Anda di halaman 1dari 13

BAHAN DISKUSI MODUL BEDAH MINOR

ODONTEKTOMI GIGI 48

Oleh:
Leilyani Sari Z
1210342025

Pembimbing :
drg. Angei Laura, Sp.BM

DEPARTEMEN BEDAH MULUT


RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2017

0
BAB I

PENDAHULUAN

Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan waktu

erupsi masing-masing jenis gigi. Mulai dari fase gigi sulung sampai mengalami

pergantian menjadi fase gigi permanen. Proses erupsi masing-masing gigi, baik pada

fase gigi sulung maupun permanen akan terjadi secara fisiologis dan jarang sekali

mengalami gangguan. Gangguan erupsi pada umumnya terjadi pada fase pergantian

dari gigi sulung menuju fase gigi permanen, sehingga gigi permanen tertentu tidak

dapat mengalami erupsi.1

Menurut Goldberg yang dikutip oleh Tridjaja bahwa pada 3000 rontgen foto

yang dibuat pada tahun 1950 dari penderita usia 20 tahun, 17% diantaranya

mempunyai paling sedikit satu gigi impaksi. Sedang hasil foto panoramik dari 5600

penderita usia antara 17-24 tahun yang dibuat tahun 1971, 65.6% mempunyai paling

sedikit satu gigi impaksi.

Gigi molar ketiga rahang bawah tumbuh pada usia 18-24 tahun dan

merupakan gigi yang terakhir tumbuh, hal itulah yang menyebabkan sering

terjadinya impaksi pada gigi tersebut. Menurut beberapa ahli, frekuensi impaksi gigi

molar ketiga maksila adalah yang terbanyak dibandingkan dengan molar ketiga

mandibula. Kenyataannya di Indonesia berbeda, impaksi gigi molar ketiga mandibula

ternyata frekuensinya lebih banyak dari pada gigi molar ketiga maksila. Dampak dari

adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah gangguan rasa sakit. Keluhan

sakit juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi molar tiga rahang bawah

dan kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya karies pada gigi molar ketiga rahang

bawah.2,3,4

1
Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat mengganggu fungsi

pengunyahan dan sering menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang terjadi

dapat berupa resorbsi patologis gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikular,

rasa sakit neuralgik, serta komplikasi lainnya.5

Adanya komplikasi yang diakibatkan gigi impaksi maka perlu dilakukan

tindakan pencabutan. Pencabutan dianjurkan jika ditemukan akibat yang merusak

atau kemungkinan terjadinya kerusakan pada struktur sekitarnya. Upaya

mengeluarkan gigi impaksi terutama pada molar ketiga rahang bawah dilakukan

dengan tindakan pembedahan yang disebut dengan istilah odontektomi. Odontektomi

sebaiknya dilakukan pada saat pasien masih muda yaitu pada usia 25-26 tahun

sebagai tindakan profilaktik atau pencegahan terhadap terjadinya patologi.5

Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai odontektomi pada pasien yang

datang ke Klinik Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas pada

bulanDesember 2015.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Impaksi

Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya

terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis

sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal di

dalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi. Umumnya gigi yang sering

mengalami impaksi adalah gigi posterior dan jarang pada gigi anterior.1

2.2 Etiologi Gigi Impaksi

Menurut Berger, penyebab gigi impaksi antara lain 1 :

1. Abnormalnya posisi gigi geligi


2. Tekanan dari gigi tetangga terhadap gigi yang impaksi
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi
4. Kekurangan tempat untuk erupsi gigi
5. Penebalan jaringan lunak akibat adanya inflamasi kronis

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi

2.3.1 Indikasi Odontektomi 6

1. Pencegahan terhadap infeksi karena erupsi yang terlambat atau abnormal

(perikoronitis) serta pencegahan terhadap berkembangnya folikel menjadi

keadaan patologis
2. Usia pasien masih muda
3. Menyebabkan karies pada gigi sebelahnya
4. Pencegahan terhadap penyakit periodontal
5. Pencegahan terhadap resorbsi gigi sebelahnya

3
2.3.2. Kontraindikasi Odontektomi 6

1. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut


2. Kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh

kondisi fisik atau mental


3. Usia pasien yang sudah lanjut
4. Kemungkinan terjadinya kerusakan yang luas pada struktur jaringan sekitar

setelah pembedahan

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Data Pasien

Nama : Rezza

4
Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 22 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Status : Belum Menikah

NRM : 00

3.2 Data Umum Pasien

3.2.1 Riwayat Penyakit Sistemik


Penyakit jantung : YA/TIDAK
Hipertensi : YA/TIDAK
Diabetes Melitus : YA/TIDAK
Asma/Alergi : YA/TIDAK
Hepatitis : YA/TIDAK ,
Kelainan GIT : YA/TIDAK
Penyakit Ginjal : YA/TIDAK
Kelainan Darah : YA/TIDAK
Lain-lain : YA/TIDAK

3.2.2 Riwayat Penyakit Terdahulu


Sekarang pasien sehat,berdasarkan keterangan pasien, pasien tidak pernah
menderita penyakit sistemik.

3.2.3 Kondisi Umum


Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Suhu : tidak dilakukan
Tensi : / mmHg

5
Pernapasan : x/menit
Nadi : x/menit

3.3 Pemeriksaan Subjektif

1. Chief Complaint :
Pasien ingin mencabut gigi belakang kanan bawah karena seling terselip

makanan pada daerah tersebut dan susah untuk dibersihkan.


2. Present Illness :
Gigi geraham kanan bawah terasa tidak nyaman sejak beberapa bulan

yang lalu. Sudah muncul sebagian kecil gigi belakang kanan bawah ± 1

tahun lalu, tetapi gigi tidak kunjung tumbuh. Gusi sekitar gigi yang

muncul terasa sakit. Pada sela gigi sering tersangkut makanan.


3. Past Dental History :
Pasien pernah ke dokter gigi untuk membersihkan karang gigi, cabut

gigi , serta nambal gigi


4. Past Medical History
Pasien sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
5. Family History :
Ayah : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Ibu : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik

6. Social History :
Pasien seorang mahasiswa koas kedokteran gigi
1.4 Pemeriksaan Objektif
3.4.1 Pemeriksaan Ekstra Oral
a. Profil : cembung
b. Kelenjar Limfe
Submandibula : kiri : tidak teraba, tidak sakit
: kanan : tidak teraba, tidak sakit
c. Bibir : tidak ada kelainan
d. Wajah : simetris

3.4.2 Pemeriksaan Intra Oral


a. Kebersihan mulut : baik, kalkulus - , plak +, stain +
b. Gingiva : inflamasi (+)
c. Mukosa : tidak ada kelainan
d. Palatum : tidak ada kelainan
e. Frenulum : tidak ada kelainan
f. Lidah : tidak ada kelainan
g. Dasar mulut : tidak ada kelainan

6
3.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen: panoramik
2. Pemeriksaan Laboratorium: tidak dilakukan
3. Foto Klinis

3.6 Diagnosa

Diagnosa untuk kasus ini adalah Impaksi gigi 48 mesioamgular ksl 1 A

3.7 Rencana Perawatan

Rencana perawatan untuk kasus ini adalah odontektomi gigi 38.

3.8 Prognosa

Prognosa kasus ini baik, dikarenakan kondisi umum pasien baik dan pasien

kooperatif.

3.9 Alat dan Bahan

3.9.1 Alat :
Diagnostic set
Spuit
Scalpel
Blade no. 15
Bein
Rasparatorium
Handpiece dan bur tulang
Tang molar ketiga RB
Knabel tang
Bone file
Kuret
Pinset jaringan
Needle holder
Needle
Gunting jaringan
Gunting benang
Suction
Duk lobang steril

7
3.9.2 Bahan :
Surgical handscoon
Masker
Povidon iodine
Pehacain
Kain kassa
Tampon
Cotton ball
Benang 3-0 silk
Aquadest

3.11 Prosedur Bedah

1. Penandatanganan informed consent.


2. Desinfeksi daerah kerja
3. Anestesi
Pada kasus ini akan dilakukan 2 anestesi yaitu anestesi blok

mandibular dan anestesi infiltrasi di bagian bukal.


a. Anestesi blok mandibula

Teknik dari anestesi blok mandibula terdiri dari anestesi blok

mandibula teknik Gow-Gates, anestesi blok mandibula teknik

Akinosi dan anestesi blok mandibula teknik Fisher. Pada

kasus odontektomi ini anestesi blok mandibular yang

digunakan adalah anestesi blok mandibular teknik Fisher,

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Daerah ramus mandibula diraba dengan ujung telunjuk kiri untuk

meraba daerah linea oblique eksterna, kemudian telunjuk digeser ke

median untuk meraba linea oblique interna, ujung lengkung kuku

berada di linea oblique interna.


2. Dengan menjadikan jari telunjuk sebagai penuntun, jarum

dimasukkan di pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang

berlawanan pada regio gigi premolar.

8
3. Jarum dimasukkan sampai bertumpu pada tulang, lalu spuit digeser

sejajar dengan permukaan oklusal gigi posterior.


4. Jarum ditusukkan sambil menyusuri tulang sedalam 10 – 15 mm.
5. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak terkenanya pembuluh

darah.
6. Lakukan deponeering +1 ml untuk menganestesi N. Alveolaris

inferior.
7. Saat menarik jarum dapat dideponeer + 0,5 ml untuk menganestesi

N. Lingualis.
b. Anestesi infiltrasi
Anestesi infiltrasi pada bagian bukal di daerah fornik dengan bevel

jarum menghadap ke gigi dan spuit miring kearah gigi lalu aspirasi dan

deponeer + 0,5 ml untuk menganestesi N. Bukalis.


4. Tunggu + 1 menit sampai anestesi berjalan sebelum dilakukan tindakan.
5. Insisi flap mukoperiosteum dengan menggunakan scalpel dan blade

nomor 15. Insisi yang digunakan pada kasus ini adalah insisi triangular.

Gambar 3.5 Insisi Triangular dengan Menggunakan Blade No. 15

6. Refleksi flap mukoperiosteum dengan rasparatorium sampai periosteum

terlihat.
7. Lakukan pengambilan tulang di bagian bukal dan distalgigi 48 dengan

menggunakan bur tulang. Bur yang dipakai adalah bur bulat dan bur

silindris yang tajam. Pertama bur beberapa titik pada bagian bukal dan

distal dengan bur bulat selanjutnya titik-titik tersebut disatukan dengan

9
bur silindris. Lakukan irigasi sambil membur untuk mengurangi panas

yang timbul pada saat mengebur agar tidak terjadi nekrosis tulang.
8. Selama prosedur pengambilan tulang daerah kerja harus diirigasi dengan

menggunakan aquadest.
9. Luksasi gigi dengan menggunakan bein.
10. Mengeluarkan gigi dengan tang molar ketiga RB.
11. Memotong tulang yang tajam dengan knabel tang, menghaluskan tulang

dengan bone file dan kuretase jaringan dengan kuret.


12. Debridemen soket dengan menggunakan larutan povidon iodine
13. Reposisi flap, jika ada kelebihan jaringan (overlap) dapat dikurangi

dengan menggunakan gunting jaringan atau blade no. 15,setelah itu

ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya dengan jari telunjuk.


14. Lakukan penjahitan dengan menggunakan teknik interrupted suture. Pada

kasus ini, flap dijahit dengan menggunakan 3 simpul.

Gambar 3.6 Penjahitan dengan Teknik Interrupted Suture

15. Pasien diinstruksikan untuk menggigit tampon yang telah diolesi povidon

iodine.
16. Pasien diberi intruksi pasca bedah dan kontrol pada hari ke tujuh, jika

tidak ada masalah jahitan dapat dibuka.

3.12 Pasca Bedah


3.12.1 Medikasi
1. Antibiotik
R/ Tab Cefadroxil 500 mg No. X
S2dd tab 1 pc

10
2. Analgetik
R/ Tab Neuralgin 500 mg No.X
Sprn tab 1 pc

3.12.2 Instruksi Pasca Bedah


a. Gigit tampon yang diolesi povidon iodine selama setengah jam, jika

tampon basah dapat diganti dengan tampon baru.


b. Hindari makanan yang keras dan kasar yang dapat melukai daerah

operasi.
c. Jangan berkumur-kumur keras dan makan makanan serta minum

minuman panas.
d. Jangan menghisap-hisap daerah bekasodontektomi.
e. Jangan menggunakan bagian yang dilakukan prosedur odontektomi

untuk mengunyah.
f. Untuk mencegah terjadinya pembengkakan, bagian wajah dekat

daerah bekas odontektomi dapat dikompres dengan air es dengan

selang waktu 30 menit yaitu 30 menit kompres 30 menit selanjutnya

dilepasselama 24 jam pertama. Hari selanjutnya lakukan kompres

hangat untuk menstimulasi peredaran darah dan mempercepat

penyembuhan.
g. Kontrol dan buka jahitan+ satu minggu kemudian.
1. Cek perdarahan
2. Cek pembengkakan
3. Ada tidaknya infeksi
4. Ada tidaknya parastesi

11
12

Anda mungkin juga menyukai