Nama : Nn.R
Usia : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Patuk
Pekerjaan : Pelajar
Status Pernikahan : Belum kawin
Agama : Islam
KRONOLOGIS
WAKTU : SELASA , 7 AGUSTUS 2018 07.00 WIB
Pasien sedang mengendarai sepeda
motor di daerah Patuk dengan
kecepatan ±60km/jam, di sebuah turunan
pasien tidak dapat mengontrol laju
kendaraannya dan menabrak gundukan
abu sampah di jalan
08.00 WIB
Pasien mendapat penanganan di
RS Nurrohmah dan dirujuk ke RSUP
Sardjito untuk pemeriksaan
pemindaian kepala dan perawatan
selanjutnya
14.00 WIB
Pasien telah sampai di RSUP Sardjito
Pasien ingat kejadian, masih mengeluhkan
nyeri kepala (+), mual (+), sudah tidak
muntah, kejang (-), pandangan kabur (-),
sesak (-), nyeri perut (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks :
Ekstremitas : akral hangat +/+ tak ada kelainan
o Inspeksi : pergerakan dada statis dan dinamis simetris,
retraksi dinding dada -/-
o Palpasi : vocal fremitus +/+
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
• Pemeriksaan Neurologis :
• Pemeriksaan n VII dan n XII : tidak ada kelainana
• Kekuatan Motorik
555 555
555 555
PEMERIKSAAN LUKA
Keterangan:
: luka lecet geser
: luka memar
Wajah :
- Pada bagian dahi sebelah kiri, 2 cm dari sumbu tengah tubuh dan 3 cm dari titik tengah alis kiri
terdapat luka memar berbentuk lonjong, dengan panjang 2cmx1cm, berwarna kebiruan
Keterangan:
: luka lecet geser
: luka memar
• Perut
Pada pinggang kiri, sejajar dengan pusar, 10cm dari pusar terdapat luka lecet geser, arah dari
kanan ke kiri, bentuk tidak beraturan panjang 10cm lebar 4cm, berwarna kemerahan, dasar kulit,
kondisi bersih.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
a. Pemeriksaan Laboratorium Hemoglobin 11,4 g/dL
b. Head CT scan
Leukosit 12,8 10^3/ul
Kesan : tampak gambaran perdarahan
Hematokrit 34,1 %
subarachnoid di cysterna quadrigeminal
aspek dextra Eritrosit 4,18 10^6/ul
Trombosit 221 10^3/ul
SGOT 36 U/L
SGPT 21 U/L
BUN 6,9 gr/dL
Kreatinin 0,75 U/L
HbsAg Negative
DIAGNOSIS
Perdarahan subarakhnoid traumatik karena kekerasan tumpul
PENATALAKSANAAN
IVFD NaCl 0,9% 1500 cc/24 jam
Monitor GCS, KU, dan vital sign
Head up 300
O2 nasal kanul 3 liter permenit
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ranitidine 50mg/8 jam
Inj. Fenitoin 100mg/8 jam
Inj. Paracetamol 1gr/8 jam
Inj. Manitol 125cc/8 jam
Nimodipine 60mg/6 jam
LEARNING OBJECTIVES
1. Bagaimana alur pemeriksaan forensik klinik yang tepat?
2. Bagaimana deskripsi luka pada pasien ini?
3. Bagaimana mekanisme perlukaan pada kasus ini?
4. Apakah ada pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan?
5. Apa fungsi VeR pada kasus ini?
6. Apakah pada kasus ini seorang dokter memerlukan saksi lain untuk menyusun VeR?
7. Bolehkah seorang dokter membuat visum apabila belum ada surat permintaan visum dari
kepolisian?
8. Bagaimana prinsip melakukan pemeriksaan tempat kejadian perkara pada kasus?
9. Apa yang harus dilakukan dokter apabila pasien datang dalam keadaan tidak sadar, dan tidak
ada keluarga, namun pasien membutuhkan operasi darurat? Bagaimana dasar hukumnya?
10. Apabila keadaan pasien semakin parah, apakah visum boleh diperbarui?
11. Apakah dalam kasus ini pasien dapat mengklaim asuransi?
QUESTION 1
Bagaimana alur pemeriksaan forensik klinik yang tepat?
Jika tidak ada surat permintaan visum maka tidak membatasi dilakukannya pemeriksaan medis pada
pasien. Hasil pemeriksaan medis dicatat dalam rekam medis yang bersifat rahasia.
Visum et Repertum disusun setelah ada surat permintaan visum
PERMENKES NO. 36 TAHUN 2012
PASAL 3
PASAL 5
(1)Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan
pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksuda pada ayat (1) dilakukan
terbatas sesuai kebutuhan.
PERMENKES NO. 36 TAHUN 2012
PASAL 7
(1)Pembukaan rahasia kedokteran untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hokum
dalam rangka penegakan hokum sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dapat dilakukan
pada proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan sidang pengadilan.
(2)Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melalui
pemberian data dan informasi berupa visum et repertum, keterangan ahli, keterangan
saksi, dan / atau ringkasan medis.
(3)Permohonan untuk pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dilakukan secara tertulis dari pihak yang berwenang.
(4)Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran dilakukan atas dasar perintah pengadilan atau
dalam sidang pengadilan, maka rekam medis seluruhnya dapat diberikan.
QUESTION 2
• Wajah
Pada bagian dahi sebelah kiri, dua sentimeter dari sumbu tengah tubuh dan tiga sentimeter dari
alis kiri terdapat luka memar bentuk lonjong dengan panjang dua sentimeter, lebar satu sentimeter,
berwarna kebiruan.
• Perut
Pada pinggang kiri, sejajar dengan pusar, sepuluh sentimeter dari pusar terdapat luka lecet geser,
arah dari kanan ke kiri, bentuk tidak beraturan panjang sepuluh sentimeter lebar empat
sentimeter, berwarna kemerahan, dasar kulit, kondisi bersih.
QUESTION 3
Bagaimana mekanisme perlukaan pada kasus ini?
Luka Memar
• Perdarahan di daerah jaringan lunak bawah kulit yang muncul karena ruptur pembuluh
darah baik kapiler maupun vena yang diakibatkan oleh trauma / kekerasan tumpul
seperti pukulan dengan tangan, jatuh pada permukaan yang datar , cedera akibat
senjata tumpul dan lain-lain. Pada jenis luka ini, terjadi ektravasasi pembuluh darah dan
mngakibatkan darah merembes ke jaringan di sekitarnya. Permukaan kulit utuh dan
biasanya terjadi kerusakan pada jaringan di bawah kulit.
Referensi:
Ilmu Kedokteran Forensik, 1997. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 37-43
QUESTION 4
Apakah ada pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan?
Pemeriksaan alkohol /
Referensi:
obat dalam darah/urin
Ilmu Kedokteran Forensik, 1997. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Wirasuta M.A.G, 2008. Analisis toksikologi forensik dan interpretasi temuan analisis. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences . Jakarta
QUESTION 5
Apa fungsi VeR pada kasus ini?
• Visum et repertum merupakan salah satu alat bukti yang turut berperan dalam proses pembuktian
suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. VeR pada kasus hidup, diperlukan untuk
menentukan sebab perlukaan dan derajat parahnya luka.
• Pada kasus kecelakaan lalu lintas, alat bukti untuk mendapat klaim asuransi berupa surat keterangan
medis.
Referensi:
Pasal 13 PP No. 18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
Ilmu Kedokteran Forensik, 1997. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
QUESTION 6
Apakah pada kasus ini seorang dokter memerlukan saksi lain untuk menyusun ver?
• Visum et repertum yang dibuat oleh seorang ahli dalam bidang kedokteran ( dalam hal ini dokter)
kemudian dapat menjadi suatu alat bukti yang sah pada saat di pengadilan. Hal ini serupa dengan yang
dijelaskan pada pasal 184 KUHAP mengenenai alat bukti yang sah. Pada pasal tersebut terdapat
beberapa barang yang dapat dijadikan alat bukti yang sah, yaitu :
• Keterangan saksi
• Keterangan ahli
• Surat
• Petunjuk
• keterangan terdakwa
• Sehingga dalam penyusunan VeR, seorang dokter hanya membuat VeR berdasarkan hasil
pemeriksaannya sendiri (objektif medis)
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia ber- wenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Sehingga seorang dokter hanya membuat visum jika ada permintaan tertulis dari penyidik.
KUHAP Pasal 133
QUESTION 8
• Bilamana pihak penyidik mendapat laporan bahwa suatu tindak pidana yang menyangkut nyawa manusia (mati), telah terjadi
maka pihak penyidik dapat minta bantuan dari dokter untuk nmelakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara tersebut (dasar
hukum: Pasal 120 KUHAP; pasal 133 KUHAP).
• Bila dokter menolak datang ke tempat kejadian perkara, maka pasal 224 KUHP, dpat dikenakan kepadanya,
• Dokter tersebut harus selalu ingat untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dpat merubah, mengganggu atau merusak
keadaan di tempat kejadian tersebut; walaupun sebagai kelanjutan dari pemeriksaan itu dokter harus mengumpulkan segala
benda bukti (trace evidence), yang ada kaitannya dengan manusia; air mani yang terdapat pada pakaian, sisa obat dan makanan,
yang pada dasarnya tindakan tersebut akan merusak keadaan/keaslian tempat kejadian itu sendiri.
• Dengan demikian, sebelum dokter melakukan pemeriksaan maka tempat tersebut haruslah diamankan (dijaga keasliannya), oleh
petugas, dan diabadikan dengan membuat foto atau sketsa keadaan di TKP, sebelum para petugas menyentuhnya.
• Sebelum dokter datang ke TKP, ada beberapa hal yang harus dicatat mengingat akan kepentingannya yaitu:
1. Siapa yang meminta datang ke TKP (otoritas), bagaimana permintaan tersebut sampai ke tangan dokter, dimana
TKP, serta saat permintaan tersebut diajukan.
2. Minta informasi secara global tentang kasusnya, dengan demikian dokter dapt membuat persiapan seperlunya.
3. Perlu diingat motto: “to touch as little as possible and to displace nothing”; ia tidak boleh menambah atau
mengurangi barang-barang yang ada di TKP, dokter tidak boleh sembarangan membuang puntung rokok,
perlengkapan jangan sampai tertinggal, jangan membuang air kecil di kamar mandi/wc, karena dengan melakukan
hal tersebut benda-benda bukti dapat hanyut dan hilang terbawa air.
4. Di TKP dokter membuat foto dan sketsa yang mana harus disimpan dengan baik, oleh karena ada kemungkinan ia
akan diajukan sebagai saksi di pengadilan selalu ada, foto dan sketsa yang dubuat tersebut berguna untuk lebih
mudabagi dokter untuk mengingat kembali akan kasus yang diperiksanya.
5. Pembuatan foto atau sketsa harus memenuhi standar sehingga kedua belah pihak yaitu dokter dan penyidik tadak
akan memberikan penafsiran yang berbeda atas objek yang sama.
6. Sebagai gambaran umum dalam hal penilaian dari situasi di TKP, ailah: bila keadaan tempat atau ruangan itu
tenang dan teratur rapih, maka dapat dipikirkan bahwa kemungkinan kasus yang dihadapi adalah kasus bunuh diri
atau kasus kematian mendadak akibat penyakit non traumatik, dan bila keadaan pada ruangan tersebut tidak
beraturan, kacau balau, banyak terdapat bercak darah, maka dapat dipikirkan akan kemungkinan bahwa ditempat
tersebut telah terjadi perkelahian, sehingga kasusnya menjurus ke penganiayaan atau pembunuhan.
7. Pemeriksaan atas tubuh korban hendaknya dilakukan secara sistematik berdasarkan ilmu kedokteran forensik
yang terarah sesuai dengan perkiraan kasus yang dihadapi.
Referensi:
Siwu, T.L., Tomuka, D., Mallo, N.T.S. 2015. Peran Dokter Tempat Kejadian Perkara di Kota Manado. Journal e-Clinic.
Manado: 3(1)
QUESTION 9
Apa yang harus dilakukan dokter apabila pasien datang dalam keadaan tidak sadar, dan
tidak ada keluarga, namun pasien membutuhkan operasi darurat? Bagaimana dasar
hukumnya?
Jika dokter dan perawat diperhadapkan dengan kasus pasien gawat darurat yang dibawa ke IGD dalam
keadaan tidak sadar dan tidak ada keluarganya maka kita dapat melakukan tindakan pe- nyelamatan
jiwa kepada pasien gawat darurat tanpa persetujuan dari pasien atau keluarga terle bih dahulu. Seperti
yang tertuang dalam:
a. Peraturan Menteri KesehatanNomor 290/Menkes/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Medik,
pasal 4 (1) bahwa dalam keadaan emergency tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran dan
wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin segera setelah pasien sadar atau kepada keluarga
terdekat, dalam pasal 4(3)
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MenKes/PER/III/2008 pasal 12 yaitu Perluasan tindakan
kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya dapat dilakukan untuk menyelamatkan
jiwa pasien
QUESTION 10
Apabila keadaan pasien semakin parah, apakah visum boleh diperbarui?
Boleh, karena terdapat 3 jenis visum yaitu visum definitif, visum sementara, dan visum lanjutan.
Dimana visum lanjutan dibuat bila luka korban telah dinyatakan sembuh atau pindah rumah sakit
atau pindah dokter atau pulang paksa, bila korban meninggal maka lalu dibuat visum jenazah.
Referensi:
Roman’s Forensic Lambung Mangkurat 2009
Asuransi
Kecelakaan
Jasa Asuransi
Raharja Pribadi
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
ASURANSI OLEH JASA RAHARJA
Korban kecelakaan lalu lintas jalan raya yang berhak mendapatkan santunan asuransi kecelakaan lalu lintas
jalan raya adalah (UU Nomor 33 Tahun 1964) :
1. Korban angkutan umum
2. Penumpang mobil plat hitam, yang mana kendaraan mobil plat hitam tersebut mendapat izin resmi
3. Korban yang mayatnya tidak diketemukan (didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri)
Korban kecelakaan lalu lintas jalan raya yang berhak mendapatkan santunan asuransi kecelakaan lalu lintas
jalan raya (UU Nomor 34 Tahun 1964):
a. Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan yang menimbulkan kecelakaan yang menjadi
korban
b. Setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu kendaraan bermotor dan ditabrak
a. Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau sesuatu kesengajaan lain pada pihak korban atau ahli waris
b. Kecelakaan saat korban sedang dalam keadaan mabuk atau tak sadar.
c. Dinyatakan bahwa pengemudi yang mengalami kecelakaan merupakan penyebab terjadinya kecelakaan
Pada kasus ini, pasien tidak berhak atas santunan asuransi kecelakaan lalu lintas karena pasien
termasuk ke dalam poin c di atas yakni korban yang tidak berhak mendapatkan santunan asuransi
kecelakaan, karena pengemudi yang mengalami kecelakaan merupakan penyebab terjadinya kecelakaan.
Jika pasien memiliki keikutsertaan dengan perusahaan asuransi swasta, ketentuan klaim asuransi sesuai
dengan perusahaan tersebut.