Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jasa Konstruksi merupakan salah satu kegiatan bidang ekonomi yang mempunyai peranan
penting dalam pencapaian berbagai sasaran, guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan
nasional. Bidang jasa konstruksi diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999, yang
diundangkan pada tanggal 7 Mei 1999 dan mulai berlaku satu tahun kemudian, yaitu pada tanggal 7
Mei 2000. Undang-Undang Jasa Konstruksi merupakan salah satu bentuk produk pembangun hukum
nasional yang luar biasa karena substansi yang berkenaan dengan segala aspek jasa konstruksi diatur
secara lengkap dan detail, baik dalam UndangUndang Nomor 18 Tahun 1999 itu sendiri maupun dalam
peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksananya.1 Hukum jasa konstruksi merupakan bidang
hukum yang berstatus perjanjian khusus multidimensi. Perjanjian khusus multidimensi diartikan
sebagai pedoman atau dapat juga menjadi payung terhadap berbagai undang-undang yang terkait2.
Undang-undang yang terkait dimaksud mulai dari Undang-Undang Lingkungan Hidup, Pertanahan,
Tata Ruang, Pengangkutan Darat, Hak Kekayaan Intelektual, Ketenagakerjaan, Peransuransian,
Kelistrikam, Kesehatan, dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sampai ke Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. Di bawah Undang-Undang Jasa Konstruksi tersebut berlaku pula berbagai jenis
undangundang yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan berlakunya Undang-Undang
Jasa Konstruksi. Undang-Undang Jasa Konstruksi merupakan sumber hukum berbagai aspek kehidupan
manusia.3 Jasa Konstruksi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 melingkupi tiga
layanan jasa konstruksi, yaitu perencanaan pekerjaan konstruksi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan
pengawasan pekerjaan konstruksi. Usaha jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi memberikan layanan
jasa pelaksanaan yang meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan/atau tata
lingkungan. Lingkup layanan jasa pengawasan pekerjaan konstruksi dapat terdiri atas jasa pengawasan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, serta pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan waktu dalam proses
pekerjaan dan hasil pekerjaan konstruksi. Lingkup layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan secara terintegrasi dapat terdiri atas jasa rancang bangun; perencanaan, pengadaan, dan
pelaksanaan terima jadi atau penyelenggaraan pekerjaan terima jadi.Bentuk usaha jasa konstruksi dapat
berbentuk orang perseorangan atau badan usaha. Badan usaha dapat berupa badan hukum seperti
Perseroan Terbatas dan koperasi, selain itu dapat pula bukan badan hukum, seperti CV dan Firma. Jika
badan usaha itu usaha asing, badan usaha itu harus berbadan hukum yang dapat disamakan dengan
Perseroan Terbatas (PT).5 Setiap perusahaan jasa konstruksi harus memiliki izin usaha bidang jasa
konstruksi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah di tempat domisilinya dan berlaku untuk seluruh
wilayah Indonesia. Izin usaha diberikan kepada perusahaan jasa konstruksi yang telah memiliki
sertifikat klasifikasi dan kualifikasi dan tanda registrasi badan usaha yang dikeluarkan oleh Lembaga
Jasa Konstruksi. Pada umumnya kegiatan konstruksi dimulai dari perencanaan yang dilakukan oleh
konsultan perencana dan kemudian dilaksanakan oleh kontraktor konstruksi yang merupakan manajer
proyek/kepala proyek. Para pihak tersebut bekerja didalam kantor, sedangkan pelaksanaan dilapangan
dilakukan oleh mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang dan ahli bangunan lainnya
untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Transfer perintah tersebut dilakukan oleh Pelaksana
Lapangan. Dalam pelaksanaan bangunan ini, juga diawasi oleh Konsultan Pengawas (Supervision
Engineer). Suatu konstruksi biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu. Hal ini terkait dengan
metode penentuan besarnya biaya yang diperlukan, rancang bangun, dan efek lain yang akan terjadi
saat pelaksanaan konstruksi. Sebuah jadwal perencanaan yang baik, akan menentukan suksesnya
sebuah bangunan yang terkait dengan pendanaan, dampak lingkungan, keamanan lingkungan,
ketersediaan material, logistik, ketidaknyamanan publik terkait dengan pekerjaan konstruksi, persiapan
dokumen tender, dan lain sebagainya. Bentuk fisik disini adalah bangunan konstruksi yang melekat
dengan tanah seperti gedung, rumah, jalan, dermaga, bendungan, bendung dan lain sebagainya dan tidak
suatu bangunan konstruksi yang berpindah-pindah ataupun tergantung di udara seperti konstruksi
mobil, konstruksi kapal, konstruksi pesawat terbang dan lain-lain. Sedangkan dalam UUJK disebut juga
bahwa bentuk fisik lain ialah dokumen lelang, spesifikasi teknis dan dokumen lain yang digunakan
untuk membangun konstruksi tersebut. Terdapat dua pihak dalam layanan jasa konstruksi yang
mengadakan hubungan kerja berdasarkan hukum, yakni pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna
jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaa atau proyek
yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang
kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
pihak penyedia jasa dapat berfungsi sebagai penyedia jasa utama dari penyedia jasa lainnya. Disisi lain
muncul istilah pengguna jasa yaitu yang memberikan pekerjaan yang bisa berbentuk orang
perseorangan, badan usaha maupun instansi pemerintah. Sehingga pengertian utuhnya dari Usaha Jasa
Konstruksi adalah salah satu usaha dalam sektor ekonomi yang berhubungan dengan suatu perencanaan
atau pelaksanaan dan atau pengawasan suatu kegiatan konstruksi untuk membentuk suatu bangunan
atau bentuk fisik lain yang dalam pelaksanaan penggunaan atau pemanfaatan bangunan tersebut
menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat pemakai atau pemanfaat bangunan tersebut,
tertib pembangunannya serta kelestarian lingkungan hidup.6Bentuk fisik disini adalah bangunan
konstruksi yang melekat dengan tanah seperti gedung, rumah, jalan, dermaga, bendungan, dan lain
sebagainya dan tidak suatu bangunan konstruksi yang berpindah-pindah ataupun tergantung di udara
seperti konstruksi mobil, konstruksi kapal, konstruksi pesawat terbang, dan lain-lain. Sedangkan dalam
UUJK disebut juga bahwa bentuk fisik lain ialah dokumen lelang, spesifikasi teknis dan dokumen lain
yang digunakan untuk membangun konstruksi tersebut. Hubungan kerja antara pengguna jasa dan
penyedia jasa didasarkan atas hukum dan dituangkan dalam bentuk kontrak kerja konstruksi. Kontrak
kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum atara pengguna jasa dan
penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.7 Pengguna jasa harus memiliki
kemampuan membayar biaya pekerjaan konstruksi yang didukung oleh dokumen pembuktian dari
lembaga perbankan dan/atau lembaga keuangan bukan bank. Pengikatan dalam hubungan kerja jasa
konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara
pelelangan umum atau terbatas. Pengikatan merupakan suatu proses yang ditempuh oleh pengguna jasa
dan penyedia jasa pada kedudukan yang sejajar dalam mencapai suatu kesepakatan untuk melaksanakan
pekerjaan konstruksi. Hak dan kewajiban harus memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan. Sebaliknya,
hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan
pekerjaan konstruksi, seperti halnya yang terdapat dalam UndangUndang Jasa Konstruksi Pasal 18 ayat
1 sampai ayat 4. Menurut pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian tidak
hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam perjanjian, tetapi juga untuk “segala
sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan (diwajibkan) oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-
undang”. Dengan demikian, setiap perjanjian dilengkapi dengan aturan-aturan yang terdapat di dalam
undangundang, dalam adat kebiasaan (di suatu tempat dan di suatu kalangan tertentu),

sedangkan kewajiban-kewajiban yang diharuskan oleh kepatutan (norma-norma kepatutan) harus juga
diindahkan

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konstruksi

Konstruksi adalah suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana yang meliputi
pembangunan gedung (building construction), pembangunan prasarana sipil (Civil Engineer),
dan instalasi mekanikal dan elektrikal. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari
beberapa pekerjaan lain yang berbeda yang tujuan akhirnya adalah satu unit bangunan, itulah
sebabnya ada bidang/sub bidang yang dikenal sebagai klasifikasi.
Kegiatan konstruksi dimulai dari perencanaan yang dilakukan oleh konsultan
perencana (team Leader) dan kemudian dilaksanakan oleh kontraktor konstruksi yang
merupakan manajer proyek/kepala proyek. Orang-orang ini bekerja didalam kantor, sedangkan
pelaksanaan dilapangan dilakukan oleh mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan,
tukang dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Pembagian
pekerjaan atau pemindahan pekerjaan tersebut dilakukan oleh Pelaksana Lapangan. Dalam
pelaksanaan bangunan ini, juga diawasi oleh konsultan pengawas (SupervisionEngineer).
Dalam melakukan suatu pekerjaan konstruksi biasanya dilakukan sebuah perencanaan
terpadu. Hal ini terkait dengan metode penentuan besarnya biaya yang diperlukan, rancang
bangun, dan ketentuan-kentuan lain yang kemungkinan akan terjadi saat pelaksanaan
konstruksi. Sebuah jadual perencanaan yang baik, akan menentukan suksesnya sebuah
bangunan yang terkait dengan pendanaan, dampak lingkungan, keamanan lingkungan,
ketersediaan material, logistik, ketidaknyamanan publik terkait dengan pekerjaan konstruksi,
persiapan dokumen tender, dan lain sebagainya.

2.2 Jasa Kontruksi

Menurut Undang-undang tentang Jasa konstruksi, "Jasa Konstruksi" adalah layanan


jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. "Pekerjaan
Konstruksi" adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau
pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan
Dari pengertian dalam UUJK tersebut maka dalam masyarakat terbentuklah "USAHA
JASA KONSTRUKSI", yaitu usaha tentang "jasa" aatau services di bidang perencana,
pelaksana dan pengawas konstruksi yang semuanya disebut "PENYEDIA JASA" yang dulu
lebihdikenaldenganbowheratauowner".
Disisi lain muncul istilah "PENGGUNA JASA" yaitu yang memberikan pekerjaan yang bisa
berbentuk orang perseorangan, badan usaha maupun instansi pemerintah.
Sehingga pengertian utuhnya dari Usaha Jasa Konstruksi adalah salah satu usaha dalam
sektor ekonomi yang berhubungan dengan suatu perencanaan atau pelaksanaan dan atau
pengawasan suatu kegiatan konstruksi untuk membentuk suatu bangunan atau bentuk fisik lain
yang dalam pelaksanaan penggunaan atau pemanfaatan bangunan tersebut menyangkut
kepentingan dan keselamatan masyarakat pemakai/pemanfaat bangunan tersebut, tertib
pembangunannya serta kelestarian lingkungan hidup.

Contoh bentuk fisik Jasa Kontruksi yaitu Jasa Konstruksi Bangunan (Bandar Udara dan
Pelabuhan), Jasa Konstruksi Elektrikal (Komunikasi dan Pekerjaan Gas), Jasa Konstruksi
Reklamasi (Saluran, Bendungan, Waduk, Pipa, dan Kanal) .

Bentuk fisik disini adalah bangunan konstruksi yang melekat dengan tanah seperti
gedung, rumah, jalan, dermaga, bendungan, bendung dan lain sebagainya dan tidak suatu
bangunan konstruksi yang berpindah-pindah ataupun tergantung di udara seperti konstruksi
mobil, konstruksi kapal dll. Sedangkan dalam UUJK disebut juga bahwa bentuk fisik lain ialah
dokumen lelang, spesifikasi teknis dan dokumen lain yang digunakan untuk membangun
konstruksi tersebut.

Ada 3 (tiga) katagori kegiatan yang tercakup dalam jenis usaha jasa konstruksi menurut
UU No. 18 Tahun 1999, yaitu :

1. perencana konstruksi yaitu yang memberikan layanan jasa perencanaaan dalam


konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai
dari studi pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen kontrak kerja
konstruksi, ini umumnya disebut Konsultan Perencana.
2. pelaksana konstruksi yaitu yang memberikan layanan jasa pelaksanaan dalam
pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari
kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil
pekerjaan konstruksi, yang umumnya disebut Kontraktor Konstruksi.
3. pengawasan konstruksi yaitu kegiatan yang memberikan layanan jasa pengawasan baik
sebagian atau keseluruhan pekerjaan pelaksanaan konstruksi mulai dari penyiapan
lapangan sampai dengan penyerahan akhir konstruksi, ini biasa disebut Konsultan
Pengawas.

2.3 Asas dan Tujuan Jasa Konstruksi


Asas adalah sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat. Asas juga dapat
berarti suatu alam pikiran atau cita-cita ideal yang melatarbelakangi pembentukan norma
hukum, yang konkret dan bersifat umum atau abstrak.31Berdasarkan Pasal 2 UU Jasa
Konstruksi, mengenai asas jasa konstruksi disebutkan : “Pengaturan jasa konstruksi
berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan,
kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan keselamatan demi kepentingan
masyarakat, bangsa, dan negara.”
1. Asas kejujuran dan keadilan

Hakikat keadilan adalah penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan dengan
mengkajinya dengan suatu norma yang menurut pandangan subyektif melebihi norma-norma
lain.32Asas kejujuran dan keadilan mengandung pengertian kesadaran akan fungsinya dalam
penyelenggaraan tertib jasa konstruksi serta bertanggung jawab memenuhi berbagai kewajiban
guna memperoleh haknya.

2. Asas manfaat

Asas manfaat mengandung pengertian bahwa segala kegiatan jasa konstruksi harus
dilaksanakan berlandaskan pada prinsip-prinsip profesionalitas dalam kemampuan dan
tanggung jawab, efisiensi dan efektifitas yang dapat menjamin terwujudnya nilai tambah yang
optimal bagi para pihak dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dan bagi kepentingan nasional.

3. Asas keserasian
Keserasian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keharmonisan;
kesepadanan; keselarasan. Asas keserasian dalam jasa konstruksi mengandung pengertian
keharmonisan dalam interaksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan bermanfaat tinggi.

4. Asas keseimbangan

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Dalam hal ini, pengguna jasa dan penyedia jasa haruslah memenuhi
dan melaksanaan perjanjiannya yang sudah diikat dalam kontrak kerja konstruksi yang telah
disepakati.

5. Asas Kemandirian

Asas kemandirian mengandung pengertian tumbuh dan berkembangnya daya saing jasa
konstruksi nasional.

6. Asas keterbukaan

Asas keterbukaan mengandung pengertian ketersediaan informasi yang dapat diakses


sehingga memberikan peluang bagi para pihak, terwujudnya transparansi dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang memungkinkan para pihak dapat melaksanakan
kewajiban secara optimal dan kepastian akan hak dan untuk memperolehnya serta
memungkinkan adanya koreksi sehingga dapat dihindari adanya berbagai kekurangan dan
penyimpangan.

7. Asas kemitraan
Asas ini mengandung pengertian hubungan kerja para pihak yang harmonis, terbuka
bersifat timbal balik, dan sinergis.37Dengan asas ini dapat diwujudkan keterkaitan yang
semakin erat dalam suatu kesatuan yang efisien dan efektif antar penyedia jasa Kemitraan
tersebut sekaligus memberikan peluang usaha yang semakin besar tanpa mengabaikan kaidah
efisiensi dan efektivitas seerta kemanfaatan.
8. Asas keamanan dan keselamatan
Asas keamanan dan keselamatan mengandung pengertian terpenuhinya tertib
penyelenggaraan jasa konstruksi, keamanan lingkungan dan keselamatan kerja, serta
pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi dengan tetap memperhatikan kepentingan umum.

Menurut Pasal 3 UU Jasa Konstruksi disebutkan pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk:
1. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan
struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi
yang berkualitas;
2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta
meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi.
Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa semua yang berkaitan dengan asas-asas
dan tujuan pengaturan jasa konstruksi tersebut ditujukan untuk kepentingan masyarakat,
bangsa dan negara. Berkaitan dengan pelaksanaan jasa konstruksi sebagai bagian dari
manajemen proyek/konstruksi, maka lingkup layanan jasa konstruksi sebagaimana Pasal 3
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 adalah lingkup pelayanan jasa perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan.

2.4 Hambatan Jasa Kontruksi


Berikut beberapa hambatan dalam jasa kontruksi dapat dilihat dari aspek kekeluargaan,
lingkungan sosial, politik, dan ekonomi.
A. Kekeluargaan
 Persaingan tidak sehat
 Tidak transparan
 Tertutup
 Perlakuan tidak adil
 Diskriminasi
B. Lingkungan Sosial
 SDM rendah  produktivitas rendah
 Iklim tropis
 Besarnya pengangguran
 Besarnya ketimpangan distribusi pendapatan
 Tekanan penduduk yang berat
C. Politik
 Lemahnya perencanaan dan sistem administrasi
 Permainan politik yang tidak sehat
D. Ekonomi
 Minim modal usaha  minim peralatan
 Kapital rendah
 Nilai perdagangan luar negeri rendah
 Penggunaan tanah yang produktivitasnya rendah

2.5 Dalil Tentang Usaha Jasa Kontruksi


a. Dalam hadist dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“ Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya


kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.”

b. Surat An-Nahl ayat ke 90


Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan,
memberi kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

c. Hadist “Menginginkan Kebahagiaan Dunia-Akhirat Harus Wajib dengan Ilmu”

“Artinya : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya
memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib
baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya
memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
Dari sekian banyak pembahasan yang tertera di atas maka dapat kita simpulkan bahwa
menejemen proyek sangat lah penting dalam suatu menejemen konstruksi dimana dengan
proyek konstruksi yang se rumit dan sebesar itu tentunya di perlukan suatu alat yang berguna
dalam pengaturan jalanya proyek tersebut yang disebut menejemen proyek konstruksi.

Saran
Mengingat begitu pentingnya dan sentralnya menejemen proyek posisinya dalam
menejemen konstruksi maka di sarankan agar melakukan persiapan sematang – matangnya
dalam melakukan perencanaan menejemen karena kalau adanya kesalahan menejemen maka
akan gagal total lah suatu proye tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.pengadaan.web.id/2016/10/pengertian-dan-jenis-usaha-jasa-
konstruksi.html
2. http://triantomedia.blogspot.co.id/2011/01/apa-itu-usaha-jasa-konstruksi.html

Anda mungkin juga menyukai