Anda di halaman 1dari 16

11/29/2013

PERANCANGAN
PELEDAKAN

STRUKTUR BIDANG KETIDAKMENERUSAN


 Bidang perlapisan
 Kekar

 Sesar

 Stratigrafi (perbedaan batuan sesuai dengan


kedalaman)
 Sifat hidrogeologi

 Lapisan lempung dan lumpur

 Adanya lubang di dalam batuan.

1
11/29/2013

LARGE-SCALE ROCK PROPERTIES

(Courtesy – Blaster-training module)

LARGE-SCALE ROCK PROPERTIES


(Courtesy – Saptono, 2010)

(Courtesy – Saptono, 2010)

Bidang kekar vertikal pada Variasi ketebalan pada lapisan


Batupasir Batupasir dan batubara

2
11/29/2013

STRUKTUR BATUAN
 Pada proses perencanaan
pemboran dan peledakan harus
memperhatikan struktur batuan
dan karakterisasi batuan lainnya
agar mendapatkan suatu kondisi
yang optimal saat pemboran dan
peledakan.
 Struktur batuan terdiri dari
(Courtesy - John Johanssen)
kekara dan bidang
ketidakmenerusan yang lainnya
yang merupakan bidang lemah.
 Pada umumnya diekspresikan
dengan kemiringan (dip) dan arah
kemiringan (dip direction).

STRUKTUR BATUAN 1.
 Ketika peledakan searah
terhadap arah struktur batuan
dapat memberikan:
 Keuntungan: memberikan
penggunaan energi peledakan
yang baik; memberikan pengaruh
pengangkatan akibat peledakan,
(Courtesy - John Johanssen)
memudahkan proses pemuatan;
keretakan pada daerah toe kecil.
 Kerugian: adanya back break yang
banyak dan adanya potensi
terjadinya kelongsoran bidang;
lereng yang ditinggalkan tidak
rata.

3
11/29/2013

STRUKTUR BATUAN 2.
 Ketika arah peledakan
berlawanan terhadap arah
struktur batuan.
 Keuntungan: back break yang
terjadi sedikit.
 Kerugian: Pengaruh
(Courtesy - John Johanssen)
pengangkatan kecil, lebih sulit
untuk proses pemuatan dan
bertambahnya resiko pada
keretakan yang terjadi di
daerah toe.

STRUKTUR BATUAN 3.
 Ketika peledakan berlawan
terhadap arah jurus bidang
ketidak menerusan.
 Hasil peledakan adalah
buruk seperti lantai jenjang
tidak rata, banyak terjadi
back break, fragmentasi tidak
(Courtesy - John Johanssen)
seragam.

4
11/29/2013

STRUKTUR BATUAN
 Sedapat mungkin kondisi struktur batuan yang
memberi keuntungan pada peledakan .

(Courtesy - John Johanssen)

STRUKTUR BATUAN DI BATU GAMPING


 Struktur batuan berupa
bidang horisontal seperti
pada batu gamping dapat
memberikan variasi
kemiringan lubang ledak
untuk mencapai hasil
peledakan yang terbaik.
(Courtesy - John Johanssen)
Keuntungan kondisi struktur
batuan berlapis horisontal
akan mengurangi subdrilling.

5
11/29/2013

STRUKTUR DISKONTINUITAS

Arah Peledakan

Daerah
Overbreak Daerah
Overbreak

Jenjang Lantai

PELEDAKAN BAWAH TANAH


(Courtesy - John Johanssen)

 Arah kemajuan tegak


lurus terhadap jurus
bidang ketidakmenerusan
secara normal
memberikan keuntungan.
• Arah kemajuan
(Courtesy - John Johanssen)

membentuk sudut
terhadap jurus bidang
ketidakmenerusan
secara normal
memberikan keretakan
lebih banyak pada
dinding terowongan .

6
11/29/2013

PELEDAKAN BAWAH TANAH


 Arah kemajuan sejajar dengan arah jurus bidang
ketidakmenerusan, akan memberikan hasil peledakan
yang buruk dan permuka terowongan tidak rata.

TEORI PELEDAKAN

1. Teori refleksi(reflected stress


waves theory)
2. Teori ekspansi gas (gas expansion
theory)
3. Teori retakan fleksural (flexural
rupture)
4. Teori gelombang tegangan dan
ekspansi gas (stress waves and
gas expansion theory)
5. Teori gelombang tegangan,
ekspansi gas, dan retakan
tegangan (stress waves, gas
expansion, and stress wave/flaw
theory)
6. Teori inti atau retakan tegangan
(nuclei or stress wave/flaw
theory)
7. Teori torsi (Toerque theory)
8. Teori krater (cratering theory).

7
11/29/2013

VARIABEL RANCANGAN PELEDAKAN


Variabel yang dapat dikontrol :
 Geometri pemboran dan peledakan : Diameter
lubang ledak, Kedalaman lubang ledak, Kedalaman
subdrill, Inklinasi lubang ledak, Tinggi jenjang,
Tinggi stemming, Pola pemboran, Rasio burden
terhadap spasi, arah peledakan.
 Parameter bahan peledak : bobot isi, kekuatan,
kecepatan detonasi, energi, ketahanan terhadap air.
 Parameter peledakan : sistem inisiasi, sekuen
penyalaan, jumlah bidang bebas, loading density.

Variabel yang tidak dapat dikontrol :


 Geologi (massa batuan yang heterogen, anisotrop,
diskontinyu)
 Geomekanika (sifat fisik dan mekanis massa
batuan seperti bobot isi, kekuatan, elastisitas,
kohensi, kandungan air)
 Kondisi cuaca.
 Air bawah permukaan

8
11/29/2013

Nomenklatur Geometri Peledakan jenjang :

Notasi :
B = burden S = Spacing H = kedalaman lubang ledak
L = tinggi jenjang T = stemming PC = panjang isian handak
J = subdrilling

B T
L
H

PC

17

BURDEN, SPASI, SUBDRILLING,


STEMMING
Pedoman empiris :
 Burden (B) antara 25-40 d
(satuan mm)

 Spasi (S) antara 1,1 – 1,8 B


(Rata-rata S = 1,25 B)

 Subdrilling (J) antara 0,2 – 0,4 B

 Stemming (T) antara 0,7-1,0 B

18

9
11/29/2013

MATRIK PERBEDAAN DALAM PENENTUAN


BURDEN DI PELEDAKAN TAMBANG TERBUKA

PELEDAKAN MENURUT TEORI R.L. ASH


(1967)

Kb x De
B m
39,30

 De = diameter lubang tembak


B = burden
 Kb = burden ratio

Kb koreksi = 30 x Af1 x Af2

10
11/29/2013

 Af1 = adjusment factor untuk batuan yang


diledakkan

1
3
 Dstd 
 
 D 
 Af2 = adjusment factor untuk bahan peledak
yang dipakai

1
3
 SG.Ve 2 
 
 SG .Ve 2 
 std std 

KETERANGAN
 Ve = VOD bahan peledak yang dipakai
 SG = berat jenis bahan peledak yang
dipakai
 D = bobot isi batuan yang diledakkan
 Dst = bobot isi batuan standar (160
lb/cuft)
 SGstd= berat jenis bahan peledak standar
(1,20)
 Vestd= VOD bahan peledak standar
(12.000 fps)
 Kbstd = 30

11
11/29/2013

PEDOMAN RANCANGAN PELEDAKAN MENURUT


C. J. KONYA

3
B = 3,15 (De) V(r /r )
e r

B = Burden teoritis
De= diameter handak (inci)
re = BJ handak
rr = BJ batuan

23

RUMUSAN LAIN UNTUK MENENTUKAN B


0,33
 B = 3,15 De (SGe/SGr)

 B = [(2 SGe/SGr + 1,5)] De

0,33
 B = 0,67 De (Stv/SGr)

 Stv = relative bulk strength handak

12
11/29/2013

FAKTOR KOREKSI KONYA


 Kr = faktor koreksi jumlah baris lubang ledak
(row)
 Kd = faktor koreksi lapisan batuan

 Ks = faktor koreksi struktur geologi

 Burden terkoreksi = Bc = Kr x Kd x Ks x B

Faktor Koreksi Terhadap Jumlah Baris


Dalam Lubang Tembak

Corection for Number of Row Kr


One or two rows of holes 1,00
Third and subsequent rows or 0,90
buffer blast

Faktor Koreksi Terhadap Posisi Lapisan Batuan

Corection for rock deposition Kd


Bedding steeply dipping into cut 1,18
Bedding steeply dipping into face 0,95
Other cases of deposition 1,00

13
11/29/2013

Faktor Koreksi Terhadap Struktur Geologi

Corection for rock geologic structure Ks


Heavy cracked, frequent with joint, weakly 1,30
cemented layers
Thin well cemented layers with tight joint 1,10
Massive intack rock 0,95

Persamaan Untuk Menentukan Jarak Spacing


C.J.Konya, (1995), Blast Design

Tipe Detonator L/B < 4 L/B > 4


Instanteneous S = ( L + 2B )/3 S = 2B
Delay S = ( L + 7B )/8 S = 1,4B

14
11/29/2013

SPASI, STEMMING, SUBDRILLING


Serentak tiap baris :
H < 4B S = (H+2B)/3 H>4B S = 2B
Berurutan dalam tiap baris :
H < 4B S = (H+7B)/8 H>4B S = 1,4B
Stemming (T) : batuan masif, T = B
batua berlapis, T = 0,7B

Subdrilling (J) = 0,3B

29

KEBUTUHAN BAHAN PELEDAK


 Loading factor (berat handak dalam kolom isian (kg) =
Ew = Loading Density x panjang kolom isian
 Ew = (0,34 x De2 x SGe) x PC
 Loading density = de = 0,34 x De2 x SGe, kg/m
 De = diameter handak (cm)
 γe = density handak (gram/cc)
 PC = panjang kolom isian (m)
n = jumlah lubang ledak
Jumlah handak = WHandak = n x PC x de

Powder Factor (PF) : jumlah bahan peledak yan


diperlukan untuk membongkar 1 m3 batuan :

PF = W Handak / V
30

15
11/29/2013

PENGGUNAAN NOMOGRAFIK

16

Anda mungkin juga menyukai