Anda di halaman 1dari 5

Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 1

PROSES PEMBUATAN NATA DARI SARI BUAH JAMBU BIJI DAN


AIR KELAPA DENGAN CARA FERMENTASI

Alvin Dharma Utama, Egy Rakhmasari, Rico Febrianto, Regita Ayu Hanabila *)

Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak

Nata adalah produk pangan berupa lapisan selulosa sebagai hasil fermentasi bakteri pembentuk nata,
yaitu Acetobacter xylinum. Nata merupakan makanan berkalori rendah yang sebagian besar tersusun
dari air dan selulosa sehingga sering digunakan sebagai makanan pencuci mulut, bahan pencampur
fruit cocktail, dan es krim. Tujuan dari percobaan ini adalah mengkaji proses pembuatan nata dari
sari buah jambu biji dan air kelapa dengan cara fermentasi serta mengkaji hasil yang diperoleh
dengan berbagai bahan dasar, jambu biji dan air kelapa, gula, dan jenis pengatur pH. Densitas akhir
pada semua variabel lebih besar daripada densitas awalnya karena densitas berbading lurus dengan
massa. Kadar glukosa akhir pada semua variabel lebih kecil daripada kadar glukosa awal karena
adanya proses pengambilan glukosa dari sari jambu dan air kelapa oleh sel-sel Acetobacter xylinum.
pH akhir pada semua variabel mengalami penurunan dibandingkan dengan pH awalnya karena
aktivitas bakteri yang membentuk asam asetat. Bahan baku yang baik untuk pembuatan nata adalah
air kelapa, karena air kelapa lebih mampu membuat homogen antara bahan dengan inokulum. Kadar
nutrisi yang baik untuk nata adalah 10%W glukosa dan 1%W urea, penambahan nutrisi yang
berlebih dapat meningkatkan produksi asam asetat yang dapat menghambat proses enzimatik.

Kata kunci : Acetobacter xylinum, air kelapa, fermentasi, jambu biji, nata

Abstract

Nata is a food product in the form of cellulose layer as a result of fermentation of nata-forming
bacteria, namely Acetobacter xylinum. Nata is a low-calorie food that is mostly composed of water
and cellulose so often used as desserts, mixed fruit cocktail ingredients, and ice cream. The purpose
of this experiment is to examine the process of making nata from juice and coconut water by
fermentation and to study the results obtained with various basic ingredients, guava and coconut
water, sugar, and pH type regulator. Final density for all variables were higher than initial density,
becaouse density is correlated with the mass. Final glucose concentration all variables were lower
than initial concentration, because of the consuming process of glucose from guava extract and
coconut water by Acetobacter xylinum. Beside that, final pH for all variables were decreased from
the initial of pH, because of the activity of the bactery that form acetic acid. The good raw material
for making nata is coconut water, because coconut water is more capable making homogeneous
system between material and inoculum. The good nutrition for making nata are 10%W glucose and
1%W urea, adding over nutrition can increse the production of acetic acid that can inhibit enzymatic
process.

Keywords : Acetobacter xylinum, coconut water, fermentation, guava, nata

*)
Penulis Korespondensi.
E-mail: egyrakhma@gmail.com
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 2

1. Pendahuluan akan membahas khusus mengenai manfaat air buah


Nata berasal dari bahasa Spanyol yang apabila kelapa untuk kesehatan serta kandungan nutrisi yang
diterjemahkan kedalam bahasa latin menjadi ada di dalamnya.
“natare” yang berarti terapung-apung (Susanti, Sejak zaman dahulu kala, air kelapa memang
2005). Nata termasuk produk fermentasi. Nata dikenal sebagai minuman berkhasiat yang
dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada membantu mengganti cairan tubuh. Kandungan
permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, nutrisi buah kelapa bisa dilihat dalam tabel di bawah
atau ekstrak tanaman lain (Lapuz et al., 1967). ini:
Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat
Tabel 2.2 Kandungan gizi dalam 100 gram buah
dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang
kelapa
paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum Kandungan Per Daging Daging Daging Air
(Swissa et al., 1980). Nata dapat dibuat dari berbagai 100 gram Buah Buah Buah Kelapa
media baik itu limbah pertanian ataupun bukan. Muda Matang Tua
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengolah Kalori (kal) 36,04 101,23 202,46 17
limbah pertanian menjadi produk yang memiliki Air (g) 44,15 37,1 24,86 95,5
Protein (g) 0,53 2,12 1,80 0,2
nilai ekonomi dan manfaat bagi kesehatan. Lemak (g) 0,48 7,95 18,39 0,1
Karbohidrat (g) 7,42 5,3 7,42 3,8
2. Jambu Biji dan Air Kelapa Mineral (g) 0,42 0,53 0,53 0,4
Jambu biji memiliki nama latin Psidium Kalsium (mg) 3,71 4,24 11,13 15
Fosfor (mg) 15,9 29,15 51,94 8
guajava dan termasuk dalam keluarga Myrtaceae. Zat Besi (mg) 0,53 0,69 1,06 0,2
Di beberapa daerah di Indonesia, jambu biji dikenal Vit. C (mg) 2,12 2,12 1,06 1
dengan nama jambu siki atau jambu klutuk. Nama (Harjana, 2013)
jambu klutuk diberikan karena ketika dimakan,
bijinya keras berbunyi klutuk klutuk. Buah jambu 3. Acetobacter Xylinum
biji memiliki rasa yang manis meski ada juga yang Starter nata adalah Acetobacter xylinum.
rasanya sangat asam. Daging buahnya berwarna Penggunaan starter merupakan syarat yang sangat
merah muda ada juga yang putih. Bijinya keras, penting, yang bertujuan untuk memperbanyak
sangat banyak dan kecil-kecil. Akan tetapi, sekarang jumlah bakteri Acetobacter xylinum yang
ada varietas unggul dimana rasanya sangat manis menghasilkan enzim pembentuk nata. Bakteri
dan hampir tanpa biji. Acetobacter xylinum tergolong familia
Jambu biji sangat kaya vitamin C, lebih tinggi Pseudomonas dan genus Acetobacter. Berbentuk
dari buah jeruk, dan jauh lebih tinggi daripada kiwi bulat dengan panjang 2 mikron, biasanya terdapat
yang disebut-sebut sebagai rajanya vitamin C. Di sebagai sel tunggal atau kadang-kadang berikatan
samping serat, terutama pektin yang merupakan dengan sel lain membentuk ikatan seperti rantai.
serat larut, jambu biji juga mengandung mineral Pembentukan nata memerlukan starter sebanyak 10-
seperti mangan dan magnesium, serta asam amino 20% dari volume media sebagai starter mikroba
esensial seperti tryptophan. Selain itu, fitokimia (Saragih, 2004).
berkhasiat seperti asam elagat, asam linoleat, dan
asam korbigen. 4. Metode Penelitian
Pada percobaan ini menggunakan metode
Tabel 2.1 Kandungan gizi dalam 100 gram buah
jambu biji fermentasi, dan bahan yang digunakan untuk
pembuatan nata adalah sari buah jambu dan air
Kandungan Gizi Jumlah /100 gram kelapa.
Energi 49 kal Fermentasi pembuatan nata dilakukan selama
Protein 0,9 g 7 hari. Adapun pembuatan nata sebagai berikut.
Lemak 0,3 g Pertama-tama adalah persiapan bahan dengan
Karbohidrat 3,2 g mengambil sari buah dari masing-masing bahan.
Serat 5,6 g Sari yang dibutuhkan adalah 64 ml sari buah jambu
Kalsium 14 mg untuk masing-masing variabel dan 64 ml air kelapa
Fosfor 28 mg untuk masing-masing variabel. Setelah itu
Zat Besi 1,1 mg
memanaskan variabel hingga mendidih dan
Vitamin A 25 IU
menunggunya dingin dalam beaker glass lalu
Vitamin B1 0,02 mg
Vitamin C 87 mg nutrient ditambahkan dalam variabel yaitu urea
Air 86 g sebanyak 10,56 gram, MgSO4 2 gram, dan KH2PO4
(Harjana, 2013) 1 gram. Pengaturan pH hingga 4,5 dilakukan bila
Pohon kelapa merupakan tumbuhan yang variabel sudah dingin dengan menggunakan asam
sangat bermanfaat bagi manusia, mulai dari akar, cuka dan jeruk nipis. Bila pH sudah mencapai 4,5
batang, daun hingga buah kelapa semua bisa maka starter Acetobacter xylinum dapat
dimanfaatkan. Nah, pada kesempatan kali ini saya
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 3

ditambahkan dalam variabel sebanyak 16 ml dan bakteri Acetobacter xylinum. Karena terbentuk
tutup beaker glass dengan menggunakan HVS. asam asetat maka pH akhir turun (Ossins, 2013).
Fermentasikan nata pada suhu 30°C selama 7 hari.
Keringkan dan timbang nata yang terbentuk, lalu Fenomena Kenaikan dan Penurunan Kadar
analisa kadar glukosa akhir dengan menggunakan Glukosa
glukosa anhidris.

5. Hasil dan Pembahasan


Fenomena Perubahan Densitas

Gambar 4.3 Perubahan kadar glukosa


Secara teoritis kadar glukosa akhir lebih kecil
(berkurang) dari kadar glukosa awal. Hal ini
Gambar 4.1 Perubahan densitas awal dan disebabkan karena adanya proses pengambilan
akhir glukosa dari sari jambu dan air kelapa oleh sel-
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat sel Acetobacter xylinum yang kemudian
bahwa setiap variabel mengalami kenaikan digabung dengan asam lemak membentuk
densitas dari densitas awal. Hal ini disebabkan precursor pada membran sel. Precursor ini
karena pada proses fermentasi, Acetobacter selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi
xylinum merubah kandungan gula dalam bentuk dan bersama enzim mempolimerisasi glukosa
asam dan mengoksidasi asam asetat menjadi menjadi selulosa. Sesuai dengan fungsi
CO2 dan H2O. CO2 dalam media terlepas keatas Acetobacter xylinum yaitu mengoksidasi glukosa
sehingga mengakibatkan volume berkurang dan menjadi selulosa, maka seiring dengan
massa media bertambah. Berdasarkan rumus 𝜌 = terbentuknya selulosa yang membentuk matrik
𝑚 (nata), maka glukosa yang ditemukan akan
, densitas sebanding dengan massa. Jika massa
𝑣 semakin sedikit disebabkan karena nata sudah
bertambah, maka densitas bertambah dan mulai terbentuk (Lordbroken , 2013).
volume berkurang Karena adanya produk asam
asetat dan H2O (Mayukazumi, 2012). Fenomena perbandingan konsentrasi gula
yang ditambahkan pada variabel 1 dan 2
Fenomena Perubahan pH Tabel 4.1 Hasil percobaan untuk variabel 1 dan
variabel 2
Variabel Sari Buah
1 Jambu Biji 10%W
2 Jambu Biji 15%W
Pada variabel 1 ditambahkan gula sebanyak
10%W dan pada variabel 2 ditambahkan gula
sebanyak 15%W. Menurut Karina (2016),
semakin tinggi kadar gula kelapa dan starter
Gambar 4.2 Perubahan pH awal dan akhir yang ditambahkan dalam media fermentasi,
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat maka akan semakin tebal lembaran nata yang
bahwa pH pada tiap variabel mengalami dihasilkan. Hal ini disebabkan karena aktivitas
penurunan. Pada tiap variabel mengalami Acetobacter xylinum dalam merombak glukosa
penurunan pH karena Acetobacter xylinum yang menjadi selulosa. Sumber karbon yang
dimasukkan mampu mendegradasi substrat yang terkandung dalam media dimanfaatkan secara
terdapat pada sari buah secara optimal sebagai maksimal sebagai sumber energi untuk
nutrisi pertumbuhannya hingga menghasilkan metabolismenya (Karina, 2016).
asam asetat. Reaksinya: Aktivitas bakteri Acetobacter xylinum
C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + CO2 (anaerob) bergantung pada ketersediaan sumber karbon
Pada tahap ini terjadi perombakan glukosa pada dalam media fermentasi. Katersediaan sumber
sari buah menjadi alkohol dan gas CO2. karbon yang sedikit akan mengakibatkan banyak
Selanjutnya : bakteri yang mati sebab persaingan memperoleh
CH3CH2OH + O2 → CH3COOH + H2O sumber energi yang minim, sehingga akan
Pada tahap ini terjadi perubahan alkohol menjadi mempengaruhi metabolisme mikroorganisme
asam asetat dan air dengan memanfaatkan
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 4

dalam menghasilkan metabolitnya berupa oksidasi kandungan dimana akan menghasilkan


selulosa (Karina, 2016). polyphenol oxidase.
Penambahan gula yang berlebihan dan Maka dari itu, variabel air kelapa
tidak diiringi oleh penambahan konsentrasi mempunyai densitas dan kandungan glukosa
starter, akan menurunkan metabolisme yang lebih tinggi dari pada jambu.
Acetobacter xylinum, dikarenakan gula (sukrosa)
akan terlebih dulu dikonversi menjadi glukosa Perbandingan Jenis Pengatur pH pada
(Karina, 2016). Sehingga, penambahan gula Variabel
10%W lebih baik daripada penambahan 15%W Tabel 4.3 Hasil percobaan untuk tiap variabel
gula. Variabel Sari Buah
1,2,3 Jambu Biji
Fenomena Perbandingan Bahan Baku pada 4,5,6 Air Kelapa
Variabel
Pada percobaan yang kami lakukan, air
Tabel 4.2 Hasil percobaan untuk tiap variabel
kelapa dan sari buah jambu digunakan dalam
Variabel Sari Buah
pembuatan variabel. Keduanya mempunyai pH
1,2,3 Jambu Biji yang berbeda. Namun untuk mengoptimalkan
4,5,6 Air Kelapa pertumbuhan Acetobacter xylinum digunakan
Pada percobaan yang dilakukan, sampel pH 4. Untuk mengatur pH dengan besar tersebut
yang digunakan adalah sari buah jambu dan air digunakan CH3COOH dan jeruk nipis.
kelapa. Sampel ini dibagi ke dalam 6 variabel Dari hasil percobaan, pH yang diperoleh
dimana variabel 1 sampai 3 menggunakan bahan adalah sama dimana dari variabel yang dianalisa,
baku sari buah jambu dan 4 sampai 6 pH mencapai 4 dan kemudian menjadi 3 pada
menggunakan bahan baku air kelapa. Keduanya akhir. Hal ini disebabkan karena CH3COOH
sama sama menggunakan bakteri Acetobacter adalah asam lemah (Shakhashiri, 2008) dan jeruk
xylinum dalam fermentasi. nipis yang mempunyai asam askorbat termasuk
Dari hasil percobaan yang dilakukan ke dalam asam lemah (Michael, 2011).
didapat hasil densitas, pH dan kadar glukosa. Asam lemah merupakan asam yang belum
Apabila dibandingkan antara variabel yang terdisosiasi sempurna pada larutan. Akibat dari
menggunakan bahan baku jambu dan bahan baku belum terdisosiasi secara sempurna adalah
air kelapa diperoleh hasil bahwa kadar glukosa penurunan pH tidak akan menurun secara
dan densitas dari variabel yang menggunakan air signifikan dimana pH hanya akan turun secara
kelapa lebih tinggi dibanding dengan variabel perlahan (Michael, 2011).
yang menggunakan jambu namun pH keduanya
memiliki besar yang sama. 6. Kesimpulan
Hal ini disebabkan karena kandungan Kadar glukosa akhir (saat panen) pada
karbon dan nitrogen pada bahan yang digunakan semua variabel lebih kecil daripada kadar
sebagai media kultur bakteri Acetobacter glukosa awal karena adanya proses pengambilan
xylinum (Afreen, 2014). Bakteri Acetobacter glukosa dari sari jambu dan air kelapa oleh sel-
xylinum menggunakan bahan tersebut untuk sel Acetobacter xylinum. Densitas akhir (saat
menghasilkan bakterial selulosa dimana hasilnya panen) pada semua variabel lebih besar daripada
berupa nata. Apabila dilihat dari bahan yang densitas awalnya karena densitas berbading
digunakan, sari buah jambu dan air kelapa, tentu lurus dengan massa. pH akhir (saat panen) pada
saja keduanya mempunyai perbedaan semua variabel mengalami penurunan
kandungan, kualitas dan waktu penggunaan. dibandingkan dengan pH awalnya karena
Pada air kelapa, air kelapa secara besar aktivitas bakteri yang membentuk asam
mengandung banyak gula, mineral, protein, mempengaruhi media.
nitrogen dan vitamin (Gayathry, 2015). Namun Bahan baku yang baik untuk pembuatan
pada air kelapa kandungan tersebut dalam waktu nata adalah air kelapa, karena air kelapa lebih
yang lama karena pada air kelapa mempunyai mampu membuat homogen antara bahan dengan
fiber kandungan yang bersifat lebih halus, inokulum. Kadar nutrisi yang baik untuk nata
superior, dan mudah untuk diubah ke dalam adalah 10%W gula dan 1%W urea, penambahan
bentuk selulosa. Pada jambu, jambu kaya akan nutrisi yang berlebih dapat meningkatkan
vitamin khususnya vitamin C, gula, mineral produksi asam asetat yang dapat menghambat
seperti fosfat, kalsium dan besi (Patel, dkk, proses enzimatik.
2013). Namun pada jambu akan mengalami
penurunan kualitas kandungan seiring dengan Ucapan Terima Kasih
waktu tumbuhnya hingga titik busuk. Penurunan Ucapan terima kasih kepada Laboratorium
ini meliputi penurunan pada gula, mineral, dan Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Universitas
vitamin. Penurunan ini disebabkan karena di Diponegoro. Terimakasih juga disampaikan
dalam jambu akan terjadi peningkatan aktivitas kepada Dr. Ing. Silviana, ST, MT selaku
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 5

penanggung jawab Laboratorium Mikrobiologi


Industri dan dosen pembimbing materi nata,
Arisiani Melatika dan Faiha Fathiyyatu Salsabila
selau asisten pengampu materi nata beserta
seluruh laboran yang telah membantu kelancaran
praktikum ini. Serta kepada teman-teman yang
telah mendukung praktikum ini.

Daftar Pustaka
Alfreen, R., Antoine, C., Silvy, J., Costa, A.P.,
dan Antoine, J. 2014. Modelling The Paper
Sheet Structure According To The Equivalent
Pore Concept. Norwegian Pulp and Paper
Research Institute, PFI, Norway.
Gayathry. 2015. Sifat Mekanik Selulosa Bakteri
Dari Air Kelapa Dengan Penambahan
Kitosan. Jurusan Pendidikan Biologi,
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Karina. 2016. Pengaruh Penambahan Gula Dan
Amonium Sulfat Terhadap Kualitas Nata De
Soya. Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Lapuz, M. M., Gollardo E.G., & Palo M.A. 1967.
The Organism and CultureRequirements,
Characteristics and Identity. The Philippine
J. Science.98:191 – 109.
Lordbroken. 2013. Karakteristik Susu Skim.
Sumatera
Michael. 2011. Industrial Mikrobiology 2nd ed
Mc. Graw Hill book Inc, New York.
Mayukazumi. 2012. Peranan Acetobacter
xylinum dalam Pembuatan Nata de Coco.
Jakarta.
Patel, dkk. 2013. Mutu Fisik, Kadar Serat dan
Sifat Organoleptik Nata de Cassava
Berdasarkan Lama Fermentasi. Program
Studi S-1 Teknologi Pangan Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Saragih. 2004. Membuat Nata de Coco. Jakarta :
Puspa Swara.
Shakhashiri, 2008. Jumlah dan Distribusi
Stomata pada Daun Beberapa Spesies
Tanaman Dikotil dan Monokotil. Buletin
Anatomi dan Fisiologi Vol XVIII, No. 2.
Swissa, M., Aloni, Y., Weinhouse, H.
&Benziman, M. 1980. Intermediary step in
Acetobacterxylinum Cellulose Synthesis”
Studies whit whole Cells and Cell Free
Preparation of the Wild Type and A
Celluloses Mutant. J.Bacteriol. 143: 1142 –
1150

Anda mungkin juga menyukai