Acara 2
Acara 2
PENDAHULUAN
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: Ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
(vulkanik).
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947),
Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar
mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam
magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2,
(magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s
mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi
mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-
mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa
1.2.1 Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya
berbentuk amorf.
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill,
1.2.2 Granularitas
Fanerik/fanerokristalin
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan
menjadi:
Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari
30 mm.
Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata
dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat
dibedakan:
dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil
1.2.3 Fabrik
a. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga
Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu
Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua
hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan.
Equigranular
Inequigranular
Yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama
besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau
matrik yang bisa berupa mineral atau gelas. Apabila kristal-kristal penyusun
massa dasar dapat terlihat jelas dengan mata atau lup maka disebut
Faneroporfiritik, dan apabila kristal penyusun massa dasar tidak dapat terlihat