Anda di halaman 1dari 4

57

Komposisi Hasil Tangkapan dan Aspek .......... di Laut Maluku dan Sulawesi (Kuswoyo. A & H. Ilhamdi)
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN ASPEK PENANGKAPAN PURSE SEINE
BITUNG YANG BERBASIS PONTON DI LAUT MALUKU DAN SULAWESI
Adi Kuswoyo dan Hari Ilhamdi
Balai Penelitian Perikanan Laut- Muara Baru Jakarta
Teregistrasi I tanggal: 05 Juli 2013; Diterima setelah perbaikan tanggal: 26 Juli 2013;
Disetujui terbit tanggal: 04 Oktober 2013
PENDAHULUAN
Purse seine atau pukat cincin digolongkan dalam
jenis jaring lingkar yang cara operasinya adalah
dengan melingkarkan jaring pada suatu kelompok ikan
di suatu perairan, kemudian ditarik ke kapal. Alat ini
merupakan jaring lingkar yang telah mengalami
perkembangan setelah beach seine dan ring net.
Pukat cincin ditujukan sebagai penangkapan ikan
pelagis yang bergerombol di permukaan dan berada
di laut lepas. Alat tangkap purse seine berbentuk
empat persegi panjang yang dilengkapai dengan cincin
yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris
bawah). Pada saat operasional, dengan menarik tali
ris bagian bawah jaring dapat dikuncupkan dan jaring
akan membentuk semacam mangkuk, (DKP, 2006).
Untuk menunjang keberhasilan operasi penangkapan
digunakan alat bantu pengumpul ikan yaitu ponton.
Ponton merupakan alat bantu untuk menarik
kelompok ikan dan berkumpul disekitarnya, sehingga
ikan-ikan tersebut mudah ditangkap (Genisa, 1998).
Informasi mengenai prinsip kerja purse seine pada
umumnya sudah banyak diketahui, dan setiap daerah
di perairan Indonesia mempunyai tehnik yang berbedabeda.
Demikian juga dengan hasil tangkapannya,
setiap daerah mempunyai komposisi jenis ikan yang
bervariasi. Penelitian tentang komposisi hasil
tangkapan dan aspek penangkapan purse seine
Bitung yang berbasis ponton di laut Maluku dan
Sulawesi bertujuan untuk mendapatkan data dan
informasi tentang aspek operasional penangkapan
dan komposisi hasil tangkapan.
POKOK BAHASAN
Bahan dan Metode
Kegiatan penelitian dilakukan pada 26 Juni – 5
Juli 2010 dengan mengikuti pelayaran menggunakan
kapal purse seine KM. Sari Usaha 03 dengan
kapasitas 23 GT. Kapal tersebut beroperasi di batang
dua yaitu perbatasan Ternate dan Bitung, Laut Maluku
dan Tagulandang, Makalehi, Siau, Laut Sulawesi
(Gambar 1). Pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara dan observasi.
HASIL
Armada dan Alat Tangkap
Unit armada yang digunakan nelayan Bitung
berbahan dasar besi untuk bagian lambung kapal, dan
bagian dek terbuat dari kayu. Kapal dengan dimensi
panjang (L) 19,80 meter, lebar (B) 4,05 meter dan
dalam (D) 1,45 meter. Profil dari kapal pusre seine di
Bitung disajikan pada Gambar2. Armada tersebut
menggunakan tiga buah mesin yaitu mesin utama
sebagai tenaga penggerak mitsubishi 6 silinder 185
PK, mesin bantu untuk memutar gardan sewaktu
menarik jaring dongfeng 24 PK dan mesin untuk
penerangan dongfeng 15 PK.
Lama operasi penangkapan ikan 4-8 hari dengan
jumlah anak buah kapal (ABK) sebanyak 20-25 orang.
Jaring purse seine terbuat dari bahan nilon dengan
ukuran mess size kantong 1 inchi, bagian badan
sampai keatas 1,5 inchi. Panjang jaring 400 meter
dan dalam 80 meter dengan tali ris atas 400 meter
dan tali ris bawah 440 meter, jumlah pelampung 1.044,
jenis pemberat terbuat dari timah gendang sebanyak
300 kg, jumlah ring 110 buah dengan diameter 5 inchi
yang terbuat dari kuningan (Gambar 3).
Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan fishing groung
KM. Sari Usaha 03 pada tanggal 26 Juni
– 5 Juli 2012 di Bitung
BTL. Vol.11 No. 2 Desember 2013 :
58
Gambar 2. Kapal purse seine yang berbasis di Bitung.
Gambar 3. Jaring purse seine yang digunakan oleh
nelayan Bitung
1. Alat Bantu Penangkapan
Untuk menunjang keberhasilan penangkapan
digunakan alat bantu yang disebut ponton. Ponton
terbuat dari plat besi yang dibentuk bulat menyerupai
peluncur atau terpedo dengan diameter ± 70-80 cm
dan panjang ± 3 meter, dengan pemberat supaya tidak
bergesar, dan daun kelapa sebagai tempat ikan
berkumpul. Selain ponton juga ada rakit buatan yang
terbuat dari busa, busa di jepit dengan bambu dan
kayu sebanyak empat lapis, tebal busa ± 10 cm dan
panjang busa 1,5 meter dan lebar 1 meter dan juga
lampu petromak sebanyak 2 buah. Ponton dan rakit
sebagai alat bantu purse seine di Bitung disajikan
pada Gambar 4
Gambar 4. Ponton dan rakit sebagai alat bantu purse
seine di Bitung.
Persiapan Penangkapan
Sebelum berangkat menuju daerah penangkapan
dan melakukan operasi penangkapan setiap kapal
penangkap akan mempersiapkan segala macam yang
diperlukan untuk memperlancar aktifitas
penangkapan. Persiapan yang di lakukan di antaranya
meliputi bunker (pengisian) BBM, Oli, memuat Es
balok ±150 balok yang telah dihancurkan, pengisian
air tawar ± 5 ton, perbekalan makanan dan lain
sebagainya. Kapal berangkat dari Pelabuhan
Perikanan Samudra Bitung ke lokasi penangkapan
pada malam hari menuju Batang dua (Laut Maluku)
dan kira-kira ditempuh dalam waktu 9,5 jam, kapal
tiba di lokasi fising ground pada pagi hari.
Teknik Penangkapan
Pengecekan keadaan perairan dibawah ponton
dilakukan oleh ABK jaga dengan cara terjun ke laut
dan melihat keadaan dibawah ponton, setelah
pengamatan beberapa saat ternyata ikan cuma sedikit
dan operasi penangkapan tidak dilakukan. Selanjutnya
haluan kapal berubah menuju ke ponton kedua, jarak
antara ponton pertama dan kedua ± 19 mil, setelah
57-60
59
Komposisi Hasil Tangkapan dan Aspek Penangkapan..di Laut Maluku dan Sulawesi (Kuswoyo. A & H. Ilhamdi)
tiba di ponton kedua ABK jaga melakukan
pengecekan dan setelah pengamatan ikan dibawah
ponton banyak, kapal tambat di ponton untuk
menunggu operasi penangkapan, selama waktu
menunggu operasi penangkapan para ABK melakukan
persiapan alat dan perbaikan jaring yang rusak dan
sebagian ABK memancing ikan tuna. Operasi
penangkapan dilakukan pada dini hari, persiapan
sebelum setting dilakukan pertama-tama ABK jaga
sebanyak dua orang menurunkan rakit buatan yang
telah dilengkapi dengan dua buah lampu petromak
untuk menuju ponton. Selanjutnya daun kelapa yang
ada dibawah ponton dipindahkan ke bawah rakit
buatan dengan maksud supaya ikan pindah ke rakit
buatan. Ponton ditarik oleh kapal penangkap menjauhi
rakit buatan secara perlahan (untuk memudahkan
penangkapan), setelah ikan terkumpul di bawah rakit
buatan dan ABK jaga yang ada dirakit memberi kode
bahwa ikan siap ditangkap, maka kapal penangkap
mulai melakukan penangkapan. Proses pertama
adalah pelampung utama diturunkan dan selanjutnya
menyusul bagian jaring badan dan kantong jaring.
Penangkapan dilakukan dengan mengelilingi rakit
buatan setelah kapal melakukan putaran penuh tali
kolor bagian depan dan belakang langsung dibelitkan
di Gardan dan ditarik. Selanjutnya pelampung utama
dinaikan keatas kapal dan juga ditarik secara manual,
sampai pelampung terakhir di bagian belakang.
Penarikan tali kolor dilakukan secepat mungkin, agar
jaring secepatnya membentuk mangkuk dan ikan
tidak bisa lolos. Pada saat jaring telah membentuk
seperti mangkuk, rakit buatan yang ada di dalam
lingkaran jaring dikeluarkan dan dinaikan diatas kapal.
Apabila penarikan jaring sayap dan badan selesai dan
yang tersisa hanyalah kantong maka proses penaikan
ikan dilakukan dengan menyiduk ikan dengan jaring
kecil yang kemudian ikan dimasukan kedalam palkah.
Setelah aktifitas penaikan ikan diatas kapal selesai
dan jaring telah ditata rapi, daun kelapa yang tadinya
dipindahkan dirakit buatan maka diikatkan lagi di
bawah ponton. Kapal pindah haluan menuju laut
Sulawesi tepatnya daerah tagulandang, makalehi dan
siau yang ditempuh dalam waktu ±5.5 jam di
tagulandang terdapat dua ponton tetapi hanya satu
ponton saja yang di setting karena tidak ada ikan.
Mengingat keterbatasan dari perbekalan maka
aktifitas penangkapan selesai dan kapal pulang
menuju PPS Bitung. Proses kegiatan penangkapan
purse seine Bitung disajikan pda gambar 5.
Penurunan jaring Jaring melingkari rakit
Penarikan tali kolor
Gambar 5. Proses penarikan tali kolor menggunakan gardan
BTL. Vol.11 No. 2 Desember 2013 :
60
Komposisi Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan pelagis
kecil dan ikan pelagis besar. Pada setting pertama di
Laut Maluku total hasil tangkapan sebanyak 500 kg
dan didominasi oleh ikan malalugis, yang terdiri dari
ikan malalugis sebanyak 92 % dan B. tuna 5 %,
cakalang 2 % dan suru 0,5 % (Gambar 6).
Gambar 6. Komposisi hasil tangkapan KM. Sari
Usaha 03 di laut Maluku
Setting kedua dilakukan di Laut Sulawesi dengan
total hasil tangkapan sebanyak 100 kg dan juga
didominasi oleh ikan malalugis yang terdiri dari ikan
malalugis sebanyak 77 %, B. tuna 17 %, deho 3 %,
selar 2 % dan cakalang 1 % (Gambar 7)
Gambar 7. Komposisi hasil tangkapan KM. Sari
Usaha 03 di Laut Sulawesi
Dari kedua lokasi setting hasil tangkapan
didominasi oleh ikan pelagis kecil yaitu malalugis/
layang, hal ini sama seperti yang dinyatakan (Atmaja
el al., 1986), bahwa di setiap daerah penangkapan
hasil tangkapan per hari ikan layang merupakan hasil
tangkapan terbesar dari keseluruhan hasil tangkapan
purse seine.
KESIMPULAN
1. KM. Sari Usaha 03 terbuat dari besi dengan ukuran
panjang (L) 19,80 meter, lebar (B) 4,05 meter dan
dalam (D) 1,45 meter, yang mengoperasikan alat
purse seine dengan panjang 400 meter dan dalam
80 meter dan menggunakan media bantu
pengumpul ikan yaitu ponton, rakit tiruan dan
lampu petromak.
2. Pengoperasian alat dilakukan pada pagi hari dengan
cara melingkari gerombolan ikan yang ada dibawah
rakit tiruan dan menarik jaring ke atas kapal.
3. Komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan
malalugis, selar, suru, cakalang, deho dan B. tuna,
yang disetiap lokasi penangkapan didominasi oleh
ikan malalugis/layang 92 % dan 77 %.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, S. B., Suwarso dan Subhat, N. 1986. Hasil
Tangkapan Pukat Cincin menurut musim dan
daerah penangkapan di Laut Jawa. Jurnal Penelitian
Perikanan Laut. No 36: P 57-65. Balai Penelitiaan
Perikanan laut. Badan Penelitian Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
DKP. 2006. Panduan Jenis-Jenis Penangkapan Ikan
Ramah Lingkungan. Kerjasama Program
Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber
Daya Alam. Satker Rehabilitasi dan Pengelolaan
Terumbu Karang (COREMAP II). Direktorat
Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Departemen Kelautan dan Perikanan. PT. Bina
Marina Nusantara (Konsultan Kelautan dan
Perikanan). Jakarta.
Genisa, A. S. 1998. Beberapa Catatan Tentang Alat
Tangkap Ikan Pelagis Kecil. Balitbang Biologi
Laut. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.
57-60

Anda mungkin juga menyukai