Anda di halaman 1dari 7

Telaah Kasus

PULPEKTOMI NON VITAL PADA GIGI 45 DENGAN


DIAGNOSANEKROSIS PULPA

Oleh :

Leilyani Sari
1210342025

Pembimbing :
Drg. Deli Mona, Sp.KG

DEPARTEMEN KONSERVASI
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS
2017
TELAAH KASUS
PULPEKTOMI NON VITAL PADA GIGI 45 DENGAN
DIAGNOSA NEKROSE PULPA

Nama operator : Leliyani Sari


No.BP : 1210342025
Preseptor : Drg Delimona, Sp.KG
Tanda Tangan :

A. Data Pasien
Nama :
Jenis Kelamin : Perempuan, 30 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
No. Rekam medik : 003364
Elemen Gigi : 45

B. Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Subjektif
1. CC : Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas tambalannya lepas sejak ± 2
tahun yang lalu
2. PI : sekitar 2 tahun yang lalu gigi pernah ditambal dengan tambalan sewarna gigi. gigi
sekarang tidak pernah terasa sakit dan ngilu ketika makan maupun minum yang panas
atau dingin. Gigi juga tidak pernah sakit spontan.
3. PDH : Pasien pernah ke dokter gigi untuk menambal gigi, mencabut gigi 1 tahun
yang lalu.
4. PMH : pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, pasien tidak pernah dirawat
dirumah sakit dan tidak ada riwayat alergi makanan ataupun obat-obatan.
5. FH : Ayah dan Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
6. SH : pasien adalah seorang mahasiswi ekonomi unand

C. Pemeriksaan Objektif
Sondasi (-)
Perkusi ( + ) sakit
Palpasi (-)
Termal ( - ) tidak terasa dingin
Tes tekan (+ ) terasa sakit saat menggigit
Tes mobility ( - )

D. Diagnosa/Rencana Perawatan : Nekrose Pulpa disertai lesi periapical / Pulpektomi


Non Vital
E. Pemeriksaan Penunjang : Rontgen periapikal pada gigi 45
Berdasarkan hasil rontgen terlihat bahwa pada gigi 45 terdapat :
 kehilangan struktur gigi pada bagian mesial dan distal. Pada bagian mesial
kehilangan struktur gigi mencapai kamar pulpa bagian mesial
 ligament periodontal pada gigi 45 telah mengalami penebalan yang ditunjukkan
dengan gambaran radiolusen sekeliling akar gigi
 terdapat gambaran radiolusen pada akar bagian distal dengan ukuran ± 1mm

F. Prognosa : Baik , pasien kooperatif, usia muda, saluran akar dapat diakses

G. Alat dan Bahan yang digunakan :

No Alat Bahan
1 Diagnostik set Cotton roll
2 Bur diamond Cotton pellet
3 Jarum miller Paper point
4 Jarum ekstirpasi Calsium hidroksida
5 Spuit Pasta sealer (endometason)
6 File 08,10 Eugenol
7 Plugger Gutapercha
8 Lentulo NaoCl dan H2O2
9 Endometer Bahan tambalan sementara
10 Glass lab Kapas steril
11 Semen spatel Gutapercha
12 Semen stopper Alkohol
13 Lampu spritus
14 Endo acsess
15 Jarum endodontic

H. Prosedur Kerja
- Informed concent
- Rontgen foto periapikal gigi 45

Kunjungan 1

1. Tentukan panjang kerja berdasarkan rontgen foto


Panjang gigi sebenarnya = a x b /c
a = panjang gigi pada rontgen foto
b = panjang mahkota klinis
c = panjang mahkota pada rontgen foto

2. Lakukan preparasi gigi yang bertujuan membuka atap pulpa (mencari orifis)
- Buat outline form pada email gigi
- Preparasi gigi dengan menggunakan bur bundar pada outline form sampai terbuka
atap pulpa, bersihkan debris
- Preparasi akses dengan mengggunakan bur slindris/bur endo akses sampai ditemukan
orifis
- Gunakan jarum ekstirpasi agar pulpa meililit dan dapat ditarik keluar

3. Irigasi dengan NaOCl dan H2O2 secara bergantian. Setiap irigasi harus akhiri dengan
NaOCl. Jangan menyemprotkan udara ke kavitas karena dapat mendorong debris ke
apeks.
4. Preparasi saluran akar dengan teknik step back
 Preparasi apikal
1) Tentukan Initial Apical File (IAF), yaitu nomor file yang pertama kali bisa
masuk sepanjang panjang kerja di saluran akar
2) Perbesar bagian apikal dengan gerakan memutar searah jarum jam,
kemudian dengan arah berlawanan ditarik keluar
3) Preparasi apikal dilakukan minimal 3 nomor lebih besar dari IAF (misal :
IAF nomor 15, perbesar dengan file nomor 20, 25 dan 30)
4) Ukuran file yang terakhir digunakan pada preparasi apikal disebut MAF
(Master Apical File). Ukuran MAF akan sama dengan MAC (Master Apical
Cone = cone gutta perca utama)
5) Lakukan irigasi setiap penggantian ukuran file
 Preparasi saluran akar
1) Preparasi saluran akar dimulai dengan file ukuran lebih besar dari MAF dan
panjang kerja dikurangi 1mm dari panjang kerja
2) Lakukan preparasi dengan gerakan yang sama sampai file terasa longgar
3) Lakukan rekapitulasi yaitu pengukuran panjang kerja dengan MAF.
Panjang kerja harus sama dengan panjang awal
4) Ganti file dengan ukuran 1 nomor lebih besar dan panjang kerja dikurangi
1mm
5) Setiap pergantian file dilakukan irigasi dan rekapitulasi
6) Preparasi saluran akar minimal hingga 3 nomor lebih besar dari MAF
7) Haluskan dinding saluran akar dengan file MAF dengan gerakan menekan
dinding saluran akar dan tarik file keluar
Reaming dan filling dilakukan pada saluran akar yang terisi cairan irigasi. Tidak boleh
dilakukan pada saluran akar yang kering.
a. Irigasi saluran akar
Irigasi sesering mungkin setiap pergantian alat dengan NaOCl dan H2O2 secara
bergantian. Setiap irigasi harus diakhiri dengan larutan NaOCl. Irigasi dengan
menggunakan spuit untuk irigasi secara perlahan. Jangan menyemprotkan larutan
irigasi melewati apeks. Jangan menyemprotkan udara ke dalam kavitas karena dapat
mendorong debris ke apeks
b. Sterilisasi saluran akar
- Keringkan saluran akar dengan paper point
- Masukkan pasta calsium hidroksida pada dinding saluran akar dengan menggunakan
lentulo
- Letakkan cotton pellet steril pada kamar pulpa
- Tutup dengan tambalan sementara
- Cek Oklusi

Kunjungan 2 dan 3 ( 1 minggu)

1. Cek perkusi
2. Bongkar tambalan sementara
3. Keluarkan cotton pellet
4. Cek apakah kalsium hidroksida yang diaplikasikan ke saluran akar sudah kering atau
masih basah. Jika masih basah berarti saluran akar belum steril
5. Irigasi dengan NaOCl dan H2O2
6. Apikasikan kembali kalsium hidroksida kembali
7. Bisa diakukan 2-3 kali pergantian obat
8. Letakkan cotton pellet pada kamar pulpa
9. Tutup dengan tambalan sementara
10. Follow up 1 minggu kemudian

Kunjungan 4
1. Cek perkusi
2. Bongkar tambalan sementara
3. Keluarkan cotton pellet
4. Jika kalsium hidroksida pada saluran akar sudah kering, ini menandakan saluran akar
sudah bersih dan siap untuk diobturasi
5. Irigasi saluran akar dengan NaOCl dan H2O2
6. Keringkan saluran akar dengan paper point. Ulangi sampai saluran akar kering, dan
terakhir gunakan paper point yang ukuran kecil untuk mencapai daerah apeks
7. Masukkan 1 gutta perca dan masukkan ke dalam saluran akar sampai panjang kerja
kemudian dipotong hingga batas orifis
8. Hitung panjang cone gutta perca sebagai panduan kemudian masukkan kedalam
saluran akar dan ditutup dengan kapas dan tambalan sementara
9. Lakukan foto rontgen TRIAL

Kunjungan 5

1. Bongkar tambalan sementara jika hasil foto trial menunjukkan panjang cone sesuai
dengan panjang saluran akar tanpa overfilling dan under filling
2. Keluarkan cotton pellet
3. Keluarkan cone dari saluran akar
4. Irigasi saluran akar dengan NaOCl dan H2O2
5. Keringkan saluran akar dengan paper point. Ukuran paper point harus sama dengan
alat yang terakhir digunakan. Lakukan berulang kali sampai saluran akar kering.
Terakhir gunakan paper point yang lebih kecil supaya bisa mencapai apek untuk
memastikan saluran akar kering.
6. Gunakan gutta perca sesuai ukuran alat yang terakhir atau satu nomor lebih kecil.
Masukkan ke dalam saluran akar sampai ± 1mm mendekati foramen apikal. Beri
tanda
7. Aduk semen atau pasta kemudian masukkan kedalam saluran akar dengan lentulo atau
reamer untuk melapisi dinding saluran akar.
8. Masukkan gutta perca yang sudah dilapisi semen atau pasta kemudian masukkan
kedalam saluran akar sampai tanda yang diberikan
9. Gunakan spreader untuk memadatkan gutta percha kesamping. Ruang yang tersisa
diisi dengan gutta perca tambahan dengan ukuran yang lebih kecil. Lakukan sampai
saluran akar terisi penuh. Teknik pengisian saluran akar ini disebut dengan Lateral
Condensation Technique
10. Potong gutta perca dengan instrumen panas dan padatkan dengan root canal plugger.
Kamar pulpa harus bersih dari gutta perca supaya tidak terjadi perubahan warna.
11. Tutup dengan GIC lining, kemudian tutup dengan kaviton
12. Lakukan rontegn foto untuk melihat kehermetisan hasil obturasi

Kunjungan 6
1. Jika dari hasil obturasi sudah hermetis, lalu tanyakan apakah ada keluhan pasien dan
lakukan tes perkusi, palpasi dan thermal
2. Jika semua pemerikasaan tidak menunjukkan keadaan patologis, dapat dilakukan
restorasi pasca endo.

Anda mungkin juga menyukai