Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

OTITIS EKSTERNA DIFUS AD

Pembimbing:

Kolonel (CKM) dr. Budi Wiranto, Sp.THT-KL

Disusun Oleh :
Kartika Yulianti
1710221071

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Tentara Tingkat II dr. Soedjono Magelang
Periode 2 Januari – 3 Febuari
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS (MASALAH TELINGA)


OTITIS EKSTERNA DIFUS AD

Diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas


Kepaniteraan Klinik Departemen THT Rumah Sakit Tentara Tk. II
Dr. Soedjono Magelang

Oleh :

Kartika Yulianti
1710221071

Magelang, 15 Januari 2018


Telah dibimbing dan disahkan oleh :

Pembimbing

(Kolonel (CKM) dr. Budi Wiranto, Sp.THT-KL)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus pada pasien dengan Otitis Eksterna Difus AD. Tugas ini disusun sebagai salah
satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian SMF THT Rumah Sakit
Tentara Soedjono Magelang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kolonel (CKM) dr. Budi Wiranto,
Sp.THT-KL, selaku pembimbing yang sabar dalam membimbing dan memberikan
pengarahan serta mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, masukan, serta koreksi demi tersusunnya refleksi kasus ini, serta semua
pihak terkait yang telah membantu proses pembuatan refleksi kasus ini.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan. Penulis berharap refleksi kasus
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Magelang, 15 Januari 2018

Penulis

ii
BAB I

LAPORAN KASUS

II.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. S
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : swasta
Alamat : Magelang

II.2. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 12 Januari 2018 di poli THT RST dr.
Soedjono Magelang.

Keluhan Utama : Nyeri pada telinga kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak ± 3
minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh rasa tidak nyaman pada telinga kanan
dan telinga kanan juga terasa nyeri saat disentuh. Pasien merasa gatal pada
telinga kanan. Penurunan pendengaran pada telinga disangkal. Tidak ada
keluhan pusing berputar. Tidak ada keluhan pula pada telinga kiri pasien.
Pasien mengaku sebelumnya tidak kemasukan air maupun benda asing lainnya
ke dalam telinganya. Riwayat saat ini demam, batuk, pilek disangkal.
Gangguan menelan dan gangguan penciuman juga disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien
memiliki kebiasaan mengorek telinga dengan cotton buds. Riwayat trauma,
keluar darah dari telinga disangkal. tidak mempunyai riwayat sakit gula dan
darah tinggi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengaku tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini. Riwayat
alergi dan asma pada keluarga disangkal penderita.

Riwayat Alergi :
Riwayat alergi seperti bersin-bersin dan gatal-gatal setelah memakan
makanan tertentu atau konsumsi obat disangkal. Riwayat asma disangkal.

Riwayat pengobatan :
Pasien saat ini tidak menkonsumsi obat-obatan jangka panjang, Pasien
mengaku membeli obat tetes telinga di apotek tetapi keluhan tidak membaik.

II.3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda vital :
✓ Nadi : 80x/menit
✓ Respirasi : 18x/menit
✓ Tekanan darah : 130/80 mmHg

Status Lokalis (Telinga, Hidung, Tenggorokan)


a. Kepala dan leher :
• Kepala : normocephale
• Wajah : simetris
• Leher : pembesaran kelenjar limfe (-)
b. Gigi dan Mulut :
• Gigi geligi : normal
• Lidah : normal, kotor (-), tremor (-)
• Pipi : bengkak (-)

2
c. Telinga :
Kanan Kiri
Auricula Bentuk normal Bentuk normal
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Pre-auricular Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Fistula (-) Fistula (-)
Nyeri tekan tragus (+) Nyeri tekan tragus (-)

Retro-auricular Hiperemis (-) Hiperemis (-)


Edema (-) Edema (-)
Fistula (-) Fistula (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Mastoid Bengkak (-) Bengkak (-)


Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

CAE Serumen (+) Serumen (-)


Eritema (+) Eritema (-)
Furunkel (-) Furunkel (-)
Otorea (-) Otorea (-)
Edema (-) Edema (-)

Membran Sulit dinilai Intak putih mengkilat


timpani Sulit dinilai Refleks cahaya (+)
Sulit dinilai Perforasi (-)

3
d. Hidung dan Sinus Paranasal :
Luar Kanan Kiri
Bentuk Normal Normal
Sinus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Inflamasi/tumor (-) (-)

Rhinoskopi anterior Kanan Kiri


Sekret (-) (-)
Mukosa Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konka media Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konka inferior Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Tumor (-) (-)
Septum Deviasi (-)
Massa (-) (-)

e. Faring :
Orofaring Kanan Kiri
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Dinding faring Granular (-) Granular (-)
Palatum mole Ulkus (-) Ulkus (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Arcus laring Simetris (+) Simetris (+)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Uvula Ditengah
Edema (-)
Tonsil :
- Ukuran T1 T1
- Permukaan Rata Rata
- Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
- Kripte Melebar (-) Melebar (-)
- Detritus (-) (-)

4
II.3. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

o Pemeriksaan laboratori → tanda infeksi akut lab darah rutin : WBC, LED

o Pemeriksaan bakteriologi → mengetahui mikroorganisme penyebab

II.4. RESUME

1) Anamnesa (RPS):
• Otalgia aurikularis dextra.
• Aural fullness aurikularis dextra
• Telinga kanan terasa gatal

2) Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


• Riwayat mengorek telinga dengan cotton bud (+)

3) Pemeriksaan Fisik (AD) :


• Nyeri tekan tragus
Otoscopy :
• CAE Auris dekstra  eritema, edema
• Membran timpani  sulit dinilai

II.5. DIAGNOSIS BANDING AURIS DEKSTRA

• Otitis Eksterna
o Otitis Eksterna Difus
o Otitis Eksterna Sirkumskripta

o Otomikosis

• Benda asing di telinga

5
II.6. DIAGNOSIS KERJA AURIS DEKSTRA

Otitis Eksterna Difus AD

II.7. TERAPI

• Terapi Medikamentosa
➢ Tampon yang mengandung antiseptik ke liang telinga
➢ Obat pencuci telinga  H2O2 3% 2 x 6 tetes AD
➢ Antibiotik
o Topical  Ofloxacin 2 x 6 tetes AD
o Sporetik (cefixime) 2 x 100 mg PO
➢ Kortikosteroid  Xilon (metylprednisolon)

• Edukasi

o Jaga hygienis telinga, tidak mengorek telinga dengan cutton bud


o Telinga jangan dulu terkena air bila mandi dan berwudhu.
o Kontrol rutin ke poli THT bila masih ada keluhan

II.8. KOMPLIKASI
▪ Perikondritis dan kondritis
▪ Selulitis
▪ Erisipelas

II.9. PROGNOSIS

o Qou ad vitam : ad bonam


o Qou ad sanam : dubia ad bonam
o Quo ad functionam : dubia ad bonam

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

OTITIS EKSTERNA DIFUSA


III.1. DEFINISI
Otitis eksterna adalah peradangan pada liang telinga yang bersifat akut
maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Otitis eksterna
dapat terlokalisir atau difus. Faktor – faktor yang dapat menimbulkan terjadinya
otitis eksterna, yaitu kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan
alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan
edema dari epitel skuamosa.
Otitis eksterna dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang
temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga
luar dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan
infeksi bakteri patogen paling umum disebabkan pseudomonas, streptococcus,
stafilokokus dan proteus, atau jamur.
Patogenesis dari otitis eksterna komplek sejak tahun 1844 banyak peneliti
mengemukakan faktor pencetus penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan
bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia
dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel
dari liang telinga luar merupakan faktor terjadinya otitis eksterna. Howke dkk
(1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat
menyebabkan terjadi otitis eksterna.
Otitis eksterna difusa adalah infeksi bakteri pada 2/3 dalam liang telinga
yang disebabkan oleh rusaknya kulit pada liang telinga atau berkurangnya produksi
serumen sebagai pelindung liang telinga dari kelembaban dan temperatur yang
tinggi. Trauma ketika membersihkan liang telinga dengan kuku jari atau kapas
pengorek telinga diketahui sebagai faktor lokal penyebab otitis eksterna difusa yang
paling sering terjadi.

7
III.2. STADIUM
Stadium otitis eksterna difusa terdiri dari 2 stadium :
1. Stadium akut.
Rasa tidak nyaman hingga nyeri didalam dan sekitar liang telinga yang
sesuai dengan pergerakan dari rahang. Dalam kasus berat terdapat
pembengkakan di sekitar jaringan lunak dan bagian luar dari aurikula. Pada
pemeriksaan, kulit dari liang telinga berwarna merah, edema dan sangat
sensitif. Dijumpai nanah pada liang telinga dan sebagai perkembangan
penyakit dari deskuamasi epitel pada liang telinga yang terbentuk dari
massa debris seperti keju didalam liang telinga serta membran timpani
sering tidak jelas terlihat.
2. Stadium kronis.
Gejala stadium kronis adalah iritasi dan keluarnya cairan dari telinga. Dapat
terjadi tuli sebagai hasil dari akumulasi debris pada liang telinga. Tidak ada
rasa sensitif pada liang telinga tetapi terjadi penebalan pada kulit liang
telinga serta lumen liang telinga yang menyempit.

III.3. EPIDEMIOLOGI
Insidensi otitis eksterna difusa tinggi pada daerah tropis dan sub tropis
dengan kelembaban yang tinggi dan pada daerah ini keluhannya sering lebih berat
dengan angka kekambuhan yang lebih sering. Banyak faktor yang melibatkan
serangan dari otitis eksterna difusa tetapi infeksi diduga menjadi faktor sekunder
dari trauma kulit liang telinga luar. Jika stratum corneum dari kulit liang telinga
luar mengalami trauma, infeksi dapat masuk.

III.4. ETIOLOGI
1. Idiopatik.

Dalam banyak kasus, tidak ada alasan yang jelas mengapa otitis eksterna
difusa terjadi karena itu kemungkinan menjadi faktor idiopatik. Otitis
eksterna difusa disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor-faktor yang

8
saling berkaitan hingga menimbulkan kerusakan, pada beberapa penyebab
yang tidak diketahui, mekanisme pertahanan kulit secara alami dan pada
keadaan tertentu kelenjar sebasea dan kelenjar serumen mensekresi lipid
menutupi epitel skuamous dari meatus.
2. Trauma.
Trauma merupakan penyebab umum disebabkan oleh garukan karena gatal
pada telinga dengan apapun yang dapat digunakan (kuku jari, batang korek
api, kertas, kep rambut dan cotton bud). Meskipun memberikan kepuasan
pada penderita, yang dapat melukai kulit, misalnya terjadi infeksi sekunder.
Pada keadaan lain juga menyebabkan iritasi atau alergi.
3. Iritasi.
Bahan kimia saat dipakai ke kulit menyebabkan iritasi yang kemudian
menimbulkan reaksi alergi. Perbedaan antara kedua reaksi ialah terjadi jika
pemakaian dari bahan iritan secara lama dan pada konsentrasi yang cukup
tinggi. Reaksi iritasi lebih berat pada permukaan kulit yang lembab dan
mekanisme pertahanan secara alami terganggu. Reaksi alergi hanya terjadi
pada beberapa individu dengan munculnya reaksi hipersensitivitas tipe 4
setelah periode sensitisasi terhadap alergen. Zat iritan sering kali masuk ke
dalam telinga setelah periode sensitisasi terhadap alergen.
4. Alergi.
Pada kebanyakan alergi antibiotik (misalnya: neomisin, framisetin,
gentamisin, polimiksin), antibakterial (misalnya: clioquinol) dan anti
histamin. Bahan sensitif lainnya yang sering dipakai untuk menggaruk
telinga seperti bahan-bahan dari logam, kertas dan kep rambut. Sebagai
tambahan, reaksi alergi dapat disebabkan oleh kuku jari, kosmetik dan
ramuan obat-obatan rambut.
5. Bakteri
Bakteri yang umumnya menyebabkan otitis eksterna akut difusa adalah
Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus,
Streptococcus dan Bacillus gram negatif. Untuk infeksi yang ringan atau
tidak mengalami komplikasi, kultur mikroorganisme pada liang telinga
tidak dilakukan, karena biasanya menunjukkan pertumbuhan pola kuman

9
yang beragam. Untuk infeksi berat, kultur diperlukan untuk
mengidentifikasi mikroorganisme yang dominan dan membantu pemilihan
terapi antibiotik.
6. Faktor iklim/lingkungan.
Faktor resiko yang paling sering menyebabkan terjadinya otitis eksterna
pada daerah dengan iklim panas dan lembab dibandingkan iklim yang
dingin. Terdapat beberapa hal yang berpotensi menyebabkan terjadinya
otitis eksterna, seseorang yang berenang pada cuaca yang panas,
menyebabkan mekanisme pertahanan kulit liang telinga terganggu, telinga
menjadi basah yang dapat menimbulkan iritasi dan erupsi disebabkan oleh
adanya zat kimia didalam kolam renang.

III. 5. PATOLOGI

Secara fisiologis, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan


dibersihkan dan dikeluarkan melalui liang telinga. Serumen berfungsi sebagai
lapisan pelindung dalam liang telinga yang menghasilkan suasana asam dan kaya
akan lisosim. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme
pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di
sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis
berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan
air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang
basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik
bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. Kulit yang basah dan lembut pada saluran
telinga mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur. Trauma lokal oleh benda asing
pada telinga dapat menyebabkan infeksi di dalam liang telinga. Infeksi menjadi
nyata, terjadi maserasi dan inflamasi lokal, yang menyebabkan timbulnya gejala
penyakit.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui
kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa

10
nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan
rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan
cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna)
sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang
temporal
Gejala dan tanda penyakit muncul setelah 3 bulan atau lebih yang
mengindikasikan terjadinya otitis eksterna kronik. Meskipun otitis eksterna kronik
merupakan hasil dari otitis eksterna akut yang pengobatannya tidak adekuat,
biasanya otitis eksterna kronik berasal dari infeksi non bakteri. Penyebab umum
otitis eksterna kronik adalah dermatitis kontak dari benda-benda seperti : anting-
anting logam, zat kimia didalam kosmetik dan sampo, alat bantu dengar atau alat
pelindung telinga yang terbuat dari plastik. Kondisi-kondisi kulit pada umumnya
seperti dermatitis atopik seperti eksema atau psoriasis menjadi sulit untuk diobati
karena berdekatan dengan liang telinga.

III.6. GEJALA DAN TANDA KLINIS


Rasa nyeri adalah gejala umum yang berhubungan dengan infeksi bakteri.
Rasa nyeri pada telinga. Nyeri bila daun telinga atau tragus dilakukan ditekan. Rasa
sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan. Ini diterangkan bahwa kulit
dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,
sehingga edema dermis menekan serabut saraf mengakibatkan rasa sakit yang
hebat, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan
dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa
sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Rasa gatal dijumpai pada infeksi yang disebabkan bakteri, pada infeksi jamur
dan semua otitis eksterna kronis. Rasa penuh pada telinga dan berkurangnya
pendengaran dijumpai pada beberapa kasus otitis eksterna difusa dengan akumulasi
debris liang telinga, edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat

11
lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Otorrhea adalah gejala
umum dari infeksi bakteri.

Gejala klinis penderita otitis eksterna difusa adalah :


1. Rasa gatal pada telinga.
2. Rasa tidak nyaman pada telinga (aural fullness).
3. Otalgia.
4. Keluarnya cairan dari telinga (pada awalnya cairan jernih dan tidak berbau,
tetapi secara cepat berubah menjadi purulen serta cairan yang berbau).
5. Pendengaran yang berkurang.
6. Tinitus.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai :


a. Rasa nyeri pada tragus.
b. Eritema dan edema pada liang telinga luar.
c. Cairan purulen.
d. Eksema pada daun telinga.
e. KGB regional membesar & nyeri tekan
f. Kasus berat, infeksi meluas ke jaringan lunak, termasuk glandula parotis.

III.7. DIAGNOSIS
1. Inspeksi.
Dijumpai adanya pembengkakan difusa kulit liang telinga luar disertai
adanya akumulasi debris dan sekresi pada liang telinga. Sekresi pada liang telinga
awalnya keruh kemudian menjadi kuning kehijau-hijauan. Rasa nyeri hebat bila
daun telinga ditarik ke belakang dan ke atas. Kulit pada sebagian tulang liang
telinga dan membran timpani tidak mengalami inflamasi, tetapi terdapat kesulitan
menilai rasa nyeri secara umum dan mengurangi pembengkakan liang telinga.

2. Mikroskop telinga.
Dilakukan anestesi lokal dengan kapas yang direndam lidokain 4% ditambah
dengan adrenalin 1:1000 yang diletakkan pada liang telinga, inspeksi dengan

12
spekulum telinga dibawah mikroskop telinga dan bersihkan liang telinga dengan
alat penghisap memakai kanul.

3. Pemeriksaan bakteriologi.
Mengidentifikasi mikroorganisme patogen.

4. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboraorium darah rutin untuk mengidentifikasi adanya infeksi akut
serta kadar gula darah untuk menyingkirkan diabetes.

Untuk menegakkan diagnosis yang tepat dari infeksi liang telinga luar,
menilai respon klinis terhadap pengobatan dan membersihkan liang telinga.
Pemeriksaan dengan otoskop dilakukan untuk pemeriksaan yang cepat tetapi
pemeriksaan yang baik untuk telinga dengan memakai mikroskop telinga.
Pemeriksaan kultur dan sensitivitas sekret telinga dilakukan untuk
menentukan jenis kuman yang biasa berperan pada otitis eksterna akut difusa adalah
Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis dan kadang-kadang Staphylococcus
albus, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes dan kultur juga diperlukan
untuk pemilihan antibiotik yang sesuai terhadap kuman tersebut.

III.8. DIAGNOSA BANDING


Diagnosa banding untuk otitis eksterna difusa antara lain adalah :
1. Otitis eksterna sirkumskripta (Furunculosis)

Otitis eksterna sirkumskripta merupakan infeksi folikel rambut, bermula


sebagai folikulitis kemudian meluas menjadi furunkel. Organisme penyebab
biasanya Staphylococcus. Umumnya kasus ini disebabkan oleh trauma
garukan pada liang telinga. Kadang–kadang furunkel disebabkan oleh
tersumbat serta terinfeksinya kelenjar sebasea di liang telinga, sehingga
frekuensi penyakit ini meningkat dalam musim panas.

13
2. Otomikosis

Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi,


yang tersering ialah Pityrosporum, Aspergillus, Candida albicans. Gejala
biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering pula
tanpa keluhan.
3. Corpus alienum
Benda asing di dalam telinga dapat berupa benda mati ataupun benda hidup.
lebih sering terjadi pada anak kecil. Gejala klinis berupa nyeri pada telinga
dan biasanya terdapat rasa gaduh pada telinga.

III.9. PENATALAKSANAAN
Dasar pengelolaan otitis eksterna adalah membersihkan saluran telinga,
mengobati peradangan dan infeksi, mengendalikan rasa sakit, serta menghindari
faktor risiko.
Membersihkan liang telinga dengan menggunakan cairan antiseptik. antiseptik
yang bisa digunakan adalah aluminium asetat dan asam asetat 2%.
Pemberian antibiotik dapat berikan dalam bentuk topikal dalam tetes telinga
ataupun dalam bentuk oral. Pemberian antibiotik spektrum luas dalam
dipertimbangkan dalam terapi otitis eksterna seperti golongan sefalosporin
(cefixime). Beberapa guideline merekomendasikan pemberian antibiotik golongan
fluoroquinolon seperti ofloxacin dan ciprofloxacin yang spesifik terhadap beberapa
patogen seperti Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Selain itu
pemberian antiinflamasi juga dapat digunakan untuk membantu terapi otitis
eksterna. Beberapa studi menunjukan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan
dengan penggunaan kombinasi steroid dan antibiotik bila dibandingkan dengan
pemberian antibiotik saja. Pemberian krim antibiotik atau antimikotik dengan
steroid dimasukkan ke dalam liang telinga dan dibiarkan selama 1 - 2 hari. Kepada
penderita diberitahukan agar tidak mengorek telinga selama masa pengobatan.Tetes
telinga antibiotik dengan steroid dapat digunakan tetapi kelemahan dari
penggunaan dari antibiotik dengan steroid menyebabkan pertumbuhan dari jamur
(otomikosis).

14
Tetes telinga antibiotik untuk pengobatan utama otitis eksterna, idealnya tetes
telinga memiliki hal-hal berikut ini :
1. Spektrum luas untuk bakteri patogen.
2. Bersifat asam.
3. Tidak bersifat ototoksik, penting untuk membran timpani perforasi.
4. Tidak menimbulkan reaksi alergi.

II.10. KOMPLIKASI
Komplikasi otitis eksterna difusa :
1. Perikondritis dan kondritis
Perikondritis, inflamasi dari perikondrium, dan kondritis , inflamasi dari
kartilago, merupakan komplikasi dari infeksi pada liang telinga luar atau
hasil dari trauma yang tidak disengaja atau trauma akibat pembedahan
pada daun telinga. Gambaran klinis rasa nyeri, dan penderita sering
mengeluhkan rasa gatal yang hebat di dalam liang telinga. Seiring
berjalannya waktu, kulit pada daerah yang terinfeksi menjadi krusta
dengan debris, dan melibatkan kartilago. Dapat dijumpai pembengkakan
dan kemerahan pada telinga, sering dijumpai pembengkakan pada liang
telinga.

2. Selulitis
Selulitis dari telinga secara khas merupakan hasil dari perluasan otitis
eksterna atau luka tusuk. Selulitis berbeda dengan perikondritis oleh

15
pembengkakan yang minimal. Manifestasi selulitis sebagai eritema
pada telinga. Pengobatan antibiotik antistaphylococcal sistemik.

3. Erisipelas
Erisipelas adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus pada kulit
yang menyebabkan kemerahan, edema dan erupsi dengan batas tepi
yang jelas. Daun telinga menjadi merah dan bengkak dan penyebaran
infeksi ke dalam kulit dari wajah yang biasanya ditandai oleh gejala
sistemik dengan temperatur yang tinggi dan nadi cepat.

III.11. PROGNOSIS
Pada banyak pasien otitis eksterna difusa memberikan hasil yang baik dalam
48-72 jam setelah pemberian antibiotik. Bila pengobatan tidak memperlihatkan
perbaikan dalam 2-3 hari dilakukan evaluasi kembali dengan cepat tentang
diagnosa penyakit penderita oleh dokter. Penyembuhan otitis eksterna difusa pada
eksema terjadi dengan mengontrol kondisi kulit yang sehat.

16
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien mengeluh nyeri telinga kanan sejak 3 minggu yang lalu. Otalgia yang
terjadi pada pasien dapat merupakan manifestasi dari peradangan pada telinga baik
eksterna maupun media.
Pasien juga merasa gatal pada telinga kanan dan merasa penuh pada telinga
kanan, keluhan dirasakan hanya pada telinga kanan sedangkan telinga kiri tidak ada
keluhan. Hal ini menunjukan bahwa keluhan bersifat unilateral. Gatal yang terjadi
pada pasien dapat disebabkan dari peradangan pada telinga itu sendiri.
Pasien menyangkal keluar cairan atau darah dari dalam telinga dan
menyangkal terjadi penurunan pendengaran. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
gangguan hantaran suara karena biasanya pada pasien dengan perdangan pada
telinga mengeluarkan sekret yang menumpuk dlm liang telinga, edema, akumulasi
debris banyak → hantaran suara terhalang → penurunan pendengaran.
Riwayat dahulu pasien memiliki kebiasaan membersihkan dengan
mengorek telinga menggunakan cotton bud, hal ini dapat menyebabkan trauma
perlukaan pada daerah liang telinga sehingga timbul iritasi atau lesi. Lesi kulit pada
liang telinga dapat menjadi media perkembangbiakan kuman yang dapat
mencetuskan terjadinya infeksi liang telinga yang disebut dengan otitis eksterna.
Riwayat trauma, telinga terpukul dan pemakaian obat ototoksik perlu
ditanyakan. Riwayat trauma bisa menyebabkan terjepitnya saraf pendengaran,
antara inkus dan maleus berjalan cabang n. fasialis yang disebut korda timpani 
Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma, korda timpani bisa terjepit
sehingga timbul gangguan pengecapan.
Di dalam telinga dalam terdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran.
Pemakaian obat-obatan ototoksik dapat merusak stria vaskularis, sehingga saraf
pendengaran rusak dan terjadi tuli sensorineural. Setelah pemakaian obat ototoksik
seperti streptomisin dapat terjadi gejala gangguan pendengaran berupa tuli
sensorineural dan gangguan keseimbangan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan tragus aurikularis dextra, CAE
AD tampak hiperemis dan terdapat sekret mukos. Manifestasi tersebut

17
menggambarkan bahwa keluhan pasien mengarah pada otitis eksterna. Tidak
ditemukan adanya furunkel menunjukan bahwa otitis eksterna pada pasien bukan
sirkumsripta. Membran timpani AD sulit dinilai karena CAE mengalami
peradangan dan edema.
Menyingkirkan diagnosis banding yaitu otitis eksterna sirkumskripta karena
pada hasil pemeriksaan tidak didapatkan peradangan pada 1/3 liang telinga luar
biasanya mengenai bagian adneksa kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea,
dan kelenjar serumen dan tidak ditemukan adanya furunkel.
Penegakkan diagnosis kerja AD adalah otitis eksterna difus. otitis eksterna
difus adalah peradangan yang mengenai liang telinga 2/3 dalam. Gejala pada pasien
ditemukan mengarah ke otitis eksterna difus adalah otalgia, tidak nyaman pada
telinga (aural fullness). Pada pemeriksaan fisik dijumpai nyeri tekan tragus,
eritema dan edema pada liang telinga luar.

Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud dapat
mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan
serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat
oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan ini dapat
menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau
berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Faktor predisposisi juga dapat menyebabkan perubahan PH pada liang telinga
sehingga fungsi proteksi berkurang. Perubahan pH, kelembaban serta trauma yang
terjadi pada liang telinga menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan tingginya
resiko terjadi infeksi sehingga dalam tatalaksana diperlukan antibiotik.

18
Terapi Kasus

Pada kasus ini, dilakukan penatalaksanaan baik medikamentosa, pada


pasien dengan otitis ekstern difus, dimana pada pemeriksaan di dapatkan gejala
peradangan dan sekret, sehingga diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3%
selama 3 - 5 hari serta antibiotik yang adekuat. Pada kasus ini diberikan antibiotik
oral dan topikal, oral yaitu sporetik 2 x 100 mg, dan secara topikal dengan ofloxacin
2 x 6 tetes/hari. Selain itu, pada pasien diberikan anti inflamasi berupa
kortikosetroid (xilon) untuk mengatasi gejala peradangannya.
Pada kasus ini dibutuhkan pentalaksanaan secara dini dan akurat, karena
jika terapi terlambat diberikan, terapi tidak adekuat atau karena penyebab lain yang
mendukung seperti virulensi kuman yang tinggi, daya tubuh pasien yang rendah
serta hygiene pasien yang buruk, akan mengakibatkan komplikasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Boies, Adams, Higler. 1994. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta:
EGC: Jakarta.
2. Djaafar, ZA. 2006. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Telinga Hidung
Tenggorokan, cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
3. Restuti, Bashiruddin, Iskandar, Soepardi. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 6. FKUI: Jakarta.
4. Moses, Scott. 2008. Otitis Media. Accessed: www.fpnotebook.com.

20

Anda mungkin juga menyukai