Anda di halaman 1dari 5

Sebuah studi tentang flora normal bakteri konjungtiva pada pasien yang menjalani operasi

katarak di sebuah pedesaan pada sebuah rumah sakit pengajaran di R. R. Kabupaten

Abstrak

Pendahuluan: Mata menyimpan bakteri sejak lahir sampai sepanjang hidup. Penyakit akan
terjadi, ketika flora normal kehilangan ketergantungan dan koordinasi (kecocokan) dengan host
(manusia). Mengetahui organisme yang paling sering ditemukan di flora okular dan
sensitivitasnya terhadap antibiotika dapat memberikan panduan yang lebih baik dalam memilih
antibiotik untuk profilaksis endophtalmitis pasca operasi. Bahan dan metode: 100 pasien dari
departemen oftalmologi dari berbagai usia dan jenis kelamin dipelajari. Hasil apusan dikultur
secara aerobik pada media agar darah domba, agar coklat, agar Mac Conkey dan media agar
nutrisi. Semua kultur yang di isolat dikenali dengan sensitivitas antibiotik dari metode difusi
cakram Kirby Bauer. Hasil: Dari 100 pasien 54% adalah perempuan dan 46% adalah laki-laki.
Apusasn konjungtiva dari 48% pasien steril. Isolat yang dominan adalah Staphylococcus
epidermidis (32%) diikuti oleh difteri (11%). Semua isolat sensitif terhadap gentamisin,
tobramycin, ciprofloxacin. Kesimpulan: Kolonisasi konjungtiva dengan bakteri anaerob terdapat
pada sekitar 50 % orang sehat. Canthus pada bagian dalam adalah bagian yang paling banyak
terkontaminasi. Stafilokokus koagulase negatif adalah komponen utama flora ini. Memberikan
secara perlahan antibiotik ke dalam kantung konjungtiva agar steril sebelum operasi dapat
mencegah infeksi pascaoperasi oleh flora normal bakteri di konjungtiva.

Kata kunci: Konjungtiva, flora normal, Staphylococcus epidermidis, sensitivitas antibiotic.

Pendahuluan

Mata menyimpan bakteri sejak lahir sepanjang hidup. Kantung konjungtiva, rongga semi
terbuka, adalah parasitize dengan mikroflora sepanjang masa hidup kita sejak kita lahir, dan
mikrobiota, yang tidak selalu menyebabkan kelainan indra atau penyakit, disebut flora normal
konjungtiva dalam mikrobiologi. Flora normal memegang peranan penting dalam menjaga
permukaan okuler agar tetap sehat. Penyakit akan terjadi bila flora normal kehilangan
ketergantungan dan koordinasi (kecocokan) dengan host (manusia).

Ahli bedah mata menggunakan beberapa metode pra-dan pascaoperasi untuk mencegah
terjadinya endophthalmitis, yang paling umum adalah pemberian tetes antibiotik topikal secara
berkala. Penggunaan profilaksis antibiotik pra-dan pasca operasi dalam mengurangi risiko
endophthalmitis tetap kontroversial. Tidak ada pedoman standar tentang jenis antibiotik yang
akan digunakan. Bakteri adalah penyebab paling banyak endophthalmitis. Mengetahui organisme
yang paling umum ditemukan di flora okular dan sensitivitas antibiotikanya dapat memberikan
panduan yang lebih baik dalam memilih antibiotik untuk profilaksis endophthalmitis pasca
operasi. Bagian yang paling umum menyebabkan endophthalmitis adalah konjungtiva itu sendiri.
Beberapa penelitian telah menunjukkan staphylococcus koagulase negatif menjadi organisme
paling umum yang menyebabkan endophthalmitis dan juga menjadi organisme terisolasi di
antara flora konjungtiva.

Bahan dan metode


100 pasien sehat yang menghadiri departemen oftalmologi insitut pembedahan katarak antara
Januari 2013 sampai Desember 2013 dari berbagai usia dan jenis kelamin yang akan dipelajari.
Semua pasien dengan katarak dan tidak ada tanda-tanda infeksi intraokular dan ekstraokular
yang masuk dalam penelitian ini. Semua anak-anak dan pasien dengan gejala mata lainnya
dikeluarkan dari penelitian ini.
Pemeriksaan lampu gores dilakukan pada setiap pasien dengan perhatian khusus untuk bukti
adanya mata kering, blepharitis, infeksi segmen anterior, inflamasi, atau keburaman lensa yang
menghalangi pemeriksaan fundus.

Persetujuan sebelumnya telah diambil dari semua pasien sebelum mendapatkan apusan
konjungtiva.

Spesimen

Spesimen diambil dengan cotton steril yang telah dibasahi (dilembabkan), apuskan (seka) dari
canthus bagian dalam, fornix bagian atas dan bawah kedua mata. Semua tindakan pencegahan
diambil untuk menghindari tertutupnya tepi dan bulu mata saat mengambil swab. Apusan yang
dikumpulkan dari pasien kemudian segera dikirim ke laboratorium.
Apusan dikultur secara aerobik pada agar darah domba, agar coklat, agar Mac Conkey dan media
agar bernutrisi. Pewarnaan Gram dilakukan untuk setiap apusan. Media kultur diinkubasi pada
suhu 37 ° C selama 24 - 48 jam. Untuk mengidentifikasi organisme, film pewarnaan Gram dari
kultur telah dilakukan, dan jika terungkap: (i) Staphylococci: koagulase, fermentasi trehalosa,
manitol dan sukrosa dilakukan. (ii) basil Gram negatif: motilitas, pertumbuhan medium
MacConkey, uji fermentasi gula, oksidase, gelatinase, indol, reduksi nitrat dilakukan. (iii) Uji
basil Gram positif: Uji oksidasi, katalase, gelatinase, urease dan uji fermentasi gula dilakukan.
Semua kultur yang di isolat dikenali dengan sensitivitas antibiotik dari metode difusi cakram
Kirby Bauer.
Berikut ntibiotik yang digunakan: gentamisin (10μg), tobramycin (10μg), dan siprofloksasin
(5μg). Sensitivitas antibiotik dilakukan sesuai dengan pedoman Laboratorium Standar
Laboratorium Klinis (CLSI).

Hasil
Sebanyak 100 pasien yang menghadiri departemen oftalmologi untuk operasi katarak
dimasukkan dalam penelitian ini. Dari 100 pasien 54% adalah perempuan dan 46% adalah laki-
laki. Jumlah pasien maksimal pada kelompok usia 61-70 tahun (52%). 18% penderita diabetes
dan 12% penderita hipertensi dalam pengobatan dan terkontrol sebelum operasi. 80% dengan
katarak immatur, 10% katarak matur, 5% dengan katarak prematur senilis, 4% dengan katarak
komplikasi dan satu kasus glaukoma sudut tertutup. Apusan konjungtiva dari 48% pasien steril
dan tidak menunjukkan pertumbuhan pada media kultur. Sensitivitas kultur terlihat pada 58%
pasien, di antaranya isolat yang dominan (utama) adalah Staphylococcus epidermidis (32%)
diikuti oleh diphtheroids (11%) Staphylococcus aureus (10%), kombinasi antara diphtheroids dan
Staphylococcus koagulase negatif (3%) , Streptokokus non hemolitik (2%).
Membandingkan hasil kultur spesimen yang diperoleh dari berbagai lokasi di mata menunjukkan
bahwa fornix bagian atas adalah lokasi yang paling steril (50%), diikuti oleh fornix bagian
bawah (24%) sedangkan canthus bagian dalam menunjukkan yang paling tidak steril (16% ).

Bakteri yang diisolasi diberi antibiotik sensitif terhadap gentamisin, tobramycin, ciprofloxacin.
Semua isolat sensitif terhadap semua antibiotic diatas.

Diskusi
Endopthalmitis pascaoperasi adalah komplikasi yang paling ditakuti dari operasi katarak dan
flora konjungtiva diduga (dituduh) sebagai sumber utama dan paling sering dari bakteri. Jadi
evaluasi flora bakteri konjungtiva dan pola kepekaannya sangat penting.
Dalam penelitian ini dari 100 pasien 54 (54%) adalah perempuan dan 46 (46%) laki-laki. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Belur r Keshav et al 19 (33,9%) adalah laki-laki dan 37 (66,1%)
adalah perempuan.
Dalam penelitian kami, kami berhasil mengisolasi bakteri di 58 mata (58%). Dalam sebuah
penelitian oleh Reza dkk, persentase isolasi ditemukan 52,4% . Studi lain oleh Terence dkk.
menunjukkan bahwa isolasi tersebut berasal dari 80% . Dalam sebuah penelitian oleh Belur r
Keshav dkk, persentase isolat adalah 48,3%.

Studi tentang frekuensi kantung konjungtiva normal yang steril telah menunjukkan perbedaan
yang nyata. Pada tingkat terendah spektrum, Perkins dan rekannya, Chang, Matuura, dan
Locatcher-Khorazo dan Seegal masing-masing melaporkan 9,4%, 9%, 2-5%, dan 0%
konjungtiva steril. Pada tingkat teratas Bachrach dkk., Debnath, 'McNatt et al., dan Smith'
melaporkan 33%, 30%, 39%, dan 47% masing-masing melaporkan kojungtiva steril. Dalam
penelitian ini konjungtiva steril terdapat pada 42% kasus.
Dalam penelitian ini fornix bagian atas paling steril diikuti oleh fornix bawah dan canthus dalam
yang paling tidak steril, yang juga diamati dalam penelitian yang dilakukan oleh Magda et al.
Flora bakteri aerobik dari konjungtiva orang dewasa normal telah dipelajari oleh banyak penulis
selama 50 tahun terakhir. Dalam penelitian ini isolat yang umum (banyak terdapat) adalah
staphylococcus epidermidis (32%) diikuti oleh difteri (11%), yang serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Zaire R, dkk yang juga melaporkan Staphylococcus epidermidis sebagai isolat
yang paling umum diikuti oleh Diphtheroids.
Iklim dan wilayah geografis merupakan penentu penting flora okular seperti kondisi higienis.
Flora berubah menjadi bakteri Staphylococcus aureus dan basil gram negatif pada pasien rawat
inap.
Staphylococcus dan diphtheroids masuk ke mata melalui kulit, hidung dan tangan serta dari area
berpotensi dimana mata yang bisa memperoleh bakteri. Pentingnya semua organisme ini adalah
ketika mereka terdapat di mata pasien yang sedang menunggu operasi kecuali Corynebacterium
xerosis bisa menjadi patogen pada satu waktu atau yang lainnya.
Isolat dikenali dengan uji sensitivitas antibiotik terhadap antibiotik yang umum digunakan
seperti gentamisin, tobramicin, siprofloksasin dan isolatnya diketahui sensitif terhadap antibiotik
di atas, yang serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Ajay A Kudva et al.

Sumber infeksi yang paling umum adalah film air mata preocular, kantung lakrimal dan kulit.
Pada orang dewasa normal film airmata preokoler adalah tempat dari sejumlah mikroorganisme
yang berbeda. Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa terapi antibiotik profilaksis dapat secara
signifikan menurunkan jumlah organisme dalam film air mata preocular. Kemampuan antibiotik
topikal untuk mempengaruhi flora konjungtiva bergantung pada antibiotik spesifik, waktu serta
dosis pemberian.

Kesimpulan

Kolonisasi konjungtiva dengan bakteri aerobik sekitar 50% orang sehat. Canthus bagian dalam
adalah bagian yang paling terkontaminasi. Staphylococcus koagulasi negatif adalah komponen
utama flora ini. Pemberian antibiotik ke dalam kantung konjungtiva untuk menjadikannya steril
sebelum operasi dapat mencegah infeksi pasca operasi oleh flora normal bakteri konjungtiva.

Anda mungkin juga menyukai