Anda di halaman 1dari 8

Prosiding - ISBN: 978-602-1582-05-3

Prosiding - ISBN: 978-602-1582-05-3


Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi: Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... iv

Sambutan Rektor Universitas Warmadewa ............................................................ v

Laporan Panitia Pelaksana Seminar Nasional ........................................................ vii

Daftar Isi...................................................................................................................... x

A. Desain dan Bangunan Hijau dalam Mewujudkan Kota Hijau

1. Konsep Keseimbangan Terhadap Alam Pada Permukiman Tradisional Bali


Aga/Pegunungan Di Desa Adat Bayung Gede Kecamatan Kintamani
Kabupaten Bangli, Bali. .................................................................................. 1
I Gusti Ngurah Tri Adiputra, Sudaryono, DjokoWijono, Ahmad Sarwadi

2. Kampung Hijau: Studi Perilaku Warga Di Kampung Gambiran


Yogyakarta ...................................................................................................... 12
Sidhi Pramudito

3. Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)


Ahli Penilai Bangunan Hijau ........................................................................... 20
L. Edhi Prasetya

4. Kajian Hubungan Makna Kosmologi Rumah Tinggal Antara Arsitektur


Tradisional Masyarakat Sunda Dengan Arsitektur Tradisional
Masyarakat Bali (Penggalian Kearifan Lokal Menuju Pembangunan
Berbasis Konsep Bangunan Hijau) .................................................................. 29
Nuryanto, Dadang Ahdiat

5. Evaluasi Pencahayaan Alami Dan Perhitungan Kebutuhan Pencahayaan


Buatan Ruang Djelantik Jurusan Arsitektur ITS ............................................. 37
Dian P.E. Laksmiyanti

6. Strategi Desain Berkelanjutan (Sustainable Design) Bangunan Berbasis


'Green Hotel' Di Indonesia ............................................................................... 45
Ni Luh Putu Eka Pebriyanti

7. Khitah Wastu Merupa Alam melalui Jejaring Kehidupan Biomimicry


Architecture Strategy Via Eco-system ............................................................. 53
Denny Husin

8. Identifikasi Konsep Arsitektur Hijau Pada Kompleks Perumahan Dinas


PT. Kereta Api Indonesia di Kelurahan Pacarkeling Surabaya ....................... 59
Ika Ratniarsih

x
Prosiding - ISBN: 978-602-1582-05-3
Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi: Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

9. Identifikasi Karakteristik Pencahayaan Alami pada Rumah Susun dengan


Konfigurasi Tower di Denpasar (Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian
Daerah Bali) ...................................................................................................... 66
Ni Wayan Meidayanti Mustika, Ni Komang Armaeni

10. Rumah Sehat dan Nyaman Melalui Pendekatan Ergonomi ............................ 75


I Wayan Parwata

11. Ke-Hijau-an Arsitektur Rumah Tradisional Bali (Wujud Implementasi


Konsep ‘Green Architecture’, ‘Green Building’ Menuju ‘Sustainable
Architecture’) .................................................................................................. 84
I Nyoman Nuri Arthana

12. Kajian Kampung Margorukun Surabaya sebagai Kampung Hijau ................. 90


Siti Azizah

13. Menuju Industri Hijau dengan Percepatan Implementasi Kawasan


Agroindustri Berbasis Sistem Manajemen Lingkungan ................................. 96
Made Wahyu Adhiputra

B. Infrastruktur dan Ruang Terbuka Hijau dalam Mewujudkan Kota Hijau

1. Konsep Green Plazas dalam Penataan Kawasan Benteng Pendem


di Kabupaten Ngawi .................................................................................. .....104
Ashri Prawesthi D.

2. Menuju Kota yang Berbahagia: Tingkat Nol Kriminalitas Remaja ................110


Ayu Putu Utari Parthami Lestari

3. Strategi Pengembangan Permukiman Nelayan Berdasarkan Aspek


Permukiman Kawasan Sukolilo Kecamatan Bulak Surabaya .........................117
Wiwik Widyo Widjajanti

4. Melestarikan Karakter Ruang Terbuka Hijau Pusat Kota Malang ..................124


Budi Fathony, Daim Triwahyono

5. Harapan Masyarakat Terhadap Kualitas Ruang Publik Sebagai Tempat


Aktivitas Luar Ruang Pada Kawasan Perkantoran Dalam Mendukung
Kota Hijau .......................................................................................................129
Agus S. Sadana

6. Perlunya Manusia Hijau untuk Mewujudkan Kota Hijau ...............................134


Priscilla Epifania A.

7. Eksistensi Kebun Raya Bogor Sebagai Ruang Terbuka Hijau Dalam


Mewujudkan Kota Berwawasan Lingkungan .................................................145
Emmelia Tricia Herliana

xi
Prosiding - ISBN: 978-602-1582-05-3
Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi: Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

HARAPAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS RUANG PUBLIK


SEBAGAI TEMPAT AKTIVITAS LUAR RUANG PADA KAWASAN
PERKANTORAN DALAM MENDUKUNG KOTA HIJAU
Agus S. Sadana1

Abstrak

Di kota besar ruang publik merupakan tempat-tempat umum untuk dipergunakan warga kota bersama-sama.
Pada kawasan perkantoran di pusat kota, ruang publik umumnya juga terkait dengan fungsi ruang terbuka hijau.
Situasi tersebut menjadikan ruang publik memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai tempat aktivitas bersama, lokasi
resapan air dan paru-paru kota. Sebagai tempat aktivitas bersama, ruang publik dapat menjadi tempat istirahat luar
ruang para pekerja. Sebagai resapan air dan paru-paru kota, ruang publik memiliki andil dalam terbentuknya iklim
setempat yang alami. Dalam rangka mewujudkan kota yang berkelanjutan, ruang publik dapat dioptimalkan sebagai
elemen pendukung kota hijau. Adanya peran tersebut, menghadirkan ruang publik menjadi tempat yang teduh,
rindang, serta menyejukkan pandangan mata. Terwujudnya fungsi ganda ruang publik akan membentuk suatu
kesatuan yang harmonis antara kegunaan ruang publik sebagai tempat bagi aktivitas warga kota, serta peran lainnya
sebagai kawasan lindung di pusat kota. Pendapat yang berhasil dikumpulkan dari para pekerja yang sedang
beristirahat di ruang publik pada kawasan perkantoran, menggambarkan adanya kesenjangan antara kondisi ideal
dengan kondisi yang dirasakan sehari-hari. Terkait dengan fungsi ganda ruang publik serta situasi yang dirasakan
oleh responden, terdapat beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam peningkatan kualitas ruang publik, yaitu: (1)
iklim setempat, (2) tatanan ruang, (3) keteduhan dan tata hijau, (4) situasi dan kebersihan lingkungan, serta (5) radius
pencapaian dengan berjalan kaki. Berdasarkan pendapat yang berhasil dikumpulkan dari para responden dapat
diketahui bahwa iklim setempat, tatanan ruang, serta keteduhan dan tata hijau masih berada di bawah kondisi rata-
rata yang dapat ditoleransi. Adapun situasi dan kebersihan lingkungan sedikit lebih baik daripada kondisi rata-rata
yang dapat ditoleransi. Sedangkan radius pencapaian dengan berjalan kaki dipandang sudah baik dan mendekati
kondisi ideal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat memiliki harapan agar prioritas peningkatan
kualitas ruang publik lebih difokuskan pada perbaikan iklim setempat, peningkatan kualitas tatanan ruang, serta
peningkatan kualitas keteduhan dan tata hijaunya.

Kata kunci : kota hijau, ruang publik, pusat kota

A. Pendahuluan

Diantara beragam masalah yang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia, tata ruang kota adalah salah
satu diantaranya. Terkait dengan issue kota hijau, masalah tata ruang kota terkait dengan Undang-undang
Nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang, karena pengelolaan tata ruang memiliki hubungan yang erat
dengan pelestarian lingkungan hidup. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dinamika kehidupan
perkotaan cenderung menghabiskan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air dan
paru-paru kota. Ruang terbuka hijau di pusat kota memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai tempat untuk
aktivitas bersama warga kota. Adanya fungsi sosial tersebut menempatkan ruang-ruang terbuka hijau juga
berfungsi sebagai ruang publik. Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa ruang-ruang terbuka di pusat
kota memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai tempat aktivitas bersama warga kota, sekaligus sebagai lokasi
resapan air dan paru-paru kota.

1. Fungsi Sosial Ruang Publik

Dari fungsi sosialnya, ruang publik merupakan tempat-tempat umum yang disediakan oleh pengelola
kota untuk dipergunakan oleh warga kota secara bersama-sama. Perlunya tersedia ruang publik lebih
terasa terutama di lokasi-lokasi yang padat penduduknya, seperti di permukiman padat, kawasan
perdagangan, dan kawasan perkantoran di pusat kota.

1
Agus S. Sadana, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan,
sadana_m15@yahoo.com

Infrastruktur dan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Kota Hijau


129
Prosiding - ISBN: 978-602-1582-05-3
Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi: Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Ruang publik yang terletak pada kawasan perkantoran di pusat kota merupakan ruang yang netral,
dan dapat dikunjungi oleh siapapun. Sebagai tempat aktivitas bersama, ruang publik di kawasan
perkantoran dapat menjadi tempat aktivitas luar ruang para pekerja. Terkait dengan perannya sebagai
tempat bagi aktivitas bersama, terdapat tiga aspek penting dalam pengelolaan ruang publik bagi
kepentingan masyarakat, yaitu (Darmawan, 2009): (1) tanggap terhadap semua keinginan pengguna, (2)
dapat mengakomodir kegiatan mereka, dan (3) dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat
dengan bebas tanpa mengenal diskriminasi. Terpenuhinya tiga aspek tersebut akan menjadikan ruang
publik memiliki makna bagi pengunanya masyarakat sehingga selalu dikunjungi oleh masyarakat. Di
kawasan perkantoran, aktivitas luar ruang yang paling dominan di ruang publik adalah aktivitas karyawan
beristirahat sambil makan siang di luar tempat kerjanya.

2. Fungsi Ekologis Ruang Publik

Pada umumnya, ruang publik perkotaan adalah berupa ruang terbuka. Secara ekologis ruang terbuka
di pusat kota yang padat sangat besar artinya bagi peresapan air dan paru-paru kota. Sebagai tempat
resapan air dan paru-paru kota, ruang publik memiliki andil dalam terbentuknya iklim setempat yang
alami. Dengan fungsi ekologis tersebut, menyebabkan elemen-elemen yang tersedia di ruang publik
diutamakan berupa elemen-elemen yang memiliki hubungan langsung dengan fungsi peresapan air dan
fungsi pembersihan udara secara alamiah. Artinya ruang publik perlu memaksimalkan area terbuka yang
berfungsi sebagai bidang penangkap dan penyerap air, selain itu guna melakukan pembersihan udara,
riang publik juga perlu diisi dengan pepohonan yang hijau daunnya agar proses fotosintesis yang terjadi
dapat lebih efektif menyerap polusi udara dan menggantikannya dengan udara bersih.

3. Ruang Publik Sebagai Pendukung Kota Hijau

Terkait dengan kepentingan mewujudkan kota hijau yang berkelanjutan, keberadaan ruang publik
yang berupa ruang terbuka dapat dioptimalkan sebagai elemen pendukung kota hijau. Sebagai elemen
pendukung kota hijau, ruang publik yang juga sekaligus berfungsi sebagai ruang terbuka akan terbentuk
menjadi tempat yang teduh, rindang, serta menyejukkan pandangan mata. Artinya ruang publik pada
kawasan perkantoran di pusat kota memiliki fungsi ganda. Dengan terwujudnya fungsi ganda pada ruang
publik, akan terjalin suatu kesatuan yang harmonis antara kegunaan ruang publik sebagai tempat bagi
aktivitas warga kota, serta peran lainnya sebagai kawasan lindung di pusat kota. Berdasarkan indikator-
indikator kota hijau yang dikutip dalam Panduan Pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau
(Kementrian Pekerjaan Umum, 2011), terdapat beberapa elemen yang dapat disarikan dan relatif mudah
untuk dilaksanakan di ruang publik di Indonesia guna mewujudkan peran ruang publik sebagai
pendukung kota hijau diantaranya adalah: (1) kecukupan ruang terbuka hijau; (2) restorasi habitat; (3)
mewujudkan lingkungan yang sehat; (4) pengurangan sampah atau limbah; (5) pengembangan sistem
transportasi berkelanjutan; (6) efisiensi penggunaan energi dan ruang.

4. Harapan Masyarakat Terhadap Kualitas Ruang Publik Sebagai Pendukung Kota Hijau

Dalam Panduan Pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau, dijelaskan bahwa secara garis
besar, kota hijau adalah kota dimana semua konstruksi buatan manusia seperti jalan dan bangunan
berpadu dalam harmoni yang seimbang dengan lingkungan, masyarakat, dan perekonomian, dan
kesemuanya itu dikeloka oleh pemerintah yang bertanggung jawab, terbuka kepada rakyatnya serta
bekerjasama dengan masyarakat melalui proses partisipatif (Kementrian Pekerjaan Umum, 2011). Proses
partisipatif memiliki arti adanya partisipasi masyarakat dalam menentukan arah pembangunan kotanya.
Terkait dengan fungsi ganda ruang publik di kawasan perkantoran, penelitian kecil ini dimaksudkan
untuk menggali pendapat masyarakat terhadap situasi ruang publik sebagai tempat bagi aktivitas luar
ruang yang berada di sekitar tempat mereka bekerja. Lebih lanjut, harapan masyarakat tersebut dikaitkan
dengan fungsi ekologis ruang publik dalam rangka mendukung terwujudnya kota hijau. Berdasarkan
maksud tersebut, selanjutnya disusun pertanyaan-pertannyaan kepada responden yang diuraikan dari
faktor-faktor sebagai berikut: (1) situasi dan kebersihan lingkungan, (2) keteduhan dan tata hijau, (3)
iklim setempat, (4) tatanan ruang, serta (5) radius pencapaian dengan berjalan kaki.

Infrastruktur dan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Kota Hijau


130
Prosiding - ISBN: 978-602-1582-05-3
Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi: Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

B. Lokasi, Hasil

1. Pengumpulan Data dan Pembahasan

Faktor-faktor yang berhasil disusun selanjutnya diuraikan ke dalam suatu kuesioner yang berisi
daftar pertanyaan yang disusun dengan menggunakan skala diferensial semantik, yaitu daftar pertanyaan
yang dibangun dari kata-kata sifat yang saling berlawanan, seperti baik dengan buruk, teduh dengan terik,
dan sebagainya. Skala yang dipergunakan adalah sebanyak lima skala, dengan rentang nilai: -2; -1; 0; 1;
2.

Gambar 1
Situasi Tempat Aktivitas Luar Ruang di Lokasi Pendataan
Sumber gambar: Dokumentasi, 25 September 2014.

Lokasi yang dipilih sebagai sampel yang diamati adalah ruang tempat aktivitas luar ruang di kawasan
perkantoran di sekitar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Lokasi pengumpulan data terletak di Jalan karet
Pasar Baru Timur V, adalah area yang sedang tumbuh menjadi kawasan perkantoran baru, dan belum
lengkap prasarana kotanya. Hasil yang didapat dari penyebaran kuesioner tersebut dapat dilihat dalam
Tabel 1.

Tabel 1
Persepsi Responden Tentang Kualitas Ruang Tempat Melakukan Aktivitas Luar Ruang
Nilai Berdasarkan Persepsi Responden
Faktor Aspek Yang Diamati Persepsi Kesenjangan Terhadap:
Responden Normal (0,00) Ideal/Sempurna (2,00)
F1 Situasi & kebersihan lingkungan 0,18 0,18 di atas 1,82 jauh
F2 Keteduhan / tata hijau - 0,23 - 0,23 di bawah 2,23 sangat jauh
F3 Iklim setempat - 0,95 - 0,95 di bawah 2,95 sangat jauh
F4 Tatanan ruang - 0,89 - 0,89 di bawah 2,89 sangat jauh
F5 Radius pencapaian dengan berjalan kaki 1,41 1,41 di atas 0,59 mendekati
Sumber: Hasil pengolahan data jawaban responden, 29 responden.

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, dari lima faktor yang diteliti apabila dibandingkan
dengan kondisi yang diharapkan sempurna (nilai 2,00), maka dapat dilihat adanya kesenjangan yang
bervariasi, mulai dari kondisi yang mendekati sempurna (kesenjangan sebesar 0,59), hingga kesenjangan
yang sangat jauh dari sempurna (kesenjangan sebesar 2,23; 2,95; 2,83). Berdasarkan data visual dalam
gambar 1, serta memperhatikan besarnya tingkat kesenjangan tersebut, dapat dipertimbangkan adanya
prioritas dalam rangka menigkatkan kualitas ruang publik yang diamati. Adapun urutan prioritas
pembenahannya adalah diawali dengan: (1) menambah elemen-elemen alam yang dapat memperbaiki
iklim setempat, (2) peningkatan tatanan ruang dengan menyediakan ruang publik yang lebih permanen,
(3) meningkatkan tata hijau agar memberi keteduhan keteduhan yang lebih baik, (4) meningkatkan situasi
dan kebersihan lingkungan. Adapun nilai radius pencapaian dengan berjalan kaki sudah mendekati
sempurna, artinya jarak tempat aktivitas luar ruang tersebut sudah cukup dekat. Sudah cukup idealnya
jarak pencapaian ruang publik bagi aktivitas luar ruang terhadap gedung-gedung perkantoran di
sekitarnya diperkuat oleh nilai positif (+ 1,41) radius pencapaian terhadap sumbu netral atau garis normal

Infrastruktur dan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Kota Hijau


131
Prosiding - ISBN: 978-602-1582-05-3
Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi: Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

(skala 0,00). Namun, apabila data visual pada Gambar 1 diperhatikan dengan lebih teliti, hampir
sempurnanya radius pencapaian tempat aktivitas luar ruang tersebut menjadi tidak ada artinya apabila tata
ruang di lokasi penelitian tidak dibenahi, karena tempat aktivitas luar ruang tersebut saat ini hanya
menumpang di bawah kerindangan pepohonan pada jalur hijau yang sempit di tepi jalan. Terkait dengan
besarnya kesenjangan antara kondisi ruang publik yang dirasakan oleh responden, besarnya harapan
peningkatan terhadap kondisi ideal maupun kondisi rata-rata, dan guna memahami terbentuknya skala
prioritas pembenahan kualitas ruang publik di lokasi penelitian, serta agar lebih mudah memahani arti
dari data-data pendapat dan harapan responden tersebut di gambarkan ke dalam bentuk grafik yang
dimuat dalam Gambar 2.

Gambar 2
Gambaran Kualitas Ruang Publik Di Lokasi Penelitian
Sumber gambar: Hasil pengolahan data dari Tabel 1

C. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel penelitian, dapat dikatakan bahwa secara garis besar
tempat-tempat yang diperuntukkan untuk aktivitas luar ruang bagi pekerja di kawasan perkantoran untuk
beristirahat masih memerlukan pembenahan yang serius, hal mini terlihat dari lebih banyaknya faktor
yang mendapat nilai negatif dibanding mendapat nilai positif, serta lebih dominannya kesenjangan yang
sangat jauh terhadap kondisi ideal dibandingkan kondisi yang mendekati sempurna.

Selanjutnya, lokasi yang dekat dengan gedung-gedung perkantoran serta mudahnya pencapaian
dengan berjalan kaki, merupakan keharusan yang diharapkan oleh masyarakat penggunanya, yang terlihat
dari nilai persepsi yang mendekati sempurna pada lokasi yang diteliti. Nilai perspsi yang mendekati
sempurna ini menunjukkan bahwa lokasi yang secara fisik dekat, adalah lokasi yang disukai masyarakat,
karena mereka dapat mencapainya dengan segera hanya dengan berjalan kaki.

Terkait dengan dukungan terbangunnya kota hijau, aspek efisiensi sumberdaya dan energi, lokasi
yang dapat dicapai dengan berjalan kaki akan sangat menghemat penggunaan energi, khususnya bahan
bakar, karena para pekerja di kawasan perkantoran tidak perlu menggunakan kendaraan bermotor untuk
mencapai tempat aktivitas luar ruang tersebut. Artinya selain menghemat energi, lokasi yang mudah
dicapai dengan berjalan kaki juga turut mendukung semakin berkembangnya sistem transportasi
berkelanjutan.

Selanjutnya, upaya untuk semakin menyempurnakan tingkat keteduhan dengan perbaikan tata hijau,
dengan sendirinya akan memperbaiki kondisi iklim setempat, yang pada gilirannya akan meningkatkan
kenyamanan yang dirasakan oleh masyarakat pengguna ruang publik tersebut. Artinya peningkatan
kualitas tata hijau dan membaiknya iklim setempat juga berperan dalam meningkatkan fungsi sosial ruang
terbuka di pusat kota sebagai tempat bagi aktivitas luar ruang bagi masarakat di sekitarnya. Dengan
perbaikan kualitas penataan ruang, lokasi-lokasi ruang terbuka hijau yang sekaligus berfungsi sebagai

Infrastruktur dan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Kota Hijau


132
Prosiding - ISBN: 978-602-1582-05-3
Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi: Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

ruang publik akan menjadi lebih permanen, dan tidak lagi mengambil tempat seadanya di tepi jalan.
Dengan tempat-tempat yang lebih permanen dan pasti, dan cukup jarak bebasnya terhadap gerakan
kendaraan bermotor, maka tingkat keamanan para penggunanya juga akan semaki meningkat.

Daftar Pustaka

Antariksa, 2008, Ruang Kota dan Urban Politik. Makalah dimuat pada http://
antariksaarticle.blogspot.com. Online di: http://antariksaarticle.blogspot.com/2008/01/ruang-
kota-dan-urban-politik.html; Diakses pada 18 September 2014.

Budiyono, 2006, Kajian Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Sebagai Sarana Ruang Publik.
Makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Online di:
http://www.docdatabase.net/more-kajian-pengembangan-ruang-terbuka-hijau-rth-kota-sebagai-
sarana-293282.html; Diakses pada 1 Oktober 2014.

Darmawan, Edy, 2009, Manajemen Ruang Publik Simpanglima. Suara Merdeka Cybernews, 18 Februari
2009. Online di: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/02/18/52365/Manaje
men-Ruang-Publik-Simpanglima; Diakses pada: Diakses pada 29 September 2014.

Fishbein, M., and Ajzen, I., (1975). “Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory
and Research”, Addison-Wesley Publishing.

Gehl, Jahn, 1987, Life Between Buildings. New York: Van NostrandReinhold.

Kementrian Pekerjaan Umum, 2011, Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) – Panduan Pelaksanaan
2011. Kementrian Pekerjaan Umum, Direktorat Penataan Ruang.

KSPN 2010, Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Perkotaan Nasional (KSPN) 2010 – 2025. Dit
Perkotaan Perdesaan Bappenas, Dit Bina Program Cipta Karya PU.

Widhiarso, Wahyu. SemantikDiferensial, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta. Online di:


http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/3_-_semantik_diferensial.pdf; Diakses pada: 30 Agustus
2013.

Yana, Maya Kusfitri, 2010, Kualitas-Ruang-Terbuka-Hijau-Di-Perkotaan. Universitas Indraprasta PGRI,


Juli 2010. Online di: http://www.scribd.com/doc/33491102/Kualitas-Ruang-Terbuka-Hijau-Di-
Perkotaan; Diakses pada 1 Oktober 2014.

Infrastruktur dan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Kota Hijau


133

Anda mungkin juga menyukai