Anda di halaman 1dari 14

Catatan :

a. Telinga
1) Otitis media supurative kronik
2) Oklusi tuba eustachius
3) Otitis eksterna
4) Serumen sumbat
b. Hidung
1) Rinitis kronis alergika
2) Sinusitis maksilaris kronika
c. Tenggorokan
1) Tonsilitis kronik
2) Faringitis kronik
3) Tumor ganas nasofaring

TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN (THT)

A. TELINGA
OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIK
1. Nama diagnosis : Otitis media supurativa kronik
2. Kriteria diagnosis : keluhan
- Peradangan telinga tengah berulang dan berjalan lamatidak
sembuh
- Otore yang terus menerus lebih dari 6 minggu atau sering
kambauh kadang-kadang disertai keluhan gangguan
pendengaran

Pemeriksaan

- Radang pada telinga tengah, disertai ketulian dalam


beberapa tingkatan
3. Diagnosis banding : - otitis ekterna
- Tumor telinga
4. Pemeriksaan penujang : bila perlu
- Lab darah + urine rutin
- Foto rontgen mastoid
- Bakteriologi sekret
- Pemeriksaan auditometri
5. Konsultasi : - UPF Syaraf
- UPF Bedah Syaraf
- Bilamana ada kecurigaan kearah penyulit intrakranial
6. Perwatan RS : rawat inap apabila terjadi komplikasi
7. Terapi : konservatif/medikamentosa
Tetes hidung ( efedrin HCL + Protargol) 1-2 % tetes hidung
kloramfenikol
Podwer telinga
Antibiotik
1) Amoksisilin: dewasa ; 3x500 mg, anak 3x250 mg
2) Sepaloporin
3) Quinolon
- bila perlu operatif
8. Penyulit : mastoiditis
Abses retroaurikular
Paresis/paralisis N> VII
Labirinitis/petrositis
Komplikasi intrakranial
Sepsis
9. Inormed consest : bila perlu tindakan
10. Masa pemulihan :-
11. Output : sembuh parsial bahkan dapat berlanjut
12. PA : bila perlu
13. Otopsi/risalah rapat : bila perlu

OKLUSI TUBA EUSTAKIL


1. Nama diagnosis : Oklusi Tuba Eustakil
2. Kriteria diagnosis : keluhan
- Kurang pendengaran (tuli hantar) – telinga terasa
penuh/tersumbat
- Otofoni (suara sendiri lebih keras terdengar), tinitus
(telinga berdenging)
- Otolgia (derajat ringan)
- Kadang-kadang vertigo/dizziness

Pemeriksaan

- Reflex cahaya menurun s/d menghilang


- Kadang-kadang retraksi M.T
3. Diagnosis banding : - Timpanoslerosis
- Atelektasis
4. Pemeriksaan penujang : - tes suara/tes grapu tala
- Bila memungkinkan audiometri, timpanometri
5. Konsultasi :-
6. Perwatan RS : rawat jalan, rawat inap apabila dilakukan tindakan operatif
7. Terapi : terapi kausal
- Akibat apaltosis- operatif palatoplasi
- Akibat ISPA –pengobatan ISPA
- Akibat alergi – atasi alergi
- Akibat adenohypertrophy – adenoidektomi

Terapi konservatif
- Valsava tes
- Polisrerisasi
- Kateterisasi
- Menghilangkan obtruksi cavum nasi
- Tampon hidung harus dilindungi antibiotika. (gentamisin)

Tindakan operatif

- Kadang-kadang perlu parasintesis atau pemasangan


“gromet”
8. Penyulit : - Tuber kataral
- Hidrotimpanum
- Otitis media akuta
9. Inormed consest : bila perlu tindakan
10. Lama perawatan ;-
11. Masa pemulihan : sangat bergantung pada penyebabnya.
12. Output : sembuh total, sering kambuh
13. PA : tidak perlu
14. Otopsi/risalah rapat :-

OTITIS EKSTERNA (BENIGNA)


1. Nama diagnosis : Otitis Eksterna (Benigna)
2. Kriteria diagnosis : keluhan
- Sering radang di telinga luar
- Seringtimbul akibat: infeksi, usia tua, diabetes
- Iritasi salah satu : mekanik, termis, akibat radiasi

Pemeriksaan

- Tanda-tanda radang di liang telinga, kadang-kadang disertai


sekret dan tanda-tanda infeksi jamur.
3. Diagnosis banding : - otitis media
- Radang sekitr telinga
4. Pemeriksaan penujang :-
5. Konsultasi :-
6. Perwatan RS : rawat jalan
7. Terapi : konservatif : medik
- Tampol likuor, burrowi saring
- Sitemik
Antibioik :
Amoksisilin ; dewasa 3x500 mg, anak 3x 250 mg
Cepalosporin
Quinolon
Analgetika : metamizole, asam mefenamat
8. Penyulit : karena penyakit
- Infeksi sistemik
- penchandilitis
9. Inormed consest : tidak perlu
10. Lama perawatan ;-
11. Masa pemulihan :-
12. Output : sembuh total-
13. PA :-
14. Otopsi/risalah rapat :-

SERUMEN SUMBAT ( CERUMEN PLUG)


1. Nama diagnosis : serumen sumbat (cerumen plug)
2. Kriteria diagnosis : keluhan
- Sumbatan telinga/gangguan pendengaran/nyeri telinga

Pemeriksaan

- Sumbatan oleh serumen pada liang telinga luar


3. Diagnosis banding : - otitis media
- Tumor linga telinga luar
- Benda asing liang telinga luar
4. Pemeriksaan penujang :-
5. Konsultasi :-
6. Perwatan RS :-
7. Terapi : konservatif
- Ekstrasi irigasi H2O2 3 %
- Medik (paska ekstraksi)
- Terapi lokal/terapi sistemis
8. Penyulit : karena penyakit otitis eksterna, otitis media
9. Inormed consest :-
10. Lama perawatan ;-
11. Masa pemulihan : bila terdapat infeksi sekunder
Dapat istirahat 1-2 hari
12. Output : sembuh total
Rekurensi
13. PA : tidak perlu
14. Otopsi/risalah rapat :-

B. HIDUNG
RINITIS KRONIKA ALERGIKA
1. Nama diagnosis : rinitis kronika alergika
2. Kriteria diagnosis : keluhan
- 4 gejala utama : bersin, meler (encer jernih) sumbatan dan
gatal hidung
- Gejala tersebut bersifat menahun dan hilang timbul terkait
dengan kontak alergen, bertambah pada perubahan musim,
suhu, udara dan kelemban

Pemeriksaan

- Mukosa hidung dan konkha edema, licin pucat livide dan


basah, kadang-kadang disertai polip,tand alergik salute dan
satu garis alergik
3. Diagnosis banding : - rinitis vasomotorika
- Rinitis infeksiosa
- Rinitis medikametosa
4. Pemeriksaan penujang : - laboratorium :
- IgE total serum ( umumnya > 100)
- Kerokan mukosa konkha umunya eosinofilia
- Bila fasilitas memungkinkan uji tusuk pada kulit (prick
test)
- Rontgen SPN (bila dicurigai adanya komplikasi/faktor
prediposisi)
5. Konsultasi : interinis
6. Perwatan RS : rawat jalan kecuali:
- Bila terjadi penyulit maupun akibat terapi
- Untuk imuno terapi singkat (rush immunoterapy)
7. Terapi : 1) konservatif
- Penghindaran diri terhadap alergen/pemaparan (bila sudah
diketahui)
- Meningkatkan ketahanan tubuh
2) medikametosa
- tetes hidung ( efridin HCL + protargol) 1-2%
- CTM : dewasa 3x4 mg; anak0,35 mg/kgbb/ hari
- Methyl prednisolon 3x1/2 tab kalau perlu
3) pada konkha hipertropi dilakukan kauterisasi konkha
- Elektro kauterisasi/galvano
- Kemo kauterisasi (nitas argenti 10 %)
4) Bila perlu dan memungkinkan dilakukan terapi bedah
konkha tomi
8. Penyulit : - karena penyakit
sinusitis paranalis otitis media, polip hidung, retinitis,
hip/anosmia
- Karena tindakan bedah epistaksi, anosmia
- Reaksi sistemik ringan, bronkospasme, sampai syok
anafilaksis
9. Inormed consest : untuk terapi bedah
Terapi medikamentosa dan terapi spesifik; tidak tertulis.
10. Lama perawatan : untuk pasien RA tanpa komplikasi : tidak perlu dirawat.
Untuk pasien tindakan bedah bila perlu dirawat
Untuk iminoterapi singkat 3 hari yaitu selama terapi sampai
tercapainya dosis pemiliharaan.
11. Masa pemulihan : pasien tindakakan bedah :
Istirahat rumah maksimal 7 hari sebelum aktivitas kembali
Pasien rawat jalan, bila perlu 1-2 hari.
12. Output : umumnya sembuh parsial :dapat sembuh total
- Komplikasi tindakan bedah : epistaksis
- Komplikasi terapi spesifik reaksi sistemik/anafilatik
- Komplikasi terapi medik steroid : moon-face.
13. PA : khusus untuk kasus tindakan bedah dan bersifatselektif.
14. Otopsi/risalah rapat : tidak perlu/bila perlu

RINITIS KRONIKA ALERGIKA


1. Nama diagnosis : rinitis kronika alergika
2. Kriteria diagnosis : keluhan
- 4 gejala utama : bersin, meler (kental berwarna) sumbatan
hidung dan kadang-kadang terasa panas/perih dan gatal
hidung
- Gejala tambahan : nyeri pipi, dahi, demam, sefalgia
- Gejala tersebut bersifat menahun dan hilang timbul

Pemeriksaan

- Mukosa hidung dan konkha edema, permukaan tidak licin,


hiperemis (ringan) basah berlendir., kadang-kadang disertai
polip dengan sekret kental
3. Diagnosis banding : - rinitis vasomotorika
- Rinitis infeksiosa
- Rinitis medikametosa
4. Pemeriksaan penujang : - laboratorium :
- IgE total serum ( umumnya > 100)
- Biakan mikroorganisme sekret hidung dan uji
sensitifitasnya.
5. Konsultasi :-
6. Perwatan RS : umumnya tidak perlu rawat inap kecuali ada tindakan operatif
7. Terapi : konservatif
Antibiotik
- Amoksisilin: dewasa ; 3x500 mg, anak 3x250 mg
- Sepaloporin
- Quinolon
Dekongestan
- tetes hidung ( efridin HCL + protargol) 1-2%
- CTM : dewasa 3x4 mg; anak0,35 mg/kgbb/ hari
- Terapi operatif bila perlu
8. Penyulit : - karena penyakit
sinusitis paranalis otitis media, polip hidung, retinitis,
hip/anosmia, miningitis,tonsilopharangitis khronika,
komplikasi sitemis lainnya.
- Karena tindakan bedah epistaksis, anosmia, sinekia.
9. Inormed consest : untuk terapi bedah : tertulis
Terapi konservatif; tidak tertulis.
10. Lama perawatan : untuk pasien tanpa komplikasi tidak perlu dirawat.
- Untuk pasien terapi bedah bila perlu dirawat maksimal
2x24 jam.
11. Masa pemulihan : pasien tindakakan bedah :
Istirahat rumah maksimal 3 hari sebelum aktivitas kembali
Pasien rawat jalan, bila perlu 1-2 hari.
12. Output : umumnya sembuh total, kadang-kadang sembuh parsial
13. PA :-
14. Otopsi/risalah rapat :-

SINUSITIS MAKSILARIS KRONIKA


1. Nama diagnosis : sinusitis maksilaris kronika
2. Kriteria diagnosis : keluhan
- Pilek, bau sekret kental
- Rasa kering tenggorokan/postnasal drip
- Kadang-kadang nyeri kepala (tidak hebat)
- Kadang-kadang tidak batuk

Pemeriksaan

- Mukosa hidung hiperemis, oedema, hipertrofi


- Pus pada meatus media
- Postnasal drip (+)
- Nyeri tekan pipi biasa (+)
- Dentogen : bisa terdapat karies dentis s/d gangren pulpa
3. Diagnosis banding : - ozeana (atopic rhinitis)
- Karsinoma hidung + sinusitis parsial
- Benda asing rongga hidung
4. Pemeriksaan penujang : - transiluminasi
- Bila perlu foto rontgen sinus parsial
- Antroskopi/sinuskopi.
5. Konsultasi : bila perlu spesialis mata
6. Perwatan RS : terapi konservatif, rawat jalan, rawat inap apabila ada operatif
7. Terapi : konservatif
Antibiotik
- Amoksisilin: dewasa ; 3x500 mg, anak 3x250 mg
- Sepaloporin
- Quinolon
- Sintomatis : metamizole, as mefenamat
- Bila perlu irigasi sinus maksilaris
- Operatif : endo/ekstra nasal
- Ekstraksi gigi geligi bila ada indikasi
8. Penyulit :- karena penyakit
otitis media, sinusitis frontalis/edmoidalis, dekrinositis,
faringitis, laringitis + bronkitis
- Penyakit operatif : osteomielitis, oroantral fistel, parestesi
pipi, infeksi
9. Inormed consest : untuk terapi operatif : tertulis
Terapi konservatif; tidak tertulis.
10. Lama perawatan : operatif minimum 5 hari
11. Masa pemulihan : maksimun 10 hari
12. Output : dapat sembuh total, dapat pula sembuh parsial
13. PA : bila terdapat kecurigaan keganasan
14. Otopsi/risalah rapat :-
(tertulis)

C. TENGGOROKAN

TONSILITIS KRONIKA
1. Nama diagnosis : tonsilitis kronika
2. Kriteria diagnosis : keluhan
- Nyeri menelan, nyeri tenggorok, rasa benda asing
ditengorok, mulut berbau, kadang-kadang disertai lesu
nafsu makan turun, sakit kepala

Pemeriksaan

- Biasanya tonsil membesar


- Detritus (+) pada penekanan
- Arkus poserior / anterior
- Kadang-kadang kelenjar sub mandibula membesar

3. Diagnosis banding : - radang tonsil sebab lain

- kelainan darah

- Karsinoma hidung + sinusitis parsial


- Benda asing rongga hidung

4. Pemeriksaan penujang :-
5. Konsultasi :-

6. Perwatan RS : rawat jalan, kecuali apabila ada operatif

7. Terapi : konservatif

Antibiotik
- Amoksisilin: dewasa ; 3x500 mg, anak 3x250 mg
- Sepaloporin
- Quinolon
- Sintomatis : metamizole 3x 500 mg
- as mefenamat 3x 500 mg
- operatif bila ada indikasi
8. Penyulit : - penyulit penyakit

- Infeksi leher dalam


- Otitis media
- Sinusitis paranasal
- Penyulit ketempat jauh a.l ginjal sendi

Penyulit operatif

- Pnemoni aspirasi
- Perdarahan

9. Inormed consest : perlu bila operatif

10. Lama perawatan : (bila operatsi) maksimal 3 hari (tanpa komplikasi)

11. Masa pemulihan : maksimun 10 hari

12. Output : dapat sembuh total

13. PA : bila terdapat kecurigaan keganasan

14. Otopsi/risalah rapat :-

(tertulis)

FARINGITIS KRONIKA

1. Nama diagnosis : Faringitis kronika

2. Kriteria diagnosis : keluhan

- Nyeri tenggorok, rasa-mengganjal


- Disertai lesu, nafsu makan menurun, sakit kepala

Pemeriksaan
- Mukosa hiperemis
- Umumnya granula membesar (+)

3. Diagnosis banding : - radang spesifik : tbc, jamur

- Radang non spesifik


- Keganasan

4. Pemeriksaan penujang : bila perlu

- Lab darah + urine rutin


- Bakteriologi
- Biopsi

5. Konsultasi :

6. Perwatan RS : rawat jalan

7. Terapi : konservatif/medikamentosa

Antibiotik
Amoksisilin: dewasa ; 3x500 mg, anak 3x250 mg
Sepaloporin
Quinolon

Terapi tindakan kuaterisasi ( kemo dan atau elektro/galvano)

8. Penyulit : - lokasi : fostor exore, otits media.


- Ketempat jauh : endokarditis bakterialis, glomerulonfritis

9. Inormed consest : tidak perlu

10. Lama perawatan :-

11. Masa pemulihan :-

12. Output : sembuh total, parsial, menetap

13. PA : bila ada kecurigaan keganasaan

14. Otopsi/risalah rapat : tidak perlu

TUMOR GANAS NASOFARING

1. Nama diagnosis : Tumor ganas nasofaring

2. Kriteria diagnosis : keluhan

- Kelainan fisik dini tidak jelas


- Keluhan biasanya berupa keluhan hidung : tersumbat,
epistaksis (ringan), gangguan pendengaran (ringan), sakit
kepala, pembengkakan leher dan kelumpuhan salah satu
saraf kranial.

Pemeriksaan

- Stadium dini permukaan Mukosa dapat tidak rata, palpasi


agak mudah berdarah

Stadium selanjutnya :

- tampak tumor nasofaring


- kelumpuhan saraf sentral
- tumor leher lateral
- kadang-kadang sumbat hidung

3. Diagnosis banding : - tumor leher lain, kelainan neurologik, adenoid hipertrofi

4. Pemeriksaan penujang : - CT Scan

- audiologi
- biopsi / ekspirosasi pada darah yang mencurigakan.

5. Konsultasi : bagian saraf, bagian mata, radioterapi

6. Perwatan RS : stadium dini dapat rawat jalan

Stadium lanjut dapat rawat inap

7. Terapi : suporatif : radioterapi (sesuai tim kanker)

8. Penyulit : penyulit penyakit


- disfagia
- gangguan pendegaran
- perdarahan
- gangguan neurologis
- sumbatan jalan napas

9. Inormed consest : perlu

10. Lama perawatan : bergantung stadium penyakit dan keadaan pasien

11. Masa pemulihan : bergantng stadium penyakit dan keadaan umum pasien

12. Output : bergantung stadium penyakit

- Dapat sembuh total

- Sembuh parsial

- residif
- meninggal

13. PA : perlu untuk diagnosis

14. Otopsi/risalah rapat : bila ada kematian perlu dilakukan

Catatan :

NASO PHARING CARSINOMA

(NPC)

Gambaran klinis :

1. tumor ganas terbanyak dengan insiden terutama pada usia 40-50 tahun dengan
perbandingan pria : wanita = 2: 1
2. tanda dan gejala
a. Gejala akibat tumor primer
1). Dari hidung : tersumbat, mukus + darah
2) dari telinga : tinitus (berdenging), pekak,
b. gejala akibat tumor meluas ke daerah sekitarnya
1) destruksi tulang tengkkorak
2) destruksi kranial nervi
c. gejala akibat metastase  ke kelenjar getah bening leher, ke organ lain misal hati,
tulang, paru dsb.

ESOFAGITIS KOROSIVA
Pada lambung asam > basa sehingga zat korosive yang bersifatbesar dapat di netralisis di
lambung. Dengan demikian walaupun terjadi reflux (muntah) zat korosive tidak begitu
berbahaya. Lain halnya dengan zat korosive yangbersifat asam, justru dapat
menyebabkan kerusakan yang lebih parah baik bila terjadi reflux ataupun bila tetap
tinggal di saluran pencernaan.

Macam-macam zat korosive


1. asam kuat contoh H2SO4, HCL
2. basa kuat contoh KOH dan NaOH
3. zat organk contoh Lysol dan karbol

Penatalaksanaan
Stadium akut
1. perbaiki keadaan umum penderita, jaga keseimbangan elektrolit, zat korosive di dalam
saluran napas  suction
2. netralisasi zat kiia ( bila < 6 jam)
a. asam  beri basa /antasida
b. basa  beri asam /cuka encer
c. minum air putih untuk mengencerkan zat korosive
d. bila sangat asam atau sangat basa beri susu atau putih telur kaerena keduanya bersifat
anfoter.
3. antibiotik selama 2-3 munggu atau sampai 5 hari bebas demam misal penicillin 1-1,2
juta unit/ hari atau ampicillin 50-100 mg / KgBB/hari
4. corticosteroid untuk mencegah sikatik
5. analgetik misal mastin dan petidin
6. esofagoskopi dilakukn pada hari ke 3 atau setelah luka bakar di mulut hilang (24-48
jam)

Stadium kronis
Dilakukan businasi untuk mencegah sikatiks apabila businasi gagal dilakukan operasi

ACHALASIA
(cardiospasm atau esophaguspasm)
Definisi
 suatu keadaan dimana tidak terdapat bagian esofagus distal untuk relaksasi oleh
karena inkoordinasi nuromuskular sehingga esophagus bagian proksimal dari
penyempitan secara perlahan akan melebar  disebut megaesophagus (biasa pada
usia 30-40 tahun)

gejala klinis

1. awal setelah makan  makan lam terkunyah, kadang-kadangpenderita meluruskan


atau menegakkan badanyan untuk menahan turunya makanan dalam esophagus. Kadang-
kadang ditolong dengan air.

2. disfagia

3. regursitasi

4. nyeri di derah epigastrium / bawah sternum

5. berat badan makin menurun  gejala khas

6. pemeriksaan radiologi dengan fluoroskopi, rontgen foto.

Esophagus seperti ekor tikus  khas untuk Achalasia dengan esophagoskopi terlihat
bagian proksimal melebar dan mukosa meradang sedang bagian distal sempit

Penatalaksanaan

1. diet tinggi kalori

Tahap permulaan

a. seditine/ trngguiliaer (papaverni, luminal,ekstrak belladora)


b. anticholinergik

3. bussinasi dan dilatasi

 bila tidak berhasildilakukan operasi (cardiotomi)

Anda mungkin juga menyukai