Anda di halaman 1dari 6

RechtsVinding Online

PENERAPAN SISTEM MERIT DALAM MANAJEMEN ASN DAN


NETRALITAS ASN DARI UNSUR POLITIK
DALAM UNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA
Oleh:
Akhmad Aulawi, SH., MH.*

Akhir tahun 2013, menjadi Pemaparan atas setiap substansi


momentum yang penting bagi seluruh di atas menjadi begitu penting untuk
pegawai negeri sipil di Indonesia. dikaji lebih mendalam. Namun demikian
Mengingat tanggal 19 Desember 2013, terdapat dua substansi yang menurut
DPR RI bersama dengan Pemerintah pandangan penulis menjadi penting
telah mengesahkan Rancangan Undang- untuk dianalisis, yaitu konsep
Undang Aparatur Sipil Negara (RUU Manajemen ASN dengan menggunakan
ASN) menjadi undang-undang. Undang- sistem merit serta netralitas pegawai
Undang ini telah diundangkan dengan ASN dari unsur politik.
nama Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara Sistem Merit Sebagai Konsep
pada Lembaran Negara Tahun 2014 Manajemen ASN
Nomor 6, dan Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5494. Dalam konsep manajemen
strategis sumber daya manusia,
Undang-Undang yang terdiri atas pendekatan yang diatur dalam Undang-
14 (empat belas) bab dan 141 pasal ini Undang Aparatur Sipil Negara ini adalah
memuat beberapa subtansi penting dan pengembangan potensi human capital
krusial yang berkaitan dengan pegawai bukan pendekatan administrasi
negeri sipil dan pegawai lainnya yang kepegawaian. Pada prinsipnya strategi
terkait dengan kegiatan birokrasi manajemen sumber daya manusia
pemerintahan. Setidaknya terdapat 14 adalah rumusan mendasar mengenai
(empat belas) substansi pokok yang pendayagunaan sumber daya manusia
terdapat dalam Undang-Undang ASN sebagai usaha mempertahankan dan
ini, diantaranya yang mengemuka meningkatkan kemampuan terbaik
adalah konsep manajemen strategis (prima) sebuah perusahaan/industri
sumber daya manusia (SDM), jenis untuk menjadi kompetitor (pesaing)
pegawai aparatur sipil negara, jabatan yang mampu memenangkan dan
aparatur sipil negara, pengisian jabatan menguasai pasar, melalui tenaga kerja
eksekutif senior, pengadaan calon yang dimilikinya (Suratno: 2014).
pegawai Aparatur Sipil Negara, a-
politisasi pegawai ASN, pejabat yang Konsep pengembangan human
berwenang, fungsi PNS sebagai perekat capital merupakan bagian dari
NKRI, pengisian dalam jabatan, komisi intellectual capital, dimana menurut
ASN, Badan pertimbangan Aparatur Sipil Hubert Saint Onge, intellectual capital
Negara, sanksi pidana, dan aturan terbagi atas tiga hal, yaitu human
peralihan (lihat http://setagu.net/14- capital, social capital, dan
isu-pokok-dalam-ruu-aparatur-sipil- organizational capital. Human capital
negara-asn/) merupakan pengetahuan, keterampilan,
1
RechtsVinding Online

dan kemampuan seseorang yang dapat yang sesuai dengan kebutuhan


digunakan untuk menghasilkan layanan pelanggan dengan lebih baik ketimbang
profesional. Human capital yang ditawarkan para pesaingnya.
mencerminkan kemampuan kolektif Pendekatan HCM sebagai suatu sistem
perusahaan untuk menghasilkan solusi dirancang untuk menciptakan
terbaik berdasarkan pengetahuan yang keunggulan kompetitif yang
dimiliki oleh orang-orang yang ada bersinambungan melalui
dalam perusahaan tersebut. Selanjutnya pengembangan karyawan. Tidak semua
social capital merupakan syarat penting peran penting dalam suatu perusahaan
untuk menggerakkan sebuah organisasi, memiliki derajat yang sama dalam
bahkan untuk pembangunan. Untuk itu, menciptakan kepuasan pelanggan dan
social capital harus dikenali dan pemegang saham. Namun yang
dikembangkan pula. Konsep social terpenting ketika menempatkan peran
capital dapat diterapkan untuk upaya kinerja karyawan terhadap perusahaan
pemberdayaan masyarakat. Social maka mereka harus memiliki
capital menjadi semacam perekat yang kemampuan terbaiknya dalam
mengikat semua orang dalam memenuhi kebutuhan pelanggan
masyarakat. Di dalamnya berjalan “nilai ketimbang karyawan di perusahaan
saling berbagi” (shared values) serta pesaingnya.
pengorganisasian peran-peran (rules)
yang diekspresikan dalam hubungan- HCM menjadi sangat penting
hubungan personal (personal karena merupakan sumber inovasi dan
relationships), kepercayaan (trust), dan pembaruan. Terdapat dua hal yang
common sense tentang tanggung jawab mendukung kontribusi investasi HCM ke
bersama. Sedangkan organizational dalam perusahaan, yaitu : (i) karyawan
capital merupakan kemampuan dengan human capital yang tinggi lebih
organisasi atau perusahaan dalam memungkinkan untuk memberikan
memenuhi proses rutinitas perusahaan layanan yang konsisten dan berkualitas
dan strukturnya yang mendukung usaha tinggi, sehingga perusahaan dapat
karyawan untuk menghasilkan kinerja mempertahankan pelanggan atau
intelektual yang optimal serta kinerja menarik pelanggan baru; (ii) pelanggan
bisnis secara keseluruhan (lihat potensial dapat mempergunakan
http://erniesule.unpad.ac.id/?p=49). kualitas human capital dari karyawan
perusahaan sebagai alat penyaring
Konsep Human Capital untuk memilih layanan yang mereka
Management (HCM) menjawab sediakan.
pemikiran bagaimana seseorang
mempunyai kompetensi sesuai dengan Dalam konteks dalam Undang-
jabatan/posisi kerjanya dengan Undang Aparatur Sipil Negara, konsep
menempatkan insan pekerja yang pengembangan human capital dapat
bertalenta tinggi untuk menempati dilihat dalam Pasal 51 Undang-Undang
jabatan/posisi yang cocok dengan ASN. Dalam Pasal tersebut menyatakan
talenta mereka. Teori ini menganggap bahwa Manajemen ASN
bahwa profit bisnis berkembang dan diselenggarakan berdasarkan Sistem
berkelanjutan ketika perusahaan Merit. Manajemen ASN sendiri dalam
mampu menghasilkan barang dan jasa Pasal 1 angka 5 didefinisikan merupakan
2
RechtsVinding Online

pengelolaan ASN untuk menghasilkan Undang Aparatur Sipil Negara,


Pegawai ASN yang profesional, memiliki pelaksanaan manajemen ASN dengan
nilai dasar, etika profesi, bebas dari sistem merit sudah harus dilaksanakan.
intervensi politik, bersih dari praktik Terpulang banyaknya tantangan atau
korupsi, kolusi, dan nepotisme. hambatan yang dihadapi, pelaksanaan
Selanjutnya Sistem Merit sendiri dalam sistem merit ini harus tetap berjalan
Pasal 1 angka 22 didefinisikan sebagai secara efektif.
kebijakan dan Manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, Terdapat beberapa hal yang
kompetensi, dan kinerja secara adil dan perlu diperhatikan dalam mencapai
wajar dengan tanpa membedakan latar keefektifan penerapan sistem merit,
belakang politik, ras, warna kulit, pertama, menetapkan pagu atau target
agama, asal usul, jenis kelamin, status prestasi kerja; kedua mengembangkan
pernikahan, umur, atau kondisi sistem penilaian karya pegawai yang
kecacatan. berfokus pada kekhasan jabatan,
berorientasi pada hasil kerja serta
Apabila prinsip Manajemen ASN penilaian oleh lebih dari satu penilaian
yang terdapat dalam Pasal 51 Undang- atau multi raters; ketiga, memberikan
Undang ASN diterapkan menurut pelatihan penilaian prestasi kerja
konsep yang tertera dalam Konsep kepada para pimpinan unit kerja serta
pengembangan human capital pegawai umumnya terampil menilai
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh prestasi kerja pegawai serta menguasai
Hubert Saint Onge, nampaknya sejalan. seni penyampaian umpan balik tentang
Namun demikian, terdapat tantangan kondisi nyata prestasi kerja yang
yang dihadapi dalam menjalankan berhasil dicapai sehingga pada masa
Manajemen ASN dengan menggunakan mendatang memungkinkan untuk
merit sistem ini. Pertama, harus adanya dicapainya prestasi kerja pegawai yang
kesesuaian antara kecakapan atau lebih baik. Keempat, membakukan
kemampuan seorang Aparatur dengan pemberian peng-hargaan berdasarkan
jabatan yang diembannya. Kedua, harus prestasi kerja yang berhasil dicapai oleh
ada standar kompetensi atau tolak ukur setiap pegawai. Kelima, menggunakan
kinerja. Ketiga, munculnya beberapa skala kenaikan penghasilan yang besar
permasalahan dalam sistem merit dan dan bernilai signifikan (Arief Daryanto:
profesionalisme yang mencakup 2014).
politisasi birokrasi, etnosentrisme
daerah, hubungan kekerabatan, Netralitas ASN dari Unsur Politik
primordialisme dalam jabatan birokrasi
pemerintah, belum adanya standar Prinsip netralitas aparatur sipil
kompetensi jabatan publik, sistem negara sebenarnya telah dijelaskan
rekrutmen tertutup, buruknya dalam asas-asas yang mendasari dalam
perencanaan dan pengembangan karir Undang-Undang ASN ini. Dalam Pasal 2
pegawai, sistem penggajian, dan huruf f dinyatakan bahwa salah satu
Rendahnya etos kerja pegawai. asas ASN adalah netralitas, dimana
dalam penjelasan Undang-Undang ASN
Dapat dikatakan bahwa saat ini dinyatakan bahwa asas netralitas adalah
dengan telah berlakunya Undang- bahwa setiap Pegawai ASN tidak
3
RechtsVinding Online

berpihak dari segala bentuk pengaruh ini dinyatakan bahwa Pegawai Negeri
manapun dan tidak memihak kepada berkedudukan sebagai unsur aparatur
kepentingan siapapun. negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada
Terkait dengan kenetralitasan masyarakat secara profesional, jujur,
Pegawai ASN terhadap unsur politik, adil, dan merata dalam
dalam Pasal 9 ayat (2) yang menyatakan penyelenggaraan tugas negara,
bahwa Pegawai ASN harus bebas dari pemerintahan, dan pembangunan.
pengaruh dan intervensi semua Selanjutnya Dalam kedudukan dan
golongan dan partai politik. Sebenarnya tugas itu, Pegawai Negei harus netral
kenetralitasan Pegawai ASN yang terdiri dari pengaruh semua golongan dan
dari pegawai negeri sipil dan pegawai partai politik serta tidak diskriminatif
pemerintah dengan perjanjian kerja dalam memberikan pelayanan kepada
sejalan dengan nilai-nilai filosofis masyarakat. Untuk menjamin netralitas
pembentukan Undang-Undang ASN itu Pegawai Negeri tersebut, Pegawai
sendiri yang tertera dalam Dasar Negeri dilarang menjadi anggota
Menimbang, dimana dinyatakan bahwa dan/atau pengurus partai politik. Kedua,
dalam rangka pelaksanaan cita-cita Pasal 86 ayat (3) dan ayat (4) dan Pasal
bangsa dan mewujudkan tujuan negara 278 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
sebagaimana tercantum dalam 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota
pembukaan Undang-Undang Dasar Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Perwakilan Daerah, Dan Dewan
perlu dibangun aparatur sipil negara Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam Pasal
yang memiliki integritas, profesional, 86 ayat (3) dan ayat (4) pada intinya
netral dan bebas dari intervensi politik, menyatakan bahwa pegawai negeri sipil
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan dan anggota Tentara Nasional Indonesia
nepotisme, serta mampu dan Kepolisian Negara Republik
menyelenggarakan pelayanan publik Indonesia dilarang ikut serta sebagai
bagi masyarakat dan mampu pelaksana Kampanye Pemilu.
menjalankan peran sebagai unsur Pelanggaran terhadap hal tersebut jika
perekat persatuan dan kesatuan bangsa dilakukan merupakan tindak pidana
berdasarkan Pancasila dan Undang- Pemilu. Ketiga, Pasal 59 ayat (5) huruf g
Undang Dasar Negara Republik Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Indonesia Tahun 1945. tentang Pemerintahan Daerah. Dalam
ketentuan Pasal ini disebutkan bahwa
Terkait dengan kenetralitasan Partai politik atau gabungan partai
PNS sebenarnya telah diatur politik pada saat mendaftarkan
sebelumnya dalam peraturan pasangan calon, wajib menyerahkan ..g.
perundang-undangan yang terkait. surat pernyataan mengundurkan diri
Adapun peraturan perundang- dari jabatan negeri bagi calon yang
undangan tersebut meliputi: Pertama, berasal dari pegawai negeri sipil,
Pasal 3 ayat (1) sampai dengan ayat (3) anggota Tentara Nasional Indonesia,
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dan anggota Kepolisian Negara Republik
tentang Perubahan atas Undang- Indonesia. Keempat, Pasal 4 angka 12
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang sampai dengan angka 15 Peraturan
Pokok-Pokok Kepegawaian. Dalam Pasal Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
4
RechtsVinding Online

tentang Peraturan Disiplin PNS. Dalam mungkin, sebab jika partai politik tidak
ketentuan dalam Pasal 4 tersebut pada mampu memberikan alternatif program
intinya menyatakan bahwa Setiap PNS pengembangan dan mobilisasi
dilarang memberikan dukungan kepada dukungan, maka birokrasi akan
calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan melaksanakan tugas-tugas itu sendiri
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan dan mencari dukungan politik di luar
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat partai politik yang bisa membantunya
Daerah, atau Kepala Daerah/Wakil dalam merumuskan kebijakan politik.
Kepala Daerah, baik dengan cara ikut Dukungan politik itu, menurut Rourke
serta sebagai pelaksana kampanye, dapat diperoleh melalui tiga konsentrasi
menjadi peserta kampanye dengan yakni pada masyarakat luar, pada
menggunakan atribut partai atau atribut legislatif dan pada diri birokrasi sendiri
PNS, peserta kampanye dengan (executive branch). Masyarakat luar itu
mengerahkan PNS lain dan cara lainnya. berupa kalangan pers, pengusaha dan
mahasiswa. Legislatif dari kalangan DPR,
Secara teori, terkait dan birokrasi sendiri, misalnya dari
kenetralitasan pegawai ASN khususnya kalangan perguruan tinggi (Achmat-
kalangan birokrasi telah banyak dibahas Batinggi: 2014).
oleh para Pakar. Woodrow Wilson
menyoroti tentang kenetralan birokrasi Dalam beberapa kondisi,
. Birokrasi pemerintah menurut Wilson khususnya dalam hal pemilihan kepala
berfungsi melaksanakan kebijakan daerah, tidak tertutup kemungkinan
politik, sehingga birokrasi itu harus adanya keterlibatan aparat birokrasi
berada di luar kajian politik. Konsep sebagai anggota/kader parpol maupun
dasar Wilson ini kemudian diikuti oleh tim sukses calon kepala daerah
sarjana politik Frank Goodnow (1900) tertentu, dimana kondisi ini akan
yang menyatakan bahwa ada dua fungsi membuat posisi birokrasi yang
pokok pemerintah yang amat berbeda memihak. Hal ini akan menimbulkan
satu sama lainnya yaitu fungsi pokok permasalahan, meliputi pertama,
politik dan administrasi. Fungsi politik pelayanan yang diberikan menjadi tidak
berarti pemerintah membuat dan adil karena ada kecenderungan
merumuskan kebijakan-kebijakan, mengutamakan golongan masyarakat
sementara fungsi administrasi berarti yang memiliki kesamaan aliran politik,
pemerintah tinggal melaksanakan sifat pelayanan tidak objektif, dan tidak
kebijakan tersebut (Achmat-Batinggi: mau dikontrol. Kedua, munculnya
2014). patronikrasi yakni budaya “gotong
royong”, saling menolong yang
Dalam perspektif lainnya, membuahkan nepotisme. Dan ketiga,
netralisasi birokrasi dikemukakan oleh profesionalisme dan integritas birokrasi
Francis Rourke. Dia mengatakan yang idealnya memiliki akuntabilitas,
walaupun birokrasi pada mulanya hanya responsibilitas, responsivitas, dan
berfungsi untuk melaksanakan akseptabilitas yang jelas akan
kebijakan politik, akan tetapi birokrasi terpengaruh dengan adanya perbedaan
bisa berperan membuat kebijakan aliran politik (Wayan Gede Suacana:
politik. Menurut Rourke, netralisasi 2014).
birokrasi dari politik adalah hampir tidak
5
RechtsVinding Online

Menjadi suatu keniscayaan profesional, netral dan bebas dari


bahwa perbaikan penyelenggaraan intervensi politik, bersih dari praktik
pemerintahan melalui keberadaan korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta
Aparatur Sipil Negara saat ini telah di mampu menyelenggarakan pelayanan
depan mata, ditambah dengan publik bagi masyarakat.
berlakunya Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Melalui manajemen ASN yang
Negara. menggunakan sistem merit serta
kenetralitasan pegawai Aparatur Sipil
Manajemen yang efektif melalui Negara dari unsur politik, diharapkan
sistem merit dan kenetralitasan Pegawai Negeri Sipil bersama dengan
pegawai Aparatur Sipil Negara dari Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
unsur politik merupakan tujuan yang Kerja menjadi part of the solutions dan
diharapkan agar menciptakan aparatur bukan menjadi part of the problems.
sipil negara yang memiliki integritas,

*
Penulis adalah Perancang Undang-Undang di Sekretariat Jenderal DPR RI.

Anda mungkin juga menyukai