Anda di halaman 1dari 8

BAB III

PEMBAHASAN

Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu tentang berbagai masalah kesehatan sebagai
akibat dari hubungan interaktif antara berbagai bahan, kekuatan, zat yang memiliki
potensi sebagai penyebab sakit (agen) yang timbul akibat adanya perubahan-perubahan
lingkungan dengan masyarakat, serta menerapkan upaya pencegahan gangguan kesehtan
yang ditimbulkannya.

Kesehatan kerja adalah bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehaan
masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan
kerja bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental,
dan social bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut,
melalui usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan
kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja.

Salah satu usaha kesehatan kerja untuk menaikkan derajat kesehatan adalah usaha
preventif (pencegahan). Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menghindari factor-faktor
penyebab penyakit. Berdasarkan pengertian sebelumnya didapat bahwa agen lingkungan
adalah zat yang memiliki potensi sebagai penyebab sakit. Agen sebagai factor penyebab
penyakit dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu golongan fisik (kebisingan,
radiasi, cuaca panas, suhu dan kelembaban), kimia (debu, gas, uap, fume, pestisida,
limbah pabrik), biologi (jamur, bakteri, cacing, virus), sosial (hubungan antar tetangga,
antara bawahan atasan), dan ergonomi.

Berdasarkan praktek lapangan ke Pabrik Plastik Setia Kawan, diidentifikasi sumber-


sumber agen lingkungan, jenis-jenis agen lingkungan, akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh agen lingkungan tersebut dalam tubuh manusia, serta usaha yang dilakukan pabrik
dalam pencegahan dan menanggulangi masalah agen tersebut.

III.1. Faktor Fisik

Faktor fisik adalah lingkungan lamiah yang terdapat di sekitar manusia.

a. Suhu dan Kelembaban

Nilai Ambang Batas (NAB) suhu di tempat kerja tidak melebihi 32 o C. Pada
Pabrik Plastik Setia Kawan, didapat bahwa suhu ruangan personalia lebih dari
32o C (37o C), sedangkan di tempat produksi suhu lebih dari itu. Suhu yang
panas ini terjadi karena penggunaan mesin produksi yang bersuhu tinggi (150-
300oC) mengakibatkan suhu ruangan ikut naik. suhu tempat kerja yang panas
menyebabkan mudah lelah, mudah haus, dan pusing yang mengakibatkan
produktivitas kerja menurun, sehingga secara tidak langsung merugikan
perusahaan.

Usaha yang dilakukan Pabrik Plastik Setia Kawan untuk mengurangi efek
panas adalah dengan memasang pelindung mesin sehingga pekerja tidak
langsung berhubungan dengan sumber panas, selain itu, di pabrik ini dibuat
ventilasi yang besar sehingga dapat mengurangi panas.

b. Kebisingan

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja Menurut Surat Edaran
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No. SE-01/ MEN/ 1978
tidak melebihi 85 desibel (dB) dengan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam
per hari.

Pada Pabrik Plastik Setia Kawan, didapat bahwa nilai kebisingan di ruang-
ruang produksi tidak lebih dari 80dB. Sehingga, Pabrik ini memenuhi syarat
NAB kebisingan. Namun, dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas
bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan
(pendengaran) adalah di atas 60dB. Kebisingan ini disebabkan oleh suara
mesin yang sedang bekerja dan kendaraan yang berlalu lalang di dalam
perusahaan, belum lagi ada suara-suara dentuman di sekitar pabrik yang
mengagetkan.

Kebisingan mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat menyebabkan


kerusakan pada indra pendengaran sampai pada ketulian, mengganggu
komunikasi atau salah persepsi terhadap orang lain, kebisingan yang terus
menerus juga dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja, yang
akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan
produktivitas kerja. Usaha yang dapat dilakukan oleh Pabrik Plastik Setia
Kawan adalah dengan member peredam pada sumber getaran, memodifikasi
mengurangi bising, dan penggunaan tutup telinga (mengurangi kebisingan
sekitar 20-25 dB).

III.2. Faktor Kimia


Faktor kimia adalah bahan-bahan kimia yang menimbulkan gangguan kerja.

a. Debu, Gas, Uap, dan Fume

Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Asap adalah partikel
karbon yang sangat halus (sering disebut sebagai jelaga) dan merupakan hasil
dari pembakaran yang tidak sempurna. Uap adalah partikel padat yang
merupakan hasil dari poses sublimasi, distilasi, dan reaksi kimia.

Debu, gas, uap, dan fume di Pabrik Plastik Setia Kawan, berasal dari
pembakaran yang dilakukan oleh mesin-mesin. Mesin-mesin yang membakar
biji-biji plastik yang terdiri dari zat-zat kimia tentunya mengeluarkan debu,
gas, uap, dan fume yang berbahaya.

Zat-zat kimia yang terkandung dalam biji plastik murni adalah polipropilen
atau polietilen. Polipropilen dan polietilen berbeda sifat molekulnya,
polipropilen terdiri dari 3C sedangkan polietilen 2C. Polietilen berwarna lebih
kusam, dan bersifat lebih elastis dibandingkan polipropilen. Polipropilen
didinginkan dengan air sedangkan polietilen didinginkan dengan udara.
Polipropilen biasanya digunakan untuk memproduksi plastik kantung (untuk
gula), sedangkan polietilen digunakan untuk pembuatan kantung kresek. Gas,
uap, asap, dan debu hasil produksi yang terhisap lewat pernapasan dapat
mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh, yang akhirnya
menurunkan daya kerja.

Usaha yang dilakukan oleh Pabrik Plastik Setia Kawan untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan memberikan masker kepada para pekerja. Hanya
saja, dikarenakan masalah dana, masker yang diberikan tidak berlipat-lipat
sehingga pekerja merasa sesak memakainya (tidak nyaman). Hal ini
mengakibatkan sebagian besar pekerja tidak menggunakan masker yang
diberikan perusahaan.

III.3. Faktor Biologi

Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuh-tumbuhan yang


menyebabkan pandangan tidak enak mengganggu.

a. Virus, Bakteri, dan Jamur


Virus, bakteri, dan jamur, dapat menjadi penyebab penyakit itu sendiri. Hal-hal
tersebut selain penyebab penyakit juga dapat mengakibatkan bau-bau yang
tidak sedap sehingga dapat mengganggu konsentrasi kerja.

Sumber-sumber mikroorganisme di Pabrik Plastik Setia Kawan adalah


tumpukan-tumpukan plastik yang akan didaur ulang karena plastik-plastik
tersebut didapat dari pemulung. Sedangkan plastik-plastik yang didapat dari
pemulung tidak jelas pemakaian sebelumnya, rata-rata bekas penggunaan
sampah organik. Usaha yang dilakukan oleh Pabrik Plastik adalah dengan
melakukan pencucian sebelum proses daur ulang.

III.4. Faktor Ergonomi

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas atau perilaku manusia bekerja
menggunakan alat dan mesin elektronik.

a. Penerangan

Agen penyakit dalam pengamatan di pabrik plastik adalah pencahayaan yang


kurang. Sumber agen ini adalah pencahayaan di Pabrik Plastik Setia Kawan
yang hanya menggunakan cahaya matahari pada siang hari.

Cahaya yang cukup membantu pekerja melihat objek yang dikerjakan dengan
jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja. Penerangan atau pencahayaan
yang menjadi standar di tempat kerja setara dengan100 sampai dengan 200
kaki lilin.

Pencahayaan yang kurang menimbulkan kesan kotor, ditambah lantainya yang


tidak dikeramik, dan terlihat banyak kotoran seperti sarang laba-laba di langit-
langit. Selain itu, pencahayaan yang kurang mengakibatkan kelelahan fisik dan
mental, antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan
intelektual, menurunnya konsentrasi, dan kecepatan berpikir. Dapat juga
mengakibatkan penglihatan rangkap atau kabur.

Usaha yang dilakukan Pabrik Plastik Setia Kawan menanggulangi masalah


pencahayaan adalah dengan menyiapkan lampu neon yang digunakan sebagai
penerangan pada malam hari. Penggunaan lampu neon (fluorecent) dianjurkan
karena kesilauan rendah, tidak banyak bayangan, dan suhu rendah. Namun
sayangnya di Pabrik Plastik Setia Kawan lampu hanya dinyalakan pada malam
hari.
b. Sikap Kerja

Agen penyakit dalam pengamatan di pabrik plastik adalah sikap kerja yang
salah. Sumber agen ini adalah kebiasaan para pekerja itu sendiri yang tidak
mengetahui sikap-sikap kerja yang benar.

Sikap kerja pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja
sebaiknya 5-10 cm di bawah tinggi siku. Sedangkan sikap duduk yang baik
dari segi otot adalah sedikit membungkuk, sedangkan dari sudut tulang,
dianjurkan duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak
lemas. Namun sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dalam keadaan duduk.

Di Pabrik Plastik Setia Kawan, terdapat pekerja yang berdiri, namun juga
terdapat pekerja yang duduk, pekerja yang berada di bagian mesin biasanya
berdiri sedangkan pekerja bagian kemas biasanya duduk. Di ruang mesin,
terdapat beberapa orang, sebagian berdiri,dan sisanya duduk, menurut
keterangan pekerja, mereka bebas bertukar tempat jika lelah. Menurut
keterangan pekerja yang lain, mereka diberikan tempat duduk oleh pabrik,
namun mereka merasa lebih nyaman melakukan pekerjaannya dalam posisi
berdiri, mereka hanya duduk ketika sudah merasa lelah.

Akibat dari sikap kerja yang salah adalah pekerja merasa cepat lelah yang akan
berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.

Usaha yang dilakukan Pabrik Plastik Setia Kawan menurut keterangan salah
satu pekerjanya adalah dengan membebaskan mereka berjalan-jalan di
ruangan, asalkan tetap bertanggung jawab pada tugasnya. Sehingga pekerja
tidak bosan selama 8 jam kerjanya.

c. Gerakan Repetitif

Gerakan repetitif adalah gerakan yang diulang-ulang. Agen penyakit dalam


pengamatan di pabrik plastik adalah gerakan repetitif yang statis. Gerakan
yang dilakukan di Pabrik Plastik, terutama di tempat produksi, memang
repetetif, selalu mengulang gerakan-gerakan yang sama. Hanya saja gerakan
yang dilakukan sebagian besar dinamis, contohnya adalah pekerja yang
menggulung plastik. Pekerja yang melakukan gerakan fepetitif statis adalah
bagian pengadaan barang yang harus membawa (menggotong) beban berat.
Akibat jika melakukan pekerjaan repetitif statis terus menerus adalah kelelahan
yang dapat mempengaruhi produktitas kerja.

d. Jam kerja dan Istirahat

Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari. Lebih dari itu
efisiensi dan kualitas kerja menurun. Bahkan diatur dalam perundang-
undangan. UU kerja 1948=>PP no.1 1951, jam kerja siang hari 8jam/hari atau
40 jam/minggu, sedangkan pada malam hari 7jam/hari atau 35jam/minggu,
Cuti hamil 1,5 bulan sebelum dan sesudah melahirkan, sehingga totalnya 3
bulan. Selain itu peraturan kerja bagi wanita wajib menyediakan antar-jemput,
serta menyediakan asuransi bagi para pekerja.

Pabrik Plastik Setia Kawan telah melaksanakan beberapa syarat perundang-


undangan. Jam kerja di pabrik ini dibagi menjadi 3 shift. Shift pertama pukul
07.00-15.00 WIB, shift kedua pukul 15.00-23.00 WIB, dan shift ketiga pukul
23.00-07.00WIB. Jam kerja pada siang hari telah memenuhi syarat, namun
pada malam dan dini hari, pekerjaan yang seharusnya 7 jam, dilakukan 8 jam.
Pengurangan kerja pada malam hari seharusnya dilakukan untuk mengurangi
kecelakaan kerja, karena kecelakaaan kerja banyak terjadi pada malam hari,
diakibatkan efektivitas pekerja yang menurun (mengantuk). Terdapat antar-
jemput untuk mengantarkan pekerja yang selesai shift kedua dan menjemput
pekerja shift ketiga.

Saat praktek lapangan ditemukan ibu hamil tua yang masih bekerja, saat
ditanyakan kepada staf, ternyata ada cuti hamil, 1,5 bulan sebelum dan sesudah
melahirkan, namun berdasarkan keterangan staf, biasanya pekerja cuti hamil,
mengundurkan diri, dan ketika anaknya sudah besar, pekerja akan masuk lagi.

Fasilitas kesehatan yng disediakan oleh pabrik hanya P3K (Pertolongan


Pertama pada Kecelakaan) dan obat-obat ringan sebagai penanganan pada
kecelakaan kerja ringan, sedangkan jika terjadi kecelakaan kerja yang berat,
akan dirujuk ke Rumah Sakit yang telah ditunjuk, yaitu RS Wijayakusuma dan
akan dibiayai oleh pabrik, namun jika pekerja sakit di luar kecelakaan kerja,
maka pekerja berobat dengan biaya sendiri. Pabrik Plastik Setia Kawan
menyediakan asuransi tenaga kerja, yaitu Jamsostek bagi para pekerjanya.

e. Desain dan Konstruksi Bangunan Pabrik


Pada bangunan pabrik,atap dibuat setinggi mungkin, lebih tinggi dari bangunan
rumah biasa. Bangunan juga harus jauh dari tempat peribadatan dan sekolah.
Selain itu bangunan dibuat dengan ventilasi besar sehingga pertukaran udara
lancar dan asap-asap yang dihasilkan dapat keluar. Kamar mandi bersih,
terdapat cerobong asap, atau turbin ventilator. Pipa pengeluaran asap pada
mesin seharusnya lebih tinggi dari tinggi badan manusia normal, sehingga
udara langsung diserap oleh turbin ventilator dan dibuang keluar.

Pada Pabrik Plastik Setia Kawan, atap dibuat tinggi dan bertingkat, sebagai
ventilasi. Pabrik juga jauh dari tempat peribadatan dan sekolah. Kebersihan
kamar mandi sangat kurang. Pipa pengeluaran asap pada mesin tidak lebih
tinggi dari manusia normal, sehingga pekerja masih dapat terpapar asap mesin.
Di pabrik ini tidak terdapat cerobong asap, sehingga sanitasi udara tidak baik.
Belum lagi turbin ventilator tidak berjalan dengan baik, mengakibatkan asap
dan udara tidak bisa keluar.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

 Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-


Prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta

 Mukono, H.J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University


Press

 Lu, Frank C. 2006. Toksikologi Dasar Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian
Risiko. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)

 Library.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf

Anda mungkin juga menyukai