Ekosistem terumbu karang di kawasan pesisir Kota Makassar pada saat ini
sudah tidak ada lagi bahkan sudah punah, kecuali di sekitar pulau-pulau kecil
(Kepulauan Spermonde). Hal ini disebabkan karena terjadi degradasi akibat
sedimentasi, dampak aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan,
pencemaran, serta proses reklamasi pantai.
Kondisi penutupan terumbu karang hidup di kawasan pulau-pulau kecil kota
Makassar tergolong rusak hingga baik yang ditentukan oleh persentase terumbu
karang hidup dan mati. Persentase tutupan terumbu karang hidup berdasarkan
hasil pengamatan di 11 pulau berkisar antara 8,37% - 68,92%, sementara tutupan
karang mati berkisar 4,32% - 47,36%. Persentase tutupan karang hidup tertinggi
ditemukan di Pulau Lanyukkang dengan persentase tutupan 68,92%, sedangkan
persentase tutupan karang hidup terendah ditemukan di Pulau Kayangan (8, 37%).
Tutupan karang mati tertinggi di Pulau Barrang Lompo dengan persentase tutupan
47,36%, sementara tutupan karang mati terendah ditemukan di Pulau
Kodinggareng Lompo dengan persentase tutupan 4,32%. Kondisi karang pada
88
beberapa pulau dalam penelitian ini yang berpotensi dimanfaatkan untuk kawasan
wisata bahari disajikan pada Table 13 dan 14.
atau sedikit lebih kecil dari luas sisi barat. Di sisi utara pulau luas terumbu
kadang-kadang setengah atau kurang dari luas terumbu di sisi barat, sedangkan di
sisi timur hampir semua pulau memiliki terumbu karang yang sempit dan
didominasi oleh substrat berpasir dengan topografi yang cukup landai (Gambar
9,10, 11, dan 12).
Salah satu penyebab kerusakan gugusan karang adalah meningkatnya
aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan sianida yang
telah menyebabkan kerusakan berat pada gugusan karang yang masih sehat
maupun kapal-kapal karam sebagai tempat tumbuhnya karang dan berkumpulnya
ikan. Contoh kasus, bangkai pesawat Lancaster di sebelah timur Pulau Samalona,
salah satu lokasi selam yang selama ini sering dikunjungi penyelam, yang pada
dua tahun terakhir ini dihancurkan total oleh kegiatan pengeboman ikan.
Degradasi gugusan karang dipinggir shelf Spermonde akibat penggunaan sianida
yang sampai sekarang hanya menyisakan beberapa lokasi saja. Kerusakan
gugusan karang juga disebabkan oleh laju sedimentasi yang tinggi serta masuknya
zat-zat pencemar yang berasal dari daratan Kota Makassar seperti di Pulau
Kayangan dan Lae-lae. Kondisi terumbu karang tersebut sangat rusak karena
tingkat pencemaran yang tinggi dan mempunyai jarak yang dekat dari Kota
Makassar. Selain itu, peningkatan aktifitas membuang jangkar juga merupakan
faktor penyebab yang dominan sejak meningkatnya intensitas transportasi
(aktifitas pelayaran lokal) terutama di Pulau Kayangan dan Pulau Lae-lae.
W E
P. Bo net am bun g
S
1 0 1km
P. Ba rrang Lo mp o
Keterangan :
Garis Pantai
5°3'00"
5°3'00"
Tutupan Substr at :
Karang Hidup
Rubber/Kara ng Mati
La mun
Pas ir
5°4'30"
5°4'30"
Pangkajene
K E P U L A U Program Studi SPL
Sek olah Pascas arja na
Institut Pertanian B ogor
Maros
Gambar 9. Peta sebaran ekosistem dan kondisi eksisting di pulau Barrang Lompo,
Barrang Caddi dan Bonetambung
93
94
5°6'00"
5°6'00"
N
W E
P. Ko dinga reng K eke
S
1 0 1 km
Keterangan :
Garis Pantai
Per aira n D angkal
Darat
P. Sa ma lo na
5°7'30"
5°7'30"
Tutupan Substr at :
Karang Hidup
Rubber/Kara ng Mati
La mun
Pas ir
Peta Indeks :
P. Ko dinga reng Lo mp o
5°9'00"
5°9'00"
Pangkajene
K E P U L A U
Gambar 10. Peta sebaran ekosistem dankondisi eksisting di pulau Kodinggareng Keke,
Samalona dan Kodinggareng Lompo.
94
95
W E
Keterangan :
4°57'00"
4°57'00"
Garis Pantai
Per aira n D angkal
Darat
Tutupan Substr at :
Karang Hidup
Rubber/Kara ng Mati
La mun
Pas ir
Peta Indeks :
4°58'30"
4°58'30"
Pangkajene
K E P U L A U
Gambar 11. Peta sebaran ekosistem dan kondisi eksisting di pulau Lumu-lumu dan Lumu-lumu kecil.
95
96
Peta Indeks :
Bar ru
4°58'30"
4°58'30"
Pangk ajene
K E P U L A U
P. Lanc uk ang
Maros
Maka ssa r
Gowa
5°00'00"
5°00'00"
5°1'30"
5°1'30"
P. Langka i
Rosmawaty Anwar
5°3'00"
5°3'00"
NR P. C261040091
5.2 Kondisi dan Potensi Wisata Di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
malam minggu pengunjung jauh lebih banyak dibandingkan dengan hari biasa.
Tujuan wisatawan adalah untuk dijadikan sebagai hiburan, dan kadang mereka
bersama dengan keluarganya. Pengunjung yang datang memancing umumnya
berasal dari masyarakat Makassar, Gowa, dan Kabupaten Maros. Sedangkan
wisatawan mancanegara sangat jarang berkunjung ke lokasi ini.
Di kawasan pesisir Kota Makassar terdapat beberapa lokasi yang bisa
dijadikan tempat wisata renang seperti Pantai Tanjung Bunga, Pantai Barombong,
Pulau Kayangan, dan Pulau Lae-lae. Ke empat lokasi ini sering dikunjungi oleh
para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegarauntuk berenang. Para
wisatawan yang datang di lokasi tersebut umumnya bersama dengan keluarganya.
Selain berenang, kegiatan wisata yang dilakukan adalah olah raga pantai,
berjemur, dan sekedar duduk sambil menyaksikan para pengunjung melakukan
aktifitas-aktifitas wisata di tempat wisata tersebut.
di Selat Makassar yang di anut oleh para nelayan daerah Mandar. Pelaksanaan
sandeq race pertama kali dilaksanakan pada tahun 1995 yang di fasilitasi oleh
salah satu organisasi kemahasiswaan Universitas Hasanuddin (UNHAS). Dua
tahun kemudian perlombaan sandeq tidak diadakan lagi, namun tahun 1998,
sandeq race tersebut kembali di gelar setiap tahun secara berturut-turut. Tiga kali
pelaksanaan sandeq race tersebut secara berturut-turut di bawah bimbingan
Departemen Kelautan dan Perikanan yaitu pada tahun 2000, tahun 2001, dan
tahun 2002. Sejak tahun 2003 pelaksanaan sandeq race diselenggarakan oleh
pemerintah Propinsi Sulawesi–Selatan.
Selama ditangani oleh UNHAS dan DKP, lomba sandeq race mengambil
starnya di Majene pada tanggal 11 Agustus dan tiba di Makassar pada tanggal 16
Agustus. Sejak tahun 2004, penanggalan diubah dengan mempercepat
keberangkatan armada lomba yakni tanggal 10 Agustus. Penerimaan peserta
sandeq race antara tahun 1999 sampai dengan tahun 2002.
Bone T P I U n t ia
Pangk ajene T
$
Maros
K e c.
Maka ssa r
Sinjai B ir in g ka n a ya
Gowa 6 . P a n t a i U n t ia
5°5'00"
5°5'00"
Ta kalar Bulukumba
Bantae ng
Jeneponto
T P I P a o te r e
P e la b u h a n R a k y a t P a o t e re
K e c.
T a m a la n r e a
P e la b u h a n S o e k a r n o H a t a
Î
P. Ka hyan gan T
$
o
ll
. Ta
K e c. U ju n g t a n a h
S
Gs. La e-La e
K e c. T a llo
5°7'30"
5°7'30"
1 . P a n t a i L o s a ri K e c. W a jo
Î
TP I R a ja w a li K e c. B o n to a l a
K e c. P a n a kk u ka n g
P. Lae -Lae
K e c. U ju n g p a n d a n g
P a n ta i d i K a w a s a n T a n ju n g B u n g a : 1
2 . A k a re n a K e c. M a k a ss a r
3 . Ta n jun g B un ga
4 . Ta n jun g B a y a m
T
$
K e c. M a r is o
5°10'00"
5°10'00"
2
K e c. R a p p o c in i
3
K e c. M a m a ja n g
K e c. T a m a la t e
4
S. Jen ebera ng
5 . P a n ta i B a r om b o ng
5
Kab. G ow a
TP I B a r om b o ng T
$
5°12'30"
5°12'30"
Peta Potensi da n Jenis Kegia tan Keterangan : Ko nd isi Eksistin g & K eg iatan
Di S epanjang P antai Kota M aka ssar Î Pelabuhan di K aw asan Pesisir
Batas Kabupaten Tam bak
Batas Kec amatan Ro smawaty A nw ar
Mangrove
N Sungai N R P. C261040091
Kaw asan Perdagangan
Perairan D angk al
T
$ Tem pat Pelelangan Ikan
Kaw asan Pelabuhan
W E
pulau yang beragam, menarik dan cukup terkenal, yang telah menjadi tujuan
kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Posisi geografis Kota
Makassar yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar, memilliki gugusan
pulau karang yang tidak jauh dari kota yang mempunyai keindahan panorama
bawah laut dan pantai dengan hamparan pasir putih. Selain itu juga, terdapat
keanekaragaman terumbu karang dengan berbagai macam jenis ikan dan
kehidupan masyarakat nelayan tradisional yang merupakan daya tarik bagi
pengembangan wisata bahari di Kota Makassar. Kondisi tersebut menjadi simpul
rangkaian kunjungan wisata dengan obyek wisata budaya dan sejarah yang ada di
Kota Makassar maupun di daerah lainnya di Sulawesi-Selatan bahkan di Kawasan
Timur Indonesia (Gambar 9 samapai 12). Dari 11 pulau yang di miliki kota
Makassar, maka tiga di antaranya yaitu Pulau Kayangan, Pulau Samalna dan
Pulau Kodinggareng Keke, saat ini telah dikembangkan sebagai kawasan wisata
bahari.
Pulau kayangan yang dikelola penuh oleh swasta masih membutuhkan
peningkatan saranan dan prasarana. Kondisi yang sama terjadi di Pulau
Kodinggareng Keke sedang menunggu status pengelolaannya, oleh karena selama
ini pulau Kodinggareng Keke dikelola oleh pihak asing. Pulau Samalona dan
Pulau Lanyukang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai wistata diving
dan snorkling masih menunggu sentuhan pemerintah khususnya kebijakan
terhadap penduduk setempat yang sudah berada di pulau tersebut.
Keunggulan potensi wisata bahari di Kota Makassar yang telah diuraikan di
atas, belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh Pemerintah Kota Makassar.
Hal ini tercermin dari obyek-obyek wisata bahari belum menjadi primadona dan
menjadi daerah tujun wisata (destinasi utama) baik bagi wisatawan lokal maupun
wisatawan mancanegara.
kencang maka diperlukan pengalaman untuk dapat menyelam dan melihat bangkai
kapal tersebut.
5.3 Kualitas Air Di Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar
5.3.1 Di Perairan Pesisir
Kualitas air merupakan salah satu penentu utama dalam pengembangan
wisata bahari. Kualitas air mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang dan
keragaman ikan karang yang merupakan daya tarik utama dalam kegiatan wisata
bahari. Kualitas air di sekitar saluran buangan perairan Pantai Losari Makassar
(Nypah, 2003 in Ramli, 2010), ditunjukkan pada Tabel 15.
Intensitas matahari sangat berpengaruh terhadap kecerahan perairan,
karena keberadaan intensitas matahari yang terserap ke dalam perairan sangat
membantu keberlangsungan hidup biota laut dalam proses assimiliasi. Keputusan
Menteri KLH No.51Tahun2004 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota
laut membutuhkan intensitas kecerahan 5 m. Tingkat kecerahan di sepanjang
pantai Losari Makassar mengalami fluktuasi yang berbeda dalam setiap periode
musim. Sebelas pulau terluar masih memiliki tingkat kecerahan cukup tinggi.
Daerah pesisir Kota Makassar khususnya Pantai Losari sudah didapati kandungan
105
limbah yang berasal dari uraian bahan-bahan organik yang berasal dari limbah
rumah sakit, rumah tangga, perhotelan, dan pedagang kaki lima. Hal ini
menyebabkan menurunnya kualitas air yang secara fisik ditandai dengan
perubahan warna air laut dengan bau yang tidak sedap. Hal ini ditandai dengan
berkurangnya organisme perairan seperti ikan, kepiting, dan udang yang hidup di
pesisir Pantai Makassar.
mg/l
7 Oksigen 6,72 6,98 >5 19,45 5,76 >5
terlarut
(DO)
Sumber: Ramli (2010)
Parameter
Pulau
Suhu Kecerahan Kedalaman Arus Oksigen pH Salinitas Nitrat Fosfat
(oC) (m) (m) (m/dtk) (mg/l) (o/oo) (mg/l) (mg/l)
Langkai 30 – 31 10 – 17 2 – 20 0.06– 0.25 5.3 – 6.5 7.9 – 8.0 34 – 36 0.10-1.28 0.49-0.84
Lanyukang 30 – 31 13 – 19 2 – 31 0.04-0.28 4.9 – 6.9 7.9 – 8.0 34 – 36 0.23-0.75 0.44-0.96
Lumu-Lumu 30 – 31 11 – 18 2 – 33 0.10-0.20 5.0 – 5.3 7.9 – 8.0 34 – 35 0.13-0.68 0.63-0.80
Bonetambung 30 – 31 12 – 17 2 – 30 0.08-0.28 4.3 – 6.1 8.01-8.03 34 – 35 0.11-0.30 0.61-0.81
Barrang Caddi 30,5 15 – 18 2 – 26 0.20-0.26 4.8 – 5.6 7.91-8.04 34 – 35 0.17-1.12 0.46-1.06
Barrang Lompo 29,5 – 31 11 – 15 2 – 24 0.17-0.20 5.3 – 6.0 7.9 – 8.0 34 – 35 0.11-2.45 0.57-0.65
KodinggarengLompo 30 13 – 18 2 – 24 0.07-0.25 3.9 – 4.9 7.89 – 8.0 35 0.05-019 0.56-0.67
Kodinggareng Keke 30 – 30,5 10 – 13 2 – 31 0.10-0.18 4.0 – 4.9 7.9 - 8.0 34 – 35 0.05-0.29 0.45-0.67
Samalona 30 13 – 15 2 – 30 0.04-0.08 4.9 – 6.7 8.0 - 8.30 34 - 35 0.31-0.62 0.39-0.71
Lae-Lae 31 3–4 2 – 28 0.02-0.28 5.1 – 5.7 8.08-8.39 33 – 34 0.31-0.62 0.59-0.69
Kayangan 31 4 2 – 30 0.04-0.26 5.3 – 5.5 7.97-8.03 31 0.25-0.58 0.40-0.76
106
107
kawasan kota wisata pantai yang terbesar dan menjadi tujuan wisata pantai yang
utama di kota Makassar. Selain itu, sarana untuk wisata pantai di kawasan wisata
Tanjung Bunga cukup tersedia.
K aw as an W is ata ma ngrove
# K e c.
Y
B irin g ka n a ya
6 . P a n ta i U n t ia
5°5'00"
5°5'00"
#
Y
K e c.
T a m a la n re a
Î
o
ll
. Ta
#
Y K e c. U ju n g t a n a h
S
#
Y K e c. T a llo
5°7'30"
5°7'30"
1 . P a n ta i L o s a ri # K e c. W a jo
Y
Î
# K e c. B o n to a l a
Y
7 . Ta n jun g B un ga
K e c. P a n a kk u ka n g
#
Y
K e c. U ju n g p a n d a n g
P a n ta i d i K a w a s a n T a n ju n g B u n g a : 1
#
Y
2 . A k a re n a 7 Y#
K e c. M a k a ss a r
3 . T a n j u n g M e rd e k a
4 . Ta n jun g B a y a m #
Y
K e c.
M a n g g a la
2 # K e c. M a ris o
Y
5°10'00"
5°10'00"
#
Y
K e c. R a p p o c in i
# K e c. M a m a ja n g
Y
3
#
Y K e c. T a m a la t e
4
S. Jen ebera ng
5
Kab. G ow a
5°12'30"
5°12'30"
5 . P a n ta i B a r om b o ng
Sungai Bone
W E
Perairan D angk al
Pangk ajene
Program Studi SPL
S Kaw asan Pelabuhan Maros
Sekolah Pascasarjana
Maka ssa r Ins titut Pertanian Bogor
Sinjai
Su m be r Pe ta :
Kesesuaian W isata Pan tai Gowa
dikelola secara bersama dengan masyarakat lokal. Keputusan penuh masih ada
pada pihak pemerintah daerah tingkat I Propinsi Sulawesi-Selatan. Perhatian
pemerintah terhadap perkembangan wisata di kawasan Pantai Barombong masih
rendah.
Hasil analisis kesesuain, menunjukkan bahwa Pantai Losari sesuai (S2)
untuk pengembangan wisata pantai karena masing-masing parameter yang
digunakan yakni; kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar
pantai, kecepatan arus, kecerahan, dan ketersediaan air tawar masih sesuai untuk
wisata pantai kategori rekreasi serta didukung oleh perairan yang relatif tenang
sepanjang tahun dengan keindahan panorama sunset yang sangat indah dikala
matahari senja. Pesisir Pantai Losari terletak pada ketinggian 500 m di atas
permukaan laut. Pantai Losari merupakan ikon wisata di Kota Makassar. Para
wisatawan baik domestik maupun mancanegara dapat menyaksikan keindahan
alam Pantai Losari yang berupa sunset di waktu senja atau menikmati suasana
Pantai Losari pada malam hari sambil menikmati makanan sea food atau makanan
khas Kota Makassar yang banyak dijajakan pedagang sepanjang Pantai Losari.
Pantai Losari merupakan Icon obyek wisata di Kota Makassar karena letaknya
sangat strategis dan bersentuhan langsung dengan Kota Makassar, oleh sebab itu
apabila para pendatang atau wisatawan yang datang di Kota Makassar sangatlah
rugi apabila tidak mampir sejenak untuk menikmati keindahan alam di Pantai
Losari Makassar. Pantai Losari ini sering ramai dikunjungi orang utamamnya di
malam hari baik dari masyarakat lokal, masyarakat pendatang maupun
mancanegara.
Selain wisata bahari, Pantai Losari juga di kenal dengan obyek wisata
sejarah dan budaya seperti lokasi Benteng Ujung Pandang/ Fort Rotterdam, dan
Pelabuhan Kayu Bangkoa. Sarana sosial budaya yang terdapat di Pantai Losari
sebagai pendukung atraksi wisata adalah: sepeda air, bebek air, restaurant
terapung, anjungan, panggung hiburan, taman bermain, hotel, wisata kuliner,
kerajinan khas Sulsel, emas, Wisata Belanja, Pelabuhan Kayu Bangkoa, serta
Pelabuhan Sukarno Hatta. Kelengkapan sarana-sarana tersebut menyebabkan
banyak wisatawan yang tertarik untuk berkunjung ketempat ini dengan berekreasi
baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan keluarga. Letak yang sangat
113
strategis menyebabkan kawasan wisata ini mudah diakses dan telah menjadi
tujuan wisata yang utama di Kota Makassar. Akses untuk menuju lokasi ini dapat
ditempuh dari berbagai sudut Kota Makassar karena letaknya yang sangat
strategis dan memiliki sarana pendukung yaitu; museum, pusat suaka peninggalan
purbakala, serta didukung oleh areal parkir yang luas, restaurant, penjual souvenir,
dan lain-lain.
Hasil analisis spasial untuk kesesuaian wisata bahari menunjukkan bahwa
Pelabuhan Rakyat Paotereq tidak sesuai (TS) untuk pengembangan wisata pantai.
Hal ini disebabkan karena pantainya berbatu dantidak berpasir serta kekeruhannya
yang sangat tinggi sehingga tidak memenuhi standar wisata pantai. Selain itu,
pelabuhan Paotereq setiap hari ditempati kapal-kapal untuk berlabuh. Kapal yang
berlabuh disini adalah kapal-kapal tradisional yang melayani pulau-pulau kecil
yang berada di kawasan spermonde antara Makassar – Pangkep maupun antar
provinsi. Hasil analisis spatial juga menunjukkan bahwa Pantai Untia tidak sesuai
(TS) untuk dijadikan obyek wisata pantai karena tipe pantainya berlumpur dan
sebagian tergolong cadas.
11 9 °2 7 '3 0 " 11 9 °2 8 '0 0 " 11 9 °2 8 '3 0 " 11 9 °2 9 '0 0 " 11 9 °2 9 '3 0 " Pe ta Ke sesuaia n W isata Man grove
Keluraha n U ntia Kec. Biringkan aya
Ko ta Ma ka ssa r
N
W E
Lah an Ko so ng
S
Kab. M aros
300 0 300
m
5°3'30"
5°3'30"
Pe ta I nde ks :
Soppeng
Bar ru
Bone
Pangk ajene
Maros
Maka ssa r
Sinjai
Gowa
Ta kalar Bulukumba
Bantae ng
5°4'00"
5°4'00"
Jeneponto
Keterangan :
Batas Kabupaten
Kec. B iringka na ya
K ota Mak assa r Tambak
5°4'30"
5°4'30"
Pe mu kim an Nelayan
Lah an Ko so ng Tidak S esuai
De sa Un tia
Ro smawaty A nw ar
N R P. C261040091
tersebut di atas baik secara ekologi, sosial, dan ekonomi, maka yang dikategorikan
sangat sesuai (S1) untuk wisata pantai adalah Pantai Akkarena. Pantai Barombong
dan Pantai Losari dikategorikan sesuai (S2) untuk wisata pantai, sedangkan pantai
Paotereq dan Pantai Untia dikategorikan tidak sesuai (TS) untuk wisata pantai,
tetapi Pantai Untia dikategorikan sangat sesuai (S1) untuk wisata mangrove.
Peta Indeks :
Bar ru
4°58'30"
4°58'30"
Pangk ajene
K E P U L A U
P. Lanc uk ang
Maros
Maka ssa r
Gowa
5°00'00"
5°00'00"
5°1'30"
5°1'30"
P. Langka i
5°3'00"
5°3'00"
11 9 °1 6 '3 0 " 11 9 °1 8 '0 0 " 11 9 °1 9 '3 0 " Peta Kese suaian W is ata Ba hari
Ke p. Spe rmonde Makas sar
5°6'00"
5°6'00"
W E
P. Ko dinga reng K ek e S
1 0 1 km
Peta Indeks :
Barru
Pangkajene
K E P U LA U A N SP E R M O N D E
P. Sa ma lo na
5°7'30"
5°7'30"
Maros
Makassar
Gowa
Keterangan :
Garis Pantai
Per aira n D angkal
Darat
Kese suaian W is ata Ba ha ri :
Wisata Selam
Wisata Snorkling
P. Ko dinga reng Lo mp o Wisata Panta i
5°9'00"
5°9'00"
Gambar 17. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari di Pulau Kodinggareng Keke
dan Pulau Samalona
117
118
W E
S
500 0 500 1000 m
Gs . Lum u-Lum u ke cil
Peta Indeks :
4°57'00"
4°57'00"
Barru
Pangkajene
K E P U LA U A N SP E R M O N D E
Maros
Makassar
Gowa
Keterangan :
Garis Pantai
Per aira n D angkal
Darat
Kese suaian W is ata Ba ha ri :
Wisata Selam
Wisata Snorkling
Wisata Panta i
4°58'30"
4°58'30"
Gambar 18. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari di Pulau Lumu-lumu
118
119
Peta Indeks :
5°6'40"
5°6'40"
Bar ru
Pangk ajene
K E P UL A U AN S P E R M ON D E
Maros
Maka ssa r
Gowa
P. Kahyangan
5°7'20"
5°7'20"
Ko ta
Makassar
5°8'00"
5°8'00"
P. L ae-L ae
11 9 °16 '3 0 " 11 9 °1 8'0 0 " 119 °1 9 '30 " Peta Kese suaian W is ata Ba hari
Ke p. Spe rmonde Makas sar
P. Bo net am bun g W E
S
1 0 1 km
Peta Indeks :
P. Ba rrang Lo mp o
5°3'00"
5°3'00"
Barru
Pangkajene
K E P U L A U
Maros
Makassar
Gowa
Keterangan :
Garis Pantai
Per aira n D angkal
Darat
Kese suaian W is ata Ba ha ri :
Wisata Selam
5°4'30"
5°4'30"
Wisata Snorkling
Wisata Panta i
Rosm aw aty Anwar
P. Ba rrang Ca dd i
N RP. C2 61040 091
Gambar 20. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari di Pulau Bonetambung,
Barrang Lompo dan Barrang Caddi
120
121
lokasi-lokasi yang memiliki taman laut dengan garis pantai yang panjang, pantai
berpasir dan landai, kecepatan arus yng lemah serta ditunjang oleh vegetasi pantai
berupa pohon kelapat, waru laut, cemara laut dan lain sebagainya yang merupakan
cirri khas pesisir pulau. Pantai yang mempunyai garis pantai yang panjang
memberikan panorama yang sangat indah dan apabila ditunjang oleh aksesibilitas
yang mudah merupakan obyek wisata yang bernilai jual tinggi dan merupakan
modal utama untuk pengembangan wisata pantai kategori rekreasi. Pulau yang
termasuk ke dalam kategori tidak sesuai, pada beberapa sisi disetiap pulau
memiliki faktor pembatas yang cukup berat sehingga pemanfaatannya tidak sesuai
untuk wisata pantai kategori wisata rekreasi (Yudaswara, 2004).
Hasil pengamatan di lapangan menunjukakan bahwa kesesuaian kawasan
yang didasarkan pada parameter yang menjadi kriteria penilaian untuk
pemanfaatan wisata pantai kategori rekreasi masih cukup baik, seperti kedalaman
dasar perairan 15 m, kecerahan perairan yang menembus sampai kedalaman 6 m
yang berarti memiliki perairan yang jernih. Tipe pantai pasir putih sedikit karang,
material/substrat dasar karang berpasir, kecepatan arus relative rendah (12 m/dtk),
dan kurangnya biota berbahaya, serta penutupan lahan pantai berupa pohon kelapa
yang memberikan panorama pantai yang indah dan sejuk. Parameter ketersediaan
air tawar yang berjarak 0,5 – 1 km. Tersedianya sarana tranfortasi dan informasi
juga merupakan faktor pendukung kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi.
Yulianda (2007) dan Baksir (2010) menyatakan bahwa kesesuaian lahan
untuk wisata pantai didasarkan pada panjang garis pantai dan keberadaan
panorama alam pantai pasir putih dengan perairan yang jernih dan tenang. Pantai
yang mempunyai garis pantai yang panjang memberikan panorama yang sangat
indah dan apabila ditunjang oleh aksesibilitas yang mudah merupakan obyek
wisata yang bernilai jual tinggi dan merupakan modal utama untuk pengembangan
wisata pantai kategori rekreasi. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
menunjukakan bahwa kesesuaian kawasan yang didasarkan pada parameter yang
menjadi kriteria penilaian untuk pemanfaatan wisata pantai kategori rekreasi
masih cukup baik, seperti kedalaman dasar perairan 15 m, kecerahan perairan
yang menembus sampai kedalaman 6 m sehingga memiliki perairan yang jernih,
tipe pantai pasir putih sedikit karang, material/substrat dasar karang berpasir,
123
kecepatan arus relative rendah (12 m/dtk), dan kurangnya biota berbahaya, serta
penutupan lahan pantai berupa pohon kelapa yang memberikan panorama pantai
yang indah dan sejuk. Parameter ketersediaan air tawar yang berjarak 0,5 – 1 km.
Tersedianya sarana tranfortasi dan informasi juga merupakan faktor pendukung
kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi.
Kesesuaian kawasan wisata pantai kategori rekreasi yang didasarkan pada
parameter tersebut di atas, memungkinkan rekreasi pantai yang dapat dinikmati
adalah berenang, menikmati pemandangan pantai dan laut yang indah sambil
berjemur, berjalan-jalan atau berlari-lari di sepanjang pantai, berolah raga pantai,
menikmati keindahan bawah laut, berperahu, bermain jet sky dan memancing.
karena itu, kawasan pulau-pulau kecil Kota Makassar masih sesuai untuk
pemanfaatan wisata bahari kategori wisata snorkling kecuali P. Kayangan dan
Lae-lae. Parameter kecerahan dan tutupan komunitas karang juga sangat
menentukan dalam kegiatan snorkling. Perairan yang jernih mengundang rasa
ingin tahu untuk melihat keindahan bawah laut, sedangkan tutupan komunitas
karang merupakan daya tarik utama bagi wisatawan untuk menikmati keindahan
bawah laut. Hasil analisis kesesuaian kawasan wisata bahari kategori wisata
snorkling disajikan pada Gambar 16, 17, 18. 19 dan 20.
Hasil analisis SIG seperti pada Gambar 16, 17, 18, 19, dan 20,
menunjukkan bahwa kelas kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling
umumnya berada pada kelas sesuai (S2) dan sangat sesuai (S1). Oleh karena itu,
pemanfaatan untuk wisata bahari kategori wisata snorkling sesuai untuk seluruh
pulau, kecuali P. Kayangan dan P. Lae-lae, sehingga dapat dikatakan bahwa
kawasan pulau-pulau kecil Kota Makasar masih sesuai untuk pemanfaatan wisata
bahari kategori wisata snorkling.
P. Kayangan dan P. Lae-lae tidak sesuai untuk wisata snorkling,
disebabkan karena P. Lae-lae dan P. Kayangan mempunyai jarak yang dekat
dengan daratan Kota Makassar yaitu hanya berjarak 1,2 km dan 2,8 km dan
berhadapan langsung dengan Pelabuhan Internasional Soekarno-Hatta, sehingga
menyebabkan tingginya pencemaran perairan laut oleh limbah industri dan rumah
tangga serta masuknya zat-zat pencemar yang berasal dari daratan Kota Makassar
sehingga kondisi terumbu karang sangat rusak.
Berdasarkan luasan yang didapatkan pada masing-masing kelas
kesesuaian, kelas kesesuian S2 untuk wisata snorkling memiliki luasan yang
paling besar hingga mencapai 12,752 ha sedangkan kelas kesesuaian S1 memiliki
luasan yang lebih kecil daripada S2. Hal ini menunjukkan pula bahwa kesesuaian
wisata snorkling didasarkan pada persen tutupan karang hidup, dan pulau-pulau
yang masuk dalam kategori sangat sesuai mempunyai persen tutupan karang
hidup yang tinggi. Oleh karena itu, kawasan pulau-pulau kecil Kota Makassar
masih sesuai untuk pemanfaatan wisata bahari kategori wisata snorkling.
Hasil pengamatan dilapangan menujukkan bahawa kondisi lingkungan
yang menjadi kriteria penilaian untuk pemanfaatan wisata bahari kategori wisata
125
snorkling masih sangat bagus, dimana perairannya relatif jernih (>80%), tutupan
komunitas karang >52,16%, jenis life form >15, jenis ikan karang >35 hingga 160
jenis, kecepatan arus relatif lemah (6.m/dtk), dan kedalaman terumbu karang <10
m. kecerahan perairan 10-20 m, jumlah jenis life form mencapai 12.
Parameter kecerahan dan tutupan komunitas karang sangat menentukan
dalam kegiatan snorkling. Perairan yang jernih mengundang rasa ingin tahu untuk
melihat keindahan bawah laut, sedangkan tutupan komunitas karang merupakan
daya tarik wisatawan untuk menikmati keindahan bawah laut. Kecepatan arus dan
kedalaman perairan memiliki bobot yang lebih kecil daripada yang lainnya, oleh
karena kedua parameter tersebut dapat teratasi oleh parameter lainnya. Kecepatan
arus merupakan faktor yang berhubungan dengan keselamatan penyelam
(wisatawan). Kedalaman dasar laut meskipun merupakan faktor pembatas
kehidupan karang, tetapi pada perairan yang jernih dan kondisi lingkungannya
memungkinkan, terumbu karang dapat hidup pada kedalaman 50 meter.
Wisata bahari kategori snorkling dengan kelas kesesuaian S2 pada
dasarnya memiliki faktor pembatas yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan
wisata snorkling, sehingga memerlukan masukan (input) untuk memperbaiki
faktor pembatas tersebut. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang menjadi kriteria
didalam penilaian kelas kesesuaian tersebut di atas, masih perlu diperbaiki untuk
meningkatkan kelas kesesuaian wisata snorkling dari kategori sesuai (S2) menjadi
kategori sangat sesuai di masa yang akan datang.
Kawasan kelas tidak sesuai (TS), dimana faktor-faktor yang menjadi
indikator ketidaksesuaian sangat memerlukan masukan perbaikan, namun
masukan yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor pembatas pada kelas TS
lebih besar dibandingkan dengan kelas S2. Masukan-masukan untuk memperbaiki
faktor pembatas diharapkan potensinya masih dapat ditingkatkan yaitu dari
kondisi tidak sesuai (TS) menjadi kelas sesuai (S2) dan kelas sangat sesuai (S1).
serta ketersediaan air tawar. Kesesuaian wisata bahari kategori wisata selam
diperoleh luas keseluruhan yang sesuai untuk wisata selam adalah 82,376 ha yang
terdiri dari kategori S1 (sangat sesuai) adalah 57,431 ha dan kategori S2 (sesuai)
adalah 24,945 ha. Tabel 17, menunjukkan bahwa luasan tertinggi untuk wisata
selam kategori sangat sesuai (S1), terdapat di P. Langkai yaitu 21,117 ha dan
terendah di P. Barrang Caddi yaitu 3,438 ha.
Gambar 16, 17, 18, 19 dan 20, menunjukkan bahwa kesesuaian wisata
selam untuk kategori sangat sesuai terdiri dari 5 pulau yaitu; P. Samalona (3,488
ha), P. Lanyukang (15.142 ha), P. Langkai (21,117 ha), P. Lumu-Lumu (11,924
ha), dan P. Kodinggareng Keke (5,742 ha), sedangkan untuk kategori S2 (sesuai)
terdiri dari 3 pulau, yaitu; P. Bonetambung (11,203 ha), P. Barrang Caddi (3,438
ha), dan P. Barrang Lompo (10,304 ha). Secara illustratif, peta hasil analisis
kesesuaian kawasan ekowisata bahari kategori wisata selam (diving) disajikan
pada Gambar 16, 17, 18, 19 dan 20.
127
kategori sangat sesuai. Hal ini disebabkan karena di pulau-pulau tersebut, terumbu
karang tersebar ke barat dan selatan pulau, sedangkan sisi timurnya tidak
ditumbuhi terumbu karang. Terdapatnya paparan atau rataan pasir yang melebar di
sisi barat ke arah laut sekitar 500 m, sedangkan tiga sisi lainnya paparan terumbu
sempit dengan lebar sekitar 20 – 100 m.
Kondisi terumbu karang di sekitar pulau Barrang Lompo cukup baik. Hal
ini ditandai dengan tutupan karang hidup pada sisi utara, barat dan selatannya
yang masih baik. Sisi timur pulau tidak ditumbuhi oleh terumbu karang melainkan
pasir dan sebagai lokasi pelabuhan. Di Pulau Bonetambung dimana kondisi
terumbu karang tergolong sedang (39,48% karang hidup). Hal ini terlihat di sisi
barat dan utara pulau, terumbu karang tumbuh pulih dengan cukup subur.
Sementara sisi selatannya lebih banyak terdapat pecahan karang mati (rubble).
Selain tutupan terumbu karang, pulau-pulau yang termasuk kategori sesuai
untuk wisata diving mempunyai tingkat kecerahan 10-15 m, sehingga mempunyai
kualitas daerah penyelaman yang masih layak (sesuai) di bawah permukaan air.
Kecerahan perairan menyangkut jarak pandang dan tingkat penetrasi matahari
terhadap biota dasar perairan. David dan Tisdel (1996) mengemukakan bahwa
kualitas daerah penyelaman tergantung pada tingkat kecerahan, kedalaman
perairan, tutupan komunitas karang dan life form. Selanjutnya dikatakan bahwa,
jarak pandang yang sesuai untuk wisata bahari adalah 10-20 m, dan kedalaman
yang sesuai untuk penyelaman adalah 5-10 m, sedangkan untuk snorkling
kedalaman 2-5 m, sehingga, di atas kedalaman air tersebut, pengaruh gelombang
sudah semakin besar dan kemungkinan keberadaan hewan berbahaya sangat besar
sehingga dapat mengancam keselamatan penyelam.
Kelas kesesuaian wisata bahari kategori diving, yang termasuk dalam
kategori tidak sesuai (Pulau Kayangan, Pulau Lae-lae) umumnya mempunyai
kondisi terumbu karang dalam kondisi rusak bahkan sangat rusak seperti yang
terlihat di P. Kayangan dan Pulau Lae-lae pada kedalaman 3m. Pengaruh
kerusakan terumbu karang pada masyarakat pulau dapat dilihat dari beberapa
indikator seperti mulai langkanya ikan-ikan karang sehingga harganya menjadi
lebih mahal. Perubahan-perubahan dalam terumbu karang dapat mempengaruhi
industri wisata bahari khususnya wisata diving yang semakin lama membuat para
129
wisatawan selam semakin sulit melakukan penyelaman untuk yang ke dua kalinya
di lokasi yang sama. Kerusakan dan kehancuran terumbu karang juga akan
mengancam kehidupan manusia dalam jangka panjang, karena pemulihan kondisi
terumbu karang memerlukan waktu sangat lama, Hal ini merupakan biaya sosial
yang harus ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah
Faktor-faktor tersebut di atas menjadi penentu atau menjadi indikator
kesesuaian kawasan bagi wisata bahari, namun perlu tetap mendapat dukungan
kebijakan dari pemerintah Kota Makassar termasuk ketersediaan infrastruktur,
peningkatan kualitas sumberdaya manusia dibidang ekowisata bahari serta
promosi wisata yang menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pengelolaan
dan pengembangan wisata bahari di pulau-pulau kecil Kota Makassar.
Tabel 18. Daya dukung wisata bahari berbagai kategori di kawasan pesisir
dan pulau-pulau kecil Kota Makassar
Daya Dukung (Orang/hari)
No. Lokasi Penelitian Wisata Pantai Wisata Wisata
Snorkling Diving
1. Pantai Tanjung Bunga 181 - -
2. Pantai Barombong 44 - -
3. Pantai Losari 61 - -
4. Pulau Kayangan 15 - -
5. Pulau Bonetambung 10 225 177
6. Pulau Kodinggaeng keke 11 50 98
7. Pulau Lanyukang 61 268 335
8. Pulau Langkai 13 165 291
9. Pulau Samalona 38 102 73
10. Pulau Barrang Caddi - 66 58
11. Pulau Barrang lompo - 181 146
12. Pulau Lumu-Lumu - 112 257
*PPK = Pulau-pulau kecil
Sumber: Data primer yang diolah (2010).
132
pantai kategori rekreasi di kawasan pesisir ada 3 pantai yang terdiri atas 1 pantai
yang masuk dalam kategori sangat sesuai yaitu Pantai kawasan Tanjung Bunga,
dan 2 pantai yang masuk kategori sesuai yaitu Pantai Losari dan Pantai
Barombong. Untuk kegiatan wisata mangrove 1 pantai yaitu Pantai Untia.
Sedangkan, kondisi existing di kawasan pesisir terdapat 4 pantai yang telah
dimanfaatkan sebagai destinasi wisata pantai, sehingga 1 pantai yaitu Pantai
Paotereq yang saat ini telah dimanfaatkan untuk kegiatan wisata tersebut
merupakan kawasan yang tidak sesuai untuk pengembangan wisata pantai.
Dari analisis yang dilakukan (Tabel 19 dan Gambar 21), rencana
pengembangan wisata pantai yang diarahkan untuk pengembangan wisata pantai
yang potensial untuk dikembangkan di kawasan pesisir adalah 4,645 km untuk
wisata pantai kategori rekreasi dan 8,768 km untuk kategori mangrove. Dari 3
kawasan wisata pantai yang sesuai, yang direkomendasikan untuk pengembangan
wisata pantai kategori rekreasi adalah kawasan Pantai Barombong dan Pantai
Tanjung Bunga. Saat ini, pemanfaatan pantai Barombong untuk kegiatan wisata
pantai adalah 1,100 km, sedangkan hasil analisis kesesuaian menunjukkan bahwa
panjang pantai yang sesuai untuk pengembangan wisata pantai adalah 2,672 km.
Oleh karena itu, kedepannya pantai barombong masih berpotensi untuk
pengembangan wisata pantai kategori rekreasi dengan panjang yang
direferensikan untuk aktivitas ini adalah 1,572 km. Pemanfaatan kawasan Pantai
Tanjung Bunga untuk kegiatan wisata pantai saat ini hanya sekitar 3,37 km,
sedangkan hasil analisis kesesuaian wisata pantai di kawasan Tanjung Bunga
adalah 6,443 km. Artinya, kedepannya masih berpeluang sekitar 3,073 km untuk
pengembangan wisata pantai. Adapun jenis kegiatan wisata yang diusulkan
adalah berenang, berjemur dan bermain di pantai, olah raga pantai, menikmati
panorama pantai dan laut lepas. Sedangkan di Pantai Losari jenis kegiatan yang
diarahkan adalah menikmati panorama pantai dan laut lepas, tontonan panggung
terbuka dan perayaan-perayaan festival bahari sebagai pendukung atraksi wisata.
Namun tentunya potensi dan kondisi ini harus tetap dipertahankan kelestariannya
Luas kawasan mangrove di Pantai Untia yang diusulkan untuk
pengembangan wisata mangrove adalah 8,768 ha. Hal ini disebabkan karena, saat
ini kawasan mangrove di Pantai Untia belum dimanfaatkan untuk kegiatan wisata
135
pantai kategori mangrove. Hal ini ditunjang pula oleh adanya program penanaman
tanaman mangrove oleh pemerintah Kota Makassar selama 5 tahun, yang dimulai
sejak awal tahun 2007. Program penanaman mangrove tersebut melibatkan
masyarakat nelayan yang bermukim di sekitar Pantai Untia, mulai dari tahap
perencanan, penanaman, hingga tahap pemeliharaan dan pengawasan. Sedangkan,
kawasan pantai yang dimanfaatkan untuk pelabuhan komersial dan pelabuhan
perikanan diarahkan tetap di lokasi yang sudah ada saat ini.
2). Kapasitas
Kapasitas pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata pantai kategori
rekreasi dan mangrove dihitung dengan mengukur daya dukung kawasan untuk
menampung pengunjung dalam satuan orang per m2. Perhitungan daya dukung
wisata disesuaikan dengan jenis kegiatan wisata dan karakteristik sumberdaya
dengan memperhitungkan potensi ekologis pengunjung dan luas area kegiatan.
Pengembangan kegiatan wisata bahari di kawasan pesisir Kota Makassar
diupayakan tidak melebihi kapasitas daya dukung kawasan tersebut. Daya dukung
ini tidak berlaku untuk kegiatan wisata dayung, selancar, ski, boating dan sight
seeing (wisata dengan perahu untuk melihat keindahan alam). Kapasitas kawasan
potensial untuk wisata pantai kategori rekreasi dan mangrove di wilayah pesisir
Kota Makassar disajikan pada Tabel 20.
136
Tabel 20. Kapasitas kawasan potensial untuk wisata pantai kategori rekreasi
dan mangrove di wilayah pesisir.
Total
Panjang Pantai
No. Nama Pantai Pengunjung per
(km)
hari (orang)
Wisata Pantai 9,115 365
1. Tanjung Bunga 6,443 258
2. Barombong 2,672 107
Wisata Mangrove 8,768 702
1. Untia 8,768 702
Sumber: Data primer yang diolah (2010)
Dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan, maka total
pengunjung per hari untuk wisata pantai di wilayah pesisir adalah 1067 orang
dengan rincian 365 orang untuk wisata pantai kategori rekreasi dan 702 orang
untuk kegiatan wisata mangrove.
Bone T P I U n t ia
Pangk ajene T
$
Maros
K e c.
Maka ssa r
Sinjai B ir in g ka n a ya
Gowa 6 . P a n t a i U n t ia
5°5'00"
5°5'00"
Ta kalar Bulukumba
Bantae ng
Jeneponto
TP I P a ote r e
P e la b u h a n R a k y a t P a o t e re
K e c.
T a m a la n r e a
P e la b u h a n S o e k a r n o H a ta
Î
P. Ka hyan gan T
$ o
all
K e c. U ju n g t a n a h
.T
S
Gs. La e-La e
K e c. T a llo
5°7'30"
5°7'30"
1 . P a n t a i L o s a ri K e c. W a jo
Î
TP I R a ja w a li K e c. B o n to a l a
K e c. P a n a kk u ka n g
P. Lae -Lae
K e c. U ju n g p a n d a n g
P a n t a i d i K a w a s a n T a n ju n g B u n g a : 1
2 . A k a re n a K e c. M a k a ss a r
3 . Ta n jun g B un ga
4 . Ta n jun g B a y a m
T
$
K e c. M a r is o
5°10'00"
5°10'00"
2
K e c. R a p p o c in i
3
K e c. M a m a ja n g
K e c. T a m a la t e
4
S. Jen ebera ng
5 . P a n ta i B a r om b o ng
5
Kab. G ow a
TP I B a r om b o ng T
$
5°12'30"
5°12'30"
O verl ay Ke sesua ian W isata Pantai Keterangan : Ko nd isi Eksistin g & K eg iatan
da n Jenis Kegia ta n di Kaw as an Pe sisi r Î Pelabuhan di K aw asan Pesisir
Di S epanjang P antai K ota Maka ssar Batas Kabupaten Tam bak
Batas Kec amatan Ro smawaty A nw ar
Mangrove
N Sungai N R P. C261040091
Kaw asan Perdagangan
Perairan D angk al
T
$ Tem pat Pelelangan Ikan
Kaw asan Pelabuhan
W E
Bone T P I U n t ia
Pangk ajene T
$
R e h a b i l it a s i M a n g ro v e
Maros
K e c.
Maka ssa r
Sinjai B ir in g ka n a ya
Gowa
5°5'00"
5°5'00"
Ta kalar Bulukumba
Bantae ng
Jeneponto
T P I P a o te r e
P e la b u h a n R a k y a t P a o t e re W i s a t a M a n g ro v e
K e c.
T a m a la n r e a
P e la b u h a n S o e k a r n o H a t a
Î
P. Ka hyan gan T
$ o
l
. Ta
K e c. U ju n g t a n a h
S
Gs. La e-La e
K e c. T a llo
5°7'30"
5°7'30"
A n ju n g a n K e c. W a jo
Î
TP I R a ja w a li K e c. B o n to a l a
K e c. P a n a kk u ka n g
P. Lae -Lae
K e c. U ju n g p a n d a n g
W i s a ta P a nta i : 1
2 . A k a re n a 1 . P a n ta i Lo s a r i
K e c. M a k a ss a r
3 . Ta n jun g B un ga
4 . Ta n jun g B a y a m
T
$
Tr a ns S tu di o
U
%
%
U K e c. M a r is o
5°10'00"
5°10'00"
2 K e c. R a p p o c in i
R e h a b i l ita s i M a n g ro v e
K e c. M a m a ja n g
K e c. T a m a la t e
4
S. Jen ebera ng
K o la m R e n a n g A i r T a w a r
5
Kab. G ow a
T
$
5°12'30"
5°12'30"
P u s a t R e k re a s i P a n ta i
TP I B a r om b o ng
M o d e rn
2). Kapasitas
Peta Indeks :
Bar ru
4°58'30"
4°58'30"
Pangk ajene
K E P U L A U
P. Lanc uk ang
Maros
Maka ssa r
Gowa
5°00'00"
5°00'00"
5°1'30"
5°1'30"
P. Langka i
5°3'00"
5°3'00"
11 9 °1 6 '3 0 " 11 9 °1 8 '0 0 " 11 9 °1 9 '3 0 " Over lay Peta K esesuaian Wisata
B ahari dan Jenis Kegiata n di
P. B aranglompo, P. B arrangc addi
Keg iat an B udidaya K erang Mu tia ra dan P. B onetam bung
N
P. Bo net am bun g
W E
S
1 0 1km
5°3'00"
5°3'00"
P. Ba rrang Lo mp o Keterangan :
Garis Pantai
Per aira n D angkal
Darat
5°4'30"
5°4'30"
Barru P. Ba rrang Ca dd i
Maros
Makassar
Gowa
Sum ber :
1. Citra Landsa t ETM+ 2 007
11 9 °1 6 '3 0 " 11 9 °1 8 '0 0 " 11 9 °1 9 '3 0 " 2. Survey Lapangan
Gambar 24. Peta overlay kesesuaian wisata bahari dengan kondisi eksisting di pulau Bonetambung,
Barrang Lompo, dan Barrang Caddi.
144
145
Peta Indeks :
5°6'40"
5°6'40"
Bar ru
Pangk ajene
K E P UL A U AN S P E R M ON D E
Maros
Maka ssa r
Gowa
P. Kahyangan
5°7'20"
5°7'20"
Ko ta
Makassar
5°8'00"
5°8'00"
P. L ae-L ae
W E
P. Bo net am bun g
S
1 0 1km
P. Ba rrang Lo mp o
Keterangan :
Garis Pantai
5°3'00"
5°3'00"
Per aira n D angkal
Darat
Daera h Perlindungan Laut
(DPL)
Lok asi B udidaya
Rekom endasi Jenis K egiatan :
Rehabili tas i Terum bu K arang
(Ke m bali k e Fungsi Al am )
Tutupan Substr at :
Karang Hidup
Rubber/Kara ng Mati
La mun
Pas ir
5°4'30"
5°4'30"
Pangkajene
K E P U L A U Program Studi SPL
Sek olah Pascas arja na
Institut Pertanian B ogor
Maros
Gambar 26. Peta Arahan Pengembangan Pulau Barrang Lompo, Bonetambung dan Barrang Caddi
146
147
11 9 °1 6 '3 0 " 11 9 °1 8 '0 0 " 11 9 °1 9 '3 0 " Peta Ar ahan Pengem bangan
Kepulauan Sper monde
5°6'00"
5°6'00"
N
W E
P. Ko dinga reng K eke
S
1 0 1 km
Keterangan :
Garis Pantai
Per aira n D angkal
Darat
5°7'30"
5°7'30"
Tutupan Substr at :
Karang Hidup
Rubber/Kara ng Mati
La mun
Pas ir
5°9'00"
5°9'00"
Pangkajene
K E P U L A U
Gambar 27. Peta Arahan Pengembangan Pulau Kodingareng Keke, Kodingareng Lompo dan Samalona
147