CRS - Ditya Firman - Skizoafektif Tipe Depresi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 41

Case Report Session

NASKAH PSIKIATRI
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi

Nama Dokter Muda : Ditya Fitri Wahyuni P. 2214 A


Firman P. 2222 A

Perseptor : dr. Amel Yanis, Sp.KJ (K)

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan skizoafektif adalah gangguan jiwa yang mempunyai gambaran

baik skizofrenia maupun gangguan afektif.Penyebab gangguan skizoafektif

hingga sekarangtidak diketahui meskipun beberapa data riset menunjukkan bahwa

skizoafektif terkait dengan faktor genetis. Gangguan skizoafektif memiliki gejala

khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala

gangguan afektif yang menonjol.1 Gangguan skizoafektif terbagi menjadi tipe

manik, tipe depresif, dan campuran.2

Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari 1%,

berkisar antara 0,5%-0,8%. Tetapi, gambaran tersebut masih merupakan

perkiraan.Gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua

dibanding anak muda.Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih

tinggi dibandingkan laki-laki.Laki-laki dengan gangguan skizoafektif mungkin

memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau

tidak sesuai.National Comorbidity Study menyatakan dari 66 orang dengan

diagnosa skizofrenia, 81% pernah didiagnosis gangguan afektif yang terdiri dari

59% depresi dan 22% gangguan bipolar.1

Tatalaksana skizoafektif berupa psikofarmaka dan psikoterapi. Modalitas

terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit,

medikasi, dan intervensi psikososial.Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi

untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan dan antipsikotik.

Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan


antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan tidak

responsif terhadap terapi antidepresan.3

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini meliputi definisi, epidemiologi, etiologi,

gambaran klinis, diagnosis, penatalaksanaan dari skizoafektif tipe depresi.

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini adalah dengan tinjauan pustaka yang merujuk

pada berbagai literatur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Gangguan skizoafektif adalah gangguan jiwa yang mempunyai gambaran

baik skizofrenia maupun gangguan afektif.Penyebab gangguan skizoafektif

hingga sekarangtidak diketahui meskipun beberapa data riset menunjukkan bahwa

skizoafektif terkait dengan faktor genetis.Gangguan skizoafektif memiliki gejala

khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala

gangguan afektif yang menonjol.1 Gangguan skizoafektif terbagi menjadi tipe

manik, tipe depresif, dan campuran.Gejala yang khas pada pasien skizofrenik

berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi.

Bila gejala skizofrenik dan gangguan perasaan manik menonjol pada episode

penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Pada

gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala skizofrenik dan gangguan perasaan

depresif timbul bersamaan.2

2.2. Epidemiologi Skizoafektif

Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari 1%,

berkisar antara 0,5%-0,8%. Tetapi, gambaran tersebut masih merupakan

perkiraan.Gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua

dibanding anak muda.Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih

tinggi dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah.Usia

awitan perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia.

Laki-laki dengan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku

antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai.National
Comorbidity Study menyatakan dari 66 orang dengan diagnosa skizofrenia, 81%

pernah didiagnosis gangguan afektif yang terdiri dari 59% depresi dan 22%

gangguan bipolar.1

2.3. Etiologi Skizoafektif

Penyebab dari skizoafektif sulit ditentukan.Dugaan saat ini bahwa gangguan

skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia.Oleh karena itu etiologi

mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan.

Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan

tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobatanan

jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang.4

2.4. Patofisiologi Skizoafektif

Mekanisme terjadinya skizoafektif belum diketahui apakah merupakan

suatu patologi yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan

gabungan dari keduanya yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk pada

kemungkinan kedua, maka telah diketahui neurobiologi baik fungsional ataupun

struktural yang terlibat dalam gangguan ini.2

2.5. Manifestasi Klinis Skizoafektif

Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala

gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit

yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. 2 Bila

gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,

gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Sedangkan pada gangguan

skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2


Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,

perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala

gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.2,4

Depresi3

a. Gejala Utama

1. Afek depresif

2. Kehilangan minat dan kegembiraan

3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatya keadaan mudah lelah

b. Gejala Lainnya

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang

2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

6. Tidur terganggu

7. Nafsu makan berkurang

Mania4

a. Harga diri melambuung atau rasa kebesaran

b. Berkurangnya kebutuhan tidur

c. Lebih banyak berbicara dari pada biasanya

d. Flight of ideas

e. Perhatian mudah teralihkan

f. Agitasi psikomotorik
g. Keterlibatan berlebuhan dalam aktivitas yang menyenangkan dan berpotensi

merugikan

Skizofrenia

Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan

jiwa (PPDGJ-III):3

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya;

b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas

merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,

atau penginderaan khusus)


- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi Auditorik:

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;


c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

dan stupor;

d. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam

mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan

penarikan diri secara sosial.5

2.6. Diagnosis

Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik

skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik

untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) mencerminkan perubahan yang telah

terjadi di dalam kriteria diagnosis untuk kedua kondisi lain.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-V)3

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu

waktu. Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu
episode campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk

skizofrenia.

Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood

terdepresi

B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi

selama sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.

C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian

bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit..

D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya

obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum

Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah

karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-

kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau

membentuk sebagian penyakit skizoafektif yang sudah ada, atau dimana gejala-

gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-

gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuali

dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan

(mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis

gangguan skizoafektif.4

Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III3

a. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive

adanya gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada

saat yang bersamaan (stimultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu

sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana,
sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik

skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

b. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia

dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

c. Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah

mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi

Pasca-skizofrenia).

d. Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik

berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari

keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau

depresi (F30-F33).

2.7. Diagnosis Banding

Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan

gangguan mood perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan

skizoafektif.Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan

phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara

khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang

bersama-sama.Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan

yang biasanya dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood.Di dalam

praktik klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala

gangguan mood pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi

boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut

telah terkendali.1,5
2.8. Tatalaksana Skizoafektif3

a. Psikofarmaka

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan

di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial.Prinsip dasar yang mendasari

farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan

dan antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa antipsikotik

digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek.Jika protokol

thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan,

medikasi antipsikotik dapat diindikasikan.Pasien dengan gangguan skizoafektif,

tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol),

valproate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja

tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan

percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka

diputuskan tidak responsif terhadap terapi antidepresan.3

Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu

pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat

moodstabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja.Carbamazepine adalah

obat antikejang yang digunakan sebagai moodstabilizer.Cara kerja mood

stabilezer yaitu membantu menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut

neurotransmitters yang mengendalikan temperamen emosional dan perilaku dan

menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan

kepribadian borderline.Efek samping carbamazepine dapat menyebabkan mulut

kering dan tenggorokan, sembelit, kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu

makan, mual, dan muntah. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama dengan
inhibitor monoamine oxidase (MAOIs ). Hindari minum alkohol saat mengambil

carbamazepine. Hal ini dapat meningkatkan beberapa efek samping

carbamazepine yaitu dapat meningkatkan risiko untuk kejang.1

Stelazine memiliki efek antiadrenergik sentral, antidopaminergik, dan

efekantikolinergik minimal.Hal ini diyakini stelazine dapat bekerja dengan

memblokade reseptor dopamin D1 dan D2 di jalur mesokortical dan mesolimbik,

menghilangkan atau meminimalkan gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi,

dan berpikir dan berbicara yang tidak terarah.Stelazine menimbulkan efek

samping ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu

dapat menimbulkan efek samping antikolinergik seperti merah mata dan

xerostomia (mulut kering). Stelazine dapat menurunkan ambang kejang sehingga

harus berhati-hati penggunaan stelazine pada orang yang mempunyai riwayat

kejang.1

Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk

pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat

moodstabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan

skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood

stabilizer cenderung bekerja dengan baik.6

b. Psikoterapi

Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat

diperlukan.Menurut penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk

kesembuhan pasien, tetapi juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang

mendukung dan sikap pasien terhadap penyakit yang diderita.


Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-

edukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa

menjadi bagian penting dari pengobatan pada gangguan skizoafektif.6

2.9. Prognosis Skizoefektif1

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai

prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan

prognosis pasien dengan gangguan mood.Sebagai suatu kelompok, pasien dengan

gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien

dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien

dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien

dengan skizofrenia. Generalisasi tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian

yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang

ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan

gangguan itu sendiri.

Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar,

mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan

bipolar dan bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang perlahan-

lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala

defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami

remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing

karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik.Adanya atau tidak

adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan

perjalanan penyakit.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
MR :637013
Umur : 32 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Padang, 1 Januari 1984/ 33 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan : SMA
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Durian Taruang Kelurahan Ambacang Kecamatan
Kuranji
3.1.2 Keterangan Diri Allo/ Informan
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang barang harian
Pendidikan : SMP
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Durian Taruang Kelurahan Ambacang Kecamatan
Kuranji
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
Keakraban dengan pasien : Akrab
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 23Oktober 2017 di Bangsal
Jiwa RSUP M Djamil
2. Alloanamnesis dengan :
Ibu pasien (Ny. D, 57 tahun, Pedagang barang harian, Tamat SMP, Padang)
pada tanggal 23 Oktober 2017 di Bangsal Jiwa RSUP M. Djamil Padang.
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
3.1.1. Sebab Utama
Pasien gaduh gelisahsejak 4 jam sebelum masuk Rumah Sakit
3.1.2. Keluhan Utama
Pasien mendengar bisikan-bisikan untuk membunuh diri sejak 4 jam
sebelum masuk rumah sakit
3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien gaduh gelisah di rumahnya sejak 4 jam sebelum masuk Rumah Sakit.
Pasien melempar barangdi sekitarnya dan mengatakan ingin membakar dirinya.
Pasien mengatakan bahwa ia ingin bunuh diri dan juga mengajak kedua orang
tuanya untuk bunuh diri setelah sebelumnya mendengar ada bisikan yang
menyuruh pasien untuk bunuh diri. Kejadiantersebut merupakan yang ke-4
kalinya dalam minggu ini.Biasanya sebelum gaduh gelisah ini, pasien tampak
murung dan hilang semangat sejak sebulan ini, pasien jarang keluar rumah, lebih
sering mengurung diri dan tidur-tiduran di kamar.

Keinginan bunuh diri pada pasien sudah sering dirasakan dengan alasan ada
yang membisikkan kepada pasien.Pasien sering merasa tidak nyamandengan
tetangganya yang sering membicarakan hal yang tidak mengenakkan tentang
keadaan gangguan kejiwaan pada pasien, sehingga pasien menjadi sedih karena
perkataan tetangga tersebut.

Pasien tertidur pada malam hari setelah mengkonsumsi obat dari dokter,
sekitar jam 9 pada malam hari dan bangun pada saat subuh.Pasien makan teratur 3
kali sehari.Dari pengakuan keluarganya pasien selalu kontrol rutin ke poli RSUP
DR. Djamil sekali sebulan dan makan obat diawasi oleh ibunya.

3.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien telah dikenal mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2016.Pasien
sudah pernah dirawat 1 kali di RSJ HB Saanin Padang pada tahun 2016 karena
pasien mencoba untuk bunuh diri setelah mengikuti bisikan perintah untuk
bunuh diriberupa membenturkan kepalanya, memecahkan kaca dan mengiris
ke badannya. Pasien dirawat selama kurang lebih 3 minggu kemudian rutin
kontrol berobat ke poli jiwa.
Awal kejadiannya bermula pada tahun 2010, pasien memiliki konflik
dengan keluarga pacarnya.Awalnya pasien mulai berpacaran sejak bekerja di
Departemen Sosial. Kemudian keluarga pacar tidak menyetujui hubungan
mereka dengan alasan satu suku kemudian tidak lama kemudian mantan pacar
pasien menikah dengan wanita lain. Sejak saat itu pasien tidak masuk kerja,
sering terlihat murung, dan pergi dari rumah tanpa diketahui.
b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis, bedah, trauma yang
memerlukan perawatan, trauma kepala, penyakit neurologis, tumor, kejang,
gangguan kesadaran, maupun HIV.
c. Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien tidak memilik riwayat penggunaan NAPZA.
3.1.5. Riwayat Keluarga
a. Identitas orang tua/ pendamping

Identitas Orang Tua


Ayah Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan Tani Berjualan kue
Umur 64 thn 57 thn
Alamat - -
Hubungan Akrab Akrab

b. Sifat / Perilaku Orang Tua Kandung


1. Ayahkandung (Dijelaskan oleh ibu pasien dan keluarga dapat dipercaya /
diragukan)
**Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka
bergaul (-), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-),
Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tidak bertanggung
jawab (-).
2. Ibu (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya / diragukan)
**Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka
bergaul (-), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-),
Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tidak bertanggung
jawab (-).
c. Saudara
Jumlah saudara empat dan pasien anak kedua
d. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya
1. Lk/Pr(35 tahun) 2. Lk/Pr( 32 tahun) 3. Lk/Pr ( 30 tahun)

4. Lk/ Pr(25 tahun)

e. Gambaran sikap/prilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan


pasien terhadap masing-masing saudara tersebut

Saudara ke Gambaran sikap dan prilaku Kualitas hubungan dengan saudara


1 Baik Biasa
3 Baik Biasa
4 Baik Biasa
Skema Pedegree

pasien
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Sakit
: Meninggal

f. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan
tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap Kualitas hubungan
dan tingkah laku
1. Ayah Baik Akrab
2. Ibu Baik Akrab
3. Suami Baik Akrab
4. Anak Baik Akrab
g. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada
anggota keluarga
Anggota Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit fisik
Keluarga Kebiasaan
Bapak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Ibu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara Ada Tidak ada Tidak ada
h. Riwayat tempat tinggal yang pernah di diami pasien

No. Rumah Tempat Keadaan Rumah


Tinggal
Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman
1 Rumah orang tua V V V

3.1.6. Riwayat Kehidupan Pribadi


k) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi-kondisi mental yang diderita si ibu)
o Kesehatan fisik : baik
o Kesehatan mental : baik
- Keadaan melahirkan
o Aterm (+), Partus spontan (+)
o Pasien adalah anak yang direncanakan/diinginkan (Ya / Tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
- Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
- Minum ASI : (+) sampai usia 1 tahun
**Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-),
gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas terhadap
orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan lain-lain.
c) Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai
pada masa kanak-kanak, misalnya: **mengisap jari (-), ngompol (-), BAB
di tempat tidur (-), night terror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-),
masturbasi (-), mutisme selektif (-), dan lain.lain.
d) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: **demam tinggi disertai mengigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain-lain.
e) Tempramen sewaktu kanak-kanak: **pemalu (-), gelisah (-), overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul(-), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
f) Masa sekolah

Perihal SD SMP SMA PT


Umur 6 tahun 13 Tahun 16 Tahun -

Prestasi* Baik Baik Baik -


Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang

Aktivitas sekolah* Baik Baik Baik -


Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang

Sikap terhadap Baik Baik Baik -


teman* Kurang Kurang Kurang

Sikap terhadap Baik Baik Baik -


guru* Kurang Kurang Kurang

Kemampuan khusus - - -
(bakat)
Tingkah laku Baik Baik Baik

g) Masa remaja: **Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-),
bulimia (-), perasaan depresi (+), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan
tidur (+), sering sakit kepala (-), dan lain-lain.
h) Riwayat pekerjaan
Usia mulai bekerja 23 tahun, hubungan dengan teman dilingkungan tempat
pasien bekerja cukup baik. Saat ini pasien tidak bekerja, karena menjadi ibu
rumah tangga.
i) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
- Hubungan seks sebelum menikah (-)
- Riwayat pelecehan seksual (-)
- Orientasi seksual (normal)
j) Situasi sosial saat ini:
- Tempat tinggal: rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-), dan lain-lain.
- Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-), dan lain-lain.
k) Ciri kepribadian sebelumnya/ gangguan kepribadian (untuk aksis II)
Keterangan : Beri tanda (+) atau (-)

Kepribadian Gambaran Klinis

Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan
hangat atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian
maupun kecaman (-), kurang teman (-), pemalu (-), sering
melamun (-), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan sendiri (-)
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan
berlebihan (-), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-),
tidak mau menerima kritik (-), meragukan kesetiaan orang lain
(-), secara intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang
prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan terhadap motif-
motif yang tersembunyi (-), cemburu patologik (-),
hipersensitifitas (-), keterbatasan kehidupan afektif (-)
Skizotipial Pikiran gaib (-), ideas of reference (-). Isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tak acuh (-)
Siklotimik Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas seksual
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan (-),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang
merugikan dirinya (-), melucu berlebihan (-), kurangnya
kebutuhan tidur (-), pesimis (-), putus asa (-), insomnia (-),
hipersomnia (-), kurang bersemangat (-) rasa rendah diri (-),
penurunan aktivitas (-), mudah merasa sedih dan menangis (-)
dan lain-lain
Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi
dirinya (-), mendambakan rangsangan aktivitas yang
menggairahkan (-), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang
sepele (-), egosentris (-), suka menuntut (-), dependen (-), dan
lain-lain
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, dan
kecantikan (-), ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian
dan pujian yang terus menerus (-) hubungan interpersonal
yang eksploitatif (-), merasa marah, malu, terhina, dan rendah
diri bila dikritik (-), dan lain-lain

Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-),
tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat
dari pengalaman (-), tidak peduli pada norma-norma,
peraturan dan kewajiban seseorang (-), tidak mampu
memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (-),
iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-),sering berbohong (-),
sangat cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal untuk perlaku yang membuat
pasien konfil dengan masyarakat (-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil
(-), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-),
gangguan identitas (-), afek yang tidak mantap (-), tidak tahan
untuk berada sendirian (-), tindakan mencederai diri sendiri(-),
rasa bosan kronik (-), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya
tidak mampu (-), tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain (-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali
merasa yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap
kritik dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari
aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung, atau
ditolak (-)
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati dan berlebihan (-),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan daftar,
urutan, organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian
yang berlebihan (-), kaku dan keras kepala (-), pengabdian
yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (-),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya melakukan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan
pada kebiasaan sosial (-), dan lain-lain
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal
dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya
apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan
tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)

3.1.7. Stressor Psikososial (Aksis IV)


Masalah lingkungan (diskriminasi sosial)
3.1.8. Pernah suicide (+)
3.1.9. Riwayatagama: pasien beragama islam, pandai mengaji dan rajin sholat
3.1.10. Riwayatpsikoseksual: tidakadagangguanorientasiseksual.
3.1.11. Riwayatpelanggaranhukum:
tidakpernahditangkapataupunterlibatmasalahhukum.
3.1.12. Persepsi dan HarapanKeluarga: keluarga pasien berharap pasien
sembuh
3.1.13. Persepsi dan HarapanPasien: pasien berharap sembuh.

GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Pasien
murung, tidak Pada 2016 pasien
Pasien
mau makan, kembali sering Saat ini,Pasien
rutin
sering murung, tidak mengamuk, ingin
kontrol
menghilang mau makan, membakar diri, dan
berobat
dari mengamuk, serta mengajak
ke poli
rumahpada mencoba bunuh keluarganya bunuh
jiwa
2010 diri diri

3.2. Status Internus


Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 73x/menit
Nafas : Teratur, frekuensi 16x/menit
Suhu : 36,70 C
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 55 kg
Bentuk Badan : Normal
Status Gizi : Gizi baik
Sistem respiratorik : Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri dan kanan simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing
(-)
Kardiovaskular : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1,S2 reguler, Murmur (-)
Abdomen : Inspeksi : distensi (-)
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Kelainan Khusus : ditemukan bekas luka di dada pasien.

3.3. Status Neurologikus


GCS : 15 (E4M6V5)
Tanda Rangsang Meningeal : kaku kuduk (-)
Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal
a) Tremor tangan : tidak ada
b) Akatisia : tidak ada
c) Bradikinesia : tidak ada
d) Cara berjalan : Normogait
e) Keseimbangan : tidak terganggu
f) Rigiditas : tidak ada
Motorik :
a) Tonus : eutonus
b) Turgor : baik
c) Kekuatan : 555 555
555 555
d) Koordinasi : baik
Sensorik : proprioseptif dan eksterioseptif normal
Refleks :
a) Refleks Fisiologis : ++/++
b) Refleks Patologis : -/-
3.4. Status Mental
3.4.1. Keadaan Umum
1. Kesadaran / sensorium: composmentis (+), somnolen (-), stupor (-), kesadaran
berkabut (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah (-), dan lain-lain.
2. Penampilan:
 Sikap tubuh: biasa (-), diam (+), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-),
gelisah (-), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-),
berpakaian sesuai gender (+)
 Cara berpakaian: rapi (-),biasa (+), tak menentu (-), sesuai dengan
situasi (-), kotor (-), kesan (dapat/tidak dapat mengurus diri)
 Kesehatan fisik: sehat (+), pucat (-), lemas (+), apatis (-), telapak
tangan basah (-), dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-)
3. Kontak psikis: Dapat dilakukan (+),tidak dapat dilakukan (-), wajar
(+),kurang wajar (-), sebentar (+), lama (-)
4. Sikap: kooperatif (-), penuh perhatian (-), berterus terang (-), menggoda (-),
bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha supaya disayang (-), selalu
menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif (+),
dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
 Cara berjalan: biasa (+),sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
 Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-),
rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea fleksibilitas (-),
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-),
otomatisme (-), otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi
psikomotor (-), hiperaktivitas/hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme (-),
akathisia (-), kompulsi (-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-)
 Agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-),
distonia (-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-),diskinesia (-),konvulsi (-),
seizure (-), piomanisa (-), vagabondage (-)
3.4.2. Verbalisasi dan cara berbicara
 Arus pembicaraan* : lambat
 Produktivitas pembicaraan* : sedikit
 Perbendaharaan* : biasa
 Nada pembicaraan* : menurun
 Volume pembicaraan* : menurun
 Isi pembicaraan* : sesuai
 Penekanan pada pembicaraan* : Tidak ada
 Spontanitas pembicaraan * : kurang spontan
 Logorrhea (-), poverty of speech (-), diprosodi (-), disatria (-), gagap(-),
afasia (-), bicara kacau (-)
3.4.3. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (tidak stabil), pengendalian (tidak adekuat), arus
emosi (lambat)
1. Afek
Afek appropriate/ serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek
tumpul (-), afek yang terbatas (+), afek datar (-), afek yang labil (-).
2. Mood
Mood eutimik (-), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood) (-),
mood meninggi (elevated mood/ hipertim) (-),euforia (-), ectasy (-),
mood depresi (hipotim) (+), anhedonia (-), dukacita (-), aleksitimia (-),
elasi (-), hipomania (-), mania(-), melankolia(-), La belle indifference (-
), tidak ada harapan (-).
3. Emosi lainnya
Ansietas (-), free floating anxiety(-),ketakutan (+), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panic (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-),
rasa malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (-), variasi
diurnal (-), penurunan libido (-), konstispasi (-), fatigue (-), pica (-),
pseudocyesis (-), bulimia (-).
3.4.4. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
Kecepatan proses pikir (lambat)
Mutu proses pikir (jelas)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental (+), psikosis (+), tes realitas (terganggu/tidak),
gangguan pikiran formal (-), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-),
dereisme (-), berpikir magis (-), proses berpikir primer (-)

2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran


Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas (-), tangensialitas (-),
inkohenrensia (-), perseverasi (-), verbigerasi (-), ekolalia (-),
kondensasi (-), jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi
(-), derailment (-), flight of ideas (-), clang association (-), blocking
(+), glossolalia (-).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
 Kemiskinan isi pikiran (+), Gagasan yang berlebihan (-)
 Delusi/ waham
Waham bizarre (-), waham tersistematisasi (-), waham yang sejalan
dengan mood (-), waham yang tidak sejalan dengan mood (-),
waham nihilistik (-), waham kemiskinan (-), waham somatik (-),
waham persekutorik (+), waham kebesaran (-), waham referensi (-),
though of withdrawal (-), though of broadcasting (-), though of
insertion (-), though of control (-), waham cemburu/ waham
ketidaksetiaan (-), waham menyalahkan diri sendiri (-), erotomania
(-), pseudologia fantastika (-), waham agama (-)
 Idea of reference (-)
 Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-),
kompulsi (-), koprolalia (-), hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia
(-), fobia (-), noesis (-), unio mystica (-).
3.4.5. Persepsi
 Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),
Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik
(-), halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik
(-), halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan dengan mood (-), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis (-), sinestesia (-),
halusinasi perintah (command halusination) (+), trailing
phenomenon (-).
 Ilusi (-)
 Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
3.4.6. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
3.4.7. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (tidak baik), orientasi tempat (baik), orientasi
personal (baik), orientasi situasi (baik).
2. Atensi (perhatian) (-),distractibilty (+), inatensi selektif (-),
hipervigilance (-), dan lain-lain.
3. Konsentrasi (terganggu), kalkulasi (terganggu)
4. Memori (daya ingat): gangguan memori jangka lama/ remote (-),
gangguan memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent (-), gangguan memori segera/
immediate (-), amnesia (-), konfabulasi (-), paramnesia (-).
5. Luas pengetahuan umum: baik
6. Pikiran konkrit: baik
7. Pikiran abstrak: baik
8. Kemunduran intelek: (tidak), retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia (-).
3.4.8. DI / DJ
Discriminative insight : derajat V
Discriminative Judgment : judgment tes baik, judgment sosial baik
3.5. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa Ny. A,usia 32 tahun, jenis kelamin perempuan, beragama
islam, sudah menikah, tidak bekerja. Saat ini pasien tampak tenang, namun pasien
masih mendengar bisikan-bisikan yang menyuruh pasien untuk bunuh diri, pasien
tampak tidak bersemangat dan tidak ada minat. Pasien sedikit bicara dan suranya
pelan.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan pasien dengan penampilan
biasa, sikap pasif, psikomotor biasa, verbalisasi lambat, kontak psikis dapat
dilakukan wajar dan sebentar, orientasi baik, afek appropriate, mood hipotim,
proses pikir koheren, isi pikir waham curiga, persepsi halusinasi auditorik ada,
discriminative insightV dan discriminative judgement tidak terganggu.
3.6 Formulasi Diagnosis
Berdasarkan anamnesa dan riwayat perjalanan penyakit serta pemeriksaan
pada pasien ini ditemukan adanya perubahan pola perilaku pasien yang secara
klinis bermakna dan hendaya (dissability) dan fungsi sosial. Dengan demikian
berdasarkan PPDGJ III dapat dsimpulkan pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Untuk memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara yang
baik untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai gejala yang bermakan,
jangka waktu, awitan, episode, dan perjalanan penyakit.
F0 gangguan mental organik, merupakan gangguan mental disebabkan oleh
penyakit primer di otak. Dari alloanamnsesi dan rekam medis pasien tidak
ditemukan adanya riwayat penyakit sesuai dengan karakteristik tersebut. Tidak
ada riwayat trauma kepala, kejang, atau penyakit berat lainnya, yang mungkin
menyebabkan disfungsi otak. Dengan demikan diagnosis F0 dapat disingkirkan.
Dari anamnsis didapatkan bahwa pasien tidak pernah mengkonsumsi zat
psikoaktif atau alkohol, oleh sebab itu, diagnosis gangguan mental dan perilaku
akibat zat psikoaktif (F1) dapat disingkirkan.
Dari sebab utama, keluhan utama, dan riwayat penyakit sekarang dapat
ditarik kesimpulan bahwa pada pasien ditemukan ide bunuh diri, halusinasi
auditorik dan halusinasi perintah untuk bunuh diri , perilaku kacau, waham
referensi, sehingga kriteria diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan. Pada
pemeriksaan status mentalis ditemukan gambaran yang afek yang menonjol, yaitu:
sikap pasif, arus bicara lambat, produktivitas pembicaran sedikit, nada dan volume
pembicaran menurun, afek terbatas dan serasi, mood hipotim. Berdasarkan
psikopatologi diatas dapat ditarik kesimpulan terdapat gangguan suasana perasaan
yaitu depresi, karena gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan
afektif sama-sama menonjol pada saat bersamaan, maka dapat ditegakkan
diagnosis pada pasien ini yaitu F25.1 gangguan skizoafektif tipe depresi.
3.7 Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F 25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresif
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : masalah lingkungan dengan tetangga
Aksis V :GAF 20-11
3.8 Diagnosis Banding Axis I
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
3.9 Daftar Masalah
a) Organobiologik : tidak ada
b) Psikologis : Pasien merasa sedih, murung, tidak
bersemangat. Pasien masih sering mendengar bisikian perintah untuk
bunuh diri dan pasien merasa tidak nyaman dengan kondisi ini, saat ini
pasien mengkhawatirkan keadaan anaknya dirumah yang masih berumur
3 tahun.
c) Lingkungan dan psikososial : pasien merasa dirinya sering
dibicarakan oleh tetangga tetanggan kondisi gangguan jiwanya sekrang,
sehingga pasien merasa sedih.
3.10 Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
Risperidon 2 mg 2x1 tablet po
Haloperidol 5mg 2x1 tablet po
Fluoxetin 20 mg 1x1 tablet po (pagi)
Lorazepam 2mg 1x1 tablet po (malam)
b) Psikoterapi
1. Kepada pasien
 Psikoterapi supportif
Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien, mengidentifikasi
faktor pencetus dan memecahkan masalah secara terarah.
2. Kepada keluarga
 Psikoedukasi pada keluarga mengenai penyakit yang diderita
pasien
 Dukungan sosial dan perhatian keluarga terhadap pasien
 Terapi kepatuhan minum obat pada pasien
3.11 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanctionam : dubia ad malam
BAB IV

DISKUSI

Seorang wanita usia 32 tahun dengan diagnosa skizoafektif tipe depresi


karena ditemukan gejala definitif skizofrenia sama-sama menonjol dengan
gangguan afektif pada saat bersamaan. Berdasarkan penelitian gangguan depresi
dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki karena terdapat keterlibtan
perbedaan hormonal, efek kelahiran, perbedaan stresor psikososial bagi wanita
dan laki-laki, dan model prilaku tentang keputuasaan. Oleh karena itu wanita
termasuk makhluk yang rentan mengalami depresi.
Pada pasien ini episode depresi pertama kali disebabkan oleh masalah
percintaan. pasien sudah berpacaran lama dengan seorang laki-laki, pasien sangat
mencintainya, tetapi karena keluarga pihak laki-laki tidak menyetujui hubungan
ini, mereka pisah dan pasien merasa putus asa hingga timbul depresi.Beberapa
ahli sangat mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memainkan peranan primer
atau utama dalam onset episode depresi. Menurut penelitian stresor lingkungan
yang paling berhubungan dengan onset episode depresi adalah kehilangan
sesorang yang dicintai, dalam kasus ini pasien ditinggal oleh kekasihnya.
Stress yang menyertai episode depresi menyebabkan perubahan biologis otak
yang bertahan lama. Perubahan tersebut menyebabkan perubahan keadaan
fungsional neurotransmitter, hilang jumlah neuron, penurunan besar dalam kontak
sinaptik. Hasilnya akhir dari perubahan tersebut menyebabkan seseorang berada
pada risiko lebih tinggu untuk menderita episode gangguan mood berikutnya,
bahkan tanpa adanya stressor eksternal. Pada pasien terdepat kerentana untuk
terjadi episode ulang depresi, apalagi ditambah dengan adanya masalah
lingkungan sosial yaitu tetangga pasien sering membicarakan kondisi gangguan
jiwanya, sehingga pasien merasa sedih dan murung.
E. Bibring memandang depresi memandang sebagai keadaan afektif primer
yang tidak dapat melakukan apa-apa terhadap agresi yang diarahkan kedirinya.
Depresi juga berasalah dari ketegangan didalam ego antara aspirasi dan kenyataan
seseorang. Jika pasien depresi menyadari tidak hidup dengan idealnya, sebagai
akibatnya pasien merasa putus asa dan tidak berdaya. Intinya depresi dapat
disimpulkan sebagai keruntuhan partial atau lengkap harga diri dalam ego.
Risperidon merupakan antipsikosis atipikal generasi kedua dan juga
merupakan mood stabilizer. Risperidone bekerja dengan ; 1. menghambat
reseptor dopamin 2, mengurangi gejala positif psikosis dan stabilisasi gejala
afektif; 3. menghambat reseptor serotonin 2A, menyebabkan peningkatan
pelapasan dopamin di regio sentral otak sehingga mengurangi efek samping
motorik dan meningkatkan kognitif. Dosis yang biasa diberikan 2-8 mg/hari.
Lorazepam merupakan golongan benzodiazepin. Merlopam bekerja dengan; 1.
berikatan dengan reseptor benzodiazepin pada ligan GABA-A yng merupakan
gerbang kompleks saluran klorida; 2. meningkatkan efek inhibitor GABA;3.
menghambat aktivitas neuronal di amigdala yang bermanfaat untuk gangguan
anxietas. Dosis yang biasa diberikan adalah 2-3 mg/hari. Fluoxetin merupakan
obat antidepresan golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor. SSRI
memiliki aktivitas spesifik di dalam inhibisi ambilan kembali serotonin tanpa efek
pada ambilan kembali norepinefrin dan dopamin. Inhibisi ambilan kembali ini
meningkatkan konsentrasi serotonin sinaps sehingga diharapkan dapat
memperbaiki suasana hati, pola tidur, dan menghilangkan geja depresi.
Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada
pasien ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini
adalah psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Psikoterapi suportif bertujuan untuk
memberikan perhatian, dukungan, dan rasa optimis kepada pasien untuk
menghadapi masalahnya. Memberikan penjelasan bahwa masalah yang dialami
pasien juga pernah dialami oleh orang lain namun dapat dilalui tanpa
menimbulkan masalah baru. Pada psikoedukasi pasien diberikan edukasi untuk
teratur minum obat, mengetahui penyakitnya dan apa saja tanda dan gejala
penyakitnya, menjelaskan kemungkinan terjadinya terjadi kekambuhan, dan bisa
mengendalikan emosi agar bisa keluar dari rumah sakit dan menjalani rawat jalan.
Selain itu edukasi juga diberikan kepada keluarga mengenai penyakit yang
diderita oleh pasien, mengidentifikasi apa saja hal-hal yang mungkin dapat
menjadi pencetus penyakit pasien, dan mengajarkan kepada keluarga pasien untuk
selalu mendukung, memberi semangat kepada pasien agar cepat sembuh, dan rutin
mengingatkan pasien untuk minum obat dan kontrol teratur.
Wawancara Psikiatri ( Autoanamnesis)

Pertanyaan Jawaban Interpretasi


Selamat sore bu, kami Ayu bu Koheren
dokter muda Ditya dan
Firman, namo ibu sia?
oh bu Ayu, bara umua ibu 32 tahun.
kini?
apo yang taraso kini ko bu? ndak ado
muko ibu bantuaknyo bunuah se ayu
cameh, apo yang tapikia?
baa tu bu? Ndak buliah (pasien tidak menjawab) Blocking
bantuak itu do.
Baa itu yang tapikia dek
ibu?
bu ayu, disiko indak ado iyo ado suaro Halusinasi audiotorik
yang nio mambunuah ibu.
suaro apo bu? Suaro yang Iyo
manyuruah bunuh diri?
bu ayu, indak ado suaro tu (hening) Blocking
do. Suaro tu hanya dikapalo
ibu, kalau ado suaro tu
pasti kami mandanga juo.
usahoan dilawan suaro tu suaro palsu……
yo bu. Di usir suaro-suaro iyo tu bu, suaro palsu.
tu
apo emangnyo yang mati se lah kau
dikecekan suaro tu?
ibu alah pernah dirawat Alah
sebelumnyo?
dek a tu bu? dek iko juo
ibu tau ibu sakik? Tau Dicriminative Insight V
sakik apo tu bu? sakik jiwa
alah bara kali ibu dirawat alah 2 kali
disiko?
dima se ibu dirawat? disiko sakali di gaduik
sakali.
tahun bara tu bu? Tahun patang
Ibu lai bisa lalok? Lai
jam bara ibu lalok? Jam jam 9, jago jam 8
bara jago?
lai ado ndak tajago-jago Ndak
malam?
kini ko ndak nio lalok ibu Nio
do?
cubo lah lalok (pasien berbaring di tempat
tidur)
Wawancara Alloanamnesis (Dengan bapak kandung pasien)

Pertanyaan Jawaban Interpretasi


sore pak, kami dokter muda pak Darmilus
jiwa firman dan ditya. sia
namo bapak?
sia yang sakik pak? anak ambo, ayu.
oh kami tanyo mengenai yo nak
sakik anak apak saketek yo?
dek a ayu dibaok pak? ayu mangamuak tadi jam 9-
11.
baa mangamuaknyo pak? yo inyo malempar barang, Prilaku kacau
nio mambaka diri, nio
bunuah diri, diajaknyo kami
untuak bunuah diri.
lah sajak bilo mangamuak Nyo sakik sajak gadih gara-
ko pak? Bisa apak caritoan gara putuih samo pacarnyo,
awalnyo ndak disetujui dek keluarga
pacarnyo dek sasuku.
Samanjak tu nyo ndak ado
masuak karajo lai, bahkan
pernah kabur dari rumah.
Ayu mengamuk di
rumahnyo sajak jam 9, nyo
lempar barang di
sekitarnyo, nyo nio
membakar dirinyo.Ayu
ngecekan inyo ingin bunuh
diri dan juga mengajak
kedua orang tuanyo untuk
bunuh diri setelah
sebelumnya mendanga ado
bisikan.
acok ayu ko sedih-sedih ndak lo doh. Kalua bangkik Kehilangan semangat
atau muruang Nampak dek sakiknyo baru muruangnyo.
apak? Kalua sadang indak bangkik
mode biaso se nyo.
ado ndak ayu mangecekan yo ado
ado yang mambisiakan inyo
untuak bunuh diri
pernah ndak inyo sampai iyo ado. Nyo pernah Percobaan bunuh diri
mancubo bunuah diri iyo maantuakan kapalonyo
bana pak? samo mamacahan galeh, tu
digores ka badannyo.
tau apak apo sebabnyo? ndak tau do, tibo-tibo sajo
lai ndak karna masalah jo ndak. Jo suami pernah Mengarah seperti waham
keluarga, suami, atau cekcok saketek, tapi ndak referensi
tetangga? sampai inyo mangamuak
do. Tapi kalau jo tetangga
nyo acok merasa tetangga
ko mangecekan inyo
lai apak tanyo langsuang ka alah, ndak ado do. Lah apak
tetangga tu iyo ndak kecekan ndak picayo ayu tu
kecurigaan ayu tu? do.
sebelumnyo pernah ayu pernah agak 4 kali dalam
mode ko pak? seminggu ko.
pernah dirawat pernah, sakali di M. Djamil,
sebelumnyo? sakali di gaduik
makan ubeknyo lai teratur lai bu, amanyo yang
pak? mancaliakkan ayu makan
ubek
lai kontrol teratur? lai bu, kontrol setiap bulan.
nah, setelah pulang dari ado, tapi sekali-sekali nyo
dirawat tu pak, baa kondisi bu.
bu ayu? Baliak ka biaso
atau ado muruang, diam-
diam se?
makan baa pak? Lai makan kalau sedang
namuah? kambuh sakiknyo, ndak
namuah do. Tapi kalau lah
diagiah ubek, banyak
makannyo tu
kalau lalok baa pak? lai mode biaso nyo bu.
lai ndak acok tajago-jago? lai ndak bu.
yo lah pak, makasih banyak samo-samo bu.
pak
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2003
2. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket
Handbook of Psychiatric Drug Treatment
3. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III
dan DSM-5. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta;
2013
4. Kaplan HI,Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II. Binarupa
Aksara. Tangerang: 2010. 33-46
5. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kesehatan
Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta
6. Melissa Conrad Stöppler. 2013. Schizoaffective disorder.
http://www.medicinenet.com. Diakses: 14 Mei 2017

Anda mungkin juga menyukai