berpihak dari segala bentuk pengaruh ini dinyatakan bahwa Pegawai Negeri
manapun dan tidak memihak kepada berkedudukan sebagai unsur aparatur
kepentingan siapapun. negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada
Terkait dengan kenetralitasan masyarakat secara profesional, jujur,
Pegawai ASN terhadap unsur politik, adil, dan merata dalam
dalam Pasal 9 ayat (2) yang menyatakan penyelenggaraan tugas negara,
bahwa Pegawai ASN harus bebas dari pemerintahan, dan pembangunan.
pengaruh dan intervensi semua Selanjutnya Dalam kedudukan dan
golongan dan partai politik. Sebenarnya tugas itu, Pegawai Negei harus netral
kenetralitasan Pegawai ASN yang terdiri dari pengaruh semua golongan dan
dari pegawai negeri sipil dan pegawai partai politik serta tidak diskriminatif
pemerintah dengan perjanjian kerja dalam memberikan pelayanan kepada
sejalan dengan nilai-nilai filosofis masyarakat. Untuk menjamin netralitas
pembentukan Undang-Undang ASN itu Pegawai Negeri tersebut, Pegawai
sendiri yang tertera dalam Dasar Negeri dilarang menjadi anggota
Menimbang, dimana dinyatakan bahwa dan/atau pengurus partai politik. Kedua,
dalam rangka pelaksanaan cita-cita Pasal 86 ayat (3) dan ayat (4) dan Pasal
bangsa dan mewujudkan tujuan negara 278 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
sebagaimana tercantum dalam 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota
pembukaan Undang-Undang Dasar Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Perwakilan Daerah, Dan Dewan
perlu dibangun aparatur sipil negara Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam Pasal
yang memiliki integritas, profesional, 86 ayat (3) dan ayat (4) pada intinya
netral dan bebas dari intervensi politik, menyatakan bahwa pegawai negeri sipil
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan dan anggota Tentara Nasional Indonesia
nepotisme, serta mampu dan Kepolisian Negara Republik
menyelenggarakan pelayanan publik Indonesia dilarang ikut serta sebagai
bagi masyarakat dan mampu pelaksana Kampanye Pemilu.
menjalankan peran sebagai unsur Pelanggaran terhadap hal tersebut jika
perekat persatuan dan kesatuan bangsa dilakukan merupakan tindak pidana
berdasarkan Pancasila dan Undang- Pemilu. Ketiga, Pasal 59 ayat (5) huruf g
Undang Dasar Negara Republik Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Indonesia Tahun 1945. tentang Pemerintahan Daerah. Dalam
ketentuan Pasal ini disebutkan bahwa
Terkait dengan kenetralitasan Partai politik atau gabungan partai
PNS sebenarnya telah diatur politik pada saat mendaftarkan
sebelumnya dalam peraturan pasangan calon, wajib menyerahkan ..g.
perundang-undangan yang terkait. surat pernyataan mengundurkan diri
Adapun peraturan perundang- dari jabatan negeri bagi calon yang
undangan tersebut meliputi: Pertama, berasal dari pegawai negeri sipil,
Pasal 3 ayat (1) sampai dengan ayat (3) anggota Tentara Nasional Indonesia,
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dan anggota Kepolisian Negara Republik
tentang Perubahan atas Undang- Indonesia. Keempat, Pasal 4 angka 12
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang sampai dengan angka 15 Peraturan
Pokok-Pokok Kepegawaian. Dalam Pasal Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
4
RechtsVinding Online
tentang Peraturan Disiplin PNS. Dalam mungkin, sebab jika partai politik tidak
ketentuan dalam Pasal 4 tersebut pada mampu memberikan alternatif program
intinya menyatakan bahwa Setiap PNS pengembangan dan mobilisasi
dilarang memberikan dukungan kepada dukungan, maka birokrasi akan
calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan melaksanakan tugas-tugas itu sendiri
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan dan mencari dukungan politik di luar
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat partai politik yang bisa membantunya
Daerah, atau Kepala Daerah/Wakil dalam merumuskan kebijakan politik.
Kepala Daerah, baik dengan cara ikut Dukungan politik itu, menurut Rourke
serta sebagai pelaksana kampanye, dapat diperoleh melalui tiga konsentrasi
menjadi peserta kampanye dengan yakni pada masyarakat luar, pada
menggunakan atribut partai atau atribut legislatif dan pada diri birokrasi sendiri
PNS, peserta kampanye dengan (executive branch). Masyarakat luar itu
mengerahkan PNS lain dan cara lainnya. berupa kalangan pers, pengusaha dan
mahasiswa. Legislatif dari kalangan DPR,
Secara teori, terkait dan birokrasi sendiri, misalnya dari
kenetralitasan pegawai ASN khususnya kalangan perguruan tinggi (Achmat-
kalangan birokrasi telah banyak dibahas Batinggi: 2014).
oleh para Pakar. Woodrow Wilson
menyoroti tentang kenetralan birokrasi Dalam beberapa kondisi,
. Birokrasi pemerintah menurut Wilson khususnya dalam hal pemilihan kepala
berfungsi melaksanakan kebijakan daerah, tidak tertutup kemungkinan
politik, sehingga birokrasi itu harus adanya keterlibatan aparat birokrasi
berada di luar kajian politik. Konsep sebagai anggota/kader parpol maupun
dasar Wilson ini kemudian diikuti oleh tim sukses calon kepala daerah
sarjana politik Frank Goodnow (1900) tertentu, dimana kondisi ini akan
yang menyatakan bahwa ada dua fungsi membuat posisi birokrasi yang
pokok pemerintah yang amat berbeda memihak. Hal ini akan menimbulkan
satu sama lainnya yaitu fungsi pokok permasalahan, meliputi pertama,
politik dan administrasi. Fungsi politik pelayanan yang diberikan menjadi tidak
berarti pemerintah membuat dan adil karena ada kecenderungan
merumuskan kebijakan-kebijakan, mengutamakan golongan masyarakat
sementara fungsi administrasi berarti yang memiliki kesamaan aliran politik,
pemerintah tinggal melaksanakan sifat pelayanan tidak objektif, dan tidak
kebijakan tersebut (Achmat-Batinggi: mau dikontrol. Kedua, munculnya
2014). patronikrasi yakni budaya “gotong
royong”, saling menolong yang
Dalam perspektif lainnya, membuahkan nepotisme. Dan ketiga,
netralisasi birokrasi dikemukakan oleh profesionalisme dan integritas birokrasi
Francis Rourke. Dia mengatakan yang idealnya memiliki akuntabilitas,
walaupun birokrasi pada mulanya hanya responsibilitas, responsivitas, dan
berfungsi untuk melaksanakan akseptabilitas yang jelas akan
kebijakan politik, akan tetapi birokrasi terpengaruh dengan adanya perbedaan
bisa berperan membuat kebijakan aliran politik (Wayan Gede Suacana:
politik. Menurut Rourke, netralisasi 2014).
birokrasi dari politik adalah hampir tidak
5
RechtsVinding Online
*
Penulis adalah Perancang Undang-Undang di Sekretariat Jenderal DPR RI.