Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definsi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh (Handoko,
Ronny). Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit
ini disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gatal agogo,
budukan atau penyakit ampera (Harahap, 2008).
Skabies ini tidak membahayakan manusia namun adanya rasa gatal pada
malam hari ini merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas.

II. Etiologi
Skabies disebabkan oleh tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada
manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk
filum Arthropoda , kelas Arachnida , ordo Acarina, super famili Sarcoptes
(Sudirman, 2006). Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng, be
rwarna putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong dibandingkan
perut, tidak berwarna, yang betina berukuran 300-350 mikron, sedangkan yang
jantan berukuran 150-200 mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2
pasang merupakan kaki depan dan 2 pasang lainnya kakibelakang. Siklus hidup
dari telur sampai menjadi dewasa berlangsung satu bulan. Sarcoptes Scabiei betina
terdapat bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4. Sedangkan pada yang
jantan bulu cambuk demikian hanya dijumpai pada pasangan kaki ke-3 saja
(Aisyah, 2005)

III. Epidemiologi
Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain sosial ekonomi
yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual dan sifatnya promiskuitas
(ganti-ganti pasangan), kesalahan diagnosis danperkembangan demografi serta
ekologi
IV. Cara Penularan
Faktor penularannya bisa melalui tidur bersama dalam satu tempat tidur, lewat
pakaian, perlengkapan tidur atau benda -benda lainnya. Cara penularan
(transmisi):
 Kontak langsung misal berjabat tangan, tidur be rsama dan kontak
seksual.
 Kontak tidak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, sprei, bantal,
dan lain-lain (Djuanda, 2007)

V. Patofisiologi

VI. Gejala Klinis


Keluhan pertama yang dirasakan penderita adalah rasa gatal terutama pada malam
hari (pruritus noktural) atau bila cuaca panas serta pasien berkeringat (Sudirman,
2006). Terdapat 4 tanda kardinal pada skabies yakni :
1. Pruritus noktural
Gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang lebih tinggi pada suhu
yang lembab dan panas.

2. Penyakit Kelompok.
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga, perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian tetangga yang berdekatan akan diserang oleh
tungau tersebut. Dikenal dengan hiposensitisasi yang seluruh anggota
keluarganya terkena.

3. Adanya kunikulus (terowongan)


Kunikulis terdapat pada tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1 cm. Pada
ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung
cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul poli morf (gelembung leokosit).
4. Adanya Tungau
Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostig. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Gejala lain yang ditunjukkan adalah rasa gatal pada kulit yang umumnya
muncul disela- sela jari, selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung
berair pada kulit.
Efloresensi yang terdapat pada skabies adalah:
- Eritem
- Papula
- Pustula
- Ekskoriasi (bekas garukan)
- Hiperpigmentasi pasca inflamasi (Aisyah, 2005).

VII. Klasifikasi
Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada manusia adalah
sebagai berikut:
a. Skabies pada orang bersih (Scabies in the clean).
Tipe ini sering ditemukan bersamaan dengan penyakit menular lain.
Ditandai dengan gejala minimal dan sukar ditemukan terowongan. Kutu
biasanya menghilang akibat mandi secara teratur.

b. Skabies pada bayi dan anak kecil.


Gambaran klinis tidak khas, terowongan sulit ditemukan namun vesikel
lebih banyak, dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki.

c. Skabies noduler (Nodular Scabies).


Lesi berupa nodul coklat kemerahan yang gatal pada daerah tertutup.
Nodul dapat bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun walaupun
telah diberikan obat anti skabies.

d. Skabies in cognito.
Skabies akibat pengobatan dengan menggunakan kostikosteroid topikal
atau sistemik. Pemberian obat ini hanya dapat memperbaiki gejala klinik
(rasa gatal) tapi penyakitnya tetap ada dan tetap menular.

e. Skabies yang ditularkan oleh hewan (Animal transmited scabies).


Gejala ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama
terdapat pada tempat-tempat kontak, dapat sembuh sendiri bila menjauhi
hewan tersebut dan mandi yang bersih.

f. Skabies krustosa (crustes scabies / scabies keratorik).


Tipe ini jarang terjadi, namun bila ditemui kasus ini, dan terjadi
keterlambatan diagnosis maka kondisi ini akan sangat menular.

g. Skabies terbaring di tempat tidur (Bed ridden).


Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus terbaring di
tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

h. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain.


Apabila ada skabies di daerah genital perlu dicari kemungkinan penyakit
menular seksual yang lain, dimulai dengan pemeriksaan biakan atau
gonore dan pemeriksaan serologi untuk sifilis.

i. Skabies dan Aquired Immuodeficiency Syndrome (AIDS).


Ditemukan skabies atipik dan pneumonia pada seorang penderita.

j. Skabies dishidrosiform.
Jenis ini di tandai oleh lesi ber upa kelompok vesikel dan pustula pada
tangan dan kaki yang sering berulang dan selalu sembuh dengan obat
antiskabies (Emier, 2007).

VIII. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan jika terdapat 2 dari 4 tanda kardinal.

IX. Diagnosa Banding


Diagnosa banding untuk skabies adalah: prurigo, pedikulosis korporis, dan
dermatitis

X. Terapi
a. Non-Medikamentosa
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur setiap
hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara
teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula halnya dengan
anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-
anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari
terjadinya kontak langsung. Secara umum tingkatkan kebersihan lingkungan
maupun perorangan dan tingkatkan status gizinya.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan :
 Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua harus
diberi pengobatan secara serentak.
 Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian
yang akan dipakai harus disetrika.
 Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal,
kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari
selama beberapa jam.

b. Medikamentosa
Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang tersedia dalam
bentuk topikal antara lain:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk
salap atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan
kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1%
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya
cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan
dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik
dibandingkangameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan
dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu.
Tidak dilanjutkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.

c. Pencegahan
Siregar (1996) yang dikutip Ruteng, 2007, penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan yang kurang baik oleh sebab itu
untuk mencegah penyebaran penyakit ini dapat dilakukan dengan cara :
 Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun
 Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur
minimal 2 kali dalam seminggu
 Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
 Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
 Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai
terinfeksi tungau skabies.
 Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.

Anda mungkin juga menyukai