Anda di halaman 1dari 3

21 OKTOBER

Rabu itu, kita bertemu pada etalase gedung putih di bagian tenggara Pulau Besi

Sarasehan sederhana tak terjadi apa-apa

Periang dan pendiam, aku mengeksekusi

Jawabnya anggukan pelan

Mengesankan

Bau malam menusuk kavum nasi

Di ujung pukul sepuluh malam tadi

Dari Tugu Religi hingga pantai Kendari

Aku tersesat pada wajah dan dialek asing

Diaroma malam dengan riuh kota bising

Kutenggelamkan lelah pada sebongkah bosan

Kidung penyanyi jalanan tak menahanku pulang

Kecuali mangata lampu kota

Dan…

Bisu seorang Gadis Jawa

Dalam diam ia tidak bungkam


Ada nganga tanya yang besar di rongga dadanya

Siapa sangka

Ia adalah seorang penebar bahagia

Sejak senja hingga malam tiba

Ia suapi aku dengan morfin yang tak pernah berhenti memaksaku untuk ingin

Untuk menghirup lagi aroma pena karya pujangga ternama

Di bawah kolong langit biru ungu sampai gelap tiba

Terkadang mulutnya komat-kamit merapalkan kata

Entah sebuah mantra, doa, atau puisi surga

Bahasa tubuh racap berbicara dengan semesta

Serta wajah teduh tak tersirat jiwa angkuh

Kini, dengan jarak sepersekian senti

Aku kehabisan kata

Lembut suaranya menarikku untuk mengejar senja saga

Aku hanya mematut diri turut berlari begitu saja

Sesekali ia tertawa, dua kali ia bacakan puisi cinta

Hey… Farikhatul Ubudiyah


Hari ini aku lelah

Namun diammu terlalu banyak tingkah

Ia tikam aku dengan panah resah

Hingga tertidurpun aku susah

Seringkali kata-kata berakhir ricuh tak beraturan menyampaikan pesan

Pada sebuah pertemuan singkat berujung terlupakan

Aku letih, mengikuti langkah abstrakmu

Aku lelah, mengeja senyum satu duamu

Menyesapmu dalam hangat kopi pagi tadi

Yang selalu menyimpan pahit dalam setiap teguknya

Tapi…

Aku suka

(Kendari, 14 Oktober 2016)

Anda mungkin juga menyukai