Anda di halaman 1dari 22

PENGENALAN GEJALA TANAMAN TERSERANG HAMA

( Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)

Oleh
Jamaluddin Al Afghani
1214121099

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hama adalah organisme (hewan) yang merugikan manusia terutama dalam


konteks ekonomi, artinya hamaa menyerang tanaman yang dibudidayakan
manusaia.
Tanaman sendiri adalah tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia yang
memiliki manfaat sangat besar terutama bagi kehidupan manusia. Manusia
membutuhkan tanaman untuk diolah menjadi makanan, tetapi ternyata tanaman
juga diminati oleh hama. Hama sangat merugikan tanaman karna menimbulkan
kerusakan secara ekonomis. Dampak negatif dari hama yaitu menurunkan
produktivitas tanaman baik kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini yang
menyebabkan manusia melakukan upaya untuk mencegah timbulnya hama dan
melakukan pengendalian dari penyebaran hama tersebut serta senantiasa berusaha
agar produk/hasil tanaman yang dibudidayakan tersebut terhindar dari gangguan
organisme pengganggu tanaman.

Ada banyak jenis hama yang menyerang tanaman dan bila dibedakan pada tipe
mulut hama, ada dua tipe mulut hama yaitu mandibulata dan haustelata, yang
banyak menyerang dan meninggalkan bekas berupa lubang dan bentolan yang lain
itu umumnya disebabkan oleh hama yang bertipe mulut mandibulata. Seperti
pembahasan pada praktikum kali ini yaitu mencari dan mengenal jenis tipe
penyerangan hama.
1.2 Tujuan

Adapun tujuan pada praktikum kali ini yaitu :

1. Mengetahui jenis hama dan tipe kerusakanya

2. Mengetahui bioekolgi hama dan cara pengendalianya


II. METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu pena, buku dan
nampan.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitubeberapa jenis hama dan hama yang
menyerang tanaman tersebut

2.2 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Disiapkan bahan seperti daun – daun yang terserang hama dan
menyiapkan alat.
2. Diamati daun atau tanaman satu persatu.
3. Diidentifikasi hama, tipe mulut apa yang menyerang tanaman berdasarkan
bekas gejala yang menyerang tanaman
4. Ditulis gejala apa yang terdapat pada daun tersebut.
5. Dicatat kerusakan hama dan jaringanya,
6. Digambar dan ditulis ketrangan penyebab kerusakan hama.
2.3 Pembahasan

Hama adalah organisme (hewan) yang merugikan manusia terutama dalam


konteks ekonomi, artinya hamaa menyerang tanaman yang dibudidayakan
manusaia.
Tanaman sendiri adalah tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia yang
memiliki manfaat sangat besar terutama bagi kehidupan manusia. Manusia
membutuhkan tanaman untuk diolah menjadi makanan, tetapi ternyata tanaman
juga diminati oleh hama. Hama sangat merugikan tanaman karna menimbulkan
kerusakan secara ekonomis

Tipe mulut mandibulata merupakan tipe hama yang menyerang tanaman dengan
cara menggigit dan mengunyah. Hama ini mengunyah bagian tanaman dan
menelannya. Hal itu menyebabkan kerusakan pada bagian tanaman, dan tanda
serangan pada daun ang diserang terdapat sobekan, daun merekat/menggulung
menjadi satu, daun habis dimakan sama sekali daunnya hanya tinggal tulang
daunnya saja atau berlubang-lubang. Tanda serangan pada akar menyebabkan
tanaman layu, hingga pada akhirnya mati.

Tipe mulut haustelata merupakan tipe hama yang menyerang tanaman dengan
cara menusuk dan menghisap. Alat mulut ini disesuaikan untuk mengambil bahan
makanan cair atau bahan makanan terlarut. Alat ini memiliki bagian yang
memanjang dan berbentuk seperti jarum yang dinamakan stilet. Gejala serangan
pada bagian tanaman akan ditemukan bekas tusukan silet yang akan menyebabkan
terjadinya perubahan warna atau perubahan bentuk pada bagian tanaman yang
diserang. Daun yang terserang menjadi layu dan kering.

Berikut penjelasan dari tiap gejala pada tanaman yang disebabkan oleh hama:

Kubis

Pada tanaman ini bagian yang diserang adalah daun. Dan hama yang menyerang
adalah Plutella xylostela. Berikut pe njelasan dari hama ini Hama ulat daun kubis
Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) merupakan salah satu jenis hama
utama di pertanaman kubis. Apabila tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan
kubis oleh hama tersebut dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik
jumlah maupun kualitasnya. Adapun klasifikasi dari P. xylostella yaitu Kingdom :
Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Lepidoptera, Family :
Yponomeutidae, Genus : Plutella, Spesies : P. xylostella.
Selain menyerang tanaman kubis, hama P. xylostella juga ditemukan menyerang
berbagai jenis tanaman yang masih termasuk famili Brassicaceae (Cruciferae)
seperti : lobak, lobak cina, petai, brokoli, kembang kol, dan mustard. Tanaman
brassica liar seperti misalnya B. elongata, B. fruticulosa, Roripa sp. dan lainnya
juga menjadi inang ulat kubis.

Stadium yang membahayakan adalah larva (ulat) karena menyerang permukaan


daun dan melubangi daging daun (epidermis). Gejala serangan yang khas adalah
daun berlubang-lubang seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat
daunnya saja. Akibat serangan hama ini, kehilangan hasil dapat mencapai 58%-
100%, terutama di musim kemarau.
Cara pengendalianya dapat dengan beberpa cara yaitu:
Pengendalian hayati dengan Melepaskan musuh alami berupa predator (Paederus
sp, Harpalus sp.) atau parasitoid (Cotesia plutella, Diadegma eucerophaga, dan
D. semiclausum), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana) yang
bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya
Mekanis dapat dengan Membuat perangkap ngengat berupa sex feromon sintesis
yang disebut ugratus Ungu yang dipasang di sekitar kebun kubis.
Kimia dapat dengan dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati
ambang ekonomi, dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi
mudah terurai seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC, atau penyemprotan
insektisida biologi berbahan aktif Bacillus thuringiensis.
Kacang Panjang

Pada tanaman ini yang diserang adalah bunga yang kemudian akan merusak
polong pada tanaman tersebut. Hama dalam tanaman ini adalah ulat penggerek
polong (Maruca testulalis).

Serangan terjadi saat tanaman baru bertunas atau mengeluarkan polong. Siklus
hidup Ngengat bertelur di kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda. 3-5 hari
telur menetas menjadi larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan polong.
Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini
merupakan stadia paling berbahaya dari pertumbuhan hama ini. Setelah umur 6-8
hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan waktu 5-7 hari untuk
menjadi serangga dewasa.

Bunga yang baru mekar, kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak
dengan bekas gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-
laba, kalau di buka, didalamnya tampak sosok larva.
Pengendalian
Dengan cara mekanis dapat langsung di ambil dan di musnahkan yang terlihat
pada tanaman yang terserang. Secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida
kontak berbahan dasar Protiofos, seperti Tokuthion 500 EC, Prevathon 50 SC
berbahan aktif Klorantraniliprol dan Regent 50 SC berbahan aktif Fipronil pada
onsentrasi sesuai label. Dengan cara budidaya, membersihkan serasah dan gulma
di sekitar tanaman utama atau biasa dikatakan dengan sanitasi.

Tanama inang lainnya adalah kacang hijau dan kedelai.

Kopi

Pada tanaman ini hama yang menyerang adalah Hypohtenemus hampei. Dan hama
ini menyerang pada buah kopi. Penggerek buah kopi (PBKo) yaitu Hypothenemus
hampei, Famili Scolytidae, Ordo Coleoptera. PBKo sangat merugikan, karena
mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada
umumnya, hanya kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah.
Hypothenemus hampei merupakan kumbang kecil yang termasuk pada ordo
Coleoptera famili scotylidae.kemampuan bertelur 54 butir umur telur 5-9 hari
larva (2 instar pada jantan dan 3 instar pada betina) 10 s.d 26 hari prapupa 2 hari
pupa 4 s.d 9 hari dewasa betina berukuran 2 mm dan jantan 1,3 mm usia kumbang
jantan max 103 hari, sedangkan betina kurang lebih 156 hari, max 282 hari.
serangga berwarna hitam kecoklatan, jantan tidak bisa terbang. sedangkan betina
terbang jam 16.00-18.00 dengan kemampuan terbang sejauh 350 meter. satu daur
hidup 25-35 hari.

Tanaman inang teprosia, crotalaria, centrosema, caesalpinia, hibiscus, rubus,


leguminosae, leucaena glauca.Gejala kerusakan pada buah muda, buah tidak
berkembang, busuk dan gugur mencapai 7-14% sasaran serangga betina pada
buah cukup tua untuk meletakan telur, sehingga PBKo berkembang sampai buah
dipanen/gugur biji berlubang dan mutunya rendah tingkat kerusakan mencapai 30-

A. Kultur Teknis

petik bubuk, yaitu memetik semua buah yang masak awal baik yang terserang
maupun yang tidak terserang, biasanya 15-30 hari sebelum panen besar. Gunakan
wadah tertutup untuk mencegah terbangnya serangga betina dari buah yang
dipetik lelesan, yaitu mengambil buah yang jatuh ke tanah baik yang terserang
atau tidak, dilakukan setelah putaran petik/panen, karena buah jatuh dapat menjadi
tempat bersembunyi/berkembang PBKo. racutan/rampasan, yaitu memetik semua
buah yang berukuran lebih dari 5 mm yang masih ada di pohon setelah panen.

B. Pengaturan Naungan
usahakan naungan tidak terlalu lembab

C. Fisik
buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan diperlakukan dengan air panas agar
hamanya mati, kandungan air dalam biji kopi yang akan disimpan/dijual harus di
bawah 12,5% agar PBKo tidak berkembang.
D. Penggunaan Bahan Tanaman Yang Buahnya Masak Serentak
varietas arabika : klon USDA 230731 dan USDA 230762, varietas robusta :
kombinasi klon BP42, BP288 dan BP 234 untuk dataran rendah, klon BP 42, BP
358, BP 409 untuk dataran tinggi, kombinasi dengan sanitasi kebun.

E. Hayati
Beauveria bassiana 2,5 kg (biakan padat/jagung) 3 kali aplikasi pada satu periode
panen. aplikasi sebaiknya pada sore hari

Parasitoid jenis Cephalonomia stephanoderis betr., Proros nasuta (famili


Bethylidae), Heterospilus coffeicola Schm. (ordo Hymenoptera, famili
Braconidae), Cephalonomia stephanoderis Betr., dan Proros nasuta pelepasannya
telah diijinkan Menteri Pertanian

Kakao

Kingdom : Animalia
Phillum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Miridae
Genus : Helopeltis
Spesies : Helopeltis antonii

Telur berwarna putih berbentuk lonjong, diletakkan pada tangkai buah, jaringan
kulit buah, tangkai daun muda, atau ranting. Lama periode telur 6 – 7 hari.Nimfa
Helopeltis sp bentuknya seperti serangga dewasa tetapi tidak bersayap, lama
periode nimfa 10 – 11 hari.Helopeltis sp dewasa (imago) pada bagian tengah
tubuhnya berwarna jingga dan bagian belakang berwarna hitam atau kehijau-
hijauan dengan garis putih. Pada bagian tengah tubuh terdapat embelan tengah
lurus berbentuk jarum pentul, sayap dua pasang, tipis dan tembus pandang.
Serangga betina dewasa selama hidupnya dapat meletakkan telurnya hingga 200
butir. Perkembangan dari telur hingga menjadi dewasa memerlukan waktu 21 – 24
hari.
Serangga ini hidup dengan baik pada ketinggian 200—1.400 mdpl. Serangga
dewasa (imago) berwarna coklat kemerahan sampai coklat kehitaman dan pada
mesoskutelumnya terdapat jarum. Bagian punggung berwarna kelabu sampai hijau
kelabu, sedangkan tungkainya berwarna coklat kelabu. Panjang tubuhnya 6,5—
7,5 mm.

Serangga Helopeltis spp. menyukai lingkungan yang teduh dengan kelembaban


sedang dan sangat peka terhadap sinar matahari langsung sehingga kondisi
pertanaman yang rimbun dan kotor sangat disukai. Populasi hama akan meningkat
selama musim kering dan mencapai puncaknya pada akhir musim hujan. Selain
jambu mete, Helopeltis spp. juga menyerang tanaman teh, kakao, lamtoro,
alpokat, mangga, ubi jalar, kina, jambu

Serangga betina meletakkan telur dengan bantuan ovipositor pada jaringan


tanaman manggis yang masih lunak sambil mengisap cairan sel daun tanaman. H.
antonii mampu bertelur 1—18 butir sehari. Selama masa bertelur dapat
menghasilkan 80 butir, tergantung pada ketinggian tempat. Telur memiliki
panjang 1,5 mm.

Telur akan menetaskan dalam waktu 5—7 hari dan keluarlah nimfa yang berbulu
dan berkembang menjadi dewasa dan memiliki sayap setelah 4 kali ganti kulit.
Nimfa yang baru keluar belum memiliki jarum dan jarum itu baru tampak setelah
ganti kulit pertama.

Pengendalian
a. Cara mekanis
Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya
dimusnahkan

b. Cara biologi
- Pemanfaatan predator seperti burung gagak dan kutilang
- Pemanfaatan parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid
larva muda (Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa (tabuhan
Xanthopimpla gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp., Anastatus sp..
Brachymeria sp., dan Pediobius erionatae.

Daun Angsana
Hama pengorok berbahaya pada fase larva, dan menyerang tanaman daun
angsana.
Hama pengorok daun/ hama orek-orek/ hama gerandong disebabkan oleh lalat
Liriomyza sp. Setelah lalat dewasa meletakkan telur pada daun dengan cara
menusukkan ovipositornya, telur tersebut akan menetas dalam 3-5 hari. Telur
menetas menjadi larva dan langsung mengorok bagian mesofil (bagian dalam)
daun. Larva terus memakan mesovil daun sambil berjalan maju sehingga
meninggalkan bekas gerekan berupa garis-garis yang berkelok-kelok pada daun
tanaman. 7-12 hari larva akan menetas setelah mengalami 3 kali instar dan akan
berubah menjadi pupa. Dalam 3- 6 hari pupa (kepongpong) akan menjadi lalat
dewasa. Kalau kita lihat dari siklus hidup lalat pengorok daun dapat kita ketahui
bahwa hanya vase larvalah yang menjadi hama pada tanaman
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Agromizidae
family : Diptera
Genus : Liriomyza
Spesies : Liriomyza sp

Liriomyza sp merupakan hama yang bersifat polifag yang menyerang tanaman


sayuran dari famili Solanaceae,

Pengendalian Hama
a. Kultur teknis
Cara ini dilakukan dengan menerapkan budidaya tanaman sehat yang meliputi :
 Penggunaan varietas yang tahan
 Sanitasi yaitu dengan membersihkan gulma
 Pemupukan berimbang
 Menimbun bagian-bagian tanaman yang terserang

b. Mekanis
 Pemangkasan daun-daun yang terserang dan daun bagian bawah yang telah
tua.
 Larva dikumpulkan dari sekitar tanaman yang rusak kemudian dimusnahkan.
c. Biologis
Musuh alami yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama penggorok daun
pada kentanng antara lain :Hemiptarsenus varicorni (Obari, 2001)

1. Padi

Walang sangit selain menyerang tananamn padi yang sudah bermalai dapat pula
berkembang pada rumput-rumputan seperti Panicium crusgalli L., Paspalum
dilatatum Scop., rumput teki (Echinocloa crusgalli dan E. colonum)

Walang sangit (L. acuta) mengalami metamorfosis sederhana yang


perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk
seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh
hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm. Telur
berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan diletakkan secara
berkelompok. Kelompok telur biasanya terdiri dari 10 – 20 butir. Telur-telur
tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di dekat ibu tulang daun.
Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi berbunga. Telur akan menetas
5 – 8 hari setelah diletakkan. Perkembangan dari telur sampai imago adalah 25
hari dan satu generasi mencapai 46 hari. Nimfa berwarna kekuningan, kadang-
kadang nimfa tidak terlihat karena warnanya sama dengan warna daun. Stadium
nimfa 17 – 27 hari yang terdiri dari 5 instar Imago walang sangit yang hidup pada
tanaman padi, bagian ventral abdomennya berwarna coklat kekuning-kuningan
dan yang hidup pada rerumputan bagian ventral abdomennya berwarna hijau
keputihan. Bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan
lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris. Aktif menyerang pada pagi
dan sore hari, sedangkan di siang hari berlindung di bawah pohon yang lembab
dan dingin.

Kerusakan yang hebat disebabkan oleh imago yang menyerang tepat pada masa
berbunga,s e d a n g k a n n i m p a t e r l i h a t m e r u s a k s e c a r a n ya t a s e t e l a h
p a d a i n s t a r k e t i g a d a n s e t e r u s n ya (Kalshoven, 1981).Menurut Willis
(2001), tingkat serangan dan menurunnya hasil akibat
seranggadewasalebih besar dibandingkan nimfa. Suharto dan Damardjati (1988)
melaporkanbahwa 5 ekor walangsangit pada tiap 9 rumpun tanaman akan
merugikan hasil sebesar15%, sedangkan 10 ekor pada 9rumpun tanaman akan
mengurangi hasil sampai 25%.Kerusakan yang tinggi biasanya terjadi pada
tanaman di lahan yang sebelumnyabanyak ditumbuhi rumput-rumputan.

Teknik Pengendalian
Berikut ini beberapa cara pengendalian untuk hama walang sangit:
a. Pencegahan Secara Biologis (Alami)P e n g a n d a l i a n s e c a r a B i o l o g i s ,
ya i t u d e n g a n m e n g g u n a k a n m u s u h a l a m i b e l a l a n g , misalnya
dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba dan
menanam jamur yangdapat menginfeksi walang sangit.

b. Pengendalian secara Mekanisa. Menanam tanaman secara serentak.


Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di
sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang
sangit.c. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala
penangkap.d. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam
sawah, atau dengan alga. P e m e l i h a r a a n t a n a m a n / k o n t r o l h a m a
ya n g b a i k d a p a t m e n i n g k a t k a n k e s e h a t a n t a n a m a n . Penyiraman,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penggantian media
tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak
langsung, kultur teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama dan
penyakit secara dini.

c. Pengendalisn secara Kimiawi


Apabila serangan hama dan penyakit telah berada di ambang batas atau
mencapai 10%, pengendalian secara kimiawi merupakan pilihan. Akan
tetapi, pemakaian bahan kimia secara berlebihan akan membawa
dampak negatif bagi lingkungan. Untuk itulah penggunaanya
harusterkontrol. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa
sehingga efektif, efisien, danaman bagi lingkungan.

Daun Handelum

Sebagai anggota ordo lepidoptera, S. Litura mempunyai tipe metamorfosis


sempurna dengan stadia perkembangan telur, larva, pupa dan imago. Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa produksi telur dapat mencapai 3000
butir per induk betina yang tersusun atas 11 kelompok dengan rerata 350 butir
telur per kelompok.Telur biasanya diletakkan di bawah permukaan bawah daun
secara berkelompok berkisar 4-8 kelompok. Jumlah telur setiap kelompok antara
30-100 butir. Telur tersebut ditutupi dengan bulu-bulu berwarna coklat keemasan
(Jauharlina, 1999). Diameter telur 0,3mm sedangkan lama stadia telur berkisarn
antara 3-4 hari

Larva S. litura yang baru keluar memiliki panjang tubuh 2mm. Ciri khas larva S.
litura adalah terdapat 2 buah bintik hitam berbentuk bulan sabit pada tiap ruas
abdomen terutama ruas ke-4 dan ke-10 yang dibatasi oleh garis-garis lateral dan
dorsal berwarna kuning yang membujur sepanjang badan Lama stadium larva 18-
33 hari. Sebelum telur menetas, larva yang baru keluar dari telur tidak segera
meninggalkan kelompoknya tetapi tetap berkelompok. Pada stadium larva terdiri
dari enam instar dan berlangsung selama 13-17 hari dengan rerata 14 hari.

Menjelang masa prepupa, larva membentuk jalinan benang untuk melindungi diri
dari pada masa pupa. Masa prepupa merupakan stadium larva berhenti makan dan
tidak aktif bergerak yang dicirikan dengan pemendekan tubuh larva. Panjang
prepupa 1,4-1,9 cm dengan rerata 1,68 cm dan lebarnya 3,5-4mm dengan rerata
3,7 mm. Masa prepupa berkisar antara 1-2 hari.
Selain kedelai, tanaman inang lain dari ulat grayak adalah cabai, kubis, padi,
jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk, tembakau, kapas, bawang merah, terung,
kentang, kacangkacangan (kedelai, kacang tanah), kangkung, bayam, pisang, dan
tanaman hias. Ulat grayak juga menyerang berbagai gulma, seperti Limnocharis
sp., Passiflora foetida, geratum sp., Cleome sp., Clibadium sp., dan Trema sp.

a.Kultur teknis,

Sanitasi dengan membersihkan sisa-sisa tanaman dan dimusnahkan

Pengolahan tanah yang baik untuk mematikan larva instar terakhir dan pupa di
tanah

Pergiliran tanaman dengan jenis tanaman yang bukan inang, penanaman bibit
tanaman yang toleran atau resisten terhadap serangan ulat grayak, dan penanaman
secara serempak dalam satuan kawasan/sentra.

Penggunaan tanaman perangkap (jagung dengan jarak tanam 2,5 x 5) diantara


barisan kapas.

b. Mekanis,

Memetik daun yang terdapat kelompok telur dan larva sejak tingkat serangan
dini/ringan dengan memasukan kedalam kantung plastik untuk dimusnahkan.

Pengambilan larva dewasa, kemudian dimusnahkan.

9.Kutu Putih

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Superfamili : Coccoidea
Famili : Pseudococcidae

Spesies : Paracoccus marginatus

Paracoccus marginatus termasuk jenis kutu-kutuan yang seluruh tubuhnya


diselimuti oleh lapisan lilin berwarna putih. Tubuh berbentuk oval dengan
embelan seperti rambut-rambut berwarna putih dengan ukuran yang pendek.
Hama ini terdiri dari jantan dan betina, dan memiliki beberapa fase perkembangan
yaitu: fase telur, pradewasa (nimfa), dan imago.

Hama kutu putih (Paracoccus marginatus) biasanya bergerombol sampai puluhan


ribu ekor. Mereka merusak dengan cara mengisap cairan. Semua bagian tanaman
bisa diserangnya dari buah sampai pucuk. Serangan pada pucuk menyebabkan
daun kerdil dan keriput seperti terbakar. Hama ini juga menghasilkan embun
madu yang kemudian ditumbuhi cendawan jelaga sehingga tanaman yang
diserang akan berwarna hitam. Kutu putih dewasa jantan bisa berukuran 3 mm
dan bersayap. Induk betinanya mampu bertelur hingga 500 butir, yang diletakkan
dalam satu kantung telur terbuat dari lilin. Dengan siklus hidup sepanjang
sebulan. P. marginatus bisa berbiak 11-12 generasi dalam setahun.

Kutu putih pepaya merupakan serangga polifag dan telah tercatat memiliki lebih
dari 55 tanaman inang pada lebih dari 25 genus tanaman. Tanaman inang yang
penting secara ekonomi antara lain pepaya, kembang sepatu, alpukat, jeruk, kapas,
tomat, terung, lada, buncis dan kacang hijau, ubi jalar, mangga, cherry, dan
delima. Di Indonesia, kutu putih pepaya ditemukan menyerang 20 jenis tanaman
lain selain pada tanaman pepaya.

Kutu putih pepaya menghisap cairan tumbuhan dengan memasukkan stilet ke


dalam jaringan epidermis daun, buah maupun batang. Pada waktu yang bersamaan
kutu putih mengeluarkan racun kedalam daun, sehingga mengakibatkan klorosis,
kerdil, malformasi daun, daun mengerut dan menggulung, daun muda dan buah
rontok, banyak menghasilkan embun madu yang dapat berasosiasi dengan
cendawan jelaga, hingga kematian tanaman. Pada tanaman yang sudah dewasa,
gejala yang muncul adalah daun menguning dan kelamaan daun akan gugur.
Serangan pada buah yang belum matang menyebabkan bentuk buah yang tidak
sempurna. Serangan yang berat dapat menutupi permukaan buah hingga terlihat
putih akibat tertutupi koloni kutu putih.

1. Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami berupa musuh alami untuk


kutu putih pepaya di daerah asalnya di Meksiko adalah Acerophagus papayae
Noyes and Schauff, Anagyrus loecki Noyes and Menezes, Pseudoleptomastix
mexicana Noyes and Schauff. Coccinellid predator yang digunakan untuk
mengendalikan kutu putih adalah Cryptolaemus montrouzieri (Coleoptera:
Coccinellidae). Musuh alami untuk kutu putih pepaya yang ditemukan di wilayah
Bogor untuk golongan predator terdiri dari Ordo Diptera dari Famili Syrphidae;
Ordo Coleoptera dari Famili Coccinellidae; dan Ordo Neuroptera dari Famili
Chrysopidae. Dari golongan parasitoid yang ditemukan adalah Ordo Hymenoptera
dari Famili Encyrtidae, Braconidae, Scelionidae, dan Eulophidae. Predator yang
ditemukan dari wilayah Bogor sama dengan yang ditemukan di Sukabumi yaitu
Scymnus sp., Curinus coeruleus, Chilocorus sp. dan Cryptolaemus montrouzieri.
Selain parasitoid dan predator, ditemukan juga cendawan yang menyerang kutu
putih pepaya. Cendawan yang ditemukan menginfeksi kutu putih pepaya
merupakan cendawan Ordo Entomophthorales.

2. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan insektisida berbahan aktif


imidakloprid secara tunggal dapat menurunkan populasi hama hingga 40% setelah
empat kali aplikasi, sedangkan aplikasi yang dikombinasikan dengan air sabun
mampu menekan populasi hama hingga 60% (Dadang et al., 2008). Meskipun
demikian, selain tidak efisien karena berbiaya tinggi, pengendalian dengan
pestisida, sebagaimana dipraktekkan sebagian petani pepaya di Indonesia, tidak
dapat menekan populasi kutu putih di lapangan. Bahkan dalam waktu singkat,
serangan hama meluas lintas pulau. Lapisan lilin di permukaan tubuh kutu putih
merupakan perisai yang mampu melindungi kutu putih dari zat toksik insektisida.

Pepaya
Hama pengisap polong pada tanaman kedelai yang disebabkan oleh kepik hijau
(Nezara viridula) dapat menyebabkan penurunan hasil dan bahkan dapat
menurunkan kualitas biji. Akibat dari isapan hama pengisap polong dapat
menyebabkan kehampaan, terlambat tumbuh dan terbentuk biji-biji yang cacat
bentuknya yang biasanya memiliki bekas isapan.
Nezara viridula tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia, selain
menyerang tanaman kedelai, serangga ini juga menyerang tanaman padi, jagung,
tembakau, kentang, cabe, kapas dan berbagai jenis tanaman berpolong.

• Nimfa dan serangga dewasa merusak tanaman dengan cara mengisap polong
kedelai.
• Pada polong yang masih muda dan terserang kepik hijau menyebabkan polong
tersebut menjadi kosong (hampa) dan kempis karena biji tidak terbentuk dan
polong gugur.
• Pada polong tua menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik hitam yang pada
akhirnya biji menjadi busuk.

Prinsip pengendalian hama secara terpadu atau PHT merupakan suatu cara
pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi
ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang
berkelanjutan masih menjadi alternative utama dalam pengendalian hama
pengisap polong kepik hijau (Nezara viridula). Penggunaan pestisida merupakan
alternative terakhir yang apabila serangan hama kepik hijau telah melampaui batas
ambang kendali yaitu bila telah ditemukan kerusakan polong lebih dari 2% atau
terdapat sepasang kepik dewasa per tanaman saat tanaman kedelai berumur lebih
dari 45 hari setelah tanam.
Beriku ini adalah cara pengendalianya :
• Tanam serempak dalam tidak lebih dari 10 hari.
• Pergiliran tanaman bukan inang.
• Pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan.
• Menjaga kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma.
• Menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.
IV. KESIMPULAN

Dari praktikum yang sudah dilakukan didapat beberapa kesimpulan sebagai


berikut:
1.Pada umumnya hama yang menyerang tanaman budidaya adalah jenis hama
yang mempunyai tipe mulut mandibulata.
2. Hewan dapat dikatakan hama bila populasinya sudah merugikan kepentingan
ekonomi terumata ekonomi pembudidaya.
3.Hama yang dibahas memiliki ciri tipe mulut mandibulata seperti penggerek
daun dan erioanata thrax.
4. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan mekanik kimia atau dengan musuh
alami(predator)
5. Pengendalian hama tidak ada yang efektif bila dilakukan tidak secara
berkelanjutan, pengendalian hama dengan cara terpadu dan berkelanjutan mampu
mengatasi hama dan ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

A. Widjaja W.H,. 1996. Bayam Sayuran Penyengga Petani di Indonesia. Badan


Beroza, M.. 1970. Chemicals controlling pest. Acad. NY

Djafarudin. 1995. Dasar-dasar Perlindungan Umum. Edisi 1. Bumi


aksara.Jakarta.
.

Wiratno, E. A. Wikardi, I.M. Trisawa & Siswanto. 1996. Biologi Helopeltis


antonii (Hemiptera;Miridae) Pada Tanaman Jambu Mete. Jurnal Penelitian
Tanmanan Industri II(1):36-42

Yayasyueb, ari. 2009. Pengendalian Hama Terpadu. UGM press. Jogjakarta.

Zayin, sulaiman. 2002. Tekhnik pengendalian Hama. Gramedia. Jakarta.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai