OLEH KELOMPOK 4
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2018
1. PERILAKU ORGANISASI
1.1 Pengertian Perilaku Dalam Organisasi
Perilaku organisasi membahas seluruh kegiatan organisasi yang di dalamnya terdapat,
perilaku manusia, budaya, sosial dan sistem yang mendukung adanya organisasi tersebut.
sehingga antara manusia dan organisasi dapat saling mempengaruhi. Perilaku organisasi adalah
bidang studi yang mempelajari pengaruh yang dimiliki oleh individu, kelompok, dan struktur
terhadap perilaku dalam organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas suatu
organisasi Sistem pengendalian manajemen mempengaruhi perilaku manusia. Sistem
pengendalian manajemen yang baik mempengaruhi perilaku sedemikian rupa sehingga memiliki
tujuan yang selaras; artinya tindakan-tindakan individu yang dilakukan untuk meraih tujuan-
tujuan pribadi juga akan membantu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Berbagai struktur
yang berbeda kita gunakan untuk menjalankan seluruh strategi dalam berbagai tipe
organisasi;sebuah sistem pengendalian manajemen yang efektif harus dirancang agar bisa sesuai
dengan struktur tertentu.
1
1.3 Faktor-Faktor Informal yang Mempengaruhi Keselarasan Tujuan
Baik sistem formal maupun proses informal mempengaruhi perilaku manusia dalam
organisasi perusahaan, konsekuensinya, kedua hal tersebut akan berpengaruh pada tingkat
pencapaian keselarasan tujuan. Namun hal yang juga untuk diperhatikan oleh para perancang
sistem pengendalian formal adalah aspek-aspek yang berkaitan dengan proses informal, seperti
etos kerja, gaya manajemen, dan budaya yang melingkupi, karena untuk menjalankan strategi
organisasi secara efektif mekanisme formal harus berjalan seiring dengan mekanisme informal.
Oleh karena itu, sebelum sistem formal didiskusikan, akan diuraikan faktor-faktor informal, baik
yang bersifat internal maupun eksternal, yang memainkan peranan kunci dalam rangka meraih
keselasan dengan tujuan perusahaan.
2
memiliki kualitas dan gaya yang beragam. Beberapa diantaranya memilki kharisma dan
ramah; sementara yang lain ada yang bergaya agak santai. Ada manajer yang banyak
melewatkan waktunya dengan melihat-lihat dan berbicara pada banyak orang manajemen
dengan cara berkeliling (management by walking around); sementara ada juga manajer
yang menyibukkan dirinya dengan menulis laporan.
3) Organisasi Informal
Garis-garis dalam bagan organisasi menggambarkan hubungan-hubungan formal yaitu,
pemegang otoritas resmi dan bertanggung jawab dari setiap manajer. Kenyataan-
kenyataan yang ditemui selama berlangsungnya proses pengendalian manajemen tidak
bisa dipahami tanpa mengenali arti penting dari hubungan-hubungan yang menyusun di
organisasi yang bersifat informal.
4) Persepsi dan Komunikasi
Dalam upaya meraih tujuan-tujuan organisasi, para manajer operasi harus mengetahui
tujuan dan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapainya. Mereka menyerap
informasi ini dari berbagai jalur, baik itu jalur formal (seperti anggaran dan dokumen-
dokumen resmi lainnya) ataupun jalur informal (seperti dari bahan obrolan yang tidak
resmi). Pesan-pesan yang diserap dari berbagai sumber ini bisa jadi bertentangan satu
sama lain, atau bahkan memiliki interpretasi yang sangat beragam. Maka komunikasi
perlu dibangun menyamakan persepsi.
3
anggaran, yang bisa berubah dari bulan ke bulan, hampir semua aturan biasanya bersifat jangka
panjang; yaitu aturan-aturan tersebut akan selalu ada sampai aturan- aturan itu dimodifikasi,
yang jarang terjadi. Beberapa jenis aturan bisa dilihat di bawah ini:
1) Pengendalian Fisik
Penjaga keamanan, gudang-gudang yang terkunci, ruangan besi, passwords komputer,
televise pengawas, dan pengendalian fisik lainnya merupakan bagian dari struktur
pengendalian
2) Manual
Ada banyak pertimbangan untuk memutuskan aturan-aturan mana yang harus dituliskan
ke dalam panduan, mana yang mesti diklasifikasikan sebagai pedoman, seberapa banyak
toleransi yang diperbolehkan dan beberapa pertimbangan lainnya. Manual dalam
organisasi birokratis jauh lebih rinci dibandingkan dengan aturan organisasi lain.
Organisasi besar memilki panduan dan aturan yang lebih banyak dibandingkan dengan
organisasi-organisasi lain yang lebih kecil. Organisasi yang tersentralisasi memiliki
banyak aturan dibandingkan dengan organisasi yang terdesentralisasi. Dan yang terakhir,
organisasi memiliki unit-unit yang tersebar secara geografis (seperti jaringan restoran
cepat saji) mempunyai lebih banyak aturan dibandingkan dengan organisasi yang terpusat
secara geografis.
3) Pengamanan Sistem
Berbagai pengamanan sistem di rancang ke dalam sistem pemrosesan informasi untuk
menjamin agar informasi yang mengalir melalui sistem itu akan bersifat akurat dan untuk
mencegah kecurangan. Hal ini meliputi: pemeriksaan silang secara terinci; pembubuhan
tanda tangan dan bukti-bukti lain bahwa sebuah transaksi telah dijalankan; melakukan
pemilihan; menghitung uang yang ada dan aktiva- aktiva yang mudah di bawa sesering
mungkin; serta sejumlah prosedur lain. Hal tersebut juga mencakup pengecekan sistem
yang dilakukan oleh auditor internal dan eksternal.
4) Sistem Pengendalian Tugas
Dalam Bab 1 dikatakan pengendalian tugas sebagai proses untuk menjamin agar tugas-
tugas tertentu dijalankan secara efektif dan efisien. Kebanyakan dari tugas-tugas itu
dikendalikan melalui peraturan-peraturan.Jika sebuah tugas dijalankan menggunakan
mesin otomat,maka sistem otomat itu sendiri akan menyediakan sistem kendali tersendiri
4
1.5 Proses Kendali Secara Formal
Suatu perencaan strategis akan melaksanakan tujuan dan strategi organisasi. Seluruh
informasi yang tersedia dipergunakan untuk membuat perencanaan ini. Perencanaan strategis
tersebut kemudian di konversi menjadi anggaran tahunan yang fokus pada pendapatan dan
belanja yang direncanakan untuk masing-masing pusat tanggung jawab. Pusat tanggung jawab
ini juga dituntun oleh aturan-aturan dan infornasi formal lain. Pusat tanggung jawab menjalankan
operasi-operasi yang ditugaskan, dan hasilnya kemudian di nilai dan dilaporkan. Hasil-hasil
aktual kemudian dibandingkan dengan anggaran untuk menentukan apakah kinerjanya
memuaskan atau tidak.
5
Ada sejumlah kelemahan pada struktur fungsional. Pertama, dalam sebuah organisasi
fungsional terdapat ketidakjelasan dalam menentukan efektivitas manajer fungsional secara
terpisah (seperti manajer produksi dan manajer pemasaran) karena tiap fungsi tersebut sama-
sama memberikan kontribusi pada hasil akhir. Oleh karena itu, tidak ada cara untuk menentukan
bagian dari laba yang dihasilkan masing-masing fungsi. Kedua, jika organisasi, terdiri dari
beberapa manajer yang bekerja dalam satu fungsi yang melapor ke beberapa manajer pada
tingkat yang lebih tinggi dari fungsi tersebut, maka perselisihan antar para manajer dari fungsi-
fungsi berbeda hanya dapat diselesaikan di tingkat atas, meskipun perselisihan itu berasal dari
tingkatan organisasi yang lebih rendah. Ketiga, struktur fungsional tidak memadai untuk
diterapkan pada sebuah perusahaan dengan produk dan pasar yang beragam.
2. FUNGSI-FUNGSI KONTROLER
Orang yang bertanggung jawab dalam merancang dan mengoperasikan sistem pengendalian
manajemen disebut sebagai seorang kontroler. Sebenarnya, di banyak organisasi, jabatan orang
ini adalah Chief Financial Officer (CFO). Kontroler biasanya menjalankan fungsi-fungsi sebagai
berikut :
6
1) Merancang dan mengoperasikan informasi serta sistem pengendalian.
2) Menyiapkan pernyataan keuangan dan laporan keuangan kepada para pemegang saham
dan pihak-pihak eksternal lainnya.
3) Menyiapkan dan menganalisis laporan kinerja, menginterpretasikan laporan-laporan ini
untuk para manajer, menganalisis program dan proposal-proposal anggaran dari berbagai
segmen perusahaan serta mengkonsolidasikannya ke dalam anggaran tahunan secara
keseluruhan.
4) Melakukan supervisi audit internal dan mencatat prosedur-prosedur pengendalian untuk
menjamin validitas informasi, menetapkan pengamanan yang memadai terhadap
pencurian dan kecurangan serta menjalankan audit operasional.
5) Mengembangkan personel dalam organisasi pengendali dan berpartisipasi dalam
pendidikan personal manajemen dalam kaitannya dengan fungsi pengendali.
7
3. TUJUAN DAN STRATEGI PERUSAHAAN
3.1 Beberapa Tujuan Organisasi
Meskipun kita sering mengacu pada apa yang disebut sebagai tujuan-tujuan perusahaan,suatu
perusahaan tidak punya tujuan; pada hakikatnya perusahaan adalah satuan artifisial yang tidak
punya pikiran maupun kemampuan mengambil kepurusan sendiri. Tujuan perusahaan ditentukan
oleh pejabat utama eksekutif (CEO) perusahaan yang bersangkutan. Pada banyak
perusahaan,tujuan-tujuan perusahaan biasanya dirancang oleh para pendirinya serta berlaku
untuk generasi-generasi selanjutnya.
1) Profitabilitas
Dalam bisnis, kapasitas untuk menghasilkan laba biasanya merupakan tujuan yang paling
penting. “Profitabilitas” ini lebih mengacu pada laba dalam jangka panjang,bukannya
laba pada kuartal atau tahun. Sejumlah CEO hanya menekankan aspek equasi pada
kemampuan untuk menghasilkan laba itu. Akan tetapi, CEO lain menekankan
penghasilan dari alasan yang berbeda: karena bagi mereka ukuran perusahaan adalah
tujuan tersendiri. Sementara sejumlah CEO yang lain lebih memfokuskan laba baik
sebagai satuan jumlah uang maupun sebagai persentase pendapatan.
2) Memaksimalkan Nilai Pemegang Saham
Pada tahun 1980-an dan 1990-an, istilah “nilai pemegang saham” (shateholder value)
sering muncul dalam literatur bisnis. Konsepnya adalah tujuan yang semestinya bagi
sebuah perusahaan yang mencari laba adalah memaksimalkan nilai pemegang saham.
Meskipun arti istilah itu sendiri tidaklah terlalu jelas, mungkin hal tersebut mengacu pada
harga pasar saham perusahaan. Akan tetapi, diyakini bahwa mencapai tingkat laba yang
memuaskan adalah cara yang lebih baik dalam menetapkan tujuan perusahaan. Ada dua
alasan untuk itu, yaitu :
a. Pertama, istilah “memaksimalkan” menyiratkan bahwa selalu ada cara untuk
mendapatkan jumlah maksimum yang dapat dihasilkan oleh sebuah perusahaan.
Bukan ini yang terjadi. Dalam memilih antara dua macam tindakan, pihak manajemen
biasanya memilih sesuatu yang diyakini dapat meningkatkan profitabilitas setinggi
mungkin. Akan tetapi, sangat jarang, sekalipun ada, manajemen yang
mengidentifikasi seluruh alternatif yang ada maupun efek-efeknya terhadap
profitabilitas.
8
b. Kedua, meskipun upaya mengoptimalkan nilai pemegang saham mungkin menjadi
tujuan utama, namun ini bukan berarti merupakan satu-satunya tujuan bagi banyak
organisasi. Tentu saja, jika sebuah perusahaan tidak bisa menghasilkan laba
setidaknya setara dengan biaya modalnya, dan kecuali perusahaan mampu melakukan
hal tersebut ia tidak bisa dituntut untuk melakukan tanggung jawab yang lain.
3) Risiko
Upaya sebuah organisasi perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas sangat
dipengaruhi oleh kemauan pihak manajemen untuk mengambil risiko. Tingkat
pengambilan risiko sangat bervariasi, tergantung pada kepribadian atas masing-masing
individu di jajaran manajemen. Akan tetapi, selalu ada batas atas; sejumlah organisasi
perusahaan secara terang-terangan menyatakan bahwa tanggung jawab utama manajemen
adalah menjaga asset-aset perusahaan, sedangkan profitabilitas menjai tujuan kedua.
Sebagian besar krisis keuangan yang terjadi di Asia selama tahun 1996-1998 bisa dilacak
dari fakta bahwa bank-bank di Asia telah memberikan pinjaman yang kelihatannya
sangat menguntungkan tanpa memperhatikan tingkat risiko yang dihadapi.
4) Pendekatan Banyak Stakeholder
Organisasi-organisasi terlibat dalam tiga jenis pasar, yaitu: pasar modal (capital market),
pasar produk (product market) dan pasar faktor (factor market). Sebuah perusahaan
mencari dana melalui pasar modal (capital market), di mana para pemegang saham
publik merupakan konstituennya yang sangat penting. Perusahaan menjual barang & jasa
di pasar produk (product market), di mana para konsumenlah yang menjadi
konstituennya. Sementara perusahaan berkompetisi untuk memperoleh sumber daya
seperti sumber daya manusia dan bahan-bahan mentah di pasar factor (factor market), di
mana yang menjadi konstituenutamanya adalah pegawai perusahaan & para pemasok
serta berbagai komunitas yang menyediakan sumber daya dan menjadi tempat
beroperasinya perusahaan. Sesuai dengan apa yang diperoleh dari tiga pasar tersebut,
organisasi memiliki tanggung jawab terhadap para pemangku kepentingan tersebut, yaitu:
para pemegang saham, konsumen, para pegawai, para pemasok dan masyarakat.
Idealnya, sistem pengendalian manajemennya harus mengidentifikasi tujuan-tujuan dari
setiap kelompok ini & mengembangkan sistem penilaian (scorecard) untuk mengawasi
atau menilai kinerjanya.
9
3.2 Konsep Strategi
Walaupun definisi berbeda satu sama lain, ada kesepakatan umum bahwa strategi
mendeskripsikan arah umum yang akan dituju suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Setiap
organisasi yang dikelola dengan baik memiliki satu strategi atau lebih, walaupun mungkin tidak
dinyatakan secara eksplisit. Selebihnya dari bab ini membahas jenis-jenis umum strategi yang
dapat membantu organisasi mencapai tujuannya. Perusahaan mengembangkan strateginya
dengan mencocokkan kompetensi intinya dengan peluang industri. Strategi dapat ditemukan
pada dua tingkatan: (1) strategi untuk organisasi keseluruhan, dan (2) strategi untuk unit bisnis
dalam organisasi.
10
3) Perusahaan dengan diversifikasi yang tidak berhubungan. Dalam hal ini, perusahaan
beroperasi dalam bisnis yang tidak saling berhubungan satu sama lain hubungan antara
unit-unit bisnis bersifat murni financial. Textron contohnya. Perusahaan ini beroperasi
dalam bisnis yang sangat terdiversifikasi seperti dalam alat tulis, helicopter, gergaji besar,
komponen mesih pesawat terbang, forklift, alat mesin, penghubung khusus, dan mesin-
mesin turbin gas.
11
3.4 Strategi Unit Bisnis
Persaingan antar perusahaan dengan diversifikasi tidak berlangsung pada tingkat korporat.
Sebaliknya, unit bisnis dalam satu perusahaan (Protecter & Gamble’s Pampers unit) bersaing
dengan unit bisnis dalam perusahaan lain (Kimberly Clark’s Huggies unit). Kantor korporat dari
perusahaan dengan diversifikasi tidak menghasilkan laba dari dirinya sendiri; melainkan
pendapatan dihasilkan dan biaya ditanggung dalam unit-unit bisnis. Strategi unit bisnis
berkenaan dengan bagaimana menciptakan dan memelihara keunggulan kompetitif dalam
masing-masing industry yang telah dipilih oleh suatu perusahaan untuk berpartisipasi.
12
produk, jumlah dan keanekaragaman pesaing, tingkat biaya tetap, hambatan untuk
keluar dari industry, dan intermittent overcapacity.
b. Bargaining power (Daya tawar) pelanggan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
bargaining power pelanggan adalah jumlah pembeli, switching cost (biaya peralihan)
pembeli, kemampuan pembeli untuk integrate backward, dampak produk dari unit
bisnis pada total cost pembeli, dampak produk unit bisnis pada kualitas atau kinerja
produk pembeli, dan signifikansi volume unit bisnis bagi pembeli.
c. Bargaining power (Daya tawar) supplier. Faktor-faktor yang mempengaruhi
bargaining power supplier adalah jumlah supplier, kemampuan supplier untuk
integrate forward kehadiran input substitusi, dan pentingnya volume unit bisnis bagi
supplier.
d. Ancaman dari pengganti.Faktor-faktor yang mempengaruhi barang substitusi adalah
harga atau kinerja relatif barang substitusi, switching cost pembeli, dan
kecenderungan pembeli untuk menggunakan barang substitusi.
e. Ancaman dari pendatang baru yang masuk industri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hambatan pendatang baru adalah persyaratan modal, akses terhadap
saluran distribusi, economies of scale, diferensiasi produk, kompleksitas teknologi
dari produk atau proses, tindakan balasan yang diperkirakan dari perusahaan-
perusahaan yang sudah ada, dan kebijakan pemerintah.
13
Dengan pemahaman ini, Porter mengklaim bahwa unit bisnis memiliki dua cara generik
untuk merespons terhadap kesempatan dalam lingkungan eksternal dan mengembangkan
keunggulan kompetitif yang berkesinambungan yaitu Biaya rendah dan Diferensiasi.
a. Biaya Rendah Kepemimpinan biaya dapat diperoleh melalui beberapa pendekatan
seperti skala ekonomis dalam produksi, dampak kurva belajar, pengendalian biaya
yang ketat dan minimalisasi biaya (dalam beberapa area seperti penelitian dan
pengembangan, jasa, tenaga penjualan/periklanan).
b. Diferensiasi Fokus utama strategi ini adalah melakukan diferensiasi penawaran
produk yang dihasilkan oleh unit bisnis, sehingga menciptakan sesuatu yang
dipandang oleh pelanggan sebagai sesuatu yang unik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim et al. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Anthony Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta:
Terjemahan Salemba Empat
15