Oleh :
Denisa Alfadilah P. 2216 A 1210312026
Mala Azitha P. 2225 A 1310311088
Preseptor :
dr. Taufik Ashal, SpKJ
terhadap keselamatan korbannya. Dalam satu dekade terakhir ini kita sering
mendengar terjadinya kasus – kasus yang terjadi pasca bencana alam, kekerasan
berupa kekerasan rumah tangga maupun kekerasan lainnya, serta berbagai bentuk
terjadinya gangguan stres pasca trauma. Dari peneltian terkini didapatkan bahwa
traumatik, dan 25% dari mereka yang tetap bertahan hidup dikatakan akan
minggu maupun bulan. Beberapa reaksi yang bertahan tersebut sebagian kecil
dan Foa (tahun), >90% perempuan korban perkosaan memiliki simtom gangguan
stres pasca trauma yang timbul dalam waktu seminggu setelah trauma dan 40%
nya timbul dalam waktu enam bulan. Penelitian mengenai kejadian World Trade
gangguan stres pasca trauma dari 7,5% dalam satu bulan menjadi 0,6% dalam
1
enam bulan kemudian pada lebih dari 1000 penduduk. Angka kejadian ditemukan
lebih tinggi pada penduduk yang tinggal dekat dengan lokasi kejadian3.
layanan primer, tetapi masih sedikit yang terdiagnosis sebagai gangguan stres
gambaran klinis, kriteria diagnosis, tatalaksana, dan prognosis dari gangguan stres
pasca trauma.
gangguan stres pasca trauma dan sebagai salah satu pemenuhan sesi
2
1.4 Metode Penelitian
kepada berbagai literatur, termasuk buku teks dan berbagai jurnal ilmiah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
diagnosis gangguan stres pasca trauma saat itu adalah terdapatnya trauma yang
dapat menimbulkan simtom dan tanda – tanda gangguan stres pasca trauma pada
semua orang. Pada tahun 1987, kriteria diagnosis tersebut berubah dan lebih
pikiran, perasaaan, aktivitas, dan situasi yang dapat mengingatkan kepada trauma.
Kemudian, pada tahun 1994 terjadi perubahan definisi trauma dimana kejadian
kecelakaan yang serius, atau ancaman terhadap inteegritas fisik diri sendiri atau
orang lain. Selain itu, penderita gangguan stres pasca trauma juga merespon hal
tersebut dengan rasa takut, tidak berdaya, dan rasa horror. Gangguan ini harus
salah satu atau lebih fungsi yang penting manusia lebih dari satu bulan. Dalam
DSM V, gangguan stres pasca trauma sekarang termasuk ke dalam Trauma and
traumatis. Gangguan stress akut (acute stress disorder/ASD) adalah factor resiko
mayor untuk PTSD, karena banyak orang dengan ASD yang kemudian
4
mengembangkan PTSD. Gangguan stress akut (acute stress disorder/ASD) adalah
suatu reaksi maladaptive yang terjadi pada bulan pertama pada pengalaman
bulan, bertahun-tahun, atau sampai beberapa decade dan mungkin baru muncul
setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan terhadap peristiwa
traumatis. Simtom biasanya mulai timbul cepat setelah trauma namun dapat
2.2 Epidemiologi
bahwa kasus gangguan stres pasca trauma merupakan salah satu kasus psikiatri
yang cukup sering dijumpai. Kasus ini dijumpai pada sekitar 10,3% untuk pria
dan 18,3% pada wanita. Berdasarkan survei The United States National Co-
>10% pada perempuan dan 5% pada pria. Lebih dari sepertiga individu dilaporkan
menderita gangguan stres pasca trauma enam bulan setelah kejadian traumatik
tersbeut. Penderita gangguan stres pasca trauma biasanya juga memiliki komorbid
psikiatri. Lebih dari 80% responden memiliki setidaknya satu penyakit psikiatri
lainnya. Komorbiditas yang sering dialami antara lain adalah gangguan cemas
5
2.3 Etiologi
oleh individu yang bersangkutan sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang
yaitu:
perampokan)
Penculikan
Penyanderaan
Serangan militer
Serangan teroris
6
Penyiksaan
Bencana alam baik yang alamiah maupun yang dibuat oleh manusia
kejadian traumatik seperti apa yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan stres
stres pasca trauma. Berdasarkan hal tersebut, pada kebanyakan kasus, gangguan
stres pasca trauma tidak akan berkembang kecuali seseorang terpajan dengan
kejadian yang “sangat berat” dan merupakan “titik balik” dalam kehidupan
seseorang. Pada kriteria diagnosis juga ditambahkan poin kekerasan seksual yang
sebelumnya hanya ditulis sebagai pelecehan seksual di dalam DSM IV. Kategori
ini membuat definisi kekerasan seksual menjadi lebih luas seperti contoh
7
untuk mengatasinya dengan menggunakan sumber dayanya sendiri; (2) Situasi
eksternal pada tingkat nasional maupun internasional; (3) Sebuah istilah yang
interaksi dari stresor eksternal dengan komunitas manusia. Istilah ini digunakan
lain: (1) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor; (2)
Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
wabah penyakit; (3) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi terhadap kejadian, sistem pendukung
yang dimiliki dan mekanisme koping yang digunakan. Terdapat tiga tahapan
reaksi emosi yang dapat terjadi setelah bencana, yaitu: (1) Reaksi individu segera
(24 jam pertama) setelah bencana dapat berupa tegang, cemas, panik, terpaku,
linglung, syok, tidak percaya, gembira atau euforia, tidak terlalu merasa
8
menderita, lelah, bingung, gelisah, menangis, menarik diri dan merasa bersalah.
Reaksi ini masih termasuk reaksi normal terhadap situasi yang abnormal dan
memerlukan upaya pencegahan primer; (2) Minggu pertama sampai ketiga setelah
kesulitan tidur, khawatir, sangat sedih. Reaksi positif yang masih dimiliki:
berharap atau berpikir tentang masa depan, terlibat dalam kegiatan menolong dan
respons normal yang membutuhkan tindakan psikososial minimal; (3) Lebih dari
tiga minggu setelah bencana. Reaksi yang diperlihatkan dapat menetap dan
kepala9
Terdapat tiga periode bencana secara umum, yaitu: (1) Periode impak
(impact periode) biasanya berlangsung selama kejadian bencana. Pada periode ini,
korban selalu diliputi perasaan tidak percaya dengan apa yang dialami. Periode ini
berlangsung beberapa hari setelah kejadian. Pada periode ini, tampak bahwa para
korban mulai merasakan diri mereka lapar dan mencari bekal makanan untuk
dan mengganti harta benda mereka yang hilang; (3) Periode post traumatik (post-
trauma period) biasanya berlangsung lama, bahkan sepanjang hayat. Periode ini
berupa tekanan, gangguan fisiologi, dan psikologi akibat bencana yang mereka
9
alami. Hal ini berarti bencana selalu menyisakan masalah, bahkan untuk jangka
lama.8,9
2.5 Patofisiologi
Gejala – gejala gangguan stres pasca trauma timbul sebagai akibat dari
respons biologik dan juga psikologik seorang individu. Kondisi ini terjadi oleh
karena aktivasi dari beberapa sistem di otak yang berkaitan dengan timbulnya
traumatik akan menimbulkan respons takut sehingga otak dengan sendirinya akan
suatu respons perilaku yang sesuai. Dalam hal ini, amigdala merupakan bagian
Inti dari sistem saraf pusat yang terlibat dalam merespon rasa takut adalah
dan belajar untuk menghindari rasa sakit dengan diperantarai oleh emosi dan
pengolahan informasi rasa takut yang dilakukan oleh struktur kortikal yang lebih
atau memori pada korteks sehingga memudahkan proses pengenalan bila terpapar
kembali. Selain itu, amigdala juga mampu mengenali sinyal ancaman secara cepat
melalui jalur visual primitif yang melalui korteks dan neokorteks. Oleh sebab itu,
dengan mereka. Amigdala juga cepat diaktifkan di hampir seluruh tubuh untuk
merespon stimulus dengan melawan atau mundur. Untuk tetap menjaga tubuh
10
membantu otak mempelajari dan membentuk kenangan baru yang spesifik
terhadap ancaman.
peningkatan norepinefrin
response”
situasi waspada.4
11
Aksis hipotalamus-hipofisis-kelenjar adrenal (aksis HPA)
pada sistem saraf simpatis. Reaksi ini akan dibatasi oleh sistem saraf parasimpatis
di beberapa jaringan tubuh, namun respon ini bekerja secara bebas dan tidak
hormon kortisol tergantung pada derajat tekanan yang dialami oleh individu.
simpatis dan beberapa sistem tubuh yang bersifa defensif tadi yang dtimbul akibat
Katekolamin yang meningkat ini akan membuat individu tetap berada dalam
kondisi waspada terus menerus. Jika hormon kortisol gagal menghentikan proses
ini, maka aktivasi katekolamin akan tetap tinggi dan kondisi ini dikaitkan dengan
12
2.6 Gambaran Klinis
adalah:
4. Peningkatan kewaspadan
Hal ini dapat menimbulkan kesulitan untuk tidur atau jatuh tertidur,
konsentrasi.2,4
13
2. Respon individu meliputi ketakutan, ketidakberdayaan (catatan: pada
anak-anak hal ini mungkin diperlihatkan dalam perilaku yang tidak teratur
4. Tekanan psikologis yang kuat jika dihadapkan pada hal-hal internal dan
5. Adanya reaksi fisik jika dihadapkan pada hal-hal internal dan eksternal
mematikan perasaan atau tidak berespon terhadap suatu hal (sebelum trauma
masih berespon (avoidance symptoms). Gejala ini meliputi tiga atau lebih hal di
bawah ini:
14
2. Kemampuan menghindari aktivitas, tempat, orang yang dapat
dialaminya.
berkurang.
D. Gejala hiperarousal yang persisten (tidak ada sebelum trauma) meliputi dua
3. Sulit berkonsentrasi.
berlangsung lebih dari 3 bulan With delayed onset: gejala dimulai sedikitnya 6
15
2.8 Tatalaksana
dilakukan evaluasi psikologis pada terlebih dahulu. Tindakan ini untuk memahami
kepribadian, trauma yang dialami, dan dampak dari trauma tersebut pada dirinya.
Evaluasi juga dapat membantu terapis untuk memahami berbagai risiko tambahan
dan menemukan kekuatan dari klien. Hal ini harus sangat diperhatikan karena
proses evaluasi dapat dialami sebagai proses yang sangat berat dan dapat
menimbulkan trauma sekunder. Setelah dilakukan evaluasi ada dua macam terapi
jika kedua terapi ini dikombinasikan sehingga tercapai penanganan yang holistik
dan komprehensif.10
a. Psikoterapi
masalah yang dasarnya emosi, dimana seseorang yang terlatih dengan seksama
16
dalam mengobati PTSD. Dalam CBT, terapis membantu untuk mengubah
pikiran yang lebih realistik untuk membantu mencapai emosi yang lebih
17
yang telah ada, EMDR dijalankan dengan melakukan kegiatan fisik yang
pengelihatan/pendengaran/perabaan.
3) Playtherapy
PTSD pada anak periode awal/young children. Pada terapi ini bertujuan
b. Farmakoterapi
kekhawatiran, dan depresi atau dengan kata lain merupakan terapi simptomatik
pada PTSD. Terapi obat ini bukanlah lini pertama dalam penanganan PTSD tetapi
dapat dijadikan sebagai terapi pendukung (adjuvan) psikoterapi agar tercapai hasil
18
4) Golongan Monoamin Oksidase Inhibitor (MAOI): Moclobemide
2.9 Prognosis
Prognosis pada kasus PTSD sulit untuk ditentukan, karena itu bervariasi
secara signifikan dari pasien ke pasien. Beberapa individu yang tidak menerima
perawatan secara bertahap pulih dalam periode tahun. Prognosis yang baik
diramalkan oleh onset gejala yang cepat, durasi gejala yang singkat (kurang dari
enam bulan), fungsi pramorbid yang baik, dukungan sosial yang kuat, dan tidak
umumnya, orang yang sangat muda atau sangat tua memiliki kesulitan lebih
pertengahan10
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Courtois CA, Jeffrey S, Laura S, Juan C, John AF, Matthew F, et al.
Clinical Practice Guideline fot Treatment of PTSD. America: American
Psychological Association. 2017
2. Wiguna T. Gangguan stres pasca trauma. Dalam: Elvira SD dan
Hadisukanto G, editors. Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014. pp. 277-284.
3. Bisson JI. Post-traumatic stress disorder. Occup Med (Lond) 2007; 57 (6):
pp. 339-403.
4. Vieweg WVR, Julius DA, Fernandez A, Beatty-Brooks M, Hettema JM,
Panduragi AK. Posttraumatic stress disorder: Clinical features,
pathophysiology, adn treatment. The American Journal of Medicine 2006;
5 (119): pp. 383-390.
5. Levin AP, Kleinman SB, Adler JS. DSM-5 and posttraumatic stress
disorder. J Am Acad Psychiatry Law 2014; 42: pp. 146-158.
6. Jeffrey SN, Apencer AR, Beverly G. Psikologi Abnormal Ed.5 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga. 2009
7. WHO. Humanitarian Health Action: Definitions Emergencies. [Diunduh
tanggal 18 Oktober 2017 dari http://www.who.int/hac/about/definitions/
en/index.html?utm_source=feedblitz&utm_medium=FeedBlitzEmail&utm
_content=565123&utm_campaign=0]. 2014
20