Cholesteatoma Externa
Diajukan Kepada:
dr. Bakti Setio Gustomo, Sp.THT KL
Disusun Oleh:
Ammalia Mutiara Hikmah
20174011018
1
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Colesteatoma
Desember 2017
Disusun oleh:
20174011018
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
3
DAFTAR ISI
PRESENTASI KASUS ....................................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ 2
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3
BAB I .................................................................................................................................... 5
STATUS PASIEN ............................................................................................................... 5
A. IDENTITAS PASIEN ............................................................................................... 5
B. ANAMNESIS ..................................................................................................... 5
C. PEMERIKSAAN FISIK ..................................................................................... 7
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................................................ 8
E. PENATALAKSANAAN .................................................................................... 8
BAB II ................................................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 9
A. Anatomi telinga ................................................................................................... 9
B. Anatomi MAE ................................................................................................... 13
C. Fisiologi pendengaran ....................................................................................... 15
D. Mekanisme Pendengaran .................................................................................. 16
E. Definisi .............................................................................................................. 18
F. Epidemiologi ..................................................................................................... 19
G. Patogenesis........................................................................................................ 20
H. Gejala klinik ...................................................................................................... 23
I. Diagnosis........................................................................................................... 24
J. Pemeriksaan penunjang..................................................................................... 24
K. Staging .............................................................................................................. 25
L. Tatalaksana ....................................................................................................... 26
BAB III ............................................................................................................................. 28
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 28
BAB IV ............................................................................................................................. 30
KESIMPULAN ................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 31
4
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. G
Umur : 44 tahun
NO RM : 529278
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Pasien perempuan usia 44 datang dengan keluhan utama nyeri pada telinga
berair sejak 1 tahun yang lalu dan hilang timbul. Awalnya cairan dari telinga
encer berwarna putih kekuningan dan tidak berbau, makin lama cairan
kental kekuningan dan berbau, terutama sejak 5 bulan yang lalu dan terasa
nyeri pada telinga kanan. Pasien sering mengeluarkan kotoran telinga yang
berkurang pada telinga kanan. Demam tidak ada. Pusing berputar tidak ada.
Tidak ada sakit kepala hebat yang disertai mual dan muntah.
5
Pasien mengaku sering mengalami keluhan tersebut hilang timbul. Riwayat
Dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama, Riwayat
Sistem serebrospinal: sadar, compos mentis, demam (-), nyeri kepala (-)
Sistem Indra:
(+).
Sistem Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-), riwayat
asma (-)
Sistem Gastrointestinal : nyeri perut (+), kembung (-), BAB cair (-),
6
Sistem Muskuloskeletal : gerak bebas (+), kelemahan anggota gerak
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Nadi : 97 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37.8
Telinga :
intak (+).
Thorax
7
Inspeksi : Dinding dada simetris kanan-kiri, tidak ada
Cor
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Computed Tomografi
E. PENATALAKSANAAN
- Cefixime Tab 200 mg
- Methylprednisolon tab 4 mg
- Ofloxacin tetes 3 x 3 gtt AD
- Pembersihan liang telinga
- Pembedahan untuk membuang jaringan patologis ( Tatalaksana sesuai
stadium kolesteatom)
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi telinga
Telinga sebagai indera pendengar terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam. Struktur anatomi telinga seperti diperlihatkan
pada gambar 1.
Telinga luar berfungsi menangkap rangsang getaran bunyi atau bunyi dari
luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis), saluran telinga
9
(canalis auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar
- Daun telinga terdiri atas tulang rawan elastin dan kulit. Bagian-bagian
alus berfungsi untuk melindungi lorong telinga dari kotoran, debu dan
menghantarkan bunyi atau bunyi dari telinga luar ke telinga dalam. Bagian depan
ruang telinga dibatasi oleh membran timpani, sedangkan bagian dalam dibatasi
oleh foramen ovale dan foramen rotundum. Pada ruang tengah telinga terdapat
a. Membran timpani
ada gelombang bunyi yang memasuki lorong telinga akan mengenai membran
10
timpani, selanjutnya membran timpani akan menggelembung ke arah dalam
b. Tulang-tulang pendengaran
membentuk rangkaian tulang yang melintang pada telinga tengah dan menyatu
11
Tuba auditiva eustachius atau saluran eustachius adalah saluran penghubung
antara ruang telinga tengah dengan rongga faring. Adanya saluran eustachius,
udara luar.
telinga tengah. Telinga dalam atau labirin terdiri atas dua bagian yaitu labirin
tulang dan labirin selaput. Dalam labirin tulang terdapat vestibulum, kanalis
semisirkularis dan koklea. Di dalam koklea inilah terdapat organ Corti yang
listrik yang akan dihantarkan ke pusat pendengaran. Telinga dalam terdiri dari
koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang
terdiri dari 3 buah kanalis semi-sirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
yang tidak lengkap. Koklea atau rumah siput merupakan saluran spiral dua
12
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala media
berisi endolimfe. Ion dan garam yang terdapat di perilimfe berbeda dengan
endolimfe. Hal ini penting untuk proses pendengaran. Antara skala satu dengan
skala yang lain dipisahkan oleh suatu membran. Ada tiga membran yaitu:
membran membran basalis ini terletak organ Corti dan pada membran basal
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis
B. Anatomi MAE
Kanalis auditorius eksternal memiliki keunikan dengan lapisan epitel
embriologi, kanalis auditorius eksterna berasal dari celah bronkial pertama, dan
13
Telinga tengah/middle ear (ME) dibentuk dari kantong pharingeal pertama
sedangkan kanalis eksternal/ external auditori canal (EAC) dibangun dari celah
eksterna terdiri dari pars osseus pada 2/3 bagian medial dan pars kartilagenus di
1/3 bagian lateral. Pars osseus disusun oleh tulang timpani yang berbentuk kaki
kuda dan pada bagian superiornya terdapat celah yang disebut notch of rivinus.
Akhir anterosuperior tulang timpani terdiri dari sutura timpanoskuamos dan akhir
auditorius disusun oleh meatus itu sendiri. Penghubung antara osseus dan
kartilagenus adalah bagian terpendek dari kanalis auditorius eksterna dan disinilah
14
kartilagenus, terdapat celah pada insicura, yakni daerah antara helik dan tragus.
tulang mastoid sangat tipis, tidak ada bantalan dan kelenjar dan sangat sensitif
terhadap nyeri dan tekanan. Kulit yang menutupi notch rivinus suprior, antara dua
garis sutura, lebih longgar dan hampir sama dengan vaskular strip karena
memiliki suplai darahnya sendiri. Kulit kanalis auditorius eksterna yang ketat
C. Fisiologi pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan foramen ovale. Energi getar yang teiah diperkuat ini akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan foramen ovale sehingga cairan perilimfe pada
skala vestibuli bergerak.1 Getaran akibat getaran perilimfe diteruskan melalui membran
Reissner yang akan mendorong endolimfe, sehingga akan terjadi gerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka
dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
15
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
D. Mekanisme Pendengaran
Gelombang bunyi merupakan suatu gelombang getaran udara yang timbul
akibat getaran suatu obyek. Bunyi yang didengar oleh setiap orang muda antara
20 dan 20.000 siklus per detik. Akan tetapi, batasan bunyi sangat tergantung pada
tekanan bunyi, rentang bunyi menjadi 500 sampai 5000 siklus per detik. Pada
orang yang lebih tua rentang frekuensi yang bisa didengarnya akan menurun dari
pada saat seseorang berusia muda, frekuensi pada orang yang lebih tua menjadi 50
sampai 8000 siklus perdetik atau kurang.1 Kekerasan bunyi ditentukan oleh
sistem pendengaran yang melalui tiga cara. Cara yang pertama di mana ketika
bunyi menjadi keras, amplitudo getaran membran basiler dan sel-sel rambut
menjadi meningkat sehingga akan mengeksitasi ujung saraf dengan lebih cepat.
yang melalui banyak serabut saraf. Ketiga, sel-sel rambut luar tidak akan
menggambarkan pada sistem saraf bahwa tersebut sangat keras.1 Jaras persarafan
pendengaran utama menunjukan bahwa serabut saraf dari ganglion spiralis Corti
memasuki nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada bagian atas
16
akan berjalan ke atas melalui lemnikus lateralis. Dari lemnikus lateralis ada
beberapa serabut yang berakhir di lemnikus lateralis dan sebagian besar lagi
berjalan ke kolikus inferior di mana tempat semua atau hampir semua serabut
Pada batang otak terjadi persilangan antara kedua jaras di dalam korpus
trapezoid dalam komisura di antara dua inti lemniskus lateralis dan dalam
17
dari traktus auditorius berjalan langsung ke dalam sistem aktivasi retikuler di
batang otak. Pada sistem ini akan mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk
memberikan respon terhadap bunyi yang keras. Kolateral lain yang menuju ke
vermis serebelum juga akan di aktivasikan seketika jika ada bunyi keras yang timbul
mendadak. Orientasi spasial dengan derajat tinggi akan dipertahankan oleh traktus
E. Definisi
Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel
pada tahun 1983 karena disangka kolesteatoma merupakan suatu tumor, yang
ternyata bukan. Beberapa istilah lain yang diperkenalkan oleh para ahli antara lain
laporan dari kolesteatoma primer. Hal ini ditandai dengan erosi dari bagian tulang
eksternal diperkenalkan oleh Toynbee pada tahun 1850, tetapi definisi yang tepat
dari penyakit ini dipaparkan oleh Piepergerdes et al pada tahun 1980, ketika telah
18
akumulaasi dari keratin yang diproduksi oleh pengelupasan kulit kanalis
F. Epidemiologi
Kolesteatoma eksterna merupakan kondisi yang langka dengan angka
kejadian diperkirakan 1,2 kasus primer per 1.000 pasien dengan penyakit pada
1.000 pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Owen, Jorn dan Michael pada pasien
dengan penyakit telinga pada tahun 1979 sampai 2005 mendapatkan angka yang
lebih tinggi yakni 3,7 kasus per 1.000 pasien, sedangkan kejadian dari semua
kasus adalah 7,1 per 1.000 pasien. Namun, yang terakhir ini
cocok dengan Vrabec dan Chaljub, yang menemukan kejadian total 1 dari
200, atau 5kasus per 1.000 pasien. Angka kejadian dari penelitian tersebut
adalah 0,15 untuk kasus primer, sementara 0,30 untuk semua kasus per tahun
tengah adalah sekitar 9,2 per 100.000per tahun. Berdasarkan lokasi kolesteatom
paling banyak ditemukan di aterior (76 %), inferior (68 %) dan dinding posterior
(60 %). Menurut Anthony dan Anthony lokasi terbanyak adalah anterior dan
inferior.8 Menurut Heilbrun dkk, lokasi terbanyak pada posterior dan inferior.9
Pada kasus ini lokasi kolesteatom di liang telinga didapatkan pada bagian
19
posterior liang telinga. Perluasan kolesteatom ekterna berdasarkan penelitian
tengah, 2 % dapat mengenai N.VII dan perluasan ke attik dan antrum masing-
penelitian Owen dkk7. rasio perempuan dan pria adalah 13 : 12, menurut Anthony
dan Anthony8 rasio tersebut 7 : 5, menurut Sismanis dkk. rasio perempuan dengan
pria 4 : 6 sedangkan dari penelitian Holt perbandingan antara perempuan dan pria
G. Patogenesis
Koesteatoma kanalis auditorius eksternal terjadi karena oklusi atau stenosis
kanalis, namun terhalang oleh oklusi atau stenosis tersebut. Menurut Gray,
kolesteatoma adalah epitel kulit yang berada pada tempat yang salah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit pada tubuh kita berada pada
kartilagenus adalah bagian terpendek dari kanalis auditorius eksterna dan disinilah
20
kanalis auditorius dalam waktu yang lama, maka dari epitel kulit yang berada
kolesteatoma.1 Stenosis kanalis auditorius dapat terjadi post traumatik dan post
hiperplasi epitel.
diketahui apakah hal ini disebabkan adanya defek gen yang mengontrol
proliferasi, baik itu oleh sitokin yang dikeluarkan oleh sel inflamasi atau
yang intak, selanjutnya di digesti oleh protease yang juga merupakan produk dari
inflamasi. Proses ini kemudian menyebabkan reasorbsi jaringan ikat dan tulang.
yang progresif. Selain itu, MMP juga memegang peranan penting dalam invasi ke
21
Patofisiologi kolesteatom eksterna sampai saat ini masih belum jelas. Teori
1. Terdapat suatu trauma minor pada kulit liang telinga yang menimbulkan
periosteitis dan nekrosis pada tulang di liang telinga. Epitel skuamosa akan masuk
2. Proses penuaan pada epitel kulit liang telinga mengakibatkan aliran darah di
proses normal migrasi epitel menurun. Terjadi penumpukkan sel epitel akan
1. Kolesteatom primer
2. Kolesteatom sekunder
22
5. Kolesteatom post-obstruksi (terdapat lesi sekunder yang menimbulkan
H. Gejala klinik
Pasien dengan kolesteatoma kanalis auditorius eksternal biasanya datang
hasil yang sama dengan gejala tersebut, hanya 4 dari pasien mereka yang
dihubungkan dengan oklusi dari kanal eksternal oleh kolesteatoma. Otore diduga
berhubugan dengan infeksi lokal yang terkait dengan berbagai organisme paling
erosi luas pada tulang kanalis auditorius eksternal dengan perluasan epitel
kanalis auditorius eksternal dan tulang tererosi. Hal ini diduga terkait dengan
proteolitik enzim sepanjang margin lesi diproduksi dalam lapisan kista, dapat
menyebabkan ulserasi dari lapisan epitel dan jaringan granulasi pada pasien yang
mengalami infeksi.
23
I. Diagnosis
Diagnosis kolesteatom eksterna ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang paling sering dijumpai adalah retensi debris skuamosa
dalam liang telinga, dengan berbagai variasi jumlah lokasi destruksi tulang liang
telinga. Secara klinis, pasien dengan kolesteatom eksterna datang dengan keluhan
nyeri telinga yang bersifat tumpul dan telinga berair, biasanya purulen. Nyeri
timbul akibat invasi jaringan skuamosa ke tulang yang liang telinga yang
pendengaran.
J. Pemeriksaan penunjang
Pencitraan dapat bermanfaat dalam evaluasi kolesteatoma kanalis auditorius
eksternal. Namun, dalam literatur dikatakan bahwa pada CT, kolesteatoma kanalis
sering dilihat sebagai massa jaringan lunak dengan erosi tulang dan fragmen
tulang intramural. Tulang erosi yang berdekatan dengan massa jaringan lunak
24
K. Staging
Staging kolesteatoma kanalis auditorius eksternal dibagi menjadi 4, yakni :
kanalis.
berdekatan.
telinga tengah
25
L. Tatalaksana
Penatalaksanaan kolesteatom eksterna tergantung pada berat
ringannya gejala. Pasien dengan keluhan hanya rasa gatal dan tidak nyaman
dan perluasan destruksi tulang. Canaloplasty dipilih pada lesi yang terdapat
mastoid. Pada defek kulit yang luas dapat dilakukan skin graft.
eksterna, terutama dalam kasus yang kronis, infeksi yang terus menerus
26
dengan debridement melalui pendekatan postaurikular. Setelah diangkat,
down digunakan untuk defek dinding posterior yang besar dan disfungsi
27
BAB III
PEMBAHASAN
Dari anamnesis pasien datang dengan keluhan utama nyeri pada telinga
kanan dan berair sejak 1 tahun yang lalu dan hilang timbul. Awalnya cairan dari
telinga encer berwarna putih kekuningan dan tidak berbau, makin lama cairan
kental kekuningan dan berbau, terutama sejak 5 bulan yang lalu. Pasien
kadang merasa pusing, namun pusingnya tidak berputar juga tidak disertai mual
kotoran telinga yang keras dengan menggunakan cotton bud. Riwayat trauma
sadar dan tidak demam. Pada status lokalis THT didapatkan telinga kiri; daun
telinga tidak ada kelainan, retroaurikuler tidak ada kelainan, liang telinga lapang,
sekret tidak ada, membran timpani utuh. Pada telinga kanan; daun telinga tidak
ada kelainan, nyeri tekan tragus tidak ada, nyeri tarik daun telinga tidak ada,
retroaurikuler tidak ada kelainan, liang telinga sempit, sekret berbau. Terdapat
jaringan granulasi hampir menutupi liang telinga. Membran timpani tidak dapat
pada evaluasi didapatkan liang telinga lapang tampak destruksi pada posterior
kolesteatom eksterna auris dextra. Pada pasien ini didapatkan destruksi pada liang
28
telinga, sehingga termasuk dalam stadium III, menurut Naim dkk, tatalaksana
patologis.
29
BAB IV
KESIMPULAN
Keluhan utama pasien adalah nyeri pada telinga kanan dan berair sejak 1
tahun yang lalu dan hilang timbul. Awalnya cairan dari telinga encer berwarna
putih kekuningan dan tidak berbau, makin lama cairan kental kekuningan dan
sedikit berkurang pada telinga kanan. Pasien mengaku kadang merasa pusing,
namun pusingnya tidak berputar juga tidak disertai mual ataupun muntah.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada telinga kanan; daun telinga tidak
ada kelainan, nyeri tekan tragus tidak ada, nyeri tarik daun telinga tidak ada,
retroaurikuler tidak ada kelainan, liang telinga sempit, sekret berbau. Terdapat
jaringan granulasi hampir menutupi liang telinga Membran timpani tidak dapat
pada evaluasi didapatkan liang telinga lapang tampak destruksi pada posterior
liang telinga, bone exposed, membran timpani utuh. Adanya dekstruksi liang
radiologi tersebut.
30
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, N., Supardi, E.A. (1993). (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan. Edisi Kedua, Jakarta FKUI, hal. 85, 103-7.
Kanowitz, S.J., Citardi, M.J., Batra, P.S. (2009). Cholesteatoma of the external ear
canal: etiological factors, symptoms and clinical findings in a series of 48
cases. BMC Ear, Nose and Throat Disorders. Berlin: Springer; p. 139-49.
Herkner, H., Laggner, A.N., Muller, M., Formanek, M., Bur, A. (2011). External
auditory canal cholesteatoma and keratosis obturans: The role of imaging
in preventing facial nerve injury. ENT Journal. P 65-89.
31
32