Crs - Aryf Nindya Yola - GGN Cemas Menyeluruh
Crs - Aryf Nindya Yola - GGN Cemas Menyeluruh
NASKAH PSIKIATRI
F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSJ PROF. HB. SAANIN
PADANG
2017
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan
Daftar Isi
Daftar Pustaka …
Lampiran
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian
ancaman.. Hal yang lebih kompleks pada gangguan kecemasan umum yang
disertai oleh berbagai gejala somatik, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam
fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien.1
1.2 Epidemiologi
pada wanita > 40 tahun sekitar 10% dengan rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar
2:1. Onset penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan hingga dewasa akhir,
dengan insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45 tahun. Ganggaun kecemasan umum
manjadi gangguan kecemasan yang paling sering ditemukan pada usia tua.1,2
memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan cemas, dan angka prevalensi sebesar
17,7% dalam satu tahun. Perkiraan yang diterima untuk prevalensi gangguan cemasan
umum dalam satu tahun adalah dari 3-8%. Gangguan cemas menyeluruh kemungkinan
merupakan gangguan yang paling sering ditemukan dengan gangguan mental penyerta,
biasanya gangguan cemas atau gangguan mood lainnya. Kemungkinan 50% dengan
1
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
1.3 Etiopatogenesis
derajat kecemasan tertentu adalah normal dan adaptif, membedakan kecemasan normal
dari kecemasan patologis dan sulit untuk membedakan faktor penyebab biologis dari
pasien dengan gangguan kecemasan umum, beberapa penelitian telah dipusatkan pada
otak lain yang telah dihipotesiskan terlibat di dalam gangguan kecemasan umum adalah
2
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
melaporkan suatu penurunan kecepatan metabolik di ganglia basalis dan substansia alba
Penelitian juga menemukan bahwa hubungan genetika mungkin terjadi antara gangguan
kecemasan umum dan gangguan depresif berat pada waniia. Kemungkinan 25%
saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan kecemasan umum juga terkena
alkohol. Beberapa laporan penelitian pada anak kembar menyatakan 50% pada kembar
monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik. Penelitian EEG tidur telah melaporkan
peningkatan diskontinuitas tidur, penurunan tidur delta, penurunan tidur stadium I, dan
perkembangan gangguan kecemasan umum adalah bidang kognitif perilaku dan bidang
gangguan kecemasan umum berespons secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap
bahaya yang dihadapi yang disebabkan oleh gangguan pada selektifitas terhadap
perincian negatif di dalam lingkungan, oleh distorsi pemrosesan informasi, dan oleh
konflik bawah sadar yang tidak terpecahkan. Suatu hierarki kecemasan berhubungan
dengan berbagai tingkat perkembangan. Pada tingkat yang paling primitif, kecemasan
mungkin berhubungan dengan ketakutan akan penghancuran atau fusi dengan orang
lain. Pada tingkat perkembangan yang lebih matur, kecemasan berhubungan dengan
perpisahan dari objek yang dicintai. Pada tingkat yang lebih matur lagi, kecemasan
3
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
berhubungan dengan hilangnya cinta dari objek yang penting. Kecemasan kastrasi
berhubungan dengan fase oedipal (usia 3-5 tahun) dari perkembangan dan dianggap
merupakan satu tingkat tertinggi dari kecemasan. Kecemasan superego yaitu ketakutan
dalam mengecewakan gagasan dan nilai sendiri (didapatkan dari orangtua yang dii
1.4 Patofisiologi
modulasi pada sistem saraf pusat. Manifestasi klinik dan emosional dari disregulasi ini
adalah hasil dari simpatik yang meningkat dengan berbagai tingkat. Beberapa sistem
noradrenergik terlibat. Sistem ini mengatur dan diatur oleh jalur lain dan sirkuit
neuronal di berbagai daerah otak, termasuk lokus caeruleus dan struktur limbik, yang
mengakibatkan disregulasi fisiologis gairah dan pengalaman emosional dari gairah ini.7
benzodiazepin. Ada juga minat dalam peran regulasi kortikosteroid dan hubungannya
menurunkan aktivitas jalur saraf tertentu, yang tidak hanya mempengaruhi perilaku di
bawah tekanan tetapi juga pemrosesan stimuli otak yang merangsang rasa takut.7
mungkin terjadi, stres lingkungan jelas berperan dalam berbagai tingkat. Semua
gangguan dipengaruhi oleh eksternal dan bagaimana prosesnya diproses dan diaktivasi.7
4
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
umumnya lebih sensitif terhadap perubahan fisiologis dari pada orang biasa, dan
penderita gangguan panik bahkan lebih sensitif lagi daripada pasien gangguan cemas
antara pasien cemas dan tidak berdaya dapat dibandingkan. Sensitivitas yang meningkat
ini menyebabkan fleksibilitas otonom berkurang, yang mungkin merupakan akibat dari
pemrosesan informasi sentral yang salah pada orang-orang yang rentan terhadap
kegelisahan.8
ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-
was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal hal yang
sepele dan tidak utama yang mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek
Selain itu spesifik untuk Gangguan Kecemasan Menyeluruh adalah perasaan cemas
terjadi kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat di bawah ini5
- Ketegangan motorik
Otot tegang/kaku/pegal
5
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
- Hiperaktivitas otonomik
Jantung berdebar-debar
Mulut kering
Sukar tidur
Mudah tersinggung
Terdapat dua faktor yang paling berpengaruh pada tekanan darah, yaitu curah jantung
kortisol kedalam sirkulasi darah. Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan
6
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
tekanan darah dan sebagai pusat dari system saraf otonom. Sistem ini terbagi atas
tekanan darah, sedanngkan pada anxietas yang sangat berat dapat terjadi reaksi yang
dan frekuensi denyut jantung. Pada kecemasan yang kronis, kadar adrenalin terus
meninggi, sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan
terlihat tekanan darah meninggi. Pada gangguan cemas menyeluruh yang terutama
berperan adalah neurotransmiter serotonin. Pada saat ini telah diidentifikasi tiga
reseptor serotonin, yaitu: 5-HT1, 5-HT2 dan 5-HT3. Menurut Kabo, reseptor 5-HT1
bersifat sebagai inhibitor, sedangkan reseptor 5-HT2 dan reseptor 5-HT3 bersifat
sebagai eksitator. Menurut Gothert, aktivasi reseptor 5-HT1 akan akan mengurangi
4
kecemasan sedangkan aktivasi reseptor 5-HT2 akan meningkatkan tekanan darah.
1.6 Diagnosis
1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
1. Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut ini
a) Kegelisahan
7
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
d) Iritabilita
e) Ketegangan otot
f) Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan
tidak memuaskan)
serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi
umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif
kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti gangguan
atau menderita penyakit serius (seperti pada hipokondriasis) serta kecemasan dan
bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau
6. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
8
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dan
sebagainya).
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif, gangguan
9
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes
stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alkohol, hipnotik-sedatif dan
anxiolitik.3
10
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
gangguan panik harus dapat dibedakan dengan kelainan yang terjadi pada gangguan
anxietas menyeluruh. Selain itu, gangguan cemas menyeluruh juga dapat didiagnosis
a) Fobia
c) Hipokondriasis
11
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
1.8 Tatalaksana
a. Psikofarmaka
1. Benzodiazepin
dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Penggunaan sediaan
dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek
yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan
2. Buspiron
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam
benzodiazepin tidak akan memberikan respons yang baik dengan buspiron. Dapat
dilakukan tapering benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi buspiron
12
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang lebih baik daripada fluoksetin.
Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat. SSRI efektif terutama pada
b. Psikoterapi
1. Terapi kognitif-perilaku
kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung. Teknik
biofeedback.3
2. Terapi Suportif
dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar,
menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman akan
pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.3
1.9 Prognosis
cemas sejak lama. Pasien biasanya mendapatkan perhatian dari klinisi pada umur 20-an,
meskipun kunjungan pertamanya ke dokter dapat pada usia berapapun. Hanya satu dari
tiga pasien yang memiliki gangguan cemas menyeluruh datang mencari terapi psikiatri.
13
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Kebanyakan akan datang ke dokter umum, internis, kardiologis, spesialis paru atau
gastroenterologis.2
14
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
BAB II
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
MR : 031884
Umur : 62 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Padang, 10 Oktober 1955
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SMP
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Jalan Gadung, RT 02, RW 04, KPIK, Lubuk minturun
3.1.2 Keterangan Diri Allo/ Informan
Nama : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan : Tamat SMA
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Jalan Gadung, RT 02, RW 04, KPIK, Lubuk minturun
Hubungan dengan pasien : Suami
Keakraban dengan pasien : Akrab
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 12 Oktober 2017 di Poliklinik
Dewasa RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
2. Alloanamnesis dengan :
15
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
16
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Paien rutin kontrol ke Poli RSJ Prof HB Saanin sejak 10 tahun terakhir 1 x
sebulan, sebelumnya pasien berobat ke praktek dokter spesialis kejiwaan. Obat yang
dikonsumsi pasien adalah benzodiazepin, fluoxetin dan amlodipin.
3.1.3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien merasa cemas sejak 24 tahun yang lalu. Awal kejadiannya pasien pergi ke
takziah tetangganya yang meninggal, kemudian sesampai disana tiba-tiba pasien
merasa cemas dan berteriak teriak, berkeringat, sesak nafas dan sampai tidak
sadarkan diri. Kemudian pasien di bawa ke RS Yos Soedarso dan dirawat selama 10
hari dan dikonsulkan ke psikiater. Pasien tidak mengetahui apa penyebab hal
tersebut terjadi padanya dan sejak kejadian itu, pasien sering merasa cemas tanpa
sebab dan selalu berobat ke dokter psikiatri. Pasien rutin minum obat dan tidak
pernah lagi dirawat di RS akibat cemas tersebut.
b. Riwayat Gangguan Medis
- Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 6 tahun yang lalu dan rutin kontrol
ke dokter.
- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis, bedah, trauma yang memerlukan
perawatan, trauma kepala, penyakit neurologis, tumor, kejang, gangguan
kesadaran, maupun HIV.
c. Riwayat Penggunaan Napza
Pasien tidak memilik riwayat penggunaan napza dan minuman alcohol
17
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Skema Pedegree
18
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
f. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap Kualitas hubungan
dan tingkah laku
1. Suami Baik Akrab
Kemampuan khusus - - -
(bakat)
Tingkah laku Baik Baik -
g) Masa remaja: **Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-), peminum
minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-),
perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur (-), sering sakit
kepala (-), dan lain-lain.
20
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
h) Riwayat pekerjaan
Pasien seorang ibu rumah tangga
i) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
- Haid pertama (+) Usia haid pertama 12 tahun, Persepsi biasa
- Hubungan seks sebelum menikah (-)
- Riwayat pelecehan seksual (-)
- Orientasi seksual (normal)
- Keterangan Pribadi Suami
Nama : Tn. Y
Umur : 65 Tahun
Kebangsaaan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Status social/eko : Baik
- Perkawinan didahului dengan pacaran (+), kawin terpaksa(-), perkawinan
kurang disetujui orang tua (-), Kawin lari (-), sekarang ini perkawinan yang
pertama kali. Kepuasan dalam hbungan suami istri : sering, seseali, tidak
pernah, kelainan hubungan seksual (-)
- Kehidupan rumah tangga : rukun (+), masalah rumah tangga (-)
- Keuangan :Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (+), pengeluaran dan
pendapatan seimbang (-), dapat menabung (-)
- Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama (+), istri saja (-), suami saja(-)
j) Situasi sosial saat ini:
- Tempat tinggal: rumah sendiri (+), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di asrama (-
), dan lain-lain.
- Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-), dan lain-lain.
21
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan
hangat atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian
maupun kecaman (-), kurang teman (-), pemalu (+), sering
melamun (-), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan sendiri (-)
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan
berlebihan (-), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-),
tidak mau menerima kritik (-), meragukan kesetiaan orang lain
(-), secara intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang
prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan terhadap motif-
motif yang tersembunyi (-), cemburu patologik (-),
hipersensitifitas (-), keterbatasan kehidupan afektif (-)
Skizotipial Pikiran gaib (-), ideas of reference (-). Isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tak acuh (-)
Siklotimik Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas seksual
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan (-),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang
merugikan dirinya (-), melucu berlebihan (-), kurangnya
kebutuhan tidur (-), pesimis (-), putus asa (-), insomnia (-),
hipersomnia (-), kurang bersemangat (-) rasa rendah diri (-),
penurunan aktivitas (-), mudah merasa sedih dan menangis (-)
dan lain-lain
Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi
dirinya (-), mendambakan rangsangan aktivitas yang
menggairahkan (-), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang
sepele (-), egosentris (-), suka menuntut (-), dependen (-), dan
lain-lain
22
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-),
tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat
dari pengalaman (-), tidak peduli pada norma-norma,
peraturan dan kewajiban seseorang (-), tidak mampu
memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (-),
iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-),sering berbohong (-),
sangat cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal untuk perlaku yang membuat
pasien konfil dengan masyarakat (-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil
(-), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-),
gangguan identitas (-), afek yang tidak mantap (-), tidak tahan
untuk berada sendirian (-), tindakan mencederai diri sendiri(-),
rasa bosan kronik (-), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya
tidak mampu (-), tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain (-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali
merasa yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap
kritik dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari
aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung, atau
ditolak (-)
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati dan berlebihan (-),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan daftar,
urutan, organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian
yang berlebihan (-), kaku dan keras kepala (-), pengabdian
yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (-),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya melakukan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan
pada kebiasaan sosial (-), dan lain-lain
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal
dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya
apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan
tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)
23
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
24
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
26
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-), otomatisme (-),
otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi psikomotor (-),
hiperaktivitas/hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme (-), akathisia (-),
kompulsi (-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-)
Agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-), distonia
(-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-),diskinesia (-),konvulsi (-), seizure (-),
piomanisa (-), vagabondage (-)
3.4.2. Verbalisasi dan cara berbicara
Arus pembicaraan* : biasa
Produktivitas pembicaraan* : biasa
Perbendaharaan* : biasa
Nada pembicaraan* : biasa
Volume pembicaraan* : biasa
Isi pembicaraan* : sesuai
Penekanan pada pembicaraan* : tidak ada
Spontanitas pembicaraan * : spontan
Logorrhea (- ), poverty of speech (-), diprosodi (-), disatria (-), gagap(-),
afasia (-), bicara kacau (-)
3.4.3. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil), pengendalian (adekuat), arus emosi (biasa)
1. Afek
Afek appropriate/ serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek tumpul
(-), afek yang terbatas (-), afek datar (-), afek yang labil (-).
2. Mood
Mood eutimik (+), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood) (-), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), euforia (-), ectasy (-), mood depresi
(hipotim) (-), anhedonia (-), dukacita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania
(-), mania(-), melankolia(-), La belle indifference (-), tidak ada harapan (-).
3. Emosi lainnya
Ansietas (+), free floating anxiety (+), ketakutan (-), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panic (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa
malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).
27
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
28
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
3.4.5. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),
Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik (-),
halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-),
halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan dengan mood (-), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis (-), sinestesia (-), halusinasi
perintah (command halusination), trailing phenomenon (-).
Ilusi (-)
Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
3.4.6. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
3.4.7. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik), orientasi tempat (baik), orientasi personal (baik),
orientasi situasi (baik).
2. Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif (-), hipervigilance
(-), dan lain-lain.
3. Konsentrasi (baik), kalkulasi (baik)
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-), gangguan
memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori jangka pendek/
baru saja/ recent (-), gangguan memori segera/ immediate (-), amnesia (-),
konfabulasi (-), paramnesia (-).
5. Luas pengetahuan umum: baik
6. Pikiran konkrit: baik
7. Pikiran abstrak: baik
8. Kemunduran intelek: (tidak), retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia (-).
3.4.8. DI / DJ
Discriminative insight : derajat IV
Discriminative Judgment : judgment tes baik, judgment sosial baik
29
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
30
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
2. Kepada keluarga
Psikoedukasi pada keluarga mengenai penyakit yang diderita
pasien
Dukungan sosial dan perhatian keluarga terhadap pasien
Terapi kepatuhan minum obat pada pasien
3.10. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanctionam : dubia at bonam
31
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
BAB III
ANALISIS KASUS
penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola perilaku dan
perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability) dalam fungsi sosial.
Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami suatu gangguan jiwa. Pada pasien ini ditemukan gejala klinis yang
mengarah pada gangguan cemas menyeluruh. Pada pasien saat ini ditemukan
dengan pasien yang gelisah hampir setiap hari. Tanda overaktivitas otonomik ditandai
dari keluhan pasien yaitu nyeri ulu hati, keringat dingin pada kaki dan tangan, jantung
berdebar-debar, nyeri kepala dan nyeri seluruh badan. Pasien mengaku pertama kali
merasa cemas sejak 24 tahun yang lalu. Ini memenuhi kriteria diagnosis untuk
Paroksismal Episodik) (F41.0), dan Gangguan campuran anxietas dan depresi (F41.2).
Pada kasus ini, gangguan panik dipikirkan menjadi diagnosis banding karena terdapat
beberapa gejala serangan panik pada pasien ini, seperti berdebar-debar, berkeringat,
nyeri kepala dan sesak nafas yang mencapai puncaknya dalam 10 menit. Namun tidak
memenuhi kriteria diagnosis panik yaitu : terdapatnya keadaan relatif bebas dari gejala-
gejala anxietas pada periode di antara serangan-serangan panik, karena pada pasien ini
merasa cemas hampir setiap harinya. Pada kasus ini gangguan campuran anxietas dan
depresi dipikirkan menjadi diagnosis banding karena terdapat beberapa gejala depresi
32
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
seperti mudah menangis, sulit berkonsentrasi dan jarang berinteraksi keluar rumah,
namun tidak memenuhi kriteria diagnosis episode depresi yang meliputi gejala mayor
Tidak terdapat gangguan kepribadian yang khas pada pasien. Axis II untuk pasien
saat ini tidak ada diagnosis. Pada pasien ini ditemukan gangguan kondisi medis umum
yaitu hipertensi esensial sehingga aksis III pada pasien ini adalah hipertensi esensial.
Pada pasien ini tidak didapatkan masalah utama yang menyebabkan perubahan perilaku
pada pasien sehingga pada aksis IV, diagnosisnya adalah tidak ada diagnosis.
Pada aksis V, pasien memiliki gejala sedang dan disabilitas sedang, sehingga
berdasarkan penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale) saat ini pasien
berada pada nilai 60-51, yakni beberapa gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
sebagai terapi karena memiliki waktu paruh yang panjang sehingga meminimalkan
gejala putus obat serta daya kerja obatnya yang kurang berpengaruh terhadap
“psychomotor performance” untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktif.
efek samping yang sangat minimal. Namun, efeknya baru muncul dalam waktu 2- 6
minggu karena itulah diberikan juga Clobazam yang mempunyai efek lebih cepat.
Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada pasien ini.
Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah
psikoterapi suportif. Dalam psikoterapi suportif diperlukan perilaku yang hangat, ramah
namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima dan
dilindungi.
33
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
DAFTAR PUSTAKA
34