Peranan sekolah
Menurut esensialisme sekolah berfungsi untuk warga Negara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga social yang ada didalam masyarakat.
1) Membina sikap jiwa untuk menjunjung tinggi dan menyesuaikan terhadap hokum-hukum dan kebenaran yang ditemukan manusia di alam.
2) Hukum harus dipahami dalam konteks dan kebudayaan.
B. Peranan sekolah
Tujuan pendidikan esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan sepanjang waktu untuk
diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang tepat untuk membentuk unsur-unsur yang inti (esensiliasme), sebuah pendidikan
sehingga pendidikan, jadi Menurut esensialisme sekolah berfungsi untuk warga negara
supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam
masyarakat.
C. Peranan aliran esensialisme
Sebagai sako guru dalam kebudayaan modren
Sebagai pemeliharaan kebdayaan (warisan kebudayaan)
3. Peranan Guru
Bagi kaum Esensialis, guru seharusnya berperan aktif dalam pembelajaran. Ia sebagai penanggung jawab, pengatur ruangan, penyalur
(transmiser) pengetahuan yang baik, penentu materi, metode, evaluasi dan bertanggung jawab terhadap seluruh wilayah pembelajaran.
Guru juga berperan sebagai mediator atau “jembatan” antara dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak, dengan demikian
inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik (G. kneller, 1971). Untuk menciptakan siswa yang mempunyai sikap dan
perasaan solidaritas sosial dan ikut berperan dalam mewujudkan kesejahteraan umum. Pewarisan nilai-nilai luhur agama oleh sosok guru menjadi titik tekan
tujuan pembelajaran esensialisme, dan pembelajaran yang berisikan warisan budaya dan sejarah dan di ikuti oleh keterampilan, sikap-sikap, dan nilai yang
tepat merupakan unsusr-unsur esensial dari sebuah kurikulum pendidikan esensialisme.
4. Peranan Siswa
Peranan peserta didik adalah belajar, bukan untuk mengatur pelajaran. Belajar berarti menerima dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai
sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan berikutnya ( Imam Barnadib, 1984). Esensialisme
merupakan suatu filsafat yang menghendaki pendidikan bersendikan nilai-nilai yang tinggi dan menduduki posisi substansial dalam kebudayaan. Tugas
pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai yang ada di luar ke dalam jiwa peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik perlu di latih agar
memiliki kemampuan observasi yang tinggi untuk menyerap ide-ide atau nilai-nilai yang berasal dari luar dirinya (muhaimin, 2004;40-42). Menurut
esensialisme, pendidikan adalah aktivitas pentransmisian atau pewarisan budaya dan sejarah sebagi inti pengetahuan yang telah terkumpul dan bertahan
sepanjang waktu. Warisan budaya demikian perlu di ketahui pelestarian kebudayaan (Education as a Cultural Convervation). Esensialisme memberikan
penekanan upaya kependidikan dalam hal pengujian ulang materi-materi kurikulum, memberikan pembedaan-pembedaan esensial dan non esensial dalam
berbagai program sekolah dan memberikan kembali pengukuhan autoritas pendidik dalam suatu kelas di sekolah.
Peranan aliran esensialisme
· Sebagai sako guru dalam kebudayaan modren
· Sebagai pemeliharaan kebdayaan (warisan kebudayaan)
Peranan sekolah
Tujuan pendidikan esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan sepanjang waktu untuk
diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang tepat untuk membentuk unsur-unsur yang inti (esensiliasme), sebuah pendidikan
sehingga pendidikan, jadi Menurut esensialisme sekolah berfungsi untuk warga negara
supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam
masyarakat.
Peranan Sekolah berfungsi sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai dengan
prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakatnya serta
membina kembali tipe dan mengoperkan kebudayaan, warisan sosial, dan membina
kemampuan penyesuaian diri individu kepada masyarakatnya dengan menanamkan
pengertian tentang fakta-fakta, kecakapan-kecakapan dan ilmu pengetahuan.
Peranan Guru
Bagi kaum Esensialis, guru seharusnya berperan aktif dalam pembelajaran. Ia sebagai
penanggung jawab, pengatur ruangan, penyalur (transmiser) pengetahuan yang baik, penentu
materi, metode, evaluasi dan bertanggung jawab terhadap seluruh wilayah pembelajaran.
Guru juga berperan sebagai mediator atau “jembatan” antara dunia masyarakat atau
orang dewasa dengan dunia anak, dengan demikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan
pada guru, bukan pada peserta didik (G. kneller, 1971). Untuk menciptakan siswa yang
mempunyai sikap dan perasaan solidaritas sosial dan ikut berperan dalam mewujudkan
kesejahteraan umum. Pewarisan nilai-nilai luhur agama oleh sosok guru menjadi titik tekan
tujuan pembelajaran esensialisme, dan pembelajaran yang berisikan warisan budaya dan
sejarah dan di ikuti oleh keterampilan, sikap-sikap, dan nilai yang tepat merupakan unsusr-
unsur esensial dari sebuah kurikulum pendidikan esensialisme.
Peranan Siswa
Peranan peserta didik adalah belajar, bukan untuk mengatur pelajaran. Belajar berarti
menerima dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang
timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan berikutnya ( Imam
Barnadib, 1984). Esensialisme merupakan suatu filsafat yang menghendaki pendidikan
bersendikan nilai-nilai yang tinggi dan menduduki posisi substansial dalam kebudayaan.
Tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai yang ada di luar ke dalam
jiwa peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik perlu di latih agar memiliki kemampuan
observasi yang tinggi untuk menyerap ide-ide atau nilai-nilai yang berasal dari luar dirinya
(muhaimin, 2004;40-42). Menurut esensialisme, pendidikan adalah aktivitas pentransmisian
atau pewarisan budaya dan sejarah sebagi inti pengetahuan yang telah terkumpul dan
bertahan sepanjang waktu. Warisan budaya demikian perlu di ketahui pelestarian kebudayaan
(Education as a Cultural Convervation). Esensialisme memberikan penekanan upaya
kependidikan dalam hal pengujian ulang materi-materi kurikulum, memberikan pembedaan-
pembedaan esensial dan non esensial dalam berbagai program sekolah dan memberikan
kembali pengukuhan autoritas pendidik dalam suatu kelas di sekolah.