Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

Tn. N DENGAN POST OPERASI CA COLON


RUANG ICU RSUD BANYUMAS
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

DISUSUN OLEH :
YULIA NUR CAHYANI (I4B017040)
INTAN NURDIANA (I4B017006)
FISKA AFIFAH (I4B017039)
PUTRI SEPTIANA (I4B017042)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROFESI NERS
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Ca Colon
1.1 DEFINISI
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel
yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel,
dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa
abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon
(Brooker, 2001 : 72). Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat
ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya. Kanker
kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
1.2 ETIOLOGI
Terdapat empat etiologi utama kanker kolon (Davey, 2006 : 334) yaitu :
A. Diet
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat
(sayur-sayuran, buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak
tinggi dan sumber protein hewani.
B. Kelainan kolon
- Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
- Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna
menjadi karsinoma.
- Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai
risiko terkena karsinoma kolon.
C. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon
mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang
orangtuanya sehat (FKUI, 2001 : 207).
1.3 TANDA GEJALA
Berikut ini beberapa gejala yang dapat dirasakan penderita kanker usus besar, di
antaranya:
 Adanya darah pada kotoran atau bahkan pendarahan di anus.
 Berubahnya tekstur kepadatan kotoran.
 Menurunnya berat badan.
 Tubuh terasa lelah.
 Nyeri atau kram pada bagian perut.
 Perut kembung.
 Meningkatnya frekuensi buang air besar atau diare.
 Konstipasi.
 Hilang nafsu makan.
Tidak semua gejala tersebut akan dirasakan penderita. Sebagian ada yang
menjadi sering buang air besar dengan disertai darah pada kotorannya dan
sebagian ada yang tidak disertai darah, namun merasakan nyeri pada perutnya.
Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala-gejala kanker usus besar,
terutama jika mengalami diare bergantian dengan konstipasi selama lebih dari
tiga minggu. Harap waspada juga jika usia Anda telah mencapai 50 tahun ke
atas dan merasakan gejala-gejala tersebut.
Penyebab kanker usus besar
Pertumbuhan sel di area tubuh tertentu yang tidak terkendali dan bersifat
merusak merupakan penyebab kanker. Pada penyakit kanker usus besar,
pertumbuhan tersebut bermula di dalam gumpalan sel pada lapisan usus bagian
dalam, kemudian menjalar dan menghancurkan sel-sel lain di dekatnya, atau
bahkan hingga ke beberapa area tubuh lainnya. Pada awalnya, sel-sel yang
diproduksi lapisan usus bersifat tidak berbahaya dan memiliki manfaat untuk
menjaga kenormalan fungsi tubuh. Namun belum diketahui apa yang memicu
sel-sel tersebut rusak, berubah menjadi sel kanker dan tumbuh secara tidak
terkendali.
Meski penyebab kanker usus besar tidak diketahui, beberapa faktor berikut ini
dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit tersebut, di antaranya:
 Terlalu banyak mengonsumsi daging merah dan
 Kekurangan serat.
 Mengonsumsi minuman beralkohol.
 Merokok
 Mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
 Berusia 60 tahun ke atas.
 Menderita penyakit gangguan pencernaan, salah satunya adalah kolitis
ulseratif atau radang kronis di usus besar.
 Menderita diabetes.
 Kurang berolahraga.
 Memiliki kerabat dekat, misalnya orang tua atau saudara kandung, yang
menderita kanker usus besar.
 Menderita sindrom Lynch.
 Menderita suatu masalah genetika yang menyebabkan tumbuhnya
gumpalan-gumpalan sel atau polip di dalam usus besar. Kondisi ini disebut
familial adenomatous polyposis (FAP).
Tahapan perkembangan kanker usus besar
Ada empat tahapan yang menentukan tingkat keparahan penyakit kanker usus
besar, di antaranya:
 Stadium 1. Pada tahap ini kanker sudah mulai tumbuh di dalam usus besar,
namun belum menyebar karena masih terhalang dinding usus.
 Stadium 2. Pada tahap ini kanker telah menyebar ke seluruh dinding usus
besar, bahkan menembusnya.
 Stadium 3. Pada tahap ini kelenjar getah bening yang letaknya berdekatan
dengan usus besar telah digerogoti oleh kanker.
 Stadium 4. Ini merupakan tingkat paling parah dari penyebaran kanker usus
besar. Pada tahap ini kanker telah makin jauh menyebar dan menyerang
organ-organ tubuh lainnya, misalnya paru-paru dan hati.
Penentuan tingkat keparahan kanker usus besar bisa dilakukan melalui
diagnosis. Hal ini berguna dalam membantu dokter untuk memberikan
pengobatan yang tepat.
1.4 PATOFISIOLOGI
a. Anatomi Fisiologi Kolon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon
melintang (transverse), kolon menurun(descending),kolon sigmoid, dan
rektum.Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang
sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering
disebut dengan "kolon kiri".
b. Patologi
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang
tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk
polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat
diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma
tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu
yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker
yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335).
Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi
ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam
sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan
menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati).Kanker kolon
dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke
dalam kandung kemih.
2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan
darah ke system portal.
4. Penyebaran secara transperitoneal
5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi
penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding
usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi
dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000
:177).
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Endoskopi : Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi
maupun kolonoskopi.
b. Radiologis : Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain
adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan
enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini menggambarkan adanya kebuntuan
pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen.
Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema
barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
c. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas
penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat
yang jauh yang sudah metastasis.
d. Histopatologi :Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar
histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu
ditentukan diferensiansi sel.
e. Laboratorium : Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan
pasien mengalami perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya
turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood
pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus
menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (tanaman
lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan
feces spesimen.
f. Ultrasonografi (USG) : Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada
kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke
kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
1.6 KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan
pada lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :
- Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
- Pembentukan abses
- Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
- Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang
menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan
secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak
bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin
menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary
bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh
kanker.
1.7 KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut:
A : Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1 : kanker telah meinfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak
satu sampai empat buah
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari
lima buah.
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan
penyebaran yang luas dan tidak dapat di operasi lagi.
1.8 PENATALAKSANAAN
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah
sebagai berikut ;
a. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor
yang diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak
menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah
biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang
mengelilingi sekitar kanker.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi
misalnya sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah
yang di tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh kanker.
Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara lain
sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah. Kerusakan
sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu
makan.
c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke
dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah
menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di
injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena
digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang
dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding
abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
II. Diagnosa dan Fokus Intervensi
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Post operasi kanker kolon
(Wilkinson, 2006 : 621) meliputi :
a) Pola nafas, tidak efektif berhubungan dengan imobilitas, dan kondisi pasca
anastesi.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.
c) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi
pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA
Brown,Sandra Clark. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC).US :
ELSEVIER
Brown,Sandra Clark. 2004. Nursing Intervention Classificatio (NIC). US :
ELSEVIER
Brunner and Suddart .2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Herdman,T.Heather.2010. Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi
2009-2011. Jakarta :EGC
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995,Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat.R.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

ASUHAN KEPERAWATAN POST CA COLON

Tanggal masuk : 4 Januari 2018 Jam : 15.00


Tanggal pengkajian : 5 Januari 2018 Jam : 08.00

Ruang : ICU

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn. N Penanggung Jawab

Usia : 57 Tahun Nama : Ny. M

Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 35 Tahun

Pendidikan : SD Suku Bangsa : Jawa

Pekerjaan : Petani Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Pendidikan : SMA

Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Diagnosa : Post OP Ca Rektum

Suku : Jawa

No. RM : 831758

Alamat : Kalidesel, 06/03, Watumalang, Wonosobo

II. PENGKAJIAN PRIMER

A. Airway : Tidak ada stridor, auskultasi terdengar rokhi basah pada jalan
nafas dan terdengar wheezing.

B. Breathing : SaO2 100%, bunyi nafas vesikuler, pergerakan dada simetris,


tidak ada lebam, RR 22x/menit, tidak ada retraksi dinding dada

C. Circulation : Akral teraba hangat, S: 37,3°C, nadi teraba kuat 104x/menit,


tidak terdapat perdarahan, capillary refill <2 detik, TD : 100/60 mmHg.

D. Disability : Kesadaran : composmentis, GCS 15 (E4 M6 V5), respon pupil


isokor, kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah baik

4 4
4 4

III. PENGKAJIAN SEKUNDER

A. Wawancara

1. Keluhan Utama : Badan lemas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien datang melalui IGD pada


tanggal 3 Januari 2018, dengan keluhan nyeri dan mengeluarkan darah
dari anus saat BAB dan dari hasil pemeriksaan sebelumnya pasien
didiagnosa Kanker Rectum. Tanggal 4 Januari 2018 dilakukan operasi
pengangkatan jaringan dan pembuatan kolostomi, dan pasien masuk ICU
pukul 15.00 WIB. Pasien terpasang ventilator, DC, stoma di perut bagian
kiri, dan drain di perut kanan bawah.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien pernah dirawat di rumah


sakit dan melakukan operasi satu bulan yang lalu dengan dugaan
hemoroid. Saat kontrol kedua pasien disarankan untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut ke RSUD Banyumas. Setelah dilakukan
endoskopi, pasien didiagnosa memiliki Ca Rectum.

4. Riwayat penyakit keluarga :

Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang


memiliki riwayat penyakit yang sama sebelumnya. Selain itu, tidak ada
riwayat penyakit DM, Jantung, maupun hipertensi.

5. Riwayat pekerjaan pasien :

Pasien bekerja sebagai petani, sejak sakit 3 bulan yang lalu pasien
sudah berhenti melakukan pekerjaan.

6. Riwayat geografi :

Pasien tinggal di desa kalidesel 06/03, Watumalang, Wonosobo.


Letak geografis tempat tinggal pasien terletak di pedesaan dan
pegunungan. Mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani.

7. Riwayat alergi :

Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki alergi baik makanan,


minuman maupun obat.

8. Kebiasaan sosial :

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah memiliki masalah


dalam kehidupan sosial sehari-hari.

9. Kebiasaan merokok :

Keluarga pasien mengatakan pasien merokok, jenis rokok yang


digunakan adalah rokok lintingan, 5-6 linting perhari.

B. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Cukup, terlihat lemah

Kesadaran : Komposmentis

1) Kepala dan leher

Kepala Mesochepal, rambut hitam, agak kotor

Mata Simetris, konjuctiva anemis, sklera tidak ikterik

Hidung Simetris bilateral, tidak ada polip

Mulut Mukosa bibir kering

Telinga Simetris, tidak kotor, tidak ada nyeri tekan

Leher Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

2) Dada
Paru-paru

Inspeksi Tidak terdapat luka pada dada, terdapat retraksi dinding dada

Auskultasi Suara nafas vesikuler

Palpasi Tidak ada krepitasi, dan tidak ada nyeri tekan

Perkusi Sonor

Jantung

Inspeksi Terlihat iktus kordis, tidak ada lebam

Auskultasi Bunyi S1 dan S2 “lup, dup”

Palpasi Teraba point maximal impuls

Perkusi Pekak

3) Abdomen

Inspeksi Terdapat luka jahitan pada abdomen bawah, balutan bersih dan
terdapat kolostomi pada abdomen kiri bawah, kolostomi bersih dan
tidak ada kotoran

Auskultasi Bising usus 8 x/menit

Palpasi Terdapat nyeri tekan pada abdomen bawah

Perkusi Pekak

4) Ekstremitas

Ekstremitas atas : Tidak ada kesemutan, akral teraba dingin, pucat,


tidak ada edema, kekuatan otot lemah.

Ekstremitas bawah : Tidak ada kesemutan maupun edema, teraba


dingin dan pucat, kekuatan otot lemah.

5) Genitalia
Pasien berjenis kelamin laki-laki. Genitalia bersih, pasien terpasang
kateter sudah 1 hari.

6) Sistem integumen

Warna kulit merata, turgor kulit kering, mukosa bibir merah muda,
capilary refill <2 detik, tidak ikterik, akral teraba hangat, S: 38,2°C.

7) Sistem persyarafan

Pemeriksaan 05/01/2018 ( 08.00 WIB)


Status mental
a) Tingkat kesadaran Komposmentis
b) GCS E 4 M 6 V 5 : 15
c) Gaya bicara Gaya bicara normal, tidak pelo
Fungsi intelektual
a) Orientasi waktu Tidak mengetahui pagi, siang, sore, jam,
dan hari
b) Orientasi tempat Mengetahui sedang di rumah sakit
c) Orientasi orang Mengenali orang
Daya pikir
a) Spontan, alamiah, masuk akal Pasien tidak mengalami gangguan daya
b) Kesulitan berfikir pikir
c) Halusinasi
Status emosional
a) Alamiah dan datar Pasien tidak pemarah, cemas dan apatis
b) Pemarah
c) Cemas
d) Apatis
8) Aktivitas dan latihan

Bathing Dressing Toileting Tansfering Continence Feeding KATZ

T T T T T T T

Keterangan : T : Tergantung

9) Nutrisi dan cairan

Intake cairan dalam 7 jam:

- Infus NaCl (kiri) : 700 ml


- NaCl (kanan) :150 ml diganti clinimix : 320ml

- Oral : 500ml

Output cairan dalam 7 jam :

- Drain : 200 ml

- Urin : 220 ml

10) Pola eliminasi

Pasien terpasang kateter, urin sedikit (220 ml dalam rentang waktu 7


jam), warna tidak jernih, keruh kecoklatan.

11) Kenyamanan

Pasien mengeluh terganggu dengan adanya stoma yang terpasang di


perutnya. Pasien menanyakan banyak hal mengenai stoma dan terlihat
khawatir tentang stoma yang terpasang. Pasien terlihat menyembunyikan
dan menutupi stoma.

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Keterangan

WBC 9,72 10^3/uL 3,70-10,1 Normal

LYM 15,3 % 19,0-48,3 Normal

MONO 12,6 % 4,40-12,7 Normal

RBC 3,65 10^6/uL 4,06-4,69 Rendah

HGB 8,70 g/dL 12,9-14,2 Rendah

HCT 28,1 % 37,7-53,7 Rendah

RDW 15,2 % 11,5-14,5 Tinggi

Total protein 4,6 g/dL 6,6-8,7 Rendah

Glbulin 3,0 g/dL 0,0-5,0 Normal


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Keterangan

Albumin 1,6 g/dL 3,4-5,0 Rendah

Blood Urea 21 mg/dL 7-18 Tinggi


Nitrogen
(BUN)

Glukosa 254 mg/dL 75-115 Tinggi

Creatinin 0,99 mg/dL 0,55-1,30 Normal

Natrium 135 mmol/L 135-153 Normal

Kalium 4,3 mmol/L 3,5-5,1 Normal

Klorida 108 mmol/L 98-109 Normal

2. Pemeriksaan diagnostik ( Endoskopi )

Colon : tampak masa keluar dari dubur, berbenjol-benjol, rapuh

Rektum : tampak masa lanjutan dari anus s/d ± 4-5cm, rektum proksimal
dalam batas normal

Sigmoid : mukosa normal tidak didapatkan tumor

IV. PROGRAM TERAPI

Nama obat Fungsi Dosis Rute

Meropenem Antibiotik yang digunakan untuk 2 x 1 gr IV


mengobati berbagai jenis infeksi yang
disebabkan oleh bakteri

Ranitidin Mengurangi produksi asam lambung 2 x 50 mg IV

Cefazoline Antibiotik yang mencegah infeksi 2 x 1 gr IV


bakteri

Omeprazole Menurunkan kadar asam lambung 2 x 40 mg IV

Asam Menghentikan kondisi perdarahan 3 x 500 mg IV


tranexamat
Metronidazole Antibiotik untuk infeksi akibat bakteri 3 x 500 mg IV

Tramadol Pereda rasa sakit 1 x 50 mg IV

Furosemid Mengobati tekanan darah tinggi. Obat 2 x 40mg IV


juga digunakan untuk mengobati
pembengkakan karena penumpukan
cairan di dalam tubuh.

V. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

Ds : - Kehilangan cairan Defisit volume cairan


aktif
Do :

 TD :100/60 mmHg

 N: 104x/menit

 S:37,3°C

 Urin 220ml/7 jam

 Warna tidak jernih, keruh


kecoklatan,

 membran mukosa bibir


kering

 turgor kulit kering.

S: tirah baring Intoleransi aktifitas


 Pasien mengatakan lemas
 Pasien mengatakan susah
miring kanan kiri
 Pasien mengatakan belum
bisa melakukan ADL
mandiri
DO:

 TD :100/60 mmHg
 RR:22x/mnt

 Pasien terlihat masih


dibantu saat makan, miring
kanan kiri

Ds : - Prosedur invasif Resiko infeksi

Do :

 Pasien telah dilakukan


prosedur invasif post op
kolonostomi, tanggal 4
januari 2018, keadaan
balutan dan luka jahitan
bersih.

 Pasien terpasang infus sejak


tanggal 3 januari 2018,
balutan infus bersih dan
kering.

 Pasien terpasang kateter


sudah 2 hari, keadaan
kateter bersih..

Ds : Pembedahan Gangguan citra tubuh

 Pasien mengatakan
terganggu dengan stoma
yang ada diperutnya

Do :

 Pasien terlihat memantau


tubuhnya terus-menerus

 Pasien terlihat
menyembunyikan stoma di
perutnya
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

3. Resiko infeksi ditandai dengan adanya prosedur invasif

4. Gangguan citra tubuh b.d pembedahan


VII. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan NIC : Fluid Management


b.d kehilangan cairan keperawatan selama 3x24 jam,
1. Monitor status hidrasi - Mengetahui status hidrasi
secara aktif diharapkan volume cairan pasien
(kelmbaban membran mukosa, nadi pasien
dalam batas normal, dengan kriteria
adekuat, TD ortostatik)
hasil : - Mengetahui TTV dalam
2. Monitor tanda-tanda vital rentang normal
NOC : Fluid Balance
3. Monitor intake makanan/cairan - Mengetahui status
Indikator A T
terpenuhinya cairan pasien
4. Kolaborasi pemberian cairan IV
1. Mempertahankan urin 3 4
- Peran keluarga sangat
output yang sesuai 5. Dorong masukkan oral
dibutuhkan untuk
2. TTV dalam batas 4 5 6. Dorong keluarga untuk meningkatkan intake cairan
normal membantu pasien makan

3. Tidak ada tanda-tanda 3 4 7. Kolaborasi dengan dokter


dehidrasi (pemenuhan transfusi darah)

Keterangan :

1 : Sangat buruk
2 : Buruk

3: Sedang

4 : Baik

5 : Sangat baik

Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan NIC: bantuan perawatan diri - mengetahui kemampuan
tirah baring keperawatan 3 x 24 jam diharapkan - Monitor kemampuan ADL pasien
pasien dapat beraktifitas dengan perawatan diri secara - memenuhi kebutuhan ADL
normal dengan kriteria hasil: mandiri pasien
NOC : perawatan diri - Beri bantuan perawatan diri - agar pasien belajar ADL
Indicator A T (mandi, sikat gigi, makan, secara mandiri
memakai baju) -agar pasien selalu merasa
- Makan 2 5
- Dorong kemandirian pasien nyaman
- Memakai 2 5
- Beri lingkungan yang bersih, -mengetahui kebutuhan
baju
nyaman, dan tenang pasien
- Mandi 2 5
- Monitor kebutuhan pasien
- Kebersihan 3 5
terkait berpakaian, makan,
mulut
mandi
- Berpindah 2 4
posisi
Keterangan:
1: sangat buruk
2: buruk
3: sedang
4: baik
5: sangat baik
Resiko infeksi ditandai Setelah dilakukan tindakan NIC : Infection Control
dengan adanya keperawatan selama 3x24 jam,
1. Pertahankan teknik isolasi - Teknik isolasi mampu
prosedur invasif diharapkan resiko infeksi pada
mencegah penyebaran infeksi
pasien tidak terjadi, dengan kriteria 2. Batasi pengunjung bila perlu
hasil : - Cuci tangan dapat
3. Cuci tangan setiap sebelum dan
menurunkan resiko infeksi
NOC : Risk Control sesudah tindakan keperawatan
(pasien, tenaga kesehatan dan
Indikator A T 4. Pertahankan lingkungan aseptik pengunjung)
selama pemasangan alat
1. Pasien bebas dari 5 5 - Intake nutrisi yang cukup
tandad gejala infeksi 5. Tingkatkan intake nutrisi dapat meningkatkan
pertahanan tubuh pasien
6. Berikan terapi antibiotik bila
2. Menunjukkan 5 5 perlu - Antibiotik dapat mencegah
kemampuan cara untuk dan mengobati infeksi
7. Dorong istirahat
mencegah timbulnya
infeksi

3. Jumlah leukosit 5 5
dalam batas normal

4. Menunjukkan 5 5
perilaku hidup sehat

Keterangan :

1. Sangat buruk

2. Buruk

3. Sedang

4. Baik

5. Sangat baik

Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan NIC : Body image enhancement
b.d pembedahan keperawatan selama 3x24 jam,
1. Monitor frekuensi mengkritik - Mengetahui seberapa sering
diharapkan persepsi pasien terhadap
tubuh menjadi baik, dengan kriteria dirinya pasien mengkritik dii sendiri
hasil :
2. Jelaskan tentang pengobatan, - Memberikan dorongan
NOC :Body Image perawatan, kemajuan dan prognosis yang positif pasa pasien
penyakir dapat mengurangi frekuensi
Indikator A T
pasien mengkritik drinya
3. Dorong pasien mengungkapkan
1. Body image positif 3 4
perasaannya - Dukungan keluarga mampu
2. Mampu 3 4 menambah kepercayaan diri
4. Identifikasi arti pengurangan
mengidentifikasi pasien
melalui pemakaian alat bantu.
kekuatan profesional
5. Fasilitasi kontak dengan individu
3. Mendeskripsikan 3 4 lain
secara faktual perubahan
fungsi tubuh

4. Mempertahankan 4 5
interaksi sosial

Keterangan :

1 : Sangat buruk

2 : Buruk

3: Sedang
4 : Baik

5 : Sangat baik

VIII. IMPLEMENTASI

No Hari/Tanggal Jam Dx Implementasi Respon Paraf

Jumat, 5 januari 08.00 1 1. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 100/60, N: 114x/m, S: 37,3 , Intan
2018 RR: 22x/mnt
08.00 1 2. Memonitor intake makanan/cairan O: Intake makanan : 120 ml Intan
08.00 1 3. Memonitor status hidrasi (kelmbaban membran O: Membran mukosa terlihat kering, Intan
mukosa, nadi adekuat, TD ortostatik) Nadi 104 x/mnt
08.00 2 4. Memberi bantuan perawatan diri (mandi, sikat O: Pasien terlihat kooperatif saat Yulia
gigi, makan, memakai baju) diberi bantuan ADL
09.00 1 5. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 110/70, N: 108x/m, S: 37,1, Yulia
RR: 20x/mnt
09.00 2 6. Memonitor kemampuan perawatan diri secara S: Pasien mengatakan belum bisa Yulia
mandiri melakukan ADL secara mandiri
09.15 2 7. Memonitor kebutuhan pasien terkait berpakaian, S: pasien mengatakan masih Intan
makan, mandi membutuhkan bantuan dalam makan,
mandi, dan berpakaian
09.20 4 8. Memonitor frekuensi mengkritik dirinya S: Pasien mengatakan malu terdapat Intan
stoma di perutnya
10.00 4 9. Mendorong pasien mengungkapkan perasaannya S: Pasien mengatakan takut orang Intan
didekatnya akan merasa bau
10.00 1,2 10. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 110/70, N: 100x/m, S: 37, Yulia
RR: 20x/mnt
10.00 1 11. Mendorong masukkan oral O: Pasien terlihat hanya ingin sedikit Yulia
makan
11.00 1,3 12. Memberikan terapi farmakologi sesuai resep O: Obat masuk melalui IV Yulia
11.00 (injeksi Asam Traneksamat 500 mg, dan Drip
Metronidazole 500 mg)
11.30 1 13. Membuang urin O: Urin dalam 7 jam 220 ml Yulia
11.00 1,2 14. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 110/60, N: 76, RR: 22, S:36 Yulia
12.00 1 15. Mendorong keluarga untuk membantu pasien S: Keluarga mengatakan pasien Intan
makan susah makan
12.00 1,3 16. Memberikan terapi farmakologi sesuai resep O: Obat masuk IV Intan
1 (injeksi Cefazoline 1 gram, injeksi Ranitidine 50
mg, injeksi Omeprazole 40 mg)
12.00 1 17. Mendorong istirahat S: Pasien mengatakan mau Fiska
beristirahat
13.00 1 18. Memonitor tanda-tanda vital O: TD:105/50, N: 78, RR; 21, S:36,1 Fiska
14.00 1 19. Memonitor tanda-tanda vital O: TD:115/60, N: 76, R: 21, S:36 Fiska
15.00 1 20. Memonitor tanda-tanda vital O:TD: 120/80, N: 78, RR: 21, S:36,1 Fiska
16.00 1 21. Memonitor tanda-tanda vital O:TD: 115/74, N: 78, RR: 21, S:36,2 Fiska
17.00 1 22. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 118/77, N: 80, RR: 22,S:36,5 Fiska
18.00 1,3 23. Memberika terapi farmakologi sesuai resep O: obat masuk melalui IV Fiska
(injeksi Asam Traneksamat 500 mg, dan Drip
Metronidazole 500 mg)
18.00 1 24. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 110/65, N: 84, RR: 22,S:36,8 Putri
19.00 1 25. Melakukan kolaborasi dengan dokter O: Transfusi darah masuk 3 kolf Putri
(pemenuhan transfusi darah)
19.00 1 26. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 115/70, N: 82, RR: 22,S:37 Putri
20.00 1 27. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 117/74, N: 84, RR: 21,S:37,2 Putri
21.00 1 28. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 110/75, N: 82, RR: 21,S:37,2 Putri
22.00 1 29. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 120/80, N: 80, RR : 21,S:37 Putri
23.00 1 30. Memonitor tanda-tanda vital O:TD: 125/83, N: 80, RR: 20, S:36,6 Putri
01.00 1,3 31. Memberikan terapi farmakologi sesuai resep O: obat masuk IV Putri
(injeksi Cefazoline 1 gram, injeksi Ranitidine 50
mg, injeksi Omeprazole 40 mg)
01.00 1 32. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 140/90, N: 74. RR:22, S:36,7 Putri
02.00 1 33. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 125/77, N: 70, RR: 21,S:36,5 Putri
02.00 1,3 34. Memberika terapi farmakologi sesuai resep O: obat masuk IV Putri
(injeksi Asam Traneksamat 500 mg, dan Drip
Metronidazole 500 mg)
02.00 1 35. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 120/77, N: 80, RR: 21,S;36,6 Putri
03.00 1 36. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 124/75, N: 80, RR: 21,S:36,8 Putri
04.00 1 37. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 120/80, N: 80, RR:21, S:36,9 Putri
05.00 1 38. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 126/84, N: 74, RR:20,S:36,6 Putri
06.00 1 39. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 140/70, N: 56, RR: 18,S:36,6 Putri
07.00 1 40. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 132/70, N: 60, RR: 20, S: Putri
36,5
Sabtu, 6 Januari 08.00 1 1. Memonitor status hidrasi (kelmbaban membran O: Membran mukosa terlihat kering, Fiska
2018 mukosa, nadi adekuat, TD ortostatik) Nadi 66x/m
08.00 1 2. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 145/80, N: 66x/m, S:36,2 Yulia
RR: 26
08.00 1 3. Memonitor intake cairan O: Intake cairan dalam 7 jam 1250 Yulia
ml
08.00 2 4. Memberi bantuan perawatan diri (mandi, sikat O: Pasien terlihat kooperatif saat Yulia
gigi, makan, memakai baju) diberi bantuan ADL
08.00 2 5. Mendorong kemandirian pasien O: pasien terlihat sudah dapat Yulia
menyikat gigi secara mandiri
08.00 2 6. Memberi lingkungan yang bersih, nyaman, dan S: Pasien mengatakan lebih nyaman Fiska
tenang
setelah di seka Yulia
7. Memonitor tanda-tanda vital
09.00 1,2 O: TD: 145/88, N:66, RR:26,S:36,2
8. Menjelaskan tentang pengobatan, perawatan,
09.00 4 S: Pasien mengatakan mengerti yulia
kemajuan dan prognosis penyakir
dengan penjelasan perawat
9. Mengidentifikasi arti pengurangan melalui
09.00 4 O: yulia
pemakaian alat bantu.
10. Memonitor tanda-tanda vital
10.00 1,3 O: TD: 140/90,N:65, RR:26,S:36,2 fiska
11. Memberika terapi farmakologi sesuai resep
10.00 4 O: obat masuk IV fiska
(injeksi Asam Traneksamat 500 mg, dan Drip
Metronidazole 500 mg)
Yulia
11.00 1 12. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 145/95, N:62, RR:29,S:36,2 Yulia
11.00 3 13. Mamfasilitasi kontak dengan individu lain O: keluarga terlihat menjenguk Fiska
pasien
11.30 1,2 14. Memonitor output cairan : urin O: urin 1520 ml dalam 7 jam
12.00 1,3 15. Memberikan terapi farmakologi sesuai resep O:obat masuk IV Fiska
(injeksi Meropenem 1 gram, injeksi Ranitidine Fiska
50 mg, injeksi Omeprazole 40 mg)
12.00 1 16. Memonitor tanda-tanda vital O: TD:147/98, N:62, RR:25,S:35,2 Fiska
12.00 3 17. Membatasi pengunjung bila perlu O: keluarga terlihat mengunjungi
pasien dengan cara bergantian Yulia
13.00 3 18. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah O:
tindakan keperawatan Yulia
13.00 3 19. Mempertahankan lingkungan aseptik selama O: Pasien kooperatif saat dipasang Yulia
pemasangan alat alat
13.00 1 20. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 123/60, N:59, RR:19,S:35,8 Yulia
13.30 3 21. Mendorong istirahat S: Pasien mengatakan akan
beristirahat Intan
14.00 1 22. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 120/64,N:58, RR: 20,S:36,2 Intan
15.00 1 23. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:127/75,N:58, RR:20,S:35,8 Intan
16.00 1 24. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:130/70,N:62,RR:20,S:35,8 Intan
17.00 1 25. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:150/90,N:60,RR:20,S:35,8 Intan
18.00 4 26. Meningkatkan intake nutrisi S: pasien mengatakan hanya ingin
makan sedikit saja Intan
18.00 1,3 27. Memberika terapi farmakologi sesuai resep O: pasien masuk IV
(injeksi Asam Traneksamat 500 mg, dan Drip
Metronidazole 500 mg) Intan
18.00 1 28. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:140/88, N: 60,RR:21,S:35,6 Intan
19.00 1 29. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:148/76,N:56,RR:22,S:35,8 Intan
20.00 1 30. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:155/86,N:58,RR:18,S:35,9
Minggu, 7 08.00 1 1. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 150/88, N: 88x/m, S: 36,5, Fiska
Januari 2018 RR: 20
08.00 1 2. Memonitor intake cairan O: Intake dalam 7 jam : 1670 ml, Fiska
output cairan : 1250 ml
08.00 1 3. Memonitor status hidrasi (kelmbaban membran O: Membran mukosa terlihat lembab, Fiska
mukosa, nadi adekuat, TD ortostatik) TD: 150/88, N: 88x/m
08.00 2 4. Memberi bantuan perawatan diri (mandi, sikat S: Pasien mengatakan sudah bisah Fiska
gigi, makan, memakai baju) bisa melakukan beberapa ADL
secara mandiri
08.00 2 5. Mendorong kemandirian pasien O: pasien terlihat bisa menyikat gigi Fiska
dan makan secara mandiri
6. Memberi lingkungan yang bersih, nyaman, dan
08.00 2 S: pasien mengatakan lebih segar Fiska
tenang
setelah mandi
7. Memonitor tanda-tanda vital
09.00 1,2 O: TD:155/80,N:80,S:36,5,RR:20 Fiska
8. Melakukan kolaborasi pemberian cairan IV
09.00 1 O: Fiska
9. Memonitor tanda-tanda vital
10.00 1,3 O: TD:150/80,N:78,S:36,3,RR:19 Fiska
10. Memberika terapi farmakologi sesuai resep
10.15 1,3 O: Obat masuk IV Fiska
(injeksi Asam Traneksamat 500 mg, dan Drip
Metronidazole 500 mg)
10.00 1 11. Memonitor tanda-tanda vital O: TD: 156/80,N:81,S:36,7,RR:21 Fiska
10.00 1 12. mendorong istirahat S: Pasien mengatakan akan Fiska
beristirahat
11.00 1 13. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:160/90,N:87,S:36,6.RR:20 Fiska
12.00 1,3 14. Memberikan terapi farmakologi sesuai resep O: obat masuk IV Fiska
(injeksi Meropenem 1 gram, injeksi Ranitidine
50 mg, injeksi Omeprazole 40 mg)
12.00 1 15. Memonitor tanda-tanda vital O: TD:170/100,N:89,S:36,7,RR:21 Yulia
13.00 4 16. Membatasi pengunjung bila perlu O: Keluarga pasien terlihat Yulia
menjenguk secara bergantian
13.00 1 17. Memonitor tanda-tanda vital O: TD:150/90,N:80,S:36,8,RR:20 Intan
14.00 1 18. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:145/87,N:78,S:36,5,RR:19 Intan
15.00 1 19. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:138/86,N: 77,S:37,1,RR:22 Intan
16.00 1 20. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:132/78,N:77,S:36,8,RR:19 Yulia
17.00 1 21. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:120/77,N:75,RR:20,S:36,4 Yulia
18.00 1 22. Memberika terapi farmakologi sesuai resep O: obat masuk IV. Intan
(injeksi Asam Traneksamat 500 mg, dan Drip
Metronidazole 500 mg)
18.00 4 23. Meningkatkan intake nutrisi S: Keluarga pasien mengatakan Intan
pasien sudah mulai mau makan
18.00 1 24. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:124/88,N:74,RR:19, S:36,9 Intan
18.00 4 25. Memberikan terapi farmakologi sesuai resep O: obat masuk IV intan
19.00 1 26. Memonitor tanda-tanda vital O:TD:118/78, N:74,S:36,4,RR:20 intan
20.00 1 27. Memonitor tanda-tanda vital O:TD: 117/74,N:75,S:36,7,RR:21 intan

IX. EVALUASI

NO Hari/ Tanggal DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP) PARAF


1. Jumat, 5 Januari Defisit volume cairan b.d S: Keluarga pasien mengatakan pasien susah makan Putri
2018 kehilangan cairan secara aktif. O: Transfusi darah masuk 3 kolf dan tidak ada tanda-tanda alergi,
membran mukosa terlihat kering, pasien terlihat hanya makan sedikit.
TD: 132/70, N: 60, RR: 20, S: 36,
A: Masalah defisit volume cairan teratasi sebagian dengan kriteria
hasil:
Indikator A Saat ini T
1. Mempertahankan urin output yang 3 4 4
sesuai
2. TTV dalam batas normal 4 4 5
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 3 4 4
P:
- Memonitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, TD ortostatik)
- Memonitor intake cairan
Intoleransi aktivitas b.d tirah S: Pasien mengatakan belum bisa melakukan ADL secara mandiri
baring O: TD: 110/70, N: 100x/m, S: 37, RR: 20x/mnt
A: Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi dengan kriteria hasil
Indicator A T A

- Makan 2 5 2
- Memakai baju 2 5 2
- Mandi 2 5 2
- Kebersihan mulut 3 5 3
- Berpindah posisi 2 4 2

P:
- Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
- Beri bantuan perawatan diri (mandi, sikat gigi, makan, memakai
baju)
- Dorong kemandirian pasien
- Beri lingkungan yang bersih, nyaman, dan tenang
- Monitor kebutuhan pasien terkait berpakaian, makan, mandi
Resiko infeksi ditandai dengan S: - Putri
adanya prosedur invasif O: TD: 132/70, N: 60, RR: 20, S: 36,5
A: Masalah resiko infeksi teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator A Saat ini T
1. Pasien bebas dari tandad gejala 5 5 5
infeksi
2. Menunjukkan kemampuan cara 5 5 5
untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal 5 5 5
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat 5 5 5
P:
- Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Mempertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat.
Gangguan citra tubuh b.d S: Pasien mengatakan takut orang didekatnya akan merasa bau. Putri
pembedahan Pasien mengatakan malu terdapat stoma di perutnya
O: Pasien terpasang stoma di perut bagian kiri, pasien tampak sedih
A: Masalah gangguan citra tubuh teratasi sebagian dengan kriteria
hasil:
Indikator A Saat ini T
1. Body image positif 3 3 4
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan 3 3 4
profesional
3. Mendeskripsikan secara faktual 3 4 4
perubahan fungsi tubuh
4. Mempertahankan interaksi sosial 4 5 5
P:
- Menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakir
- Mengidentifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu.

2. Sabtu, 6 Januari Defisit volume cairan b.d S: - Intan


2018 kehilangan cairan secara aktif. O: Membran mukosa pasien masih terlihat kering, makan pasien
masih sedikit.
TD:155/86, N:58, RR:18, S:35,9
A: Masalah defisit volume cairan teratasi sebagian dengan kriteria
hasil:
Indikator A Saat ini T
1. Mempertahankan urin output yang 3 4 4
sesuai
2. TTV dalam batas normal 4 4 5
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 3 4 4
P:
- Memonitor intake cairan
- Dorong pasien untuk makan
intoleransi aktivitas S: pasien mengatakan sudah bisa menyikat gigi sendiri
berhubungan dengan tirah baring O: O: TD: 145/80, N: 66x/m, S:36,2 RR: 26
A: Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian dengan kriteria
hasil
Indicator A T A
- Makan 2 5 3
- Memakai baju 2 5 3
- Mandi 2 5 2
- Kebersihan mulut 3 5 4
- Berpindah posisi 2 4 3

P:
- Beri bantuan perawatan diri (mandi, sikat gigi, makan, memakai
baju)
- Dorong kemandirian pasien
- Beri lingkungan yang bersih, nyaman, dan tenang
Resiko infeksi ditandai dengan S: - Intan
adanya prosedur invasif O: Tidak ada tanda-tanda infeksi,lingkungan pasien bersih.
A: Masalah resiko infeksi teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator A Saat ini T
1. Pasien bebas dari tanda gejala 5 5 5
infeksi
2. Menunjukkan kemampuan cara 5 5 5
untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal 5 5 5
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat 5 5 5
P:
- Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Mempertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat.
Gangguan citra tubuh b.d S: - Intan
pembedahan O: Pasien tampak lebih tenang.
A: Masalah gangguan citra tubuh belum teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator A Saat ini T
1. Body image positif 3 3 4
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan 3 4 4
profesional
3. Mendeskripsikan secara faktual 3 4 4
perubahan fungsi tubuh
4. Mempertahankan interaksi sosial 4 5 5
P: Memfasilitasi pasien kontak dengan individu lain
3. Minggu, 7 Januari Defisit volume cairan b.d S: Keluarga pasien mengatakan pasien sudah mulai mau makan lebih Yulia
2018 kehilangan cairan secara aktif. banyak.
O: Membran mukosa terlihat lembab
TD: 117/74,N:75,S:36,7,RR:21
A: Masalah defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator A Saat ini T
1. Mempertahankan urin output yang 3 4 4
sesuai
2. TTV dalam batas normal 4 5 5
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 3 4 4
P:
- Monitor status hidrasi (kelmbaban membran mukosa, nadi
adekuat, TD ortostatik)
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor intake makanan/cairan
intoleransi aktivitas S: pasien mengatakan sudah bisa melakukan beberapa ADL secara
berhubungan dengan tirah baring mandiri
O: TD: 150/88, N: 88x/m, S: 36,5, RR: 20
A: Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian dengan kriteria
hasil
Indicator A T A

- Makan 2 5 5
- Memakai baju 2 5 2
- Mandi 2 5 2
- Kebersihan mulut 3 5 6
- Berpindah posisi 2 4 3

P:
- Beri bantuan perawatan diri (mandi, sikat gigi, makan, memakai
baju)
- Dorong kemandirian pasien
- Beri lingkungan yang bersih, nyaman, dan tenang
Resiko infeksi ditandai dengan S: - Yulia
adanya prosedur invasif O: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan dan stoma.
A: Masalah resiko infeksi teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator A Saat ini T
1. Pasien bebas dari tandad gejala 5 5 5
infeksi
2. Menunjukkan kemampuan cara 5 5 5
untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal 5 5 5
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat 5 5 5
P:
- Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Mempertahankan lingkungan aseptik pada pasien
Gangguan citra tubuh b.d S: - Yulia
pembedahan O: Keluarga pasien terlihat menjenguk secara bergantian, pasien
tampak mulai menerima keadaan.
A: Masalah gangguan citra tubuh teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator A Saat ini T
1. Body image positif 3 4 4
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan 3 4 4
profesional
3. Mendeskripsikan secara faktual 3 4 4
perubahan fungsi tubuh
4. Mempertahankan interaksi sosial 4 5 5
P: Melanjutkan intervensi
I: Memfasilitasi pasien kontak dengan individu lain

Anda mungkin juga menyukai