Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka
farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk tenaga medis, ilmu
ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Farmakologi mencakup pengetahuan tentang
sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme
kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan penggunaan obat. Seiring
berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut telah berkembang menjadi ilmu
tersendiri (Setiawati dkk,1995)
Cabang farmakologi diantaranya farmakognosi ialah cabang ilmu farmakologi yang
memepelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat, farmasi
ialah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan, menyimpan, dan
menyediakan obat. farmakologi klinik ialah cabang farmakologi yang mempelajari efek obat
pada manusia. farmakoterapi cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat dalam
pencegahan dan pengobatan penyakit, toksikologi ialah ilmu yang mempelajari keracunan zat
kimia, termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga, pestisida dan lain-lain serta
farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu
absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya dan farmakodinamik yang mempelajari
efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai oran tubuh serta mekanisme kerjanya.
Pada penulisan makalah ini akan di bahas tentang aspek farmakologi yaitu farmakodinamik.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Apa itu Farmakodinamika
2. Untuk mengetahui bagaimana kerja obat
3. Untuk mengetahui efek-efek yang ditimbulkan obat

1
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa itu Farmakodinamika?
2. Bagaimana cara kerja Obat?
3. Apa saja macam-macam efek yang ditimbulkan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Farmakodinamik
2.1.1. Pengertian Farmakodinamik
Farmakodinamik merupakan fase terjadinya interaksi obat dengan tempat aksinya
dalam system biologi. Aksi struktur khusus obat, potensinya berhubungan dengan
interaksi yang terjadi dengan struktur khusus letaknya. Oleh karena itu bila struktur
tempat aksinya dapat dketahui, maka dapat dipilih obat yang mempunyai struktur yang
dapat berinteraksi dengan tempat aksinya. Oleh karena itu, perlu penentuan struktur
tempat aksi, kekuatan yang mengontrol interaksinya dengan obat untuk disesuaikan
dengan disain obat yang rasional.

2.1.2. Cara Kerja Obat


Dikenal bebrapa cara kerja obat yang dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Secara Kimia
Sebagai contoh Magnesium hidroksida atau antasida yang lain dapat
mengikat asam lambung yang berlebihan dan menetralisasi asam lambung secara
kimiawi. Ion- ion logam berat diikat oleh zat – zat khelat secara ikatan kimia
khusus, hingga terbentuk senyawa kompleks yang mudah diekskresikan oleh
ginjal dan tidak toksis. Contoh EDTA (natrium), B.A.L (dimerkaprol),
Penisilamin (dimetilsistein).

b. Secara Fisika
Sebagai contoh diuretic osmotic (garam inggris, magnesium sulfat) karena
lambat sekali diresorbsi usus akan mengalami proses osmosis menarik air dari
sekitarnya. Feses di usus bertambah besar, merangsang dinding usus secara
mekanis untuk mengeluarkan isinya.
Contoh lainnya adalah anaestetika inhalasi, aktivitasnya disebabkan sifat
lipofilnya, yaitu obatnya larut dalam lapisan lemak dari membrane sel, terjadi

3
perubahan sedemikian rupa hingga mengganggu transport normal dari oksigen
dan zat – zat gizi serta menghambat aktivitas sel.

c. Mengganggu Proses Metabolisme


Contohnya adalah antibiotika mengganggu pembentukan dinding sel
kuman, sintesis protein atau metabolism asam nukleat. Antimitotika, mencegah
pembelahan intisel dan diuretika menghambat proses filtrasi atau mempertinggi.
Probenesid (obat encok) menyaingi penisilin pada sekresi tubuler hingga efek di
perpanjang secara kompetisi ada 2 jenis bersaing yang dibedakan untuk reseptor
spesifik dan enzim.

2.1.3. Reseptor
Reseptor adalah komponen sel yang bergabung dengan obat secara kimia agar
dapat menimbulkan efek. Ada 3 komponen biologi yang merupakan reseptor yaitu:
protein enzim, protein structural dan asam nukleat. Umumnya obat bekerja dengan cara
terikat dengan beberapa komponen sel yang spesifik untuk menghasilkan suatu efek.
Komponen sel inilah yang disebut reseptor, sama dengan interaksi enzim substrat untuk
membentuk kompleks enzim substrat.

2.1.4. Agonis dan Antagonis


Agonis adalah obat yang mempunyai afinitas kimia terhadap suatu reseptor dan
membentuk suatu kompleks dan menghasilkan efek. Sementara antagonis adalah obat
yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu secara intrinsic menimbulkan
efek farmakologi sehingga menghambat kerja suatu agonis.

2.1.5. Efek Terapi


Tidak semua obat bersifat menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya
meniadakan atau meringankan gejala – gejalanya. Oleh karena itu dapat dibedakan tiga
jenis pengobatan, yaitu :

4
a. Terapi Kausal
Terapi kausal yaitu pengobatan dengan mematikan atau memusnahkan penyebab
penyakit. Contohnya pada penggunaan khemoterapetika atau antibiotic,
sulfonamide, obat malaria dan sebagainya
b. Terapi Simptomatis / Substansi
Teapi simptomatis adalah pengobatan untuk menghilangkan atau meringankan
gejala penyakit, sedangkan penyebabnya yang lebih mendalam tidak dipengaruhi.
Contohnya pemberian analgetik pada reumatik atau sakit kepala, pengobatan
tekanan darah tinggi dengan obat antihipertensi.
c. Terapi substitusi
Terapi substitusi adalah pengobatan dengan cara menggantikan zat – zat yang
seharusnya dibuat oleh organ tubuh yang sakit. Contohnya pemberian vitamin,
pemberian insulin karena produksi insulin oleh pankres berkurang atau terhenti,
pemberian tiroksin atau estrogen karena fungsi tiroid berkurang atau hipofungsi
ovarium.

Untuk menghindari pemakaian obat yang terlalu sering saat ini industry
farmasi telah mengembangkan dan memasarkan tablet- tablet dengan efek jangka
panjang melalui prinsip delayed action atau sustained release, sehungga dosis
yang diperlukan cukup satu atau maksimal dua kali sehari. Sedangkan untuk
injeksi efek obat dapat di perpanjang dengan prinsip memperlambat reabsorbsi
dengan cara, antara lain:
a. Menggunakan minyak sebagai zat pelarut untuk zat lipofil, misalnya hormone
kelamin, penisilin dan sebagainya.
b. Memperkecil daya larut obat dengan mengabungkannya dengan zat – zat lipofil
c. Menggunakan Kristal yang lebih kasar
d. Menambah vasokonstriksi pada pembuluh darah agar penyebar obat diperlambat

5
2.1.6. Efek yang Tidak Diinginkan
a. Efek Samping
Efek samping adalah segala pengaruh obat yang tidak diinginkan pada
tujuan terapi yang dimaksud, pada dosis normal (WHO 1970). Misalnya CTM
efek samping yang ada adalah menidurkan. Efek samping morfin ialah depresi
pernafasan dan kontipasi. Yang ideal adalah obat bekerja dengan cepat, secara
selektif dan untuk waktu tertentu dengan kata lain obat hanya berkhasiat terhadap
penyakit tertentu tanpa aktivitas lain.
Ada saatnya dimana efek samping dapat merupakan efek utama. Sebagai
contoh untuk pramedikasi anestetik efek mengurangi sekresi dahak dan ludah dari
atropine merupakan efek yang dikehendaki, sedangkan untuk pengobatan
penyakit Parkinson dalam menekan sifat gemetaran, penghambatan sekresi dahak
dan ludah merupakan efek samping, ada kalanya efek samping tidak bisa
dihilangkan seperti pada penggunaan digoksin, ergotamine atau estrogen dengan
dosis yang melebuhi normal

b. Idiosinkrasi
Idiosinkrasi adalah peristiwa dimana suatu obat memberikan efek yang sama
sekali berlainan dengan efek normalnya. Peristiwa ini umumnya disebabkan adanya
kelainan genetic pada pasien yang bersangkutan. Sebagai contoh pada pengobatan
malaria dengan primaquin dapat terjadi anemia hemolitik (sel darah pecah
mengakibatkan kurang darah). Terjadinya anemia aplastis pada penggunaan
kloramfenikol diduga merupakan idiosinkrasi.

c. Alergi
Alergi adalah peristiwa hipersensitif akibat pelepasan histamine didalam
tubuh atau terjadinya reaksi khusus antara antigen – antibody. Gejala alergi yang
sering terjadi antara lain pada kulit yaitu urtikaria (gatal dan bentol – bentol ),
kemerah – merahan dan sebagainya. Pada alergi yang lebih hebat berupa demam,
serangan asma, syok anafilaksis dan lain – lain.

6
Pada penggunaan penisilin secara local dapat terjadi absorbsi penisilin
kedalam darah dan akan mengikat salah satu protein dan terbentuk kompleks penisilin
– protein. Senyawa ini disebut antigen dan tubuh akan membentuk antibody sebagai
zat penangkis. Penisilin sendiri disebut kapten. Jika pasien tersebut pada waktu lain
diberi penisilin maka akan terjadi reaksi khusus antara antigen dan antibody yang
disebut reaksi alergi.
Contoh lain obat – obat yang sering menimbulkan reaksi alergi adalah:
1. Sulfonamide
2. Prokain
3. Fenilbutazon
4. DDT
5. Obat – obat anti TBC
Tanda – tanda penting dari alergi selain yang sudah disebutkan diatas
adalah urtikaria (kloramfenikol). Mengatasi reaksi alergi dengan pemberian
injeksi adrenalin, antihistamin atau kortikosteroid. Antara zat dengan struktur
kimia yang mirip misalnya sulfonilamid dengan derivatnya yang digunakan
sebagai diuretic (klorthiazida), antidiabetik oral (tolbutamid) dan antara derivate
penisilin dengan derivate sefalosporin.

d. Fotosintesitasi
Fotosensitasi artinya sangat peka terhadap cahaya akibat penggunaan obat
secara local dapat pula terjadi karena peroral. Sebagai contoh penggunaan
bithionol dalam sabun secara topical dan buklosamid sebagai antimikotikum,
pemakaina peroral tetrasiklin dan derivatnya terjadi fotosensitasi. Untuk
menghindari terjadinya fotosensitasi,jangan terlalu sering menggunakan obat –
obat yang merupakan allergen kontak secara topical seperti antibiotik, antispetik,
anastetik lokal, antimikolitik, antihistamin. Tetapi efek fotosentesitasi biasa
terjadi pada penggunaan kosmetik yang tidak cocok.

7
e. Efek Toksis
Setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat menunjukkan efek toksis.
Secara umum, reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya dosis dengan
mengurangi dosis, efek dapat dikurangi pula. Salah satu efek toksis yang terkenal
yaitu efek teratogen yaitu obat yang pada dosis terapeutik untuk ibu,
mengakibatkan cacat pada janin. Contoh pada kasus phthalidomide yang
digunakan untuk mengatasi mual dan muntah atau morning sickness pada ibu
hamil.

f. Efek Teratogen
Efek teratogen adalah efek dari obat yang pada dosis terapetik untuk ibu,
mengakibatkan cacat pada janin, misalkan focomelia (kaki tangan seperti
kepunyaan singa laut), mata telinga, jantung, saluran pencernaan dan saluran
kemih rusak. Maka untuk ibu hamil muda, dalam mengatasi mual sebaiknya
sesedikit mungkin menggunakan obat.
Pengulangan penggunaan atau perpanjangan penggunaan obat
memberikan reaksi atau respon yang bermacam – macam terhadap badan serta
penggunaan obat campuran atau macam – macam obat bersama – sama pada
pasien akan memberikan aksi atau efek yang dapat menaikkan, berlawanan, atau
efek yang satu dimodifikasi oleh obat lain (interaksi antar obat)
Penggunaan obat tidur thalidomide oleh ibu hamil muda telah
menyebabkan ratusan bayi yang dilahirkan cacat, yang pernah terjadi di inggris
dan jerman barat 1960 – 1961. Obat – obat seperti antasida, asetosal, sulfonamide,
amfetamin diduga dapat menimbulkan afek teratogen.
g. resistensi bakteri
Suatu keadaan dimana kemoterapetik untuk penyakit infeksi kuman tidak
bekerja lagi terhadap kuman tertentu yg memiliki daya tahan kuat & resisten
terhadap obat tersebut.

8
2.1.7. Efek yang Timbul Pada Pengulangan atau Perpanjangan Penggunaan Obat
a. Reaksi Hipersensitif
Reaksi hipersensitif adalah reaksi alergik, merupakan respon abnormal
terhadap obat atau zat dimana pasien sebelumnya telah kontak dengan obat
tersebut yang berkembang timbulnya antibody

b. Reaksi Kumulasi
Kumulasi adalah suatu fenomena pengumpulan obat dalam badan sebagai
hasil pengulangan penggunaan obat dimana obat diekskresikan lebih lambat
dibangding dengan absorbsinya. Dengan demikian walaupun pada pengulangan
digunakan dosis terapi dengan adanya kumulasi obat dapat terjadi efek toksis.

c. Toleransi
Toleransi adalah fenomena berkurangnya respon terhadap dosis yang sama
dari obat. Maka dosis obat harus dinaikkan terus menerus untuk mencapai efek
terapeutik yang sama.
Macam – macam toleransi:
1. Toleransi primer ( bawaan)
Terdapat pada seagian orang dan binatang tertentu, misalnya
kelinci sangat toleran untuk atropine
2. Toleransi sekunder (perolehan)
Merupakan toleransi yang timbul setelah suatu obat digunakan
untuk beberapa waktu, organism dapat menjadi kurang peka terhadap obat
tersebut
3. Toleransi silang dapat terjadi antara zat – zat dengan struktur kimia serupa
(fenobarbital dan butobarbital), atau antara zat – zat yang berlainan
misalnya alkohol dan barbital.

d. Habituasi
Habituasi atau kebiasaan adalah ketergantungan fisik atau jasmani sebagai
akibat kebiasaan dalam mengkonsumsi suatu obat

9
Habituasi dapat terjadi dengan cara – cara seperti:
1. Terjadi induksi enzim, yaitu timbul karena penggunaan obat – obat, seperti
barbital, dan fenilbutazon dan enzim tersebut menguraikan obat – obat
tersebut.
2. Terjadi reseptor – reseptor sekunder pada penggunaan obat – obat tertentu.
Akibatnya obat menempati reseptor yang memberi efek jadi menurun.
3. Terjadi penghambatan resorpsi. Sebagai contoh terjadinya habituasi
sediaan arsen yang diberikan oral
Kemungkinan dapat terjadi keracunan pada habituasi karena efek samping
menjadi lebih kuat karena dosis yang ditingkatkan terus menerus. Habituasi dapat
diatasi dengan menghentikan pemberian obat dan pada umumnya tidak
menimbulakan gejala – gejala penghentian (abstinensia) seperti halnya pada
adiksi
WHO memberi cirri – ciri habituasi sebagai berikut :
1. Keinginan untuk selalu menggunakan suatu obat tertentu
2. Sedikit atau tidak ada kecenderungan menaikkan dosis
3. Menimbulkan beberapa ketergantungan psikhik
4. Memberi efek yang merugikan terutama pada sesuatu individu

e. Takhifilaksis
Merupakan fenomena berkurangnya kecepatan respon terhadap aksi obat
pada penggunaan pengulangan obat dalam dosis yang sama. Respon mula – mula
tidak dapat diperoleh meskipun dosis nya diperbesar. Toleransi ini timbul sangat
pesat sekali sebagai contoh misalnya efedrin dalam tetes mata terhadap glaukom.

f. Adiksi
Berbeda dengan habituasi dalam dua hal yakni adanya ketergantungan
jasmaniah dan rohaniah dan bila pengobatan dihentikan dapat menimbulakn efek
secara fisik dan mental yaitu gejala – gejala abstinensi. Adiksi atau ketagihan
merupakan bentuk penyalahgunaan obat yang paling berat. Adiksi terjadi pada
penggunaan obat narkotik seperti koakin dan ganja. Penggunaan obat ini

10
menimbulkan efek euphoria (rasa nyaman) yang kuat. Kebnayakn obat – obat
stimulansia seperti amfetamin dapat menimbulakn toleransi dan adiksi.

2.1.8. Efek Penggunaan Obat Campuran


a. Adisi
Adisi terjadi bila campuran obat atau bebrapa obat yang diberikan bersama
– sama menimbukan efek yang merupakan jumlah dari efek masing – masing obat
secara terpisah pada pasien

b. Sinergis
Sinergis terjadi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan
baersama – sama dengan aksi proksimat yang sama menimbulkan efek yang lebih
besar dari jumlah efek masing – masing obat secara terpisah pada pasien.

c. Potensiasi
Potensiasi terjadi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan
pada pasien, menimbulkan efek lebih besar daripada jumlah efek masing – masing
secara terpisah pada pasien

d. Antagonis
Antagonis terjadi bila campuran obat atau bebrapa obat yang diberikan
bersama – sama pada pasien menimbulkan efek yang berlawanan.dimana kegiatan
obat pertama dikurangi atau ditiadakan sama sekalai oleh obat kedua.

e. Interaksi obat
Interaksi obat adalah suatu fenomena yang terjadi bila efek suatu obat
dimodifikasi oleh obat lain yang tidak sama atau sama efeknya, diberikan sebelum
atau bersama – sama
Interaksi obat dengan makanan:
 Makanan berserat dapat mengurangi absorbs obat sehingga
menurunkan efek obat

11
 Makanan yang mengandung amin seperti keju, alpukat, anggur,
coklat, dan hati ayam dapat meningkatkan kadar adrenalin
serotonin dan dopamine sehingga dapat terjadi hipertensi hebat.
 Vitamin B6 dapat memenuhi kebutuhan tubuh akibat pemakaian
isoniazida

Contoh interaksi obat:


Ca++, Mg++, Al+++ sebagai antasida menghambat absorbs tetrasiklin
Furosemid menimbulkan hipokalemi , hal ini menaikkan efek digitalis hingga
timbul toksis

Cara – cara interaksi obat


1. interaksi kimiawi
Obat berinteraksi dg obat lain secara kimiawi.
Ex : - fenitoin vs Ca²+.
- tetrasiklin vs logam valensi dua (Ca²+, Mg²+, Al²+, Fe²+).
2. kompetisi dg protein plasma
Obat 1 mendesak obat 2 dari ikatan proteinnya sehingga obat efek 1
meningkat
Ex : analgetik (salisilat, fenilbutazon, indometasin) dapat mendesak ikatan
warfarin dg protein plasma →perdarahan.
3. Inhibisi enzim
Bila obat (A) mengganggu / menghambat fungsi hati/enzim hati, sehingga
eliminasi obat (B) diperlambat akibatnya efek obat B meningkat / toksik.

12
Contoh :

4. induksi enzim
Obat (A) memacu pembentukan enzim hati sehingga mempercepat
eliminasi obat (B) & menyebabkan efek obat (B) berkurang.
Contoh:

Beberapa contoh cara ineraksi obat

Mekanisme contoh

Mengubah absorpsi Al, Fe, Mg, dan Ca menghambat arbsorpsi tetrasiklin


karena terbentuk ikatan khelat (tipe bentuk senyawa
kompleks) yang dapat mempengaruhi efek kelarutan
tetrasiklin

13
Pengikatan fenitoin oleh Ca++

Mendesak suatu obat dari Asam ethakrinat mendesak dan mengganti walfarin dari
tempat ikatan dengan protein ikatannya dengan protein plasma (invitro).
plasma, terjadi kompetisi
untuk protein plasma untuk Analgetik (fenilbutazon, indomethasin), klofibrat, dan
obat lain kinidin mendesak obat lain dari ikatan dengan protein
plasma, oleh karena itu memperkuat khasiatnya

Sulfonilamid, salisilat dan kumarin mepotensiasi


kegiatan tolbutamida dan metotreksat

Stimulasi enzim yang Luminal menaikkan metabolisme dari warfarin


memetabolisme obat tertentu
dan terjadi induksi enzim Obat menstimulasi pembentukan enzim hati dan obat
akan cepat dieliminasi dan mempercepat perombakan
obat lain . seperti barbital, glutetimid memperlancar
biotransformasi antikoagulansi dan antidepresi triklinis
seperti imipramin, amitriptilin serta memperlemah
khasiatnya

Hipnotik dan antirematikmengurangi kegiatan fenitoin

Menghambat metabolism Kloramfenikol menghambat metabolism dan bishidroksi


obat tertentu, terjadi inhibisi kumarin
enzim
Alcohol mengganggu fungsi hati dan enzim, akan
memperkuat efek obat lain dan lama kerjanya tergantung
pada enzim tersebut

Alupurinol memblokir, xantin oksidase pada sintesa


asam urat, manikkan khasiat purin (obat kanker =

14
merkaptopurin), justru yang diuraikan oleh enzim
tersebut

Metabolism alcohol diblokir oleh sulfonylurea


(tolbutamid) dan metronidazol hingga oksidasi pada
asetaldehida oleh dihidrogenase dihentikan dan kadarnya
dapat meninggi hingga dapat menaikkan efek toksis

Menimbulkan tak Furosemid menginduksi hipokalemi yang akan


keseimbangan elektrolit menaikkan efek digitalis hingga timbul toksis

Mengubah ekskresi obat lain Tiazida diuretika berkehendak menaikkan pH urine oleh
karena itu quinidine yang merupakan basa lemah akan
lebih suka diresorpsi dalam urine yang basa

15
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
1. Farmakodinamik merupakan fase terjadinya interaksi obat dengan tempat aksinya
dalam system biologi
2. Cara kerja obat
Dikenal bebrapa cara kerja obat yang dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Secara Kimia
b. Secara fisika
c. Mengganggu metabolism
3. Efek terapi, Tidak semua obat bersifat menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya
hanya meniadakan atau meringankan gejala – gejalanya
a. Terapi kausal
b. Terapi simptomatis
c. Terapi substitusi
4. Efek yang Tidak Diinginkan
a. Efek Samping
b. Idiosinkrasi
c. Alergi
d. Fotosintesitasi
e. Efek toksis
f. Efek teratogen
5. Efek yang timbul pada pengulangan atau penggunaan obat atau perpanjangan
penggunaan obat
a. Reaksi hipersensitif
b. Reaksi kumulasi
c. Toleransi
d. Takhifilaksis
e. Habituasi
f. Adiksi

16
6. Efek penggunaan obat campuran
a. Adisi
b. Sinergis
c. Potensiasi
d. Antagonis
e. Interaksi obat

3.2 Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan ini meskipun penulisan ini jauh dari
sempurna semoga bermanfaat bagi pembaca pengetahuan tentang reaksi kering .Masih banyak
kesalahan dari penulisandari saya, karna saya manusia yang adalah tempat salah dan dosa:
dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa
menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh . Perjalanan Dan Nasib Obat Dalam Badan ; Gadjah Mada University Press;
Yogyakarta 1990
Anief, Moh . Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat ; Gadjah Mada University Press;
Yogyakarta 1997
Anief, Moh . Penggolongan Obat ; Gadjah Mada University Press; Yogyakarta 1996
Riyanti, Sri, dkk ; Farmakologi; Pilar Media ; Jakarta 2012

18

Anda mungkin juga menyukai