuhkan energi yang lebih banyak sehingga kebutuhan akan
oksigen pun akan meningkat. Oleh karene itu, frekuensi pernapasan pun akan lebih sering
dilakukan.
1. Posisi Tubuh
Posisi tubuh ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap frekuensi pernapasan.
Seseorang yang sedang berdiri, frekuensi pernapasannya akan lebih sering terjadi daripada
seseorang yang posisi tubuhnya sedang berbaring. Pada saat kita berdiri aktivitas otot di
dalam tubuh akan lebih sering mengalami kontraksi sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk
proses oksidasi di dalm tubuh menjadi lebih banyak, hal ini mengakibatkan frekuensi
inspirasi dan ekspirasi menjadi lebih sering dilakukan. Sementara itu pada saat berbaring,
otot-otot dalam tubuh cenderung erelaksasi sehingga kebutuhan akan oksigen pun tak
sebanyak pada saat kita berdiri.
1. Aktivitas Tubuh
Seseorang yang memiliki aktivitas tubuh cukup tinggi seperti seorang petani atau atlet,
frekuensi pernapasannya akan lebih tinggi daripada seorang sekretaris yang cenderung
melakukan aktivitas pekerjaanya dengan duduk. Hal ini disebabkan energi yang diperlukan
oleh seorang petani atau atlet lebih banyak jika dibandingkan oleh seseorang yang
beraktivitas denagn cara duduk.
Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
– Energi yang dibutuhkan oleh orang yang telah lanjut usia lebih sedikit dibandingkan
dengan orang yang masih muda sehingga oksigen yang dibutuhkannya pun menjadi
berkurang
– Frekuensi pernapasan pada laki-laki lebih tinggi daripada frekuensi pernapasan pada
seorang perempuan
– Frekuensi pernapasan pada orang yang aktivitas fisiknya lebih tinggi cenderung lebih
sering dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisiknya rendah.
1. Faktor Psikologi
1. Emosi
Emosi seseorang berpengaruh pada tinggi rendahnya pernapasan seseorang. seseorang yang
sedang emosi seperti marah, frekuensi pernapasannya akan cenderung tinggi dibandingkan
seseorang yang kondisi emosinya stabil atau normal.
1. Perasaan
Perasaan takut pada seseorang akan mempercepat frekuensi pernapasannya, hal ini
disebabkan aktivitas denyut jantung yang meningkat sehingga tubuh memerlukan asupan
energi yang lebih banyak
1. Kejiwaan
Kejiwaan berkaitan erat dengan sifat atau karakter seseorang. Seseorang yang mempunyai
jiwa periang cenderung mempunyai aktivitas yang lebih aktif dibandingkan dengan seseorang
yang pemalu. Dengan demikian frekuensi pernapasan pada orang yang periang cenderung
akan lebih tinggi dibanding dengan orang yang pemalu.
1. Kestabilan Rohani
Seseorang yang mempunyaipemahaman yang baik terhadap ilmu agam, kondisi rohaninya
cenderung akan lebih baik, hati mereka akan diliputi rasa tenang dan tenteram sehingga jauh
dari rasa cemas dan khawatir yang berlebihan.
Sebelumnya telah diuraikan bahwa frekuensi pernapasan pada setiap orang bisa saja berbeda.
Begitu pula dengan volume udara pernapasan. Volume udara pernapasan pada manusia
dipengaruhi oleh:
1. Ukuran paru-paru
Seseorang yang mempunyai ukuran paru-paru besar akan mempunyai volume udara
pernapasan yang besar pula, begitu juga sebaliknya. Hal ini disebabkan pada orang yang
paru-parunya besarakan mempengaruhi jumlah dan luasnya alveolus dalam melakukan
pertukaran oksigen dan karbondioksida.
1. Kekuatan bernapas
Seorang penyelam cenderung mempunyai kekuatan bernapas yang lebih, hal ini ditunjang
dengan kapasitas volume udara yang bisa ditampungnya di dalam paru-paru.
1. Cara bernapas
Cara bernapas yang baik adalah bernapas dengan menggunakan hidung. Sebab selain dapat
menyaring debu agar tak masuk juga dapat memperbaiki ritme pernapasan. Orang yang
bernapas menggunakan hidung cenderung membutuhkan volume udara yang relatif sedikit
daripada orang yang bernapas menggunakan mulut.
Kita dapat mengetahui seberapa banyak volume pernapasan yang dibutuhkan atau yang biasa
digunakan pada pernapasan kita dengan menggunakan alat spirometer. Volume udara
pernapasan dibedakan menjadi:
Normalnya setiap orang menghirup dan menghembuskan udara pernapasan sebanyak 500 cc
dalam setiap kali melakukan proses inspirasi dan ekspirasi. Namun dari jumlah tersebut tak
seluruhnya digunakan dalam proses oksidasi. Udara digunakan untuk proses oksidasi hanya
sekitar 350 cc, sedangkan sisanya sebanyak 150 cc hanya sampai pada saluran pernapasan
saja.
Merupakan volume udara yang masih dapat kita hirup sedalam-dalamnya sebanyak 1500 cc.
Setelah kita menghirup udara normal sebanyak 500 cc.
Volume udara yang masih dapat kita hembuskan sedalam-dalamnya sebanyak 1500 cc
setelah kita melakukan ekspirasi normal sebanyak 500 cc.
Volume udara yang tersisa di dalam paru-paru sebanyak 1000 cc setelah kita melakukan
ekspirasi sedalam-dalamnya. Adanya volume udara inilah yang menyebabkan kita masih bisa
bernapasdalam keadaan kritis.
Merupakan keseluruhan jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru yaitu sebesar 4500 cc.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan volume pernapasan, berikut ini istilah yang
berhubungan dengan volume pernapasan.
1. Ventilasi pulmonal
Yaitu volume udara tidl dikalikan dengan jumlah pernapasan per menit.
1. Ventilasi alveoli
Yaitu volume udara yang masuk ke alveoli dikalikan dengan jumlah pernapasan per menit.
. nfeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang paling sering terjadi dibanding organ lain. Hal ini
disebabkan sistem pernafasan adalah sistem yang berkontak langsung dengan dunia luar. Infeksi
yang paling umum terjadi di saluran napas atas, seperti common cold dan faringitis biasanya
disebabkan oleh virus. Untuk menghindari infeksi yang terus menerus tubuh menyusun mekanisme
pertahanan jalan nafas. Bagaimana mekanismenya ?
Mekanisme pertahanan selalu terkait dengan adanya pertahanan tubuh dari benda asing.
Proses pertahanan yang paling sering dilakukan tubuh adalah respon inflamasi yang
mengikutsertakan sel imun adapatif tubuh untuk bekerja. Tidak hanya itu tubuh juga
memiliki cara-cara lain untuk membentuk mekanisme pertahanan saluran nafas atas.
Hidung merupakan penjaga utama dari udara yang masuk pertama kali. Dalam sehari, kita
menghirup sekitar 10.000-20.000 liter udara. Fungsi hidung selain sebagai jalan masuk udara,
menghangatkan udara, dan melembabkan udara, juga sebagai penyaring udara. Mekanisme
pertahanan utama dari saluran napas adalah epitel permukaannya yang cukup istimewa yaitu
epitel respiratorius atau epitel bertingkat (berlapis semu) silindris bersilia dan bersel goblet.
Selain itu, epitel respiratorius dilapisi oleh 5-10 μm lapisan mukus gelatinosa (fase gel) yang
mengambang pada suatu lapisan cair yang sedikit lebih tipis (fase sol). Lapisan gel/mukus
dan cair/sol mengandung mekanisme pertahanan imunitas humoral dan seluler.
Lapisan gel terdiri atas albumin, glikoprotein, IgG, IgM, dan faktor komplemen.
Lapisan cair terdiri atas sekresi serosa, laktoferin, lisozim, inhibitor sekresi
leukoprotease, dan sekretorik IgA.
Silia pada sel-sel epitel berdenyut secara sinkron, sehingga ujungnya dijumpai pada fase gel
dan menyebabkannya bergerak ke arah mulut, membawa partikel dan debris seluler
bersamanya (transpor mukosilier atau bersihan). Banyak faktor dapat mengganggu
mekanisme tersebut, termasuk peningkatan viskositas atau ketebalan mukus, membuatnya
lebih sulit untuk bergerak (misalnya peradangan, asma), perubahan pada fase sol yang
menghambat gerakan silia atau mencegah perlekatan pada fase gel dan gangguan aktivitas
silia (diskinesia silia). Transpor mukosilier ini menurun performanya akibat merokok,
polutan, anestetik, dan infeksi serta pada fibrosis kistik dan sindrom silia imotil kongenital
yang jarang terjadi. Transpor mukosilier yang berkurang menyebabkan infeksi respirasi
rekuren yang secara progresif merusak paru, misalnya bronkiektasis. Pada keadaan tersebut
dinding bronkus menebal, melebar, dan meradang, secara permanen.
Mukus (sekret kelenjar) dihasilkan oleh sel-sel goblet pada epitel dan kelenjar submukosa.
Unsur utamanya adalah glikoprotein kaya karbohidrat yang disebut musin yang memberikan
sifat seperti gel pada mukus. Fluiditas dan komposisi ionik fase sol dikontrol oleh sel-sel
epitel. Mukus mengandung beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel-sel epitel dan sel lain
atau yang berasal dari sel plasma: antiprotease seperti α1-antitripsin yang menghambat aksi
protease yang dilepaskan dari bakteri dan neutrofil yang mendegradasi protein, defisiensi α1-
antitripsin merupakan predisposisi terjadinya gangguan elastin dan perkembangan emfisema.
Protein surfaktan A, terlepas dari aksinya pada tegangan permukaan, memperkuat fagositosis
dengan menyelubungi atau mengopsonisasi bakteri dan partikel-partikel lain. Lisozim
disekresi dalam jumlah besar pada jalan napas dan memiliki sifat antijamur dan bakterisidal;
bersama dengan protein antimikroba, laktoferin, peroksidase, dan defensin yang berasal dari
neutrofil, enzim tersebut memberikan imunitas non spesifik pada saluran napas.
Imunoglobulin sekretori (IgA) adalah imunoglobulin utama dalam sekresi jalan napas dan
dengan IgM dan IgG mengaglutinasi dan mengopsonisasi partikel antigenik; IgA juga
menahan perlekatan mikroba ke mukosa. IgA sekretori terdiri dari suatu dimer dua molekul
IgA yang dihasilkan oleh sel-sel plasma (limfosit B teraktivasi) dan suatu komponen sekretori
glikoprotein. Komponen tersebut dihasilkan pada permukaan basolateral sel-sel epitel,
tempatnya mengikat dimer IgA. Kompleks IgA sekretori kemudian dipindahkan ke
permukaan luminal sel epitel dan dilepaskan ke dalam cairan bronkial. Kompleks tersebut
merupakan 10% protein total dalam cairan lavase bronkoalveolar.
Jaringan Limfoid
Struktur jaringan limfoid membentuk sistem limfoid yang terdiri dari limfosit, sel epitelial,
dan sel stromal. Terdapat dua organ limfoid yaitu primer dan sekunder. Organ limfoid primer
merupakan tempat utama pembentukan limfosit (limfopoesis) yaitu timus dan sumsum
tulang. Limfosit dewasa yang diproduksi organ limfoid primer akan bermigrasi menuju organ
limfoid sekunder. Organ limfoid sekunder merupakan tempat terjadinya interaksi antara
limfosit dengan limfosit dan antara limfosit dengan antigen, dan diseminasi respons imun.
Organ limfoid sekunder yaitu limpa dan jaringan limfoid pada mukosa seperti tonsil, BALT
(bronchus-associated lymphoid tissue), GALT (gut-associated lymphoid tissue)/Peyer’s
patch. Sirkulasi limfe akan berlanjut menuju duktus torasikus yang akan berhubungan dengan
sistem pembuluh darah sehingga dapat mengirimkan berbagai unsur sistem limfoid.
Di dalam jaringan limfoid mukosa (MALT) terdapat sel dendrit yang berasal dari sumsum
tulang. Sel dendrit berfungsi sebagai Antigen Presenting Cell (APC) dan mengirim sinyal
aktivasi kepada limfosit T naive atau virgin untuk memulai respon imun, karena itu sel
dendrit disebut juga imunostimulatory cells. Sel dendrit dapat mengekspresikan MHC-kelas
II sendiri pada level yang tinggi serta MHC-kelas I dan reseptor komplemen tipe 3. Sinyal
dari Th (CD4+) akan menginduksi limfosit untuk menghasilkan sitokin. Aktivasi limfosit B
dibantu oleh sel Th2 (IL-2, IL-4, IL-5) serta membentuk diferensiasi sel B menjadi klon yang
memproduksi antibodi berupa sekretorik IgA. MALT tidak ada di saluran napas bawah.
1. Refleks nasofaringo-bronkial
Refleks ini mengurangi puncak aliran ekspirasi akibat alergen yang memasuki hidung. Baru-
baru ini dilaporkan, sekitar 6 jam setelah refleks ini menyebabkan penurunan FEV1 dan
forced vital capacity yang signifikan. Refleks ini biasa dikenal dengan refleks bersin.
Mekanisme refleks bersin sama halnya dengan refleks batuk. Hanya saja, refleks ini terjadi
pada kavitas nasal bukan pada saluran napas bawah. Mekanisme refleks sebagai berikut:
bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing
dalam jumlah berapa pun atau penyebab iritasi lainnya akan menimbulkan refleks batuk.
Laring dan karina (tempat di mana trakea bercabang menjadi bronkus) adalah yang paling
sensitif, dan bronkiolus terminalis dan bahkan alveoli bersifat sensitif terhadap rangsangan
bahan kimia yang korosif seperti sulfur dioksida dan klorin.
Impuls aferen yang berasal dari saluran napas terutama berjalan melalui nervus vagus ke
medula. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh lintasan neuronal
medula, menyebabkan efek sebagai berikut: pertama, kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi.
Kedua, epiglotis menutup; dan pita suara menutup erat-erat dan menjerat udara dalam paru.
Ketiga, otot-otot perut berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan otot-otot
ekspirasi lainnya, seperti interkostalis internus, juga berkontraksi dengan kuat. Keempat, pita
suara dengan epiglotis terbuka lebar, sehingga udara bertekanan tinggi dalam paru meledak
keluar. Kemudian, penekanan kuat pada paru yang menyebabkan bronkus dan trakea menjadi
kolaps sehingga bagian yang tidak berkartilago ini berinvaginasi ke dalam, akibatnya udara
yang meledak tersebut benar-benar mengalir melalui celah-celah bronkus dan trakea bersama
partikel asing. Peristiwa ini terjadi sama persis dengan refleks batuk, namun ketika refleks
bersin terjadi penekanan uvula, sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung,
dengan demikian membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing.
2. Fungsi protektif hidung: menghangatkan dan melembabkan udara, menyaring partikel atau
iritan, dan produksi nitrit oksida (NO). Hal ini ditujukan agar udara yang diinhalasi bisa
mencapai saluran napas bawah dalam keadaan yang tidak membahayakan homeostasis. Panas
dihasilkan dari banyak kapiler yang berada di subepitelial yang berpenestrasi menuju
permukaan lumen serta membantu tranportasi air menuju interstisium. Melembabkan udara
dimediasi oleh aktivasi sekitar 45.000 kelenjar seromukosa pada kavitas nasal dan sel goblet
yang menghasilkan sejumlah air yang signifikan. Adanya “kolam” yang terisi oleh sejumlah
besar volume darah yang berasal dari sinusoid vena yang terletak di subepitelial bisa
membuat jaringan submukosa untuk menyerap udara dan menambah perluasan kontak
dengan aliran udara. Mukus hidung dan mukosiliar merupakan komponen penting dalam
pembersihan. Partikel dengan diameter aerodinamik 5-10 μm ditangkap dalam mukosa nasal.
Gas yang larut dalam air akan dihilangkan total dari udara yang diinhalasi di saluran masuk
hidung. Gas yang bersifat iritan dapat menstimulasi saraf sensorik hidung dan menginduksi
sekresi yang membuat deposit yang lebih besar. NO dihasilkan dari saluran napas atas
(terutama sinus paranasal) yang berperan protektif untuk cabang respiratorius. NO memiliki
aktivitas antiviral dan bakteriostatik yang kuat, meningkatkan oksigenasi, menghasilkan efek
bronkodilator, dan menjaga masuknya udara melalu saluran napas bawah.
3. Peran inflamasi pada nasal: sejumlah eosinofil di mukosa saluran napas bawah akan
meningkat yang mengekspresikan molekul adesi setelah diinduksi oleh alergen hidung.
Sistem pernapasan merupakan permukaan tubuh terluas yang berkontak langsung dgn lingkuan
eksternal (30x dari luas kulit).
Mekanisme pertahanan yg melindungi paru
Humoral
Selular
Mekanisme yg berkaitan dgn faktor fisik, anatomik, dan fisiologik
Deposisi partikel
Terjadi karena struktur saluran napas yang berkelok-kelok. Partikel berukuran >10 mikron
tertangkap didalam rongga hidung. 5-10 mikron, tertangkap di bronkus dan cabangnya. <3
mikron, dpt masuk ke alveoli.
Tujuan : menjaga agar saluran napas bawah tetap terbuka dgn cara menyingkirkan hasil
sekresi sehingga dpt ditelan atau dikeluarkan, mencegah benda asing yg akan masuk ke paru-
paru.
Refleks bersin
Refleks bersin tejadi di saluran hidung, bukan pada saluran napas bagian bawah. Rangsang
yang memulai refleks bersin adalah iritasi pada saluran hidung. Sejumlah besar udara
mengalir dengan cepat melalui hidung dan mulut, sehingga membersihkan saluran hidung
dari benda asing.
Mekanisme batuk
Inspirasi dalam
Epiglottis dan pita suara menutup untuk menjebak udara di dalam paru-paru
Epiglottis terbuka
Udara yang mengalir cepat ini akan membawa benda asing apapun yang ada di dalam bronkus dan trakea.
Eskalasi mukosiliaris
Semua permukaan saluran nafas dilapisi oleh lapisan tipis mukus yang disekresikan oleh membran mukosa
sel goblet.
Mukus yang mengandung endapan partikel dialirkan ke faring oleh silia. Lalu mukus kotor
dibatukkan keluar atau tertelan tanpa disadari dan dieliminasi melalui feses.
Makrofag alveolar
Merupakan pertahanan yang paling akhir dan paling penting terhadap invasi benda asing ke dalam paru-paru.
Partikel-partikel kecil yang berdiameter kurang 0,5 mikron bisa masuk ke alveolus
Makrofag alveolar merupakan sel fagositik dengan ciri-ciri khas dapat bermigrasi dan mempunyai sifat
enzimatik. Sel ini bergerak bebas pada permukaan alveolus.
Enzim litik akan membunuh dan mencernakan partikel tersebut tanpa menimbulkan reaksi peradangan.
Partikel benda asing ini pun kemudian ditranspor oleh makrofag ke pembuluh lymfe atau ke bronkiolus,
dimana mereka dibuang oleh kerja mukus dan silia.
Mekanisme humoral
IgA berperan penting sbg pertahanan di nasofaring dan saluran napas atas.
IgG banyak ditemukan di distal paru. IgG berperan dalam menggumpalkan partikel, menetralkan toksin virus
dan bakteri, mengaktifkan komplemen, dan melisiskan bakteri.
Mekanisme seluler
Sel T sitotoksik (CD8) merupakan sel yng menghancurkan sel pejamu yang terinfeksi.
Sel T helper (CD4) mengeluarkan sitokin yg mengaktifkan sel pertahanan tubuh lain : meningkatkan
pembentukan sel B, meningkatkan aktivitas sel sitotoksik yg sesuai dan menarik lbh banyak makrofag
1. Usia baru lahir, frekuensi pernapasannya berkisar antara 35-50 kali per menit.
2. Usia 2-12 tahun, frekuensi pernapasannya berkisar antara 18-26 kali per menit.
Usia dewasa, frkuensi pernapasannya berkisar antara 16-20 kali per menit.
1. Vesikular, terdengar sebagai bunyi yang tenang, bernada rendah. Suara ini terdapat
pada paru yang normal, di mana suara inspirasi lebih keras dan lebih tinggi nadanya
serta 3x lebih panjang daripada ekspirasi. Suara vesikular diproduksi oleh udara jalan
nafas di alveol. Suaranya menyerupai tiupan angin di daun-daunan. Antara inspirasi
dan ekspirasi , tidak ada bunyi nafas tambahan. Bunyi ini normalnya terdengar di
seluruh bidang paru, kecuali di atas sternum atas dan di antara skapula. Bunyi nafas
vesikular disertai ekspirasi yang memanjang dapat terjadi pada emfisema paru.
2. Bronkial. Bunyi bronkial terdengar biasanya terdengar lebih keras dan dengan nada
yang lebih tinggi dibandingkan bunyi vesikular. Turbulensi udara di dalam bronkus
kartilaginosa dapat menimbulkan bunyi pernafasan ini. Dibandingkan dengan bunyi
vesikuler, bunyi bronkial lebih kasar dan nadanya lebih tinggi.Bunyi pernafasan
bronkialhampir hilang seluruhnya ketika mereka melintasi sekat alveolus. Oleh karena
itu, mereka biasanya tidak terdengar di bagian perifer paru-paru normal. Dalam
keadaan normal, dapat terdengar di daerah interskapular, juga di atas trakea.(5)
Biasanya, terdapat alveoli yang terisi eksudat atau konsolidasi tapi lumen bronkus
atau bronkial masih terbuka. Baik suara inspirasi maupun ekspirasi sama atau lebih
panjang dari inspirasi. Suara bronkial ini terdapat pada daerah konsolidasi atau
dibagian atas daerah efusi pleura.
3. Bronkovesikular, merupakan bunyi yang terdengar antara vesikular dan bronkial, di
mana ekspirasi menjadi lebih keras, lebih tinggi nadanya, dan lebih memanjang
hingga hampir menyerupai inspirasi. Bunyi ini dapat didengar pada tempat-tempat
yang ada bronkiolus besar yang ditutupi satu lapisan tipis alveolus. Suara ini secara
spesifik dapat didengar antara skapula dan pada kedua sisi sternum. (5)Penyakit yang
menyebabkan misalnya adalah penyakit paru dengan infiltrat misalnya
bronkopneumonia, tuberkulosis paru.
4. Amfotrik, didapatkan bila terdapat kavitas besar yang letaknya perifer dan
berhubungan terbuka dengan bronkus, terdengar seperti tiupan dalam botol kosong.
Ronchi :Adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama : ekspirasi. Penyebab : gerakan
udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi : sumbatan
akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu
ekspirasi disertai adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch (menciut)
misalnya pada asma dan low pitch oleh karena secret yang meningkat pada bronkus
yang besar yang dapat juga terdengar waktu inspirasi.
Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di dalam
alveoli atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar. Ronki halus dan
sedang dapat disebabkan cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan edema paru,
sedangkan ronki kasar misalnya pada bronkiekstatis. Perbedaan ronchi dan mengi.
Mengi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih kecil salurannya, terdengar
bersuara tinggi dan bersiul. Biasanya terdengar jelas pada pasien asma. Ronchi
berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih besar salurannya, mempunyai suara
yang rendah, sonor. Biasanya terdengar jelas pada orang ngorok.
Wheezing (mengi) : Adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels.
Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat ekspirasi. Penyebab :
akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Dapat dihilangkan dengan
batuk.Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara
melalui jalan nafas yang menyempit (seperti pada asma dan bronchitis kronik). Wheezing dapat
terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen, latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap
bronkus.
Crackles : Adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pembukaan kembali
jalan napas yang menutup. Terdengar selama : inspirasi.
Fine crackles / krekels halus : Terdengar selama : akhir inspirasi. Karakter suara :
meletup, terpatah-patah. Penyebab : udara melewati daerah yang lembab di alveoli
atau bronchioles / penutupan jalan napas kecil. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Krekels kasar : Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau, basah, lemah,
kasar, suara gesekan terpotong. Penyebab : terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan
nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.