Anda di halaman 1dari 4

BAB 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Tabel 4.1 Hasil Penghitungan Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Tikus yang Mengalami
Disharmoni Oklusi (mg/dL)

Kadar Glukosa Darah (X ± SD)

Hari ke-0 81,00 ± 26,54


Hari ke-3 103,40 ± 11,21
Hari ke-7 101,20 ± 11,75
Hari ke-14 99,40 ± 11,82
Hari ke-21 101,00 ± 6,20
Keterangan:
X= rata-rata
SD = simpangan baku

Tabel 4.1 menunjukkan nilai rata-rata kadar glukosa darah pada hari ke-0, 3,
7, 14 dan 21. Nilai rata-rata pada hari ke-0 (sebelum perlakuan) yaitu 81 mg/dL. Nilai
rata-rata kadar glukosa darah tertinggi terjadi pada hari ke-3 yaitu 103,4 mg/dL.
Sedangkan rata-rata kadar glukosa darah terendah ditunjukkan pada pemeriksaan
darah pada hari ke-14 yaitu 99,4 mg/dL.

103,4 101,2 99,400 101

81

Gambar 4.1 Diagram rata-rata kadar glukosa darah pada hari ke-0, 3, 7, 14, dan 21
Gambar 4.1 menunjukkan pola perubahan kadar gula darah hari ke-0, 3, 7, 14
dan 21. Terjadi puncak perubahan pola kadar gula darah pada hari ke-3 dengan nilai
rata-rata 103,4 mg/dL. Setelah hari ke-3 terjadi penurunan kadar glukosa dan kadar
glukosa cenderung stabil yaitu secara berurutan 101,2 mg/dL, 99,4 mg/dL dan 101
mg/dL.

4.2 Analisis Hasil Penelitian


Sebelum dilakukan uji statistik hasil penelitian dilakukan uji normalitas dan
homogenitas. Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data
terdistribusi secara normal (p ≥ 0,05) dan homogen (p ≥ 0,05). Hasil uji normalitas
dan homogenitas dapat dilihat pada lampiran E.
Setelah diketahui bahwa data yang telah didapat berdistribusi normal dan
homogen, dilanjutkan uji statistik parametrik One-Way ANOVA untuk mengetahui
rata-rata kadar glukosa darah antar kelompok penelitian. Hasil uji One-Way ANOVA
dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik One-Way ANOVA

Df Rata-rata Kuadrat Sig.


Antar Kelompok 4 420.200 .162
Dalam Kelompok 20 229.360
Total 24
Keterangan:
df = derajat kebebasan
Sig. =kemaknaan(p ≥ 0,05)

Hasil uji One-Way ANOVA menunjukkan nilai signifikansi 0,162 (p ≥ 0,05).


Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antar kelompok
penelitian.

4.3 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang
signifikan pada kadar gula darah tikus sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hal ini
diduga karena perlakuan yang diberikan terlalu singkat sehingga tidak begitu
berpengaruh terhadap hormon yang mengatur kadar gula darah dalam tubuh. Hwang
(2014) menjelaskan bahwa perlakuan pengurangan oklusi yang dilakukan pada satu
sisi menunjukkan bahwa disharmoni oklusi dapat mempengaruhi serangkaian
homoestasis di dalam tubuh, terutama pada pengaturan hormon kostikosteron, namun
pengaruh tersebut baru terjadi setelah hewan coba diberi perlakuan selama 18
minggu.
Akan tetapi walaupun secara statistik tidak terjadi perubahan secara signifikan
namun hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan rata-rata kadar gkukosa
darah selama mengalami disharmoni oklusi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
pengurangan tinggi oklusal gigi berakibat pada peningkatan beban kunyah pada gigi.
Peningkatan beban kunyah ini diduga memicu kelelahan dan stres selama proses
pengunyahan. Hasil penelitian Ekuni (2014) menyebutkan bahwa kelainan
disharmoni oklusi pada hewan coba menyebakan adanya peningkatan kadar
kortikosteron sebagai indikator terjadinya stress psikologis fisik. Respon tubuh
tehadap stress secara fisiologis terdiri dari 3 tahap yaitu tahap peringatan, tahap
resistensi dan tahap kelelahan (Kadir, 2010).
Pada penelitian ini juga menunjukkan terjadi peningkatan kadar gula darah
pada hari ke-3. Hal ini diduga hewan coba sedang berada pada fase awal stress dan
pada fase ini hipotalamus membantu tubuh menghadapi stress dengan cara
mengsekresi hormon kortisol. Hipofisis mulai mensekresi ACTH pada puncaknya
sehingga terjadi serkresi kortikosteron juga mencapai kadar tertinggi dan melepaskan
hormon glukortikoid untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk
menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi (Hawari, 2001).
Pada hari ke-7,14 dan 21 mengalami penurunan dan tidak memiliki perbedaan
yang signifikan. Hal ini diduga karena pengurangan oklusi hanya dilakukan satu kali
dan pada kedua sisi rahang atas dan bawah secara seimbang, sehingga
memungkinkan hewan coba beradaptasi selama adanya disharmoni oklusi. Hal ini
mengakibatkan proses kelelahan dan stress selama kondisi disharmoni oklusi sangat
kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap hormon stress yang berhubungan
dengan regulasi kadar gula darah dalam tubuh. Pada penelitian sebelumnya
(Ramadhana, 2015) menunjukkan bahwa kadar gula darah tikus yang terpapar stress
psikologi fisik juga mengalami penurunan dan tidak memiliki perbedaan bermakna
pada hari ke-7 dan seterusnya. Hal ini dapat terjadi kemungkinan tikus sudah
memasuki fase resistensi dan mulai beradaptasi dengan stress psikologi fisik. Respon
hewan coba dengan menjadi lebih aktif diduga juga dapat menekan kadar glukosa
darah. Seperti yang dijelaskan oleh Kadir (2010) bahwa aktivasi akselerasi, mobilitas
dapat bermanfaat sebagai respon fisik.
Saat terjadi disharmoni oklusi, secara sistemik bagian tubuh yang menerima
stresor adalah sistem syaraf pusat di otak. Stressor diterjemahkan hipotalamus ke
dalam suatu proses fisiologis sebagai respon pertahanan dari host. Bagian otak yang
terstimulasi adalah hipotalamus, yang diketahui berperan penting dalam merespon
suatu stress. Sistem hormonal pada hipotalamus teraktivasi dimulai dari jalur HPA
(hypothalamic-pituitary-adrenal) axis. Jalur HPA yang teraktivasi dapat menstimulasi
hipotalamus untuk mensekresi Coticotropic Releasing Hormone (CRH) kedalam
aliran darah portal hipotalamus-hipofisis. CRH menstimulasi hipofisis anterior untuk
mensekresi ACTH. ACTH akan beredar didalam darah ke seluruh tubuh sampai pada
korteks kelenjar adrenal. ACTH akan memicu korteks adrenal untuk mensekresi
hormon-hormon glukokortikoid. Salah satu hormon glukokortikoid yang disekresi
saat terjadi stress adalah kortikosteron. Sekresi kortikosteron sebagai hormon stress
akan meningkat sebagai respon fisiologi secara seluler (Yoshihara dkk., 2009).

Anda mungkin juga menyukai