tertentu, yang memberikan gambaran tinggi rendahnya pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit.
Indikator ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi rumah sakit, semakin tinggi
tingkat yang dicapai berarti efisiensi rumah sakit semakin baik. Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 6085% (Depkes RI, 2005). BOR antara rumah sakit yang
berbeda tidak bisa dibandingkan oleh karena adanya perbedaan fasilitas rumah sakit,
tindakan medik, perbedaan teknologi intervensi. Semua perbedaan tadi disebut sebagai
case mix. Untuk memperoleh hasil perhitungan BOR dapat dilakukan dengan rumus: 100%
Jumlah tempat tidur X hari dalam periode yang sama Jumlah hari perawat di RS periode tertentu
BOR = X
4) Turn Over Interval (TOI) Adalah ratarata hari, tempat tidur tidak ditempati dari saat
terisi ke saat terisi
berikutnya yang menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 13 hari. (Depkes RI, 2005). Tempat tidur yang kosong lebih dari 3
hari menggambarkan kenaikan TOI yang menyebabkan BOR rendah.
Kenaikan TOI disebabkan fasilitas yang memadai kurang dan pelayanan yang diterima
oleh pasien kurang memuaskan. Ini dapat diatasi dengan memperbaiki organisasi di masing-
masing unit perbaikan SDM, serta perbaikan fasilitas dan pelayanan, selain itu RS juga harus selalu
up to date. Untuk memperoleh hasil perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan rumus:
Jumlah pasien keluar Jumlah tempat tidur x jumlah HP dalam1 tahun TOI =
6) Gross Death Rate (GDR) Adalah angka kematian umum untuk tiaptiap 1000 penderita
keluar. Nilai GDR
ideealnya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar, semakin sedikit angka kematian
yang terjadi berarti semakin baik mutu pelayanan rumah sakit tersebut. oo / o 1000
Jumlah pasien keluar pada periode yang sama Jumlah pasien matiseluruhnya periode tertentu GDR =
×