Anda di halaman 1dari 36

Case Report Session F41.

1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Case Report Session

NASKAH PSIKIATRI
F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Nama Dokter Muda : Aryf Kurniawan P. 2235 A


Nindya Farhanah P. 2219 A
Yola Avisha P. 2241 A

Nama Perseptor : dr. Silvia Erfan, SpKJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSJ PROF. HB. SAANIN
PADANG
2017
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

DAFTAR ISI

Halaman
Sampul Depan
Daftar Isi

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA


1.1 Pengertian 1
1.2 Epidemiologi 1
1.3 Etiopatogenesis 2
1.3.1 Faktor Biologis 2
1.3.2 Faktor Psikososial 3
1.4 Patofisiologi 4
1.5 Gambaran Klinis 5
1.6 Diagnosis 7
1.7 Diagnosis Banding 10
1.8 Terapi 12

BAB 2. LAPORAN KASUS


2.1 Identitas Pasien …
2.2 Keterangan Diri Allo/Informan …
2.3 Anamnesis …
2.3.1 Keluhan Utama …
2.3.2 Riwayat Penyakit Sekarang …
2.3.3 Riwayat Penyakit Dahulu …
2.3.4 Riwayat Kehidupan Pribadi …
2.3.5 Riwayat Keluarga …
2.4 Pemeriksaan Fisik dan Mental
2.4.1 Status Internus …
2.4.2 Status Neurologikus …
2.4.3 Status Mental
2.5 Diagnosis Multiaksial …
2.6 Diagnosis Banding Multiaksial I …
2.7 Daftar Masalah …
2.8 Tatalaksana …
2.9 Prognosis

BAB 3. DISKUSI / ANALISIS KASUS …

Daftar Pustaka …
Lampiran
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian

Kecemasan merupakan suatu signal yang menyadarkan untuk memperingatkan

adanya bahaya yang mengancam sehingga memungkinkan seseorang untuk mengatasi

ancaman.. Hal yang lebih kompleks pada gangguan kecemasan umum yang

didefinisikan dalam DSM-IV sebagai kekhawatiran yang berlebihan dan meresap,

disertai oleh berbagai gejala somatik, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam

fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien.1

1.2 Epidemiologi

Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8%, dengan prevalensi

pada wanita > 40 tahun sekitar 10% dengan rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar

2:1. Onset penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan hingga dewasa akhir,

dengan insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45 tahun. Ganggaun kecemasan umum

manjadi gangguan kecemasan yang paling sering ditemukan pada usia tua.1,2

National Comorbidity Study melaporkan bahwa satu diantara empat orang,

memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan cemas, dan angka prevalensi sebesar

17,7% dalam satu tahun. Perkiraan yang diterima untuk prevalensi gangguan cemasan

umum dalam satu tahun adalah dari 3-8%. Gangguan cemas menyeluruh kemungkinan

merupakan gangguan yang paling sering ditemukan dengan gangguan mental penyerta,

biasanya gangguan cemas atau gangguan mood lainnya. Kemungkinan 50% dengan

gangguan cemas menyeluruh memiliki gangguan mental lainnya.3

1
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

1.3 Etiopatogenesis

Seperti pada sebagian besar gangguan mental, penyebab gangguan kecemasan

umum tidak diketahui. Seperti yang sekarang didefinisikan, gangguan kecemasan

umum kemungkinan mempengaruhi kelompok pasien heterogen. Kemungkinan karena

derajat kecemasan tertentu adalah normal dan adaptif, membedakan kecemasan normal

dari kecemasan patologis dan sulit untuk membedakan faktor penyebab biologis dari

faktor psikososial. Faktor biologis dan psikologis kemungkinan bekerja sama.1

1.3.1 Faktor Biologis

Benzodiazepine (yang merupakan agonis reseptor benzodiazepin) diketahui

menurunkan kecemasan sedangkan flumazenil (Mazicon) (suatu antagonis reseptor

benzodiazepin) dan beta-car boline (agonis yang berkebalikan dari reseptor

benzodiazepin) diketahui menginduksi kecemasan. Walaupun tidak ada data yang

meyakinkan yang menyatakan bahwa reseptor benzodiazepin adalah abnormal pada

pasien dengan gangguan kecemasan umum, beberapa penelitian telah dipusatkan pada

lobus oksipitalis, yang memiliki konsentrasi benzodiazepine tertinggi di otak. Daerah

otak lain yang telah dihipotesiskan terlibat di dalam gangguan kecemasan umum adalah

ganglia basalis, sistem limbik, dan korteks frontalis.1

Beberapa kelompok penelitian memusatkan pada hipotesis bahwa juga terdapat

abnormalitas pada regulasi sistem serotonergik pada gangguan kecemasan umum.

Sistem neurotransmitter lainnya yang merupakan sasaran penelitian pada gangguan

kecemasan umum adalah sistem neurotransmiter norepinefrin, glutamat, dan

kolesistokinin. Beberapa bukti menyatakan bahwa pasien dengan gangguan kecemasan

umum mungkin memiliki subsensitivitas pada reseptor adrenergic-alfa2, yang dapat

dilihat dari pelepasan hormon pertumbuhan setelah infus clonidine (Catapres).1

2
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Penelitian tomografi emisi positron (PET; positron emission tomography)

melaporkan suatu penurunan kecepatan metabolik di ganglia basalis dan substansia alba

pada pasien gangguan kecemasan umum dibandingkan dengan keadaan normal.

Penelitian juga menemukan bahwa hubungan genetika mungkin terjadi antara gangguan

kecemasan umum dan gangguan depresif berat pada waniia. Kemungkinan 25%

saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan kecemasan umum juga terkena

gangguan. Saudara laki-laki lebih sering menderita suatu gangguan penggunaan

alkohol. Beberapa laporan penelitian pada anak kembar menyatakan 50% pada kembar

monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik. Penelitian EEG tidur telah melaporkan

peningkatan diskontinuitas tidur, penurunan tidur delta, penurunan tidur stadium I, dan

penurunan tidur REM (rapid eye movement).1

1.3.2 Faktor Psikososial

Dua bidang pikiran utama tentang faktor psikososial yang menyebabkan

perkembangan gangguan kecemasan umum adalah bidang kognitif perilaku dan bidang

psikoanalitik. Hipotesis dari bidang kognitif menyatakan bahwa pasien dengan

gangguan kecemasan umum berespons secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap

bahaya yang dihadapi yang disebabkan oleh gangguan pada selektifitas terhadap

perincian negatif di dalam lingkungan, oleh distorsi pemrosesan informasi, dan oleh

pandangan yang terlalu negatif tentang kemampuan seseorang untuk mengatasinya.1

Bidang psikoanalitik menghipotesiskan bahwa kecemasan adalah suatu gejala

konflik bawah sadar yang tidak terpecahkan. Suatu hierarki kecemasan berhubungan

dengan berbagai tingkat perkembangan. Pada tingkat yang paling primitif, kecemasan

mungkin berhubungan dengan ketakutan akan penghancuran atau fusi dengan orang

lain. Pada tingkat perkembangan yang lebih matur, kecemasan berhubungan dengan

perpisahan dari objek yang dicintai. Pada tingkat yang lebih matur lagi, kecemasan

3
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

berhubungan dengan hilangnya cinta dari objek yang penting. Kecemasan kastrasi

berhubungan dengan fase oedipal (usia 3-5 tahun) dari perkembangan dan dianggap

merupakan satu tingkat tertinggi dari kecemasan. Kecemasan superego yaitu ketakutan

dalam mengecewakan gagasan dan nilai sendiri (didapatkan dari orangtua yang dii

ternalisasikan), adalah bentuk kecemasan yang paling matur.1

1.4 Patofisiologi

Patofisiologis pasti dari gangguan cemas menyeluruh belum ditentukan, namun

gejala kecemasan dan kelainan yang diakibatkannya diyakini karena terganggunya

modulasi pada sistem saraf pusat. Manifestasi klinik dan emosional dari disregulasi ini

adalah hasil dari simpatik yang meningkat dengan berbagai tingkat. Beberapa sistem

neurotransmitter ikut terlibat. Yang paling umum dipertimbangkan adalah sistem

neurotransmiter serotoninergik dan noradrenergik. Dalam istilah yang sangat umum,

diyakini bahwa sebuah serangan sistem serotoninergik dan overaktivasi sistem

noradrenergik terlibat. Sistem ini mengatur dan diatur oleh jalur lain dan sirkuit

neuronal di berbagai daerah otak, termasuk lokus caeruleus dan struktur limbik, yang

mengakibatkan disregulasi fisiologis gairah dan pengalaman emosional dari gairah ini.7

Gangguan pada sistem gamma-aminobutyric acid (GABA) juga terlibat karena

respon dari banyak gangguan spektrum kecemasan terhadap pengobatan dengan

benzodiazepin. Ada juga minat dalam peran regulasi kortikosteroid dan hubungannya

dengan gejala ketakutan dan kecemasan. Kortikosteroid dapat meningkatkan atau

menurunkan aktivitas jalur saraf tertentu, yang tidak hanya mempengaruhi perilaku di

bawah tekanan tetapi juga pemrosesan stimuli otak yang merangsang rasa takut.7

Meskipun predisposisi genetik untuk mengembangkan gangguan kecemasan

mungkin terjadi, stres lingkungan jelas berperan dalam berbagai tingkat. Semua

gangguan dipengaruhi oleh eksternal dan bagaimana prosesnya diproses dan diaktivasi.7

4
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Penelitian juga menunjukkan bahwa pasien yang menderita kecemasan

umumnya lebih sensitif terhadap perubahan fisiologis dari pada orang biasa, dan

penderita gangguan panik bahkan lebih sensitif lagi daripada pasien gangguan cemas

menyeluruh. Namun, pengujian obyektif menunjukkan bahwa perubahan fisiologis

antara pasien cemas dan tidak berdaya dapat dibandingkan. Sensitivitas yang meningkat

ini menyebabkan fleksibilitas otonom berkurang, yang mungkin merupakan akibat dari

pemrosesan informasi sentral yang salah pada orang-orang yang rentan terhadap

kegelisahan.8

1.5 Gambaran Klinis

Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh

ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-

was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal hal yang

sepele dan tidak utama yang mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek

kehidupannya,sehingga pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh.

Selain itu spesifik untuk Gangguan Kecemasan Menyeluruh adalah perasaan cemas

terjadi kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi

kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan

kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar,


1,3,4
mudah marah, sulit tidur.

Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat di bawah ini5

- Ketegangan motorik

 Kedutan otot/rasa gemetar

 Otot tegang/kaku/pegal

 Tidak bisa diam

 Mudah menjadi lelah

5
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

- Hiperaktivitas otonomik

 Nafas pendek/terasa berat

 Jantung berdebar-debar

 Telapak tangan basah/dingin

 Mulut kering

 Kepala pusing/rasa melayang

 Mual, mencret, perut tak enak

 Muka panas/badan menggigil

 Buang air kecil lebih sering

- Kewaspadaan berlebihan dan penangkapan berkurang

 Perasaan jadi peka (mudah ngilu)

 Mudah terkejut (kaget)

 Sulit konsentrasi pikiran

 Sukar tidur

 Mudah tersinggung

Gangguan cemas menyeluruh memiliki pengaruh terhadap tekanan darah.

Terdapat dua faktor yang paling berpengaruh pada tekanan darah, yaitu curah jantung

(cardiac output) dan tahanan perifer (peripheral resistance). Anxietas akan

merangsang respon hormonal dari hipotalamus yang akan mengsekresi CRF

(Cortisocoprin-Releasing Factor) yang menyebabkan sekresi hormon-hormon

hipofise. Salah satu dari hormon tersebut adalah ACTH (Adreno-Corticotropin

Hormon). Hormon tersebut akan merangsang korteks adrenal untuk mengsekresi

kortisol kedalam sirkulasi darah. Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan

mengakibatkan peningkatan renin plasma, angiotensin II dan peningkatan

kepekaan pembuluh darah terhadap katekolamin, sehingga terjadi peningkatan

6
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

tekanan darah dan sebagai pusat dari system saraf otonom. Sistem ini terbagi atas

sistem simpatis dan sistem parasimpatis.

Pada anxietas terjadi sekresi adrenalin berlebihan yang menyebabkan peningkatan

tekanan darah, sedanngkan pada anxietas yang sangat berat dapat terjadi reaksi yang

dipengaruhi oleh komponen parasimpatis mengakibatkan penurunan tekanan darah

dan frekuensi denyut jantung. Pada kecemasan yang kronis, kadar adrenalin terus

meninggi, sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan

terlihat tekanan darah meninggi. Pada gangguan cemas menyeluruh yang terutama

berperan adalah neurotransmiter serotonin. Pada saat ini telah diidentifikasi tiga

reseptor serotonin, yaitu: 5-HT1, 5-HT2 dan 5-HT3. Menurut Kabo, reseptor 5-HT1

bersifat sebagai inhibitor, sedangkan reseptor 5-HT2 dan reseptor 5-HT3 bersifat

sebagai eksitator. Menurut Gothert, aktivasi reseptor 5-HT1 akan akan mengurangi
4
kecemasan sedangkan aktivasi reseptor 5-HT2 akan meningkatkan tekanan darah.

1.6 Diagnosis

Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSM IV-TR.5

1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,

sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas

atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)

2. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya

1. Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut ini

(dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak

terjadi selama enam bulan terakhir).

Catatan: hanya satu nomor yang diperlukan pada anak:

a) Kegelisahan

b) Merasa mudah lelah

7
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

c) Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong

d) Iritabilita

e) Ketegangan otot

f) Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan

tidak memuaskan)

4. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I,

misalnya kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu

serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi

umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif

kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti gangguan

anxietas perpisahan), penambahan berat badan (seperti pada anoreksia

nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi),

atau menderita penyakit serius (seperti pada hipokondriasis) serta kecemasan dan

kekhawatiran tidak terjadi semata-mata selama gangguan stres pasca trauma.

5. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang

bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau

fungsi penting lain.

6. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari

suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum

(misalnya hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama suatu gangguan

mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.

Kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III. 6

1. Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung

hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak

terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya

8
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

“free floating” atau “mengambang”)

2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit

konsentrasi, dan sebagainya);

b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);

c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-

debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dan

sebagainya).

3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan

(reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol.

4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya

depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan cemas Menyeluruh, selama

hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif, gangguan

anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif kompulsif.

9
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

1.7 Diagnosis Banding

Gambar 1: Diagnosis banding GAD

Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi

medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat.

Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes

fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan

stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alkohol, hipnotik-sedatif dan

anxiolitik.3

10
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Kelainan neurologis, endokrin, metabolik dan efek samping pengobatan pada

gangguan panik harus dapat dibedakan dengan kelainan yang terjadi pada gangguan

anxietas menyeluruh. Selain itu, gangguan cemas menyeluruh juga dapat didiagnosis

banding dengan gangguan fobia dan gangguan obsesif-kompulsif, hipokondriasis,

gangguan somatisasi, dan gangguan stres post-trauma.3

a) Fobia

Pada fobia, kecemasan terjadi terhadap objek/hal tertentu sehingga pasien

berusaha untuk menghindarinya, sedangkan pada GAD, tidak terdapat objek

tertentu yang menimbulkan kecemasan. 3

b) Gangguan obsesif kompulsif

Pada gangguan obsesif kompulsif, pasien melakukan tindakan berulang-ulang

(kompulsi) untuk menghilangkan kecemasannya, sedangkan pada GAD, pasien

sulit untuk menghilangkan kecemasannya, kecuali pada saat tidur.3

c) Hipokondriasis

Pada hipokondriasis maupun somatisasi, pasien merasa cemas terhadap penyakit

serius ataupun gejala-gejala fisik yang menurut pasien dirasakannya dan

berusaha datang ke dokter untuk mengobatinya, sedangkan pada GAD, pasien

merasakan gejala-gejala hiperaktivitas otonomik sebagai akibat dari

kecemasan yang dirasakannya.

d) Gangguan stres pasca trauma

Pada gangguan stres pasca trauma, kecemasan berhubungan dengan sutau

peristiwa ataupun trauma yang sebelumnya dialami oleh pasien, sedangkan

pada GAD kecemasan berlebihan berhubungan dengan aktivitas sehari-hari.3

11
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

1.8 Tatalaksana

a. Psikofarmaka

Gambar 2: Drug Choice for Anxiety

1. Benzodiazepin

Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepin dimulai dengan

dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Penggunaan sediaan

dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek

yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan

dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.3

2. Buspiron

Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam

memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik pada GAD. Tidak

menyebabkan withdrawl. Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa setelah 2-

3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan

benzodiazepin tidak akan memberikan respons yang baik dengan buspiron. Dapat

dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepin dengan buspiron kemudian

dilakukan tapering benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi buspiron

sudah mencapai maksimal.3

12
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

3. SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)

Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang lebih baik daripada fluoksetin.

Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat. SSRI efektif terutama pada

pasien GAD dengan riwayat depresi.3

b. Psikoterapi

1. Terapi kognitif-perilaku

Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi

kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung. Teknik

utama yang digunakan untuk pendekatan behavioral adalah relaksasi dan

biofeedback.3

2. Terapi Suportif

Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada

dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam

fungsi sosial dan pekerjaannya.3

3. Psikoterapi Berorientasi Tilikan

Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar,

menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman akan

komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana

pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita

memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.3

1.9 Prognosis

Onset sulit dispesifikasi, kebanyakan pasien dengan gangguan melaporkan telah

cemas sejak lama. Pasien biasanya mendapatkan perhatian dari klinisi pada umur 20-an,

meskipun kunjungan pertamanya ke dokter dapat pada usia berapapun. Hanya satu dari

tiga pasien yang memiliki gangguan cemas menyeluruh datang mencari terapi psikiatri.

13
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Kebanyakan akan datang ke dokter umum, internis, kardiologis, spesialis paru atau

gastroenterologis.2

Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin

berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami gangguan

panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.3

14
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

BAB II
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
MR : 031884
Umur : 62 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Padang, 10 Oktober 1955
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SMP
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Jalan Gadung, RT 02, RW 04, KPIK, Lubuk minturun
3.1.2 Keterangan Diri Allo/ Informan

Nama : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan : Tamat SMA
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Jalan Gadung, RT 02, RW 04, KPIK, Lubuk minturun
Hubungan dengan pasien : Suami
Keakraban dengan pasien : Akrab

Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 12 Oktober 2017 di Poliklinik
Dewasa RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
2. Alloanamnesis dengan :

15
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Suami Pasien (Tn. Y, 65 tahun, Pensiunan , Tamat SMA, Lubuk minturun,


Padang) pada tanggal 12 Oktober 2017 di Poliklinik Dewasa RS. Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang.
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang
sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
3.1.1. Keluhan Utama
Pasien datang ke RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang bersama suami karena pasien
merasa cemas dan gelisah tanpa sebab hampir setiap hari sejak ± 1 bulang terakhir
3.1.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasa cemas dan gelisah tanpa sebab hampir setiap hari dan
berlangsung sepanjang hari sejak ± 1 bulan terakhir. Rasa cemas ini meningkat
terutama saat anak pasien telah menikah semuanya dan tidak ada yang tinggal
bersamanya, sehingga pasien sering mencemaskan anak dan cucunya, tetapi tidak
mengetahui penyebab apa yang dicemaskannya, karena walaupun anak-anak dan
cucunya berada dirumah bersamanya, cemas tersebut tidak hilang. Pasien selalu merasa
kejadian buruk menimpa dirinya dan keluarganya
Saat ini pasien hanya tinggal bersama suaminya. Pasien mengaku jarang
menceritakan kecemasannya kepada siapapun, biasanya saat cemas pasien minum obat
penghilang cemas kemudian berbaring dan rasa cemas berkurang namun nanti muncul
lagi. Kadang kadang, saat cemas disertai dengan nyeri ulu hati, keringat dingin pada
kaki dan tangan, jantung berdebar-debar, nyeri kepala, sesak nafas dan nyeri seluruh
badan.
Pasien juga mengaku mudah tersinggung, mudah menangis ,mudah marah , dan
sulit berkonsentrasi. Pasien juga jarang berinteraksi keluar rumah. Sehari- hari pasien
hanya menghabiskan waktu dirumah melakukan pekerjaan rumah tangga dan
menonton televisi. Selain itu, pasien juga sulit tidur, sering terbangun malam hari,
mimpi buruk dan merasa tidurnya tidak puas. Pasien makan cukup dan teratur.

16
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Paien rutin kontrol ke Poli RSJ Prof HB Saanin sejak 10 tahun terakhir 1 x
sebulan, sebelumnya pasien berobat ke praktek dokter spesialis kejiwaan. Obat yang
dikonsumsi pasien adalah benzodiazepin, fluoxetin dan amlodipin.
3.1.3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien merasa cemas sejak 24 tahun yang lalu. Awal kejadiannya pasien pergi ke
takziah tetangganya yang meninggal, kemudian sesampai disana tiba-tiba pasien
merasa cemas dan berteriak teriak, berkeringat, sesak nafas dan sampai tidak
sadarkan diri. Kemudian pasien di bawa ke RS Yos Soedarso dan dirawat selama 10
hari dan dikonsulkan ke psikiater. Pasien tidak mengetahui apa penyebab hal
tersebut terjadi padanya dan sejak kejadian itu, pasien sering merasa cemas tanpa
sebab dan selalu berobat ke dokter psikiatri. Pasien rutin minum obat dan tidak
pernah lagi dirawat di RS akibat cemas tersebut.
b. Riwayat Gangguan Medis
- Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 6 tahun yang lalu dan rutin kontrol
ke dokter.
- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis, bedah, trauma yang memerlukan
perawatan, trauma kepala, penyakit neurologis, tumor, kejang, gangguan
kesadaran, maupun HIV.
c. Riwayat Penggunaan Napza
Pasien tidak memilik riwayat penggunaan napza dan minuman alcohol

3.1.4. Riwayat Keluarga


a. Identitas orang tua/ pendamping

Identitas Orang Tua


Ayah Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan Tani Ibu rumah tangga
Umur Alm Almh
Alamat - -
Hubungan Akrab Akrab

17
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

b. Sifat / Perilaku Orang Tua Kandung


1. Ayah kandung (Dijelaskan oleh pasien dan keluarga dapat dipercaya / diragukan)
**Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka bergaul (-
), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-), Peminum (-),
Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-),
Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tidak bertanggung jawab (-).
2. Ibu (Dijelaskan oleh pasien dan keluarga dapat dipercaya / diragukan)
**Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka bergaul (-
), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-), Peminum (-),
Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-),
Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tidak bertanggung jawab (-).
c. Saudara
Jumlah saudara empat dan pasien anak kedua
d. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya
1. Lk/ Pr (64 tahun) 2. Lk/ Pr ( 62 tahun) 3. Lk/Pr ( 54 tahun)

4. Lk/ Pr (50 tahun)

e. Gambaran sikap/prilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien


terhadap masing-masing saudara tersebut

Saudara ke Gambaran sikap dan prilaku Kualitas hubungan dengan saudara


1 Baik Biasa
2 Baik Biasa
3 Baik Biasa

Skema Pedegree

18
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal

f. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap Kualitas hubungan
dan tingkah laku
1. Suami Baik Akrab

g. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada anggota


keluarga
Anggota Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit fisik
Keluarga Kebiasaan
Bapak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Ibu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nenek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kakek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Paman Tidak ada Tidak ada Tidak ada
h. Riwayat tempat tinggal yang pernah di diami pasien

No. Rumah Tempat Keadaan Rumah


Tinggal
Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman
1 Rumah Sendiri V V V
3.1.5. Riwayat Kehidupan Pribadi
k) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi-kondisi mental yang diderita si ibu)
o Kesehatan fisik : baik
o Kesehatan mental : baik
- Keadaan melahirkan
o Aterm (+), Partus spontan (+)
o Pasien adalah anak yang direncanakan/diinginkan (Ya / Tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
- Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
19
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

- Minum ASI : (+) sampai usia 1 tahun


**Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-), gangguan
hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas terhadap orang asing sesuai
umum (-), cemas perpisahan (-), dan lain-lain.
c) Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: **mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat
tidur (-), night terror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-),
mutisme selektif (-), dan lain.lain.
d) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: **demam tinggi disertai mengigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai hilangnya
kesadaran (-), dan lain-lain.
e) Tempramen sewaktu kanak-kanak: **pemalu (+), gelisah (-), overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul (-), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
f) Masa sekolah

Perihal SD SMP SMA PT

Umur 6 - 12 tahun 13-15 Tahun - -

Prestasi* Baik Baik - -


Sedang Sedang
Kurang Kurang

Aktivitas sekolah* Baik Baik - -


Sedang Sedang
Kurang Kurang

Sikap terhadap Baik Baik - -


teman* Kurang Kurang

Sikap terhadap Baik Baik - -


guru* Kurang Kurang

Kemampuan khusus - - -
(bakat)
Tingkah laku Baik Baik -

g) Masa remaja: **Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-), peminum
minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-),
perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur (-), sering sakit
kepala (-), dan lain-lain.

20
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

h) Riwayat pekerjaan
Pasien seorang ibu rumah tangga
i) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
- Haid pertama (+) Usia haid pertama 12 tahun, Persepsi biasa
- Hubungan seks sebelum menikah (-)
- Riwayat pelecehan seksual (-)
- Orientasi seksual (normal)
- Keterangan Pribadi Suami
Nama : Tn. Y
Umur : 65 Tahun
Kebangsaaan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Status social/eko : Baik
- Perkawinan didahului dengan pacaran (+), kawin terpaksa(-), perkawinan
kurang disetujui orang tua (-), Kawin lari (-), sekarang ini perkawinan yang
pertama kali. Kepuasan dalam hbungan suami istri : sering, seseali, tidak
pernah, kelainan hubungan seksual (-)
- Kehidupan rumah tangga : rukun (+), masalah rumah tangga (-)
- Keuangan :Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (+), pengeluaran dan
pendapatan seimbang (-), dapat menabung (-)
- Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama (+), istri saja (-), suami saja(-)
j) Situasi sosial saat ini:
- Tempat tinggal: rumah sendiri (+), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di asrama (-
), dan lain-lain.
- Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-), dan lain-lain.

21
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

k) Perihal anak-anak pasien meliputi:

Sikap & Kesehatan Sikap pada


No Sex Umur Pendidikan
perilaku Fisik Mental anak

1. LK 32 Tahun Kuliah Baik Baik Baik Ramah


2. PR 29 Tahun SMA Baik Baik Baik Ramah
3. PR 26 Tahun SMA Baik Baik Baik Baik

l) Ciri kepribadian sebelumnya/ gangguan kepribadian (untuk aksis II)


Keterangan : Beri tanda (+) atau (-)

Kepribadian Gambaran Klinis

Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan
hangat atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian
maupun kecaman (-), kurang teman (-), pemalu (+), sering
melamun (-), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan sendiri (-)
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan
berlebihan (-), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-),
tidak mau menerima kritik (-), meragukan kesetiaan orang lain
(-), secara intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang
prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan terhadap motif-
motif yang tersembunyi (-), cemburu patologik (-),
hipersensitifitas (-), keterbatasan kehidupan afektif (-)
Skizotipial Pikiran gaib (-), ideas of reference (-). Isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tak acuh (-)
Siklotimik Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas seksual
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan (-),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang
merugikan dirinya (-), melucu berlebihan (-), kurangnya
kebutuhan tidur (-), pesimis (-), putus asa (-), insomnia (-),
hipersomnia (-), kurang bersemangat (-) rasa rendah diri (-),
penurunan aktivitas (-), mudah merasa sedih dan menangis (-)
dan lain-lain
Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi
dirinya (-), mendambakan rangsangan aktivitas yang
menggairahkan (-), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang
sepele (-), egosentris (-), suka menuntut (-), dependen (-), dan
lain-lain

22
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-),


preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, dan
kecantikan (-), ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian
dan pujian yang terus menerus (-) hubungan interpersonal
yang eksploitatif (-), merasa marah, malu, terhina, dan rendah
diri bila dikritik (-), dan lain-lain

Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-),
tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat
dari pengalaman (-), tidak peduli pada norma-norma,
peraturan dan kewajiban seseorang (-), tidak mampu
memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (-),
iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-),sering berbohong (-),
sangat cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal untuk perlaku yang membuat
pasien konfil dengan masyarakat (-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil
(-), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-),
gangguan identitas (-), afek yang tidak mantap (-), tidak tahan
untuk berada sendirian (-), tindakan mencederai diri sendiri(-),
rasa bosan kronik (-), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya
tidak mampu (-), tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain (-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali
merasa yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap
kritik dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari
aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung, atau
ditolak (-)
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati dan berlebihan (-),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan daftar,
urutan, organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian
yang berlebihan (-), kaku dan keras kepala (-), pengabdian
yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (-),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya melakukan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan
pada kebiasaan sosial (-), dan lain-lain
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal
dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya
apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan
tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)

23
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

3.1.6. Stressor Psikososial (Aksis IV)


Tidak ada
3.1.7. Pernah suicide (-)
3.1.8. Riwayat agama: pasien beragama islam
3.1.9. Riwayat psikoseksual: tidak ada gangguan orientasi seksual.
3.1.10. Riwayat pelanggaran hukum: tidak pernah ditangkap ataupun terlibat masalah
hukum.
3.1.11. Persepsi dan Harapan Keluarga: keluarga pasien berharap pasien sembuh
3.1.12. Persepsi dan Harapan Pasien: pasien berharap sembuh.

GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Pasien saat ini


Perasaan kontrol untuk
cemas tetap berobat teratur
muncul hampir ke poliklinik
setiap harinya Kecemasan RS Jiwa Prof.
Pasien HB Saanin
tanpa sebab, pasien
merasakan
cemas sedikit meningkat Padang
cemas sejak 24
berkurang saat anak
tahun yang lalu,
ketika pasien terakhir nya
Hal ini disertai
mengkonsumsi menikah, dan
dengan gelisah,
obat dari tidak tinggal
jantung
dokter spesialis bersamanya
berdebar, nyeri
kejiwaan lagi sejak 1
ulu hati. Dan
bulan yang
pasien berobat
lalu
ke dokter
spesialis
kejiwaan

24
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

3.2. Status Internus


Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 81x/menit
Nafas : Teratur, frekuensi 20x/menit
Suhu : 36,70 C
Tinggi Badan : 158 cm
Berat Badan : 60 kg
Bentuk Badan : Normal
Status Gizi : Gizi baik
Sistem respiratorik : Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri dan kanan simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Kardiovaskular : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1,S2 reguler, Murmur (-)
Abdomen : Inspeksi : distensi (-)
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Kelainan Khusus : ditemukan beberapa kista dan bekas luka di dada pasien.

3.3. Status Neurologikus


GCS : 15 (E4M6V5)
Tanda Rangsang Meningeal : kaku kuduk (-)
Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal
a) Tremor tangan : tidak ada
b) Akatisia : tidak ada
c) Bradikinesia : tidak ada
d) Cara berjalan : Normogait
e) Keseimbangan : tidak terganggu
25
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

f) Rigiditas : tidak ada


Motorik :
a) Tonus : eutonus
b) Turgor : baik
c) Kekuatan : 555 555
555 555
d) Koordinasi : baik
Sensorik : proprioseptif dan eksterioseptif normal
Refleks :
a) Refleks Fisiologis : ++/++
b) Refleks Patologis : -/-

3.4. Status Mental


3.4.1. Keadaan Umum
1. Kesadaran / sensorium: composmentis (+), somnolen (-), stupor (-), kesadaran
berkabut (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah (-), dan lain-lain.
2. Penampilan:
 Sikap tubuh: biasa (-), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-), gelisah (-
), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-), berpakaian sesuai
gender (+)
 Cara berpakaian: rapi (+), biasa (-), tak menentu (-), sesuai dengan situasi (-
), kotor (-), kesan (dapat/tidak dapat mengurus diri)
 Kesehatan fisik: sehat (+), pucat (-), lemas (-), apatis (-), telapak tangan
basah (-), dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-)
3. Kontak psikis: Dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (+), kurang
wajar (-), sebentar (+), lama (-)
4. Sikap: kooperatif (+), penuh perhatian (-), berterus terang (-), menggoda (-),
bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha supaya disayang (-), selalu
menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif (-), dan
lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
 Cara berjalan: biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
 Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-),
rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea fleksibilitas (-),

26
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-), otomatisme (-),
otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi psikomotor (-),
hiperaktivitas/hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme (-), akathisia (-),
kompulsi (-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-)
 Agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-), distonia
(-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-),diskinesia (-),konvulsi (-), seizure (-),
piomanisa (-), vagabondage (-)
3.4.2. Verbalisasi dan cara berbicara
 Arus pembicaraan* : biasa
 Produktivitas pembicaraan* : biasa
 Perbendaharaan* : biasa
 Nada pembicaraan* : biasa
 Volume pembicaraan* : biasa
 Isi pembicaraan* : sesuai
 Penekanan pada pembicaraan* : tidak ada
 Spontanitas pembicaraan * : spontan
 Logorrhea (- ), poverty of speech (-), diprosodi (-), disatria (-), gagap(-),
afasia (-), bicara kacau (-)
3.4.3. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil), pengendalian (adekuat), arus emosi (biasa)
1. Afek
Afek appropriate/ serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek tumpul
(-), afek yang terbatas (-), afek datar (-), afek yang labil (-).
2. Mood
Mood eutimik (+), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood) (-), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), euforia (-), ectasy (-), mood depresi
(hipotim) (-), anhedonia (-), dukacita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania
(-), mania(-), melankolia(-), La belle indifference (-), tidak ada harapan (-).
3. Emosi lainnya
Ansietas (+), free floating anxiety (+), ketakutan (-), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panic (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa
malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).

27
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood


Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (-), variasi diurnal (-
), penurunan libido (-), konstispasi (-), fatigue (-), pica (-), pseudocyesis (-),
bulimia (-).
3.4.4. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
Mutu proses pikir (jelas/tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental (-), psikosis (-), tes realitas (terganggu/tidak), gangguan
pikiran formal (-), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-), dereisme (-),
berpikir magis (-), proses berpikir primer (-).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas (-), tangensialitas (-),
inkohenrensia (-), perseverasi (-), verbigerasi (-), ekolalia (-), kondensasi (-),
jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi (-), derailment (-),
flight of ideas (-), clang association (-), blocking (-), glossolalia (-).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
 Kemiskinan isi pikiran (-), Gagasan yang berlebihan (-)
 Delusi/ waham
Waham bizarre (-), waham tersistematisasi (-), waham yang sejalan
dengan mood (-), waham yang tidak sejalan dengan mood (-), waham
nihilistik (-), waham kemiskinan (-), waham somatik (-), waham
persekutorik (-), waham kebesaran (-), waham referensi (-), though of
withdrawal (-), though of broadcasting (-), though of insertion (-), though
of control (-), waham cemburu/ waham ketidaksetiaan (-), waham
menyalahkan diri sendiri (-), erotomania (-), pseudologia fantastika (-),
waham agama (-)
 Idea of reference (-)
 Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-),
kompulsi (-), koprolalia (-), hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia (-),
fobia (-), noesis (-), unio mystica (-).

28
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

3.4.5. Persepsi
 Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),
Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik (-),
halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-),
halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan dengan mood (-), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis (-), sinestesia (-), halusinasi
perintah (command halusination), trailing phenomenon (-).
 Ilusi (-)
 Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
3.4.6. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
3.4.7. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik), orientasi tempat (baik), orientasi personal (baik),
orientasi situasi (baik).
2. Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif (-), hipervigilance
(-), dan lain-lain.
3. Konsentrasi (baik), kalkulasi (baik)
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-), gangguan
memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori jangka pendek/
baru saja/ recent (-), gangguan memori segera/ immediate (-), amnesia (-),
konfabulasi (-), paramnesia (-).
5. Luas pengetahuan umum: baik
6. Pikiran konkrit: baik
7. Pikiran abstrak: baik
8. Kemunduran intelek: (tidak), retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia (-).
3.4.8. DI / DJ
Discriminative insight : derajat IV
Discriminative Judgment : judgment tes baik, judgment sosial baik

29
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

3.5. Ikhtisar Penemuan Bermakna


Telah diperiksa Ny. S usia 62 tahun jenis kelamin perempuan. Pada pemeriksaan
status mental didapatkan pasien dengan penampilan rapi, sikap kooperatif, psikomotor
normoaktif, verbalisasi spontan, lancar dan cepat, orientasi baik, kontak psikis dapat
dilakukan, afek appropriate, mood eutim, ansietas, free floating anxiety, proses pikir
koheren, isi pikir waham tidak ada, persepsi halusinasi tidak ada, discriminative insight
IV dan discriminative judgement tidak terganggu.
3.6. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : Hipertensi Esensial
Aksis IV : tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF 60-51
3.7. Diagnosis Banding Axis I
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas Paroxismal Episodik)
F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
3.8. Daftar Masalah
a) Organobiologik : Hipertensi
b) Psikologis : tidak ada
c) Lingkungan dan psikososial : tidak ada
d) Ekonomi : tidak ada
3.9. Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
Clobazam 2x10 mg po
Fluoxetin 1x10 mg po (pagi post coenam)
b) Psikoterapi
1. Kepada pasien
 Psikoterapi supportif
Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien,
mengidentifikasi faktor pencetus dan memecahkan masalah
secara terarah.

30
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

2. Kepada keluarga
 Psikoedukasi pada keluarga mengenai penyakit yang diderita
pasien
 Dukungan sosial dan perhatian keluarga terhadap pasien
 Terapi kepatuhan minum obat pada pasien
3.10. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanctionam : dubia at bonam

31
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

BAB III
ANALISIS KASUS

Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan

penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola perilaku dan

perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability) dalam fungsi sosial.

Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini

mengalami suatu gangguan jiwa. Pada pasien ini ditemukan gejala klinis yang

mengarah pada gangguan cemas menyeluruh. Pada pasien saat ini ditemukan

kecemasan (+), adanya ketegangan motorik (+), overaktivitas otonomik (+).

Tanda kecemasan pasien ditandai dengan pasien yang khawatir secara

berlebihan tanpa sebab terhadap anak-anaknya. Tanda ketegangan mororik ditandai

dengan pasien yang gelisah hampir setiap hari. Tanda overaktivitas otonomik ditandai

dari keluhan pasien yaitu nyeri ulu hati, keringat dingin pada kaki dan tangan, jantung

berdebar-debar, nyeri kepala dan nyeri seluruh badan. Pasien mengaku pertama kali

merasa cemas sejak 24 tahun yang lalu. Ini memenuhi kriteria diagnosis untuk

gangguan cemas menyeluruh (F41.1).

Diagnosis lainnya perlu dipikirkan seperti gangguan panik (Anxietas

Paroksismal Episodik) (F41.0), dan Gangguan campuran anxietas dan depresi (F41.2).

Pada kasus ini, gangguan panik dipikirkan menjadi diagnosis banding karena terdapat

beberapa gejala serangan panik pada pasien ini, seperti berdebar-debar, berkeringat,

nyeri kepala dan sesak nafas yang mencapai puncaknya dalam 10 menit. Namun tidak

memenuhi kriteria diagnosis panik yaitu : terdapatnya keadaan relatif bebas dari gejala-

gejala anxietas pada periode di antara serangan-serangan panik, karena pada pasien ini

merasa cemas hampir setiap harinya. Pada kasus ini gangguan campuran anxietas dan

depresi dipikirkan menjadi diagnosis banding karena terdapat beberapa gejala depresi

32
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

seperti mudah menangis, sulit berkonsentrasi dan jarang berinteraksi keluar rumah,

namun tidak memenuhi kriteria diagnosis episode depresi yang meliputi gejala mayor

dan gejala minor.

Tidak terdapat gangguan kepribadian yang khas pada pasien. Axis II untuk pasien

saat ini tidak ada diagnosis. Pada pasien ini ditemukan gangguan kondisi medis umum

yaitu hipertensi esensial sehingga aksis III pada pasien ini adalah hipertensi esensial.

Pada pasien ini tidak didapatkan masalah utama yang menyebabkan perubahan perilaku

pada pasien sehingga pada aksis IV, diagnosisnya adalah tidak ada diagnosis.

Pada aksis V, pasien memiliki gejala sedang dan disabilitas sedang, sehingga

berdasarkan penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale) saat ini pasien

berada pada nilai 60-51, yakni beberapa gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

Pada pasien diberikan Clobazam 2x10 mg sebagai anti-anxietas dan termasuk

golongan anti-anxietas Benzodiazepine yang merupakan “drug of choice” yang terpilih

sebagai terapi karena memiliki waktu paruh yang panjang sehingga meminimalkan

gejala putus obat serta daya kerja obatnya yang kurang berpengaruh terhadap

“psychomotor performance” untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktif.

Fluoxetin 1x20 mg diberikan kepada pasien sebagai anti-depresi yang termasuk

kedalam golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) karena mempunyai

efek samping yang sangat minimal. Namun, efeknya baru muncul dalam waktu 2- 6

minggu karena itulah diberikan juga Clobazam yang mempunyai efek lebih cepat.

Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada pasien ini.

Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah

psikoterapi suportif. Dalam psikoterapi suportif diperlukan perilaku yang hangat, ramah

namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima dan

dilindungi.

33
Case Report Session F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

DAFTAR PUSTAKA

1. Gangguan Cemas Menyeluruh. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock,


Sinopsis Psikiatri - Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 2.
Tanggerang : Binarupa Aksara Publisher. 2016:79.
2. Generalized Anxiety Disorder. Editor : Shear, Katherine M. Anxiety Disorders.
ACP Medicine. 3rd Edition. Washington: WebMD Inc. 2012.
3. Lifetime prevalence and age-of-onset distributions of DSM-IV disorders in the
national comorbidity survey replication. Editors : Kessler RC, Berglund P,
Demler O, Jin R, Merikangas KR, Walters EE. Arch Gen Psychiatry. 2015;
62(6):593-602.
4. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-3
5. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI: 2014; 173: 173-203.
6. Idaiani S, Yunita I, Prihatini S, Indrawati L. Gangguan Mental Berat. Dalam:
Riset Kesehatan Dasar 2013. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI; 2013: 125-
127.
7. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya:
2013; 46-48.
8. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of
Psychiatric Drug Treatment
9. Psychosis and Schizophrenia. Editor : Stahl, Stephen M. Antipsychotics and
Mood Stabilizers : Stahl’s Essential Psychopharmacology. 3rd Edition. England :
Cambridge University Press. 2008:26-34.

34

Anda mungkin juga menyukai