Pembimbing:
Disusun Oleh :
Kartika Yulianti
1710221071
Oleh :
Kartika Yulianti
1710221071
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus pada pasien dengan Otitis Eksterna Difus AD. Tugas ini disusun sebagai salah
satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian SMF THT Rumah Sakit
Tentara Soedjono Magelang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kolonel (CKM) dr. Budi Wiranto,
Sp.THT-KL, selaku pembimbing yang sabar dalam membimbing dan memberikan
pengarahan serta mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, masukan, serta koreksi demi tersusunnya refleksi kasus ini, serta semua
pihak terkait yang telah membantu proses pembuatan refleksi kasus ini.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan. Penulis berharap refleksi kasus
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
ii
BAB I
LAPORAN KASUS
II.2. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 12 Januari 2018 di poli THT RST dr.
Soedjono Magelang.
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi seperti bersin-bersin dan gatal-gatal setelah memakan
makanan tertentu atau konsumsi obat disangkal. Riwayat asma disangkal.
Riwayat pengobatan :
Pasien saat ini tidak menkonsumsi obat-obatan jangka panjang, Pasien
mengaku membeli obat tetes telinga di apotek tetapi keluhan tidak membaik.
Status Generalis :
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda vital :
✓ Nadi : 80x/menit
✓ Respirasi : 18x/menit
✓ Tekanan darah : 130/80 mmHg
2
c. Telinga :
Kanan Kiri
Auricula Bentuk normal Bentuk normal
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Pre-auricular Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Fistula (-) Fistula (-)
Nyeri tekan tragus (+) Nyeri tekan tragus (-)
3
d. Hidung dan Sinus Paranasal :
Luar Kanan Kiri
Bentuk Normal Normal
Sinus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Inflamasi/tumor (-) (-)
e. Faring :
Orofaring Kanan Kiri
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Dinding faring Granular (-) Granular (-)
Palatum mole Ulkus (-) Ulkus (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Arcus laring Simetris (+) Simetris (+)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Uvula Ditengah
Edema (-)
Tonsil :
- Ukuran T1 T1
- Permukaan Rata Rata
- Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
- Kripte Melebar (-) Melebar (-)
- Detritus (-) (-)
4
II.3. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Pemeriksaan laboratori → tanda infeksi akut lab darah rutin : WBC, LED
II.4. RESUME
1) Anamnesa (RPS):
• Otalgia aurikularis dextra.
• Aural fullness aurikularis dextra
• Telinga kanan terasa gatal
• Otitis Eksterna
o Otitis Eksterna Difus
o Otitis Eksterna Sirkumskripta
o Otomikosis
5
II.6. DIAGNOSIS KERJA AURIS DEKSTRA
II.7. TERAPI
• Terapi Medikamentosa
➢ Tampon yang mengandung antiseptik ke liang telinga
➢ Obat pencuci telinga H2O2 3% 2 x 6 tetes AD
➢ Antibiotik
o Topical Ofloxacin 2 x 6 tetes AD
o Sporetik (cefixime) 2 x 100 mg PO
➢ Kortikosteroid Xilon (metylprednisolon)
• Edukasi
II.8. KOMPLIKASI
▪ Perikondritis dan kondritis
▪ Selulitis
▪ Erisipelas
II.9. PROGNOSIS
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
III.2. STADIUM
Stadium otitis eksterna difusa terdiri dari 2 stadium :
1. Stadium akut.
Rasa tidak nyaman hingga nyeri didalam dan sekitar liang telinga yang
sesuai dengan pergerakan dari rahang. Dalam kasus berat terdapat
pembengkakan di sekitar jaringan lunak dan bagian luar dari aurikula. Pada
pemeriksaan, kulit dari liang telinga berwarna merah, edema dan sangat
sensitif. Dijumpai nanah pada liang telinga dan sebagai perkembangan
penyakit dari deskuamasi epitel pada liang telinga yang terbentuk dari
massa debris seperti keju didalam liang telinga serta membran timpani
sering tidak jelas terlihat.
2. Stadium kronis.
Gejala stadium kronis adalah iritasi dan keluarnya cairan dari telinga. Dapat
terjadi tuli sebagai hasil dari akumulasi debris pada liang telinga. Tidak ada
rasa sensitif pada liang telinga tetapi terjadi penebalan pada kulit liang
telinga serta lumen liang telinga yang menyempit.
III.3. EPIDEMIOLOGI
Insidensi otitis eksterna difusa tinggi pada daerah tropis dan sub tropis
dengan kelembaban yang tinggi dan pada daerah ini keluhannya sering lebih berat
dengan angka kekambuhan yang lebih sering. Banyak faktor yang melibatkan
serangan dari otitis eksterna difusa tetapi infeksi diduga menjadi faktor sekunder
dari trauma kulit liang telinga luar. Jika stratum corneum dari kulit liang telinga
luar mengalami trauma, infeksi dapat masuk.
III.4. ETIOLOGI
1. Idiopatik.
Dalam banyak kasus, tidak ada alasan yang jelas mengapa otitis eksterna
difusa terjadi karena itu kemungkinan menjadi faktor idiopatik. Otitis
eksterna difusa disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor-faktor yang
8
saling berkaitan hingga menimbulkan kerusakan, pada beberapa penyebab
yang tidak diketahui, mekanisme pertahanan kulit secara alami dan pada
keadaan tertentu kelenjar sebasea dan kelenjar serumen mensekresi lipid
menutupi epitel skuamous dari meatus.
2. Trauma.
Trauma merupakan penyebab umum disebabkan oleh garukan karena gatal
pada telinga dengan apapun yang dapat digunakan (kuku jari, batang korek
api, kertas, kep rambut dan cotton bud). Meskipun memberikan kepuasan
pada penderita, yang dapat melukai kulit, misalnya terjadi infeksi sekunder.
Pada keadaan lain juga menyebabkan iritasi atau alergi.
3. Iritasi.
Bahan kimia saat dipakai ke kulit menyebabkan iritasi yang kemudian
menimbulkan reaksi alergi. Perbedaan antara kedua reaksi ialah terjadi jika
pemakaian dari bahan iritan secara lama dan pada konsentrasi yang cukup
tinggi. Reaksi iritasi lebih berat pada permukaan kulit yang lembab dan
mekanisme pertahanan secara alami terganggu. Reaksi alergi hanya terjadi
pada beberapa individu dengan munculnya reaksi hipersensitivitas tipe 4
setelah periode sensitisasi terhadap alergen. Zat iritan sering kali masuk ke
dalam telinga setelah periode sensitisasi terhadap alergen.
4. Alergi.
Pada kebanyakan alergi antibiotik (misalnya: neomisin, framisetin,
gentamisin, polimiksin), antibakterial (misalnya: clioquinol) dan anti
histamin. Bahan sensitif lainnya yang sering dipakai untuk menggaruk
telinga seperti bahan-bahan dari logam, kertas dan kep rambut. Sebagai
tambahan, reaksi alergi dapat disebabkan oleh kuku jari, kosmetik dan
ramuan obat-obatan rambut.
5. Bakteri
Bakteri yang umumnya menyebabkan otitis eksterna akut difusa adalah
Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus,
Streptococcus dan Bacillus gram negatif. Untuk infeksi yang ringan atau
tidak mengalami komplikasi, kultur mikroorganisme pada liang telinga
tidak dilakukan, karena biasanya menunjukkan pertumbuhan pola kuman
9
yang beragam. Untuk infeksi berat, kultur diperlukan untuk
mengidentifikasi mikroorganisme yang dominan dan membantu pemilihan
terapi antibiotik.
6. Faktor iklim/lingkungan.
Faktor resiko yang paling sering menyebabkan terjadinya otitis eksterna
pada daerah dengan iklim panas dan lembab dibandingkan iklim yang
dingin. Terdapat beberapa hal yang berpotensi menyebabkan terjadinya
otitis eksterna, seseorang yang berenang pada cuaca yang panas,
menyebabkan mekanisme pertahanan kulit liang telinga terganggu, telinga
menjadi basah yang dapat menimbulkan iritasi dan erupsi disebabkan oleh
adanya zat kimia didalam kolam renang.
III. 5. PATOLOGI
10
nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan
rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan
cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna)
sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang
temporal
Gejala dan tanda penyakit muncul setelah 3 bulan atau lebih yang
mengindikasikan terjadinya otitis eksterna kronik. Meskipun otitis eksterna kronik
merupakan hasil dari otitis eksterna akut yang pengobatannya tidak adekuat,
biasanya otitis eksterna kronik berasal dari infeksi non bakteri. Penyebab umum
otitis eksterna kronik adalah dermatitis kontak dari benda-benda seperti : anting-
anting logam, zat kimia didalam kosmetik dan sampo, alat bantu dengar atau alat
pelindung telinga yang terbuat dari plastik. Kondisi-kondisi kulit pada umumnya
seperti dermatitis atopik seperti eksema atau psoriasis menjadi sulit untuk diobati
karena berdekatan dengan liang telinga.
11
lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Otorrhea adalah gejala
umum dari infeksi bakteri.
III.7. DIAGNOSIS
1. Inspeksi.
Dijumpai adanya pembengkakan difusa kulit liang telinga luar disertai
adanya akumulasi debris dan sekresi pada liang telinga. Sekresi pada liang telinga
awalnya keruh kemudian menjadi kuning kehijau-hijauan. Rasa nyeri hebat bila
daun telinga ditarik ke belakang dan ke atas. Kulit pada sebagian tulang liang
telinga dan membran timpani tidak mengalami inflamasi, tetapi terdapat kesulitan
menilai rasa nyeri secara umum dan mengurangi pembengkakan liang telinga.
2. Mikroskop telinga.
Dilakukan anestesi lokal dengan kapas yang direndam lidokain 4% ditambah
dengan adrenalin 1:1000 yang diletakkan pada liang telinga, inspeksi dengan
12
spekulum telinga dibawah mikroskop telinga dan bersihkan liang telinga dengan
alat penghisap memakai kanul.
3. Pemeriksaan bakteriologi.
Mengidentifikasi mikroorganisme patogen.
4. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboraorium darah rutin untuk mengidentifikasi adanya infeksi akut
serta kadar gula darah untuk menyingkirkan diabetes.
Untuk menegakkan diagnosis yang tepat dari infeksi liang telinga luar,
menilai respon klinis terhadap pengobatan dan membersihkan liang telinga.
Pemeriksaan dengan otoskop dilakukan untuk pemeriksaan yang cepat tetapi
pemeriksaan yang baik untuk telinga dengan memakai mikroskop telinga.
Pemeriksaan kultur dan sensitivitas sekret telinga dilakukan untuk
menentukan jenis kuman yang biasa berperan pada otitis eksterna akut difusa adalah
Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis dan kadang-kadang Staphylococcus
albus, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes dan kultur juga diperlukan
untuk pemilihan antibiotik yang sesuai terhadap kuman tersebut.
13
2. Otomikosis
III.9. PENATALAKSANAAN
Dasar pengelolaan otitis eksterna adalah membersihkan saluran telinga,
mengobati peradangan dan infeksi, mengendalikan rasa sakit, serta menghindari
faktor risiko.
Membersihkan liang telinga dengan menggunakan cairan antiseptik. antiseptik
yang bisa digunakan adalah aluminium asetat dan asam asetat 2%.
Pemberian antibiotik dapat berikan dalam bentuk topikal dalam tetes telinga
ataupun dalam bentuk oral. Pemberian antibiotik spektrum luas dalam
dipertimbangkan dalam terapi otitis eksterna seperti golongan sefalosporin
(cefixime). Beberapa guideline merekomendasikan pemberian antibiotik golongan
fluoroquinolon seperti ofloxacin dan ciprofloxacin yang spesifik terhadap beberapa
patogen seperti Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Selain itu
pemberian antiinflamasi juga dapat digunakan untuk membantu terapi otitis
eksterna. Beberapa studi menunjukan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan
dengan penggunaan kombinasi steroid dan antibiotik bila dibandingkan dengan
pemberian antibiotik saja. Pemberian krim antibiotik atau antimikotik dengan
steroid dimasukkan ke dalam liang telinga dan dibiarkan selama 1 - 2 hari. Kepada
penderita diberitahukan agar tidak mengorek telinga selama masa pengobatan.Tetes
telinga antibiotik dengan steroid dapat digunakan tetapi kelemahan dari
penggunaan dari antibiotik dengan steroid menyebabkan pertumbuhan dari jamur
(otomikosis).
14
Tetes telinga antibiotik untuk pengobatan utama otitis eksterna, idealnya tetes
telinga memiliki hal-hal berikut ini :
1. Spektrum luas untuk bakteri patogen.
2. Bersifat asam.
3. Tidak bersifat ototoksik, penting untuk membran timpani perforasi.
4. Tidak menimbulkan reaksi alergi.
II.10. KOMPLIKASI
Komplikasi otitis eksterna difusa :
1. Perikondritis dan kondritis
Perikondritis, inflamasi dari perikondrium, dan kondritis , inflamasi dari
kartilago, merupakan komplikasi dari infeksi pada liang telinga luar atau
hasil dari trauma yang tidak disengaja atau trauma akibat pembedahan
pada daun telinga. Gambaran klinis rasa nyeri, dan penderita sering
mengeluhkan rasa gatal yang hebat di dalam liang telinga. Seiring
berjalannya waktu, kulit pada daerah yang terinfeksi menjadi krusta
dengan debris, dan melibatkan kartilago. Dapat dijumpai pembengkakan
dan kemerahan pada telinga, sering dijumpai pembengkakan pada liang
telinga.
2. Selulitis
Selulitis dari telinga secara khas merupakan hasil dari perluasan otitis
eksterna atau luka tusuk. Selulitis berbeda dengan perikondritis oleh
15
pembengkakan yang minimal. Manifestasi selulitis sebagai eritema
pada telinga. Pengobatan antibiotik antistaphylococcal sistemik.
3. Erisipelas
Erisipelas adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus pada kulit
yang menyebabkan kemerahan, edema dan erupsi dengan batas tepi
yang jelas. Daun telinga menjadi merah dan bengkak dan penyebaran
infeksi ke dalam kulit dari wajah yang biasanya ditandai oleh gejala
sistemik dengan temperatur yang tinggi dan nadi cepat.
III.11. PROGNOSIS
Pada banyak pasien otitis eksterna difusa memberikan hasil yang baik dalam
48-72 jam setelah pemberian antibiotik. Bila pengobatan tidak memperlihatkan
perbaikan dalam 2-3 hari dilakukan evaluasi kembali dengan cepat tentang
diagnosa penyakit penderita oleh dokter. Penyembuhan otitis eksterna difusa pada
eksema terjadi dengan mengontrol kondisi kulit yang sehat.
16
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien mengeluh nyeri telinga kanan sejak 3 minggu yang lalu. Otalgia yang
terjadi pada pasien dapat merupakan manifestasi dari peradangan pada telinga baik
eksterna maupun media.
Pasien juga merasa gatal pada telinga kanan dan merasa penuh pada telinga
kanan, keluhan dirasakan hanya pada telinga kanan sedangkan telinga kiri tidak ada
keluhan. Hal ini menunjukan bahwa keluhan bersifat unilateral. Gatal yang terjadi
pada pasien dapat disebabkan dari peradangan pada telinga itu sendiri.
Pasien menyangkal keluar cairan atau darah dari dalam telinga dan
menyangkal terjadi penurunan pendengaran. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
gangguan hantaran suara karena biasanya pada pasien dengan perdangan pada
telinga mengeluarkan sekret yang menumpuk dlm liang telinga, edema, akumulasi
debris banyak → hantaran suara terhalang → penurunan pendengaran.
Riwayat dahulu pasien memiliki kebiasaan membersihkan dengan
mengorek telinga menggunakan cotton bud, hal ini dapat menyebabkan trauma
perlukaan pada daerah liang telinga sehingga timbul iritasi atau lesi. Lesi kulit pada
liang telinga dapat menjadi media perkembangbiakan kuman yang dapat
mencetuskan terjadinya infeksi liang telinga yang disebut dengan otitis eksterna.
Riwayat trauma, telinga terpukul dan pemakaian obat ototoksik perlu
ditanyakan. Riwayat trauma bisa menyebabkan terjepitnya saraf pendengaran,
antara inkus dan maleus berjalan cabang n. fasialis yang disebut korda timpani
Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma, korda timpani bisa terjepit
sehingga timbul gangguan pengecapan.
Di dalam telinga dalam terdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran.
Pemakaian obat-obatan ototoksik dapat merusak stria vaskularis, sehingga saraf
pendengaran rusak dan terjadi tuli sensorineural. Setelah pemakaian obat ototoksik
seperti streptomisin dapat terjadi gejala gangguan pendengaran berupa tuli
sensorineural dan gangguan keseimbangan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan tragus aurikularis dextra, CAE
AD tampak hiperemis dan terdapat sekret mukos. Manifestasi tersebut
17
menggambarkan bahwa keluhan pasien mengarah pada otitis eksterna. Tidak
ditemukan adanya furunkel menunjukan bahwa otitis eksterna pada pasien bukan
sirkumsripta. Membran timpani AD sulit dinilai karena CAE mengalami
peradangan dan edema.
Menyingkirkan diagnosis banding yaitu otitis eksterna sirkumskripta karena
pada hasil pemeriksaan tidak didapatkan peradangan pada 1/3 liang telinga luar
biasanya mengenai bagian adneksa kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea,
dan kelenjar serumen dan tidak ditemukan adanya furunkel.
Penegakkan diagnosis kerja AD adalah otitis eksterna difus. otitis eksterna
difus adalah peradangan yang mengenai liang telinga 2/3 dalam. Gejala pada pasien
ditemukan mengarah ke otitis eksterna difus adalah otalgia, tidak nyaman pada
telinga (aural fullness). Pada pemeriksaan fisik dijumpai nyeri tekan tragus,
eritema dan edema pada liang telinga luar.
Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud dapat
mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan
serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat
oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan ini dapat
menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau
berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Faktor predisposisi juga dapat menyebabkan perubahan PH pada liang telinga
sehingga fungsi proteksi berkurang. Perubahan pH, kelembaban serta trauma yang
terjadi pada liang telinga menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan tingginya
resiko terjadi infeksi sehingga dalam tatalaksana diperlukan antibiotik.
18
Terapi Kasus
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Boies, Adams, Higler. 1994. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta:
EGC: Jakarta.
2. Djaafar, ZA. 2006. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Telinga Hidung
Tenggorokan, cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
3. Restuti, Bashiruddin, Iskandar, Soepardi. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 6. FKUI: Jakarta.
4. Moses, Scott. 2008. Otitis Media. Accessed: www.fpnotebook.com.
20