Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Pengolahan Limbah Industri Elektroplating dengan Proses


Koagulasi Flokulasi

Nurhasni1, Zainus Salimin2, Ita Nurifitriyani3


1,3
Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
PTLR BATAN Serpong.
hasni1806@gmail.com

Abstrak. Penelitian Pengolahan Limbah Industri Elektroplating dengan Proses Koagulasi


Flokulasi telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui proses pengolahan dengan
koagulan Na3PO4 dalam menurunkan kandungan logam berat pada limbah elektroplating,
rasio massa koagulan dan limbah, pH optimum dan massa KI optimum untuk mereduksi Cr6+
menjadi Cr3+. Hasil jar-test diperoleh pH optimum yaitu pH 7. Massa optimum KI untuk
mereduksi Cr6+ menjadi Cr3+ yaitu 0,5 g. Penurunan kadar krom dengan proses reduksi
sebesar 83,36 mg/L atau persentase penyisihan sebesar 95,02 % sedangkan penurunan
optimal kadar Cr tanpa reduksi yaitu sebesar 87,32 mg/L atau 99,51 %. Penggunaan
koagulan Na3PO4 pada pengolahan limbah industri elektroplating dapat menurunkan kadar
logam berat Fe, Cr, Zn, Cu, Ni dan Mn sampai pada nilai baku mutunya.

Kata Kunci : Koagulasi flokulasi, Natrium Fosfat, Limbah simulasi elektroplating, Jar test,
SSA.

PENDAHULUAN dalam limbah cair elektroplating antara lain


besi, krom, seng, nikel, mangan, dan
Latarbelakang tembaga. Kuantitas limbah yang dihasilkan
Proses elektroplating pada saat ini dalam proses elektroplating tidak terlampau
berkembang semakin pesat seiring dengan besar, tetapi tingkat toksisitasnya sangat
kebutuhan masyarakat. Elektroplating berbahaya, terutama krom, nikel dan seng
diaplikasikan antara lain dalam industri (Roekmijati, 2002). Karakteristik dan
elektronika, konstruksi pabrik, peralatan tingkat toksisitas dari air limbah
rumah tangga, otomotif dan lain-lain. elektroplating bervariasi tergantung dari
Proses elektroplating bertujuan untuk kondisi operasi dan proses pelapisan serta
memberikan perlindungan dari karat dan cara pembilasan yang dilakukan (Palar,
memberikan efek mengkilap pada besi dan 1994). Pembuangan langsung limbah dari
baja. Meningkatnya kebutuhan akan produk proses elektroplating tanpa pengolahan
yang menggunakan proses elektroplating terlebih dahulu ke lingkungan dapat
mendorong berkembangnya industri menyebabkan pencemaran lingkungan.
elektroplating yang berada di Indonesia. Cemaran tersebut dapat mencemari
Perkembangan industri yang semakin pesat mikroorganisme dan lingkungannya baik
selain memberikan manfaat, juga dalam bentuk larutan, koloid, maupun
menimbulkan dampak negatif dari limbah bentuk partikel lainnya. Apalagi dalam
yang dihasilkan. Limbah dari proses limbah tersebut terdapat kandungan krom
elektroplating merupakan limbah logam (VI) yang bersifat lebih toksik karena
berat yang termasuk dalam limbah B3 sifatnya yang lebih stabil dibandingkan
(Bahan Beracun Berbahaya) (Purwanto, krom (III). Krom (VI) terlebih dahulu
2005). direduksi menjadi krom (III) untuk
Beberapa unsur logam yang terdapat menurunkan toksisitasnya dalam limbah.

Semirata 2013 FMIPA Unila |305


Nurhasni dkk: Pengolahan Limbah Industri Elektroplating dengan Proses Koagulasi
Flokulasi

Oleh karena itu, mengingat penting dan menarik kation logam yang berada dalam
besarnya dampak yang ditimbulkan bagi limbah sehingga koagulan ini efektif untuk
lingkungan maka diperlukan suatu menurunkan kadar logam berat yang
pengolahan terlebih dahulu sebelum efluent terdapat pada limbah electroplating
limbah tersebut dibuang ke lingkungan. (Praswasti et al., 2010).
Beberapa proses penghilangan
kandungan logam berat dapat dilakukan Tujuan Penelitian
melalui proses pengolahan secara kimia 1. Mengetahui proses pengolahan dengan
seperti dengan presipitasi (pengendapan), koagulan Na3PO4 dalam menurunkan
adsorpsi (penyerapan), filtrasi kandungan logam berat pada limbah
(penyaringan) dan koagulasi. Pengolahan elektroplating.
kimia yang biasa dilakukan yaitu melalui 2. Mengetahui massa koagulan, pH dan
proses pengendapan dengan proses massa KI optimal yang digunakan pada
koagulasi-flokulasi dengan koagulan yang proses koagulasi-flokulasi dalam
beragam. Koagulasi flokulasi merupakan menurunkan kandungan logam berat
metode yang efektif untuk pengolahan pada limbah elektroplating.
limbah industri yang mengandung logam
berat, karena dengan metode ini akan
terjadi pemisahan antara endapan dan METODE PENELITIAN
beningan. Pemisahan ini terjadi karena
adanya gaya tarik inti flok yang berasal dari Waktu dan Tempat Penelitian
endapan yang terbentuk, dapat Penelitian ini dilaksanakan selama
menghilangkan beberapa jenis organisme empat bulan. Penelitian dilakukan di
dalam air, dan efektif untuk menghilangkan Laboratorium Pusat Teknologi Limbah
kekeruhan. Metode pengendapan dengan Radioaktif (PTLR)-BATAN, yang
koagulasi ini dipilih karena dalam limbah beralamat di Jalan Raya Puspitek Gedung
elektroplating terdapat konstituen kimia 50, Serpong, Tangerang 15310 Banten.
seperti kation-kation yang dapat diubah
menjadi bentuk senyawa tak larut dengan Alat dan Bahan
menambahkan bahan pengendap (Sugeng, Alat
2010). Pada metode ini biasanya digunakan Peralatan yang digunakan dalam
suatu koagulan sintetik. Koagulan yang penelitian ini diantaranya adalah Jar Test
umumnya dipakai adalah kapur (Matra dan (Velp Scientifica JLT6 Leaching Test
Zainus, 2011), garam-garam aluminium Jartest), Portable pH meter (Mettler
seperti aluminium sulfat (Eva dan Andri, Toledo), Neraca Analitik (Mettler Toledo),
2009), garam-garam besi seperti ferri sulfat Labu takar (Iwaki Pyrex), Stopwatch,
(Prayitno et al., 1998) dan PAC Spektrofotometer Serapan atom (SSA)
(polyaluminium chloride) (Patimah dan (AAnalyst 400 Perkin Elmer) dan peralatan
Daur L, 2009). gelas lainnya.
Koagulan yang digunakan pada
penelitian ini yaitu koagulan natrium fosfat. Bahan
Natrium fosfat digunakan karena sifatnya Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari
yang akan mengion menjadi kation. Kation K2CrO4, Cr(NO3)3.9H2O FeCl3.6H2O,
ini nantinya akan bereaksi dengan CuCl2.2H2O, MnCl2, Ni(NO3)2.4H2O,
alkalinitas dan mengendap menjadi padatan Zn(NO3)2.4H2O, KI, HCl 37% dan NaOH 1
hidroksida logam yang tidak larut dan akan N.

306|Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Prosedur Penelitian dosis penggunaan reduktor KI yang


Pembuatan limbah simulasi optimal.
Pembuatan limbah simulasi dilakukan
dengan cara melarutkan masing-masing Pengukuran kadar logam
0,6553 g K2CrO4; 1,3501 g Pengukuran kadar logam dilakukan
Cr(NO3)3.9H2O; 0,1894 g FeCl3.6H2O; dengan menggunakan SSA. Pengukuran
0,2109 g CuCl2.2H2O; 0,0599 g MnCl2; kadar logam dilakukan terhadap sampel
0,0692 g Ni(NO3)2.4H2O, dan 0,0834 g beningan hasil koagulasi-flokulasi.
Zn(NO3)2.4H2O kedalam 2 liter aquades,
sehingga diperoleh limbah simulasi yang Pengujian sampel
mengandung krom, besi, tembaga, mangan, Sampel diinjeksikan ke dalam SSA, lalu
nikel, dan seng dengan kadar berturut-turut diukur serapannya pada panjang gelombang
87,73; 87,73; 19,57; 39,31; 13,09; 6,98 dan yang tepat. Panjang gelombang yang
10,43 mg/L. digunakan antara lain untuk logam Fe
248,3; Cr 410; Zn 213,9; Cu 324,7; Ni 232
Proses pengolahan limbah elektroplating dan Mn 279,2 nm. Sumber radiasi yang
Dimasukkan 300 mL limbah cair yang digunakan berasal dari Hollow cathode
telah diketahui kadar dan pHnya kedalam 6 lamp (lampu katoda cekung) dan gas yang
buah gelas beker 500 mL. Ditambahkan digunakan adalah asetilen (logam Fe, Mn,
natrium fosfat sebanyak 0,068; 0,135; Ni, Cu dan Zn) dan nitro oksida (logam Cr).
0,135; 0,273; 0,555; 1,092 dan 2,180 g
kedalam setiap gelas beker. Ditambahkan
NaOH 1 N sampai pHnya 4, 5, 6, 7, 8 dan HASIL DAN PEMBAHASAN
10 kemudian diaduk dengan kecepatan 125
rpm selama 5 menit dan dilanjutkan dengan Proses Pengolahan Limbah
pengadukan dengan kecepatan 45 rpm Elektroplating
selama 15 menit. Campuran didiamkan Proses pengolahan limbah elektroplating
sampai terpisah sempurna selama 1 jam. menggunakan natrium fosfat prinsipnya
Dilakukan analisis kadar logam dalam berdasarkan pada reaksi pengendapan
beningan dengan menggunakan SSA. kation logam. Kelarutan fosfat terutama
natrium fosfat yang ditambahkan pada
Penentuan massa optimal KI limbah akan membentuk endapan atau
Dalam uji penentuan massa KI optimum senyawa yang tidak larut (Vienna, 1992).
ini bertujuan untuk mereduksi krom (VI) Penentuan rasio massa optimum natrium
menjadi krom (III). Penentuan massa fosfat yang digunakan terhadap limbah
reduktor KI ini dilakukan dengan metode dalam proses pengurangan kandungan
Jar test. Tahapannya yaitu dicampurkan logam berat pada limbah elektroplating
0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan 0,7 g padatan KI dilakukan dengan metode jar test dengan
dengan 300 mL limbah cair elektroplating rasio massa koagulan dan limbah yang
yang memiliki pH 2 (terjadi reaksi reduksi digunakan adalah sebesar 0,22; 0,45; 0,91;
limbah dengan KI), kemudian ditambahkan 1,85; 3,64 dan 7,26 dengan variasi pH 4, 5,
padatan Na3PO4 sebanyak 1,092 g dan 6, 7, 8, dan 10 untuk logam Fe, Cr, Zn, Cu,
ditambahkan NaOH 1 N sampai pH 7. Pada Ni dan Mn.
penambahan Na3PO4 ini terjadi reaksi Pada proses pengolahan limbah
koagulasi-flokulasi dan akan terjadi elektroplating dengan menggunakan
pemisahan. Kemudian pada beningan natrium fosfat, selain dapat secara langsung
dilakukan analisis pH dan kadar krom. menyisihkan kandungan logam Zn, Fe, Cr,
Kadar krom yang paling kecil menunjukkan Cu, Ni dan Mn didalam limbah, juga terjadi

Semirata 2013 FMIPA Unila |307


Nurhasni dkk: Pengolahan Limbah Industri Elektroplating dengan Proses Koagulasi
Flokulasi

proses pengendapan yang disebabkan yang memberikan penurunan terbesar


karena adanya gaya tarik inti flok yang untuk kandungan besi pada limbah yaitu
berasal dari endapan FePO4 dan CrPO4 sebesar 97,86 % atau kadar Fe sebesar 0,42
yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena mg/L. Pada rasio massa Na3PO4 optimal
kedua endapan tersebut berperan sebagai tersebut, reaksi pengendapan Fe dengan
inti flok yang bersifat elektropositif dan Na3PO4 membentuk endapan FePO4
menarik ion OH- dan kelebihan ion PO43- berjalan dengan optimal, karena sudah
dalam larutan sehingga membentuk flok menurunkan kadar Fe dalam limbah. Nilai
yang bermuatan negatif yang juga akan pH yang semakin besar, menyebabkan
menarik logam-logam lainnya yang masih kadar Fe semakin menurun karena sebagian
terdapat dalam larutan. Logam-logam lain ion Fe akan bereaksi dengan alkalinitas
seperti Zn, Cu, Ni dan Mn ikut tertarik dan dalam larutan. Penurunan kadar Fe terlihat
membentuk flok yang lebih besar dan mulai berasimtot pada pH ≥ 6. Kadar besi
mengendap (Praswasti et al., 2010; Vogel, pada harga optimum sebesar 0,42 mg/L
1985). telah memenuhi baku mutunya. Baku mutu
Dari hasil analisis dengan menggunakan Fe menurut Keputusan Menteri Lingkungan
SSA, pada beberapa variabel perlakuan Hidup No 51 Tahun 1995 tentang Baku
kadar logam tidak terdeteksi hal ini dapat Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri
disebabkan karena kadar logam pada yaitu sebesar 5 mg/L.
limbah hasil koagulasi flokulasi dibawah
konsentrasi standar terkecil yang digunakan Proses pengolahan logam krom
pada setiap logamnya. Penambahan Na3PO4 juga dilakukan
untuk mengendapkan krom yang terdapat
Proses pengolahan logam besi pada limbah. Penurunan kandungan krom
Dalam limbah terdapat kation logam dalam limbah dapat dilihat pada Gambar 2.
bervalensi 3, seperti Fe3+ dan Cr3+ dan Berdasarkan Gambar 2, semakin besar rasio
diperoleh endapan FePO4 dan CrPO4. massa koagulan Na3PO4 dan limbah, serta
Endapan tersebut bersifat sangat nilai pH maka kadar krom semakin kecil.
elektropositif pada pH > 7. (Reynold, Massa koagulan yang semakin banyak
1982). Gambar 1 menunjukkan penurunan maka reaksi pembentukan CrPO4 semakin
kadar logam Fe. mudah dicapai, sehingga menyebabkan
Berdasarkan Gambar 1, pH yang paling kadar logam Cr semakin menurun.
optimum yaitu pada pH 6 dan rasio massa
koagulan Na3PO4 dan limbah sebesar 0,22

Gambar 1. Pengaruh pH terhadap penyisihan kadar Gambar 2. Pengaruh pH terhadap penyisihan kadar
logam besi logam krom

308|Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Krom pada limbah akan berinteraksi


dengan ion PO43- yang menyebabkan krom
akan mengendap dalam limbah membentuk
CrPO4. Endapan CrPO4 dapat berperan
sebagai inti flok yang bersifat elektropositif
dan pada suasana basa akan menarik ion
OH- dan kelebihan PO43- didalam larutan
sehingga membentuk flok Cr(PO4)2-3 yang
bermuatan negatif dan dapat menarik kation
logam lainnya yang terdapat dalam limbah.
Dalam larutan terdapat Fe dan Cr, pada saat
penambahan NaOH untuk penetralan Gambar 3. Pengaruh pH terhadap penyisihan kadar
terbentuk pula endapan Fe(OH)3 dan logam seng
Cr(OH)3, dan selanjutnya pada saat
menaikkan pH endapan Fe(OH)3 dan Berdasarkan Gambar 3, kadar Zn mulai
Cr(OH)3 membentuk flok negatif Fe(OH)4- menunjukkan nilai berasimtot pada pH > 7.
dan Cr(OH)4-. Pada saat larutan bersifat Untuk logam Zn didapatkan harga optimum
basa, krom heksavalen mempunyai bentuk persentase penyisihan sebesar 96,40 % atau
CrO42-. Semakin besar rasio massa kadar Zn sebesar 0,36 mg/L pada rasio
koagulan dan limbah, maka jumlah ion massa Na3PO4 dan limbah sebesar 0,91.
(PO4)2-3 dalam larutan semakin besar dan Kadar Zn pada harga optimum sebesar 0,36
jumlah flok Cr(PO4)2-3 semakin banyak. mg/L ini telah memenuhi baku mutunya.
Adanya anion CrO42- dan PO43- akan Baku mutu Zn menurut Keputusan Menteri
memperkuat kekuatan ion flok negatif Lingkungan Hidup No 51 Tahun 1995
untuk menarik kation dalam larutan dan tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
akan memperbesar massa flok yang kegiatan Industri yaitu sebesar 5 mg/L.
mengendap karena gravitasi (Reynolds,
1982). Mekanisme tersebut menghasilkan Proses pengolahan logam tembaga
pengurangan kadar Cr3+ dan Cr6+ dalam Tembaga pada proses elektroplating
limbah. Pada rasio massa koagulan dan digunakan untuk pelapisan logam pada
limbah kurang dari 7,26, kadar krom masih kuningan dan digunakan untuk membuat
lebih besar dari nilai baku mutunya, dan lapisan dasar sebelum pelapisan logam
pada rasio sebesar 7,26 kadarnya telah berikutnya (BAPEDAL, 1996).
memenuhi baku mutunya. Penggunaan koagulan natrium fosfat
juga digunakan untuk menurunkan kadar
Proses pengolahan logam seng Cu dalam limbah. Penurunan kadar Cu
Logam lain yang terdapat pada limbah ditunjukan pada Gambar 4.
yaitu logam Zn, Cu, Ni dan Mn. Pelapisan Berdasarkan Gambar 4, massa koagulan
logam dengan seng merupakan salah satu yang optimum terdapat pada rasio massa
proses pelapisan logam yang paling banyak koagulan dan limbah sebesar 0,45 dan pH
dalam industri (BAPEDAL, 1996). 7. Pada rasio massa ini didapatkan
Gambar 3 menunjukkan kandungan persentase penyisihan sebesar 99,04 % atau
logam Zn semakin menurun dengan kadar Cu sebesar 0,38 mg/L dan telah
bertambahnya rasio massa koagulan dan memenuhi baku mutunya. Baku mutu
limbah, dan dengan meningkatnya pH pada logam Cu dalam Keputusan Menteri
proses koagulasi flokulasi. Lingkungan Hidup No 51 tahun 1995 yaitu

Semirata 2013 FMIPA Unila |309


Nurhasni dkk: Pengolahan Limbah Industri Elektroplating dengan Proses Koagulasi
Flokulasi

Kadar Ni pada harga optimum sebesar


0,02 mg/L telah memenuhi nilai baku
mutunya. Baku mutu Ni menurut
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No
51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair bagi kegiatan industri yaitu sebesar 0,2
mg/L

Proses pengolahan logam mangan


Mangan pada industri elektroplating
Gambar 4. Pengaruh pH terhadap penyisihan digunakan sebagai logam pelapis untuk
kadar logam tembaga stainless steel dengan komposisi sebesar
2% (Widowati et al., 2008). Penggunaan
sebesar 2 mg/L. koagulan natrium fosfat dapat menurunkan
kadar logam Mn dalam limbah. Pada
Proses pengolahan logam nikel Gambar 6, kadar logam Mn semakin
Penggunaan koagulan natrium fosfat menurun dengan bertambahnya rasio massa
juga untuk menurunkan kadar Ni. Nikel dan limbah, juga dengan meningkatnya
pada industri elektroplating digunakan pada nilai pH. Nilai pH optimum untuk
lapisan bawah untuk pelapisan dekoratif penurunan kadar logam Mn yaitu terdapat
krom yang melapisi komponen baja pada pH 8, karena pada pH tersebut kadar
(BAPEDAL, 1996). Pada Gambar 5, nilai logam Mn menunjukan nilai berasimtot dan
pH yang semakin besar menyebabkan kadar sudah memenuhi baku mutunya.
Ni semakin menurun. Penurunan kadar Mn optimal terdapat
Berdasarkan Gambar 5, penurunan kadar pada rasio massa koagulan dan limbah
Ni telihat secara jelas pada rasio massa sebesar 0,22 dengan persentase penyisihan
koagulan dan limbah sebesar 0,45. Pada logam Mn sebesar 96,33 %. Baku mutu
rasio massa 0,45 ini kadar Ni sebesar 0,02 logam Mn menurut Keputusan Menteri
mg/L dengan persentase penyisihan sebesar Lingkungan Hidup No 51 Tahun 1995
99,66 %. Selain itu, massa koagulan tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
yang semakin banyak menyebabkan kegiatan industri yaitu sebesar 2 mg/L.
terbentuknya endapan Ni3(PO4)2, Pada pengolahan limbah dengan
sehingga kadar Ni menurun (Vogel, 1985). menggunakan koagulan natrium fosfat

Gambar 5. Pengaruh pH terhadap penyisihan kadar


Gambar 6. Pengaruh pH terhadap penyisihan kadar
logam nikel
logam mangan

310|Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

terjadi reaksi yang saling berhubungan elektroplating secara keseluruhan,


antara proses pengolahan dengan koagulan digunakan rasio massa Na3PO4 dan limbah
Na3PO4 secara langsung dan proses yang menunjukan kadar setiap logamnya
pengendapan karena adanya gaya tarik inti yang memenuhi standar baku mutu untuk
flok. Tipe endapan yang dihasilkan pada setiap logam berat berdasarkan KEPMEN
proses koagulasi dan flokulasi LH No 51 Tahun 1995. Sedangkan untuk
menggunakan koagulan Na3PO4 adalah logam krom dibutuhkan proses reduksi
endapan dengan jenis kristal. Pada jenis ini, limbah terlebih dahulu untuk mereduksi
endapan yang terbentuk memiliki ukuran krom heksavalen menjadi krom trivalent,
yang lebih halus, lebih berdekatan dengan sehingga didapatkan kadar logam krom
warna endapan kehijauan. Natrium Fosfat yang sesuai dengan baku mutunya.
merupakan suatu koagulan yang berkerja Pada penelitian sebelumnya, dilakukan
pada pH optimal antara pH 5 sampai pengolahan limbah simulasi elektroplating
dengan pH 8 (Reynold, 1982). Pada yang mengandung logam Fe, Cu, Mn dan
percobaan didapatkan pH optimal untuk Cr menggunakan koagulan kapur dan tawas
setiap logam yaitu pada pH 7 dan 8 dengan (Matra, 2011). Hasil yang didapatkan untuk
rasio massa koagulan dan limbah optimal ke 4 logam tersebut ditunjukkan oleh Tabel
berbeda untuk setiap logamnya. Untuk 1.
penerapan dalam pengolahan limbah

Tabel 1. Hasil analisis logam besi, mangan, krom dan tembaga menggunakan
koagulan kapur dan tawas

Koagulan Kapur
pH Massa Logam Fe Logam Mn Logam Cr Logam Cu
koagulan Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar
(g) awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)

2 0 44,77 9,17 92,91 44,12


6,5 3 6,85 2,21 26,29 31,14
7 3,5 0,34 1,32 13,95 5,38
8 4 46 0,38 9 0,02 92 0,32 44 0,01
8,5 4,5 0,46 0,02 0,41 0,18
9 5 0,51 0,03 0,74 0,21
9,5 5,5 0,77 0,03 1,65 0,23

Koagulan Tawas
pH Massa Logam Fe Logam Mn Logam Cr Logam Cu
koagulan Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar
(g) awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)

2 0 44,77 9,17 92,91 44,12


7 2 23,14 3,27 77,02 2,32
7 3 0,39 0,56 54,83 0,07
7 4 46 0,49 9 0,57 92 54,91 44 0,26
7 5 0,54 0,74 54,87 0,26
7 6 0,49 0,77 54,98 0,28
7 7 0,55 0,90 54,92 0,29

Semirata 2013 FMIPA Unila |311


Nurhasni dkk: Pengolahan Limbah Industri Elektroplating dengan Proses Koagulasi
Flokulasi

Berdasarkan Tabel 1, massa koagulan didapatkan dari proses sebelumnya.


kapur dan tawas untuk menyisihkan Penentuan massa optimum KI ini dilakukan
kandungan besi, tembaga dan mangan yang pada kedua koagulan yang digunakan.
paling optimal adalah 3 g untuk 300 mL Massa optimum KI terletak pada gelas yang
limbah elektroplating serta pada kondisi pH menunjukkan penurunan kadar Cr terbesar.
7. Jika dibandingkan dengan menggunakan Proses reduksi dengan koagulan natrium
koagulan ferri klorida dan natrium fosfat, fosfat ditunjukkan pada Gambar 7.
hasil analisis menunjukkan penurunan
logam yang baik menggunakan koagulan
ferri klorida dan natrium fosfat, terutama
untuk logam krom. Selain penurunan kadar
logam yang tinggi, pemakaian massa
koagulan dengan menggunakan koagulan
ferri klorida dan natrium fosfat lebih
efisien, karena penggunaannya yang lebih
sedikit.

Penentuan massa KI (Kalium Iodida)


Pengolahan limbah industri
elektroplating selain menggunakan Gambar 7. Pengaruh penambahan massa reduktor
koagulan juga menggunakan kalium iodida KI dan 1 g Na3PO4 terhadap penyisihan kandungan
(KI). Kalium iodida ini digunakan sebagai krom pada 300 mL limbah.
reduktor untuk mereduksi Cr6+ yang
terkandung didalam limbah elektroplating. Berdasarkan Gambar 7, massa reduktor
Pada proses ini ion Cr6+ direduksi menjadi KI yang paling optimum untuk koagulan
Cr3+. Proses ini dilakukan karena Cr6+ tidak natrium fosfat adalah 0,5 g dalam 300 mL
dapat diendapkan secara langsung limbah elektroplating yang memberikan
menggunakan natrium fosfat sehingga penurunan terbesar. Pada gambar, massa KI
diperlukan proses reduksi terlebih dahulu sebesar 0,5 g telah menunjukan nilai
dengan ion Iodida (I-) yang terkandung berasimtot. Dari hasil percobaan reduksi
dalam Kalium Iodida (KI) (Zainus dan Cr6+ menjadi Cr3+ menggunakan KI seperti
Matra, 2011). Tahapan proses ini yaitu yang terlihat pada Gambar 21, persentase
menambahkan reduktor KI pada limbah penyisihan kadar krom dalam limbah
elektroplating, pada penambahan KI ini semakin meningkat dengan bertambahnya
dilakukan variasi massa dengan tujuan jumlah KI yang digunakan hingga harga
untuk mengetahui massa optimal optimum persentase penyisihan krom
penggunaan KI yang harus ditambahkan terbesar. Hal ini disebabkan semakin
untuk mereduksi Cr6+ menjadi Cr3+. Proses banyak jumlah KI yang ditambahkan,
reduksi ini dilakukan pada pH 2, karena semakin banyak Cr6+ yang tereduksi
reaksi reduksi akan berjalan sempurna pada menjadi Cr3+ sehingga jumlah Cr3+ yang
pH asam. Kemudian ditambahkan koagulan dapat diendapkan dengan penambahan 1 g
natrium fosfat pada masing-masing Na3PO4 atau rasio massa koagulan dan
prosedur dengan massa optimal yang telah limbah sebesar 3,64 semakin banyak. Pada
didapatkan yaitu sebesar 1 g atau rasio penambahan KI yang lebih besar dari 0,5 g
massa koagulan dan limbah sebesar 3,64 memberikan penurunan persentase
juga dilakukan pengaturan pH dengan penyisihan krom dalam limbah, hal ini
menggunakan NaOH 1 N sampai pH 7. pH disebabkan dalam larutan terdapat
-
7 ini merupakan pH optimum yang kelebihan ion I yang akan tereduksi
menjadi I2 sehingga jumlah I2 didalam

312|Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

larutan akan berlebih (Setiyono, 1999; 4. Penggunaan koagulan natrium fosfat


Vogel, 1985). Kelebihan I2 didalam larutan pada pengolahan limbah industri
akan menyebabkan reaksi berjalan kearah elektroplating dapat menurunkan kadar
kiri sehingga Cr3+ yang telah tereduksi, logam berat sampai pada nilai baku
kembali teroksidasi menjadi Cr6+ yang mutunya
mengakibatkan jumlah Cr3+ yang dapat
diendapkan dengan penambahan Na3PO4 SARAN
menjadi berkurang.
Pada hasil optimum pengendapan krom Melakukan variasi terhadap proses
tanpa reduksi menggunakan koagulan pengadukan serta variasi lamanya
natrium fosfat didapatkan penurunan kadar pengendapan dan melakukan koagulasi
limbah sebesar 79,83 mg/L atau kadar Cr bertingkat untuk koagulan yang digunakan.
dalam beningan sebesar 7,896 mg/L
sedangkan untuk pengendapan krom
dengan reduksi menggunakan 0,5 g KI UCAPAN TERIMAKASIH
didapatkan penurunan kadar limbah sebesar
83,36 mg/L. Hal ini menunjukan bahwa Pada kesempatan ini penulis
dengan menggunakan proses reduksi mengucapkan terima kasih kepada bapak
limbah terlebih dahulu dapat menurunkan Prof. Ir. Zainus Salimin, M.Si dan Ita
kadar krom lebih besar dibandingkan Nurifitriyani yang telah memberi izin untuk
dengan tanpa reduksi. mempublikasikan penelitian ini.
Hasil analisis dengan SSA logam Cr
tidak terdeteksi untuk beberapa variasi DAFTAR PUSTAKA
massa, hal ini dikarenakan kadar logam Cr
pada limbah konsentrasinya dibawah Badan Pengelola Dampak Lingkungan.
konsentrasi standar terkecil. Standar yang 1996. Teknologi Pengendalian Dampak
digunakan pada saat analisis krom dengan Lingkungan Industri Lapis Listrik.
SSA yaitu sebesar 2 mg/L; 5 mg/L; 10 Jakarta : Kementrian Negara
mg/L dan 15 mg/L. Lingkungan Hidup.
Eckenfelder. 2000. Industrial Water
KESIMPULAN Pollution Control, Third Edition, New
York : Mc. Graw Hill Book Company.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai Nomor 51 Tahun 1995 Tentang Baku
berikut : Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
1. pH optimal yang didapatkan yaitu pada Industri. Jakarta : Kementrian Negara
pH 7. Lingkungan Hidup.
2. Massa reduktor KI optimal untuk
mereduksi krom (VI) menjadi krom Palar, H. 1994. Pencemaran dan
(III) dilanjutkan proses koagulasi- Toksikologi Logam Berat. Jakarta :
flokulasi yaitu 0,5 g. Rineka Cipta.
3. Penurunan optimal kadar Cr tanpa Patimah, dan Lumban R S. 2009. Pengaruh
reduksi yaitu sebesar 87,32 mg/L Penambahan Polyaluminium Chloride
sedangkan penurunan optimal kadar Cr (PAC) Terhadap Nilai Turbinitas Air
dengan proses reduksi yaitu sebesar Sebagai Bahan Baku Produk Minuman
83,36 mg/L. di PT. Coca- Cola Indonesia Bottling

Semirata 2013 FMIPA Unila |313


Nurhasni dkk: Pengolahan Limbah Industri Elektroplating dengan Proses Koagulasi
Flokulasi

Medan. Skripsi. Medan : Universitas Industri Elektroplating. Semarang :


Sumatra Utara. Universitas Diponegoro.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Reynolds, T.D. 1982. Unit Operations and
Nomor 18 tahun 1999 Jo. Peraturan Processes In Environmental
Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 Engineering. California : Texas
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan University.
Berbahaya dan Beracun. Roekmijati. 2002. Presipitasi Bertahap
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Logam Berat Limbah Cair Industri
Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pelapisan Logam Menggunakan Larutan
Pengelolaan Kualitas Air dan Kaustik Soda. Jurnal kimia lingkungan.
Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta : Universitas Indonesia.
Praswasti PDK, Dianursanti, Misri Gozan, Salimin Z, Gunandjar, Deddy H, Hendro,
dan Wahyu Ardie Nugroho. 2010. dan Sugeng P. 2000. Proses Kimia
Optimasi Penggunaan Koagulan Pada Pengolahan Limbah Cair Telurium dan
Pengolahan Air Limbah Batubara. Krom dari Produksi Radioisotop I-131.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Prosiding Seminar Nasional
Kimia “Kejuangan” Pengembangan Pengelolaan Limbah. Jakarta : BATAN-
Teknologi Kimia untuk Pengolahan PTLR.
Sumber Daya Alam Indonesia. Jakarta : Underwood A. L. and Day R. A. J.R, 2002.
Universitas Indonesia. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam,
Prayitno, R, M.E Budiyono dan Puji Erlangga, Jakarta.
Lestari. 1998. Penurunan Kadar Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif
Uranium Dalam Fasa Air Dengan Proses Makro dan Semi Makro, Edisi 5 .
Koagulasi Flokulasi Dengan Garam PT.Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Ferri. Prosiding Presentasi Ilmiah Daur
Bahan Bakar Nuklir IV. Jakarta : Widowati W, Astiana S, dan Raymond J.
BATAN- PEBN 2008. Efek Toksik Logam. Bandung :
ANDI Yogyakarta.
Purwanto, dan Syamsul H. 2005,.Teknologi

314|Semirata 2013 FMIPA Unila

Anda mungkin juga menyukai