Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

SOSIALISASI SESI I
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

OLEH:
KELOMPOK 1

DESY FRANSISCA
CHICI WULANDARI
AMEYLIA HILDA MUKLATI
NAILUS SUAIDAH NASUTION
DWI SETIYORINI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2017
Rencana Terapi Aktivitas Kelompok

A. Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schozoprenia selalu diikuti
dengan gangguan sensori persepsi sensori : halusinasi. Terjadinya halusinasi
dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya,
hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari
sosialisasi dengan lingkungkngan disekitarnya
Di Ruang Perkutut terdapat 24 pasien. Menurut data statistik ruang rawat
sampai bulan Desember 2017, kasus yang terjadi setahun terakhir adalah
gangguan sensori persepsi: halusinasi; isolasi sosial; harga diri rendah, defisit
perawatan diri; risiko perilaku kekerasan; dan waham. Adapun rincian kasus
yang di terdapat di Ruang Perkutut adalah sebanyak berapaa orang mengalami
halusinasi. Hal tersebut menunjukan bahwa berapaa persen pasien di ruang
belimbing mengalami halusinasi.
Oleh karena itu, di Ruang Perkutut perlu dilakukan terapi aktivitas
kelompok halusinasi untuk membantu pasien mengontrol halusinasinya.
Kegiatan terapi aktivitas kelompok halusinasi sudah berlangsung satu sesi,
sehingga perlu diadakan sesi dua dari terapi akitvitas kelompok halusinasi di
ruang Belimbing, yaitu dengan cara menghardik.

B. Topik
Mengontrol halusinasi dengan menghardik
C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Klien dapat mengenali dan mengontrol halusinasi yang dialami.
2. Tujuan Khusus:
a) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengontrol halusinasinya.
b) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
c) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
D. Landasan Teoritis
1. Defenisi Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera
tersebut (Izzudin, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman
sensori yang salah (Stuart, 2007).
2. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi
dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
a) Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara –
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b) Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau
panorama yang luas dan kompleks.Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
c) Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhirup
bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
d) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikkan.
f) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.

3. Tanda dan Gejala


a. Berbicara sendiri
b. Tersenyum atau tertawa sendiri
c. Disorientasi
d. Pikiran cepat berubah – ubah
e. Bersikaap seperti mendengar
f. Konsentrasi rendah
g. Berhenti berbicara di tengah-tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
h. Kekacauan alur piker
i. Respon tidak sesuai

E. Konsep Terapi Aktifitas Kelompok.


1. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas
yang dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama (Keliat, 2004). Aktivitas digunakan
sebagai terapi sedangkan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru
yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. TAK
dirancang untuk meningkatkan kesehatan psikologis dan emosional pasien
dengan masalah keperawatan jiwa sehingga diharapkan dapat membantu
anggota dalam meningkatkan koping dalam mengatasi stressor dalam
kehidupan.
2. Metode Terapi Aktifitas Kelompok
Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini
adalah metode:
a. Diskusi dan tanya jawab.
b. Melengkapi jadwal harian.
Kegiatan TAK menggunakan sistem Sesi yang dibagi menjadi lima
sesi, setiap sesi memiliki tujuan khusus yang berbeda. Pada TAK kali ini
adalah melanjutkan kegiatan TAK sebelumnya, kali ini adalah TAK untuk
sesi kedua yaitu menghardik halusinasi.
3. Tata Tertib dan Program Antisipasi
a. Tata Tertib
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2) Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3) Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
4) Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan
(TAK) berlangsung.
5) Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6) Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
7) Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8) Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun Tak
belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota
untuk memperpanjang waktu TAK kepada anggota.
b. Program Antisipasi
Ada beberapa langkah yanga dapat diambil dalam mengantisipasi
kemungkinan yang akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-
langkah yang diambil dalam program antisipasi masalah adalah:
1) Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun
pada saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang
diambil adalah: mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi
sesuai dengan kriteria dan telah disepakati oleh anggota kelompok
lainnya.
2) Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak
mentaati tata tertib yang telah disepakati, maka berdasarkan
kesepakatan ditegur terlebih dahulu dan bila masih tidak cooperative
maka dikeluarkan dari kegiatan.
3) Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader
memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan
tidak boleh dilakukan.
4. Klien
a. Karakteristik:
Klien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi, dapat diajak
bekerjasama, tidak disorientasi, bicara koheren, kooperatif, sehat fisik,
tidak memiliki gangguan pendengaran dan penglihatan, dan dapat
memahami pesan yang diberikan.
b. Proses Seleksi:
1) Pengkajian dilakukan oleh mahasiswa terkait kondisi umum klien
(diagnosis saat ini dan intervensi yang sudah didapat)
2) Klien telah mengikuti sesi 1 TAK halusinasi
3) Mengadakan kontrak dengan klien
4) Penyelesaian masalah berdasarkan masalah keperawatan
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti TAK serta pasien
sebagai cadangan yaitu :
a) Klien peserta TAK :
1. Bayu
2. Viki
3. Buyung
4. Ibrohim
5. Hakim
b) Klien peserta TAK cadangan :
1. Eman
2. Frans
5. Pengorganisasian
a. Waktu : Rabu, 27 Desember 2017 pukul 09.00 (selama 45 menit)
b. Target : 5 orang pasien
c. Tim Terapis :
1) Leader :
Uraian tugas:
a) Menjelaskan tujuan pelaksanaan TAK
b) Menjelaskan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan dimulai
c) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
d) Mampu memimpin TAK dengan baik

2) Co-Leader :
Uraian tugas:
a) Membuka acara.
b) Mendampingi leader
c) Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
d) Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
e) Menutup acara diskusi.

3) Fasilitator I :
Uraian tugas:
a) Meyakinkan semua anggota tim telah memakai name-tag.
b) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktivitas klien
c) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
d) Mengoperasikan laptop.

4) Fasilitator II:
Uraian tugas:
a) Memasang name-tag kepada semua klien.
b) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c) Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan
berlangsung
d) Mempertahankan kehadiran peserta
e) Mencatat perilaku verbal dan nonverbal klien selama kegiatan
berlangsung.

5) Observer :
Uraian tugas:
a) Mengobservasi jalannya/ proses kegiatan
b) Mengingatkan leader tentang waktu

d. Media dan alat


1) Kursi
2) Bola plastic
3) Name-tag untuk tiap klien
4) Name-tag untuk tim terapis
5) Laptop untuk memutar musik

e. Setting tempat
1) Terapis dan klien duduk bersama setengah lingkaran
2) Ruangan nyaman dan tenang

Keterangan:
: Leader : Co-Leader : Fasilitator
: Observer : Pasien
f. Metode dan Strategi
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran / simulasi
g. Proses pelaksanaan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama (name-tag).
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan cara yang telah
dipelajari untuk mengontrol halusinasi.

c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi
dengan menghardik
2) Terapis menjelaskan aturan main, yaitu:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta ijin
kepada terapis
b) Lamanya kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasinya. Ulangi sampai semua
klien mendapat giliran.
b. Beri pujian setiap klien selesai bercerita.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul.
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu: “Pergi pergi
jangan ganggu saya, kamu suara/bayangan palsu, kamu tidak nyata”
e. Terapis meminta masing-masing klien untuk memperagakan cara
menghardik halusianasi dengan cara memutar musik lalu mengoper bola
plastik ke teman disamping nya sesuai arah jarum jam lalu music nya di
matikan, pasien yang memegang bolanya akan mendapatkan giliran
pertama, setelah itu kemudian memutar musik nya lagi untuk mengundi
giliran selanjutnya dan seterusnya sampai semua nya mendapatkan
giliran.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
saat setiap klien selesai menghardik halusinasi.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.
3) Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak Lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
2) Memasukkan kegiatan yang telah dilatih kedalam jadwal kegiatan
harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis menyepakati TAK yang akan datang, yaitu belajar mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.

2. Evaluasi dan Dokumentasi


a) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang
diharapkan adalah mengatasi halusinasi dengan menghardik.
Kriteria Evaluasi
1. Sebanyak 65% memahami cara yang selama ini dilakukan untuk
mengontrol halusinasinya..
2. Sebanyak 60% memahami cara menghardik halusinasi
3. Sebanyak 50% klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

b) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi: halusinasi sesi 2. Klien mampu memperagakan cara menghardik
dalam mengontrol halusinasi. Anjurkan klien menggunakan cara tersebut,
jika halusinasi muncul, lalu masukkan kedalam jadwal harian.

3. Format Evaluasi (Terlampir)

4. Referensi
Carpenito, L. J. (2000). Handbook of nursing diagnosis. (M. Ester,
Penerjemah). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Inc.
(Sumber asli diterbitkan 1999)
Keliat, Budi Anna, Akemat. (2005). Keperawatan jiwa : Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta : EGC.
Stuar, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 . Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

STRATEGI PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


( SP TAK )
HALUSINASI
SESI II
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
2. Kriteria Anggota :
a. Klien dengan riwayat schizophrenia dengan disertai gagguan persepsi
sensori halusinasi.
b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengaklami perilaku agresif atau
mengamuk, dalam keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative)
d. Klien sudah mengikuti TAK Sesi I.
3. Nama Anggota :

Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti TAK serta pasien


cadangan yaitu :
Klien peserta TAK :
1. Bayu
2. Viki
3. Buyung
4. Ibrohim
5. Hakim
Klien peserta TAK cadangan :
1. Eman
2. Frans

4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

5. Tujuan :

a. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk


mengatasi halusinasi
b. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
c. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

6. Tindakan Keperawatan :
a) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 1.
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b) Orientasi
(1) Salam terapeutik
(a) Salam dari Terapis kepada klien.
(b) Klien dan terapis pakai papan nama.
(2) Evaluasi / Validasi.
(a) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
(b) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi,
waktu, situasi, dan perasaan.
(3) Kontrak
(a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara
mengontrol halusinasi (menghardik Halusinasi).
(b) Menjelaskan aturan main, yaitu :
i. Jika ada klien ang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta ijin pada terapis.
ii. Lama kegiatan 45 menit.
iii. Setiap klien mengikuti kegiatan harus dari awal sampai
selesai.

c) Tahap Kerja
(1) Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai
semua klien mendapat giliran.
(2) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
(3) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul.
(4) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu :
“Pergi,.jangan gangu saya”, “Saya mau bercakap-cakap
dengan…”.
(5) Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardikhalusinasi dimulai dari klien disebelah kiri terapis
berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapat
giliran.
(6) Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk
tangan saat klien selesai menghardik halusinasi.
d) Tahap Terminasi.
(1) Evaluasi
i. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
ii. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Rencana Tindak Lanjut
a) Terapis menganjurkan klien utuk menerapkan cara yang telah
dipeljari jika halusinasi muncul.
b) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan
harian klien.
(3) Kontrak yang akan datang
i. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan.
ii. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK
berikutnya.

B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi Bapak, masih ingat dengan saya bukan..?”


b. Validasi

“Bagaimana tidurnya semalam..? Nyenyak tidak..? Bagus…Oh


ya..masih ingat tidak hari ini kita akan melakukan kegiatan terapi
kelompok tentang apa..? Bagus,ternyata masih pada ingat semua ya..”
c. Kontrak

“Baiklah…hari ini kita akan melakukan salah satu kegiatan mengontrol


halusinasi yaitu dengan cara menghardik… Sudah siap semua Bapak,
Oke.. ingin berapa lama ini nanti kegiatan kita? Setuju...30 menit saja
seperti kemarin ya.. Mari kita mulai..”
2. Fase Kerja

“Sebelum kita mulai, ada yang ingin bertanya tidak? Baiklah, karena
tidak ada kita langsung mulai saja ya.. Jadi, ketika suara-suara itu
datang..Bapak, bisa mengatakan hal seperti ini..” Pergi,.jangan ganggu
saya”, “Saya tidak mau mendengar suara Anda dan saya mau bercakap-
cakap dengan…” Bagaimana..bisa kan? Coba tolong dipraktekkan satu
per satu tapi dengan undian bola ini ya, dimulai dari kiri terus berputar
searah jarum jam dan ketika musik berhenti yang terakhir memegang bola
ini nanti yang akan praktek dulu dan begitu seterusnya ya..jadi biar adil
dan merata semua mendapat giliran.. Oke..kita mulai sekarang..”
Wah..bagus sekali yang telah dilakukan bapak...beri tepuk tangan untuk
keberhasilan bapak.. karena telah sukses melakukannya.. Nah sekarang
kita mulai lagi undiannya…
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi

“Bagaimana perasaan bapak - bapak setelah melakukan kegiatan ini?


Wah saya sangat bangga dengan bapak - bapak karena mampu
memperagakan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik..
tepuk tangan untuk semua..”
b. Rencana Tindak lanjut

“Karena semua telah berhasil melakukan cara menghardik, misalkan


suara-suara itu datang lagi jangan lupa untuk menerapkannya jika
halusinasi suara itu muncul lagi.. sudah mengerti bapak - bapak?
Bagus…Oh ya, saya lupa bilang..jangan lupa juga untuk
memasukkannya ke dalam jadwal kegiatan harian seperti yang
kemarin ya…”
c. Kontrak yang akan datang

“Baiklah..karena waktu kesepakatan kita telah berakhir..bagaimana


kalu besok kita melakukan terapi lagi dengan cara yang lain yaitu
dengan melakukan kegiatan..? Setuju semua? Baiklah, besok mau
terapi kelompok lagi dimana dan jam berapa? Oke..seperti hari ini
lagi ya..baiklah..sekarang bapak - bapak bisa melanjutkan
kegiatannya lagi.. Selamat siang...”
FORMULIR EVALUASI
TAK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI
SESI 2: MENGHARDIK HALUSINASI

Nama Klien
No. Aspek yang dinilai

Menyebutkan cara yang selama ini digunakan


1
mengatasi halusinasi
2. Menyebutkan efektivitas cara
Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan
3.
menghardik.
4. Memperagakan menghardik halusinasi

ASPEK NON VERBAL

No. Aspek yang dinilai Nama Klien

1 Kontak mata
2 Duduk Tegak
3 Menggunakan bahasa tubuh yang
sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari awal
5 Jumlah

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan dengan ketentuan nilai 20 jika
klien mampu melakukan dengan maksimal dan beri nilai 15 jika klien
melakukan sebagian, dan beri nilai 10 jika klien dibimbing, dan beri nilai 0
jika klien tidak dapat melakukan sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai