Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dismenore merupakan nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi

selama menstruasi. Masalah yang sering muncul dalam dismenore adalah tingkat

penurunan nyerinya. Ketika nyeri itu timbul, beberapa efek akan muncul seperti

sakit kepala, mual, sembelit atau diare, dan sering berkemih. Kadang sampai

terjadi muntah (Manuaba, 2001).

Sakit yang ditimbulkan oleh dismenore bukan merupakan suatu penyakit

melainkan gejala. Gejala yang ditimbulkan tidak hanya terbatas pada perut atau

punggung bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha

(Prawirohardjo, 2005).

Menurut data dari World Health Organization (WHO) didapatkan kejadian

sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita yang mengalami dismenore dengan 10-15%

mengalami dismenore berat (WHO, 2012).

Angka kejadian dismenore di Indonesia sebesar 64,25 % yang terdiri dari

54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Depkes RI, 2013).

Frekuensi dismenore cukup tinggi hampir 90% wanita mengalami dismenore, 10-

15% di antaranya mengalami dismenore berat yang menyebabkan mereka tidak

mampu melakukan kegiatan apapun dan ini menurunkan kualitas hidup (Jurnal

Occupation And Environmental Medicine, 2008). Kondisi yang paling sering terjadi

pada wanita usia 30-45 tahun (Calis et al, 2009). Dismenore yang sering terjadi

1
adalah dismenore primer sering terjadi lebih dari 50% diantaranya mengalami nyeri

pada saat menstruasi yang hebat dan 15% biasanya dismenore primer timbul pada

masa remaja yaitu sekitar 2-3 tahun haid pertama dan terjadi pada umur kurang

dari 20 tahun (Anonim, 2007).

Obat analgesik dapat menimbulkan efek toleransi, ketergantungan dan gejala

putus obat, obat yang biasa di gunakan untuk mengurangi rasa nyeri yaitu preparat

kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein,dan lain-lain (James Olson, 2009). Teknik

effleurage merupakan suatu rangsangan pada kulit abdomen dengan melakukan

usapan menggunakan ujung - ujung jari telapak tangan dengan arah gerakan

kupu - kupu abdomen seiring dengan pernapasan abdomen. Dan Relaksasi

merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan, misalnya :

bernapas dalam dan pelan. selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik

relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigen darah (Smeltzer & Bare, 2002).

Pada kenyataanya, kedua efektivitas terapi non farmakologi tersebut, masih

belum dapat dijelaskan. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan

efektivitas terapi tersebut.

Penyebab nyeri haid bisa bermacam-macam bisa karena suatu proses

penyakit atau stres yang berlebihan, tetapi penyebab tersering nyeri haid diduga

karena terjadinya ketidakseimbangan hormonal. Ada 2 jenis nyeri haid primer dan

sekunder. Dismenore primer tidak ditemukan penyebab yang mendasar dan

dismenore sekunder penyebabnya adalah kelainan kandungan (Arifin s, 2007). Hal

ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan untuk meringankan dismenorea

2
tersebut diberikan teknik efflurage dan teknik relaksasi napas dalam (Sylvia A price

2006). Terapi napas dalam kepada remaja untuk mengurangi nyeri dengan

menggunakan napas dalam untuk meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah. Teknik effleurage artinya menekan dengan lembut, memijat,

atau melulut dengan tangan untuk melancarkan peredaran darah. Dengan teknik

memijat dan tenang berirama, bertekanan lembut ke arah distal atau ke arah

bawah (Cassar,MP.1999). Suatu rangsangan pada kulit abdomen dengan

melakukan usapan menggunakan ujung - ujung jari telapak tangan dengan arah

gerakan membentuk pola gerakan seperti kupu - kupu abdomen seiring dengan

pernapasan abdomen (Potter& Perry, 2006) Kedua teknik tersebut, bertujuan

untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi tekanan, menghangatkan otot

abdomen dan meningkatkan relaksasi fisik. Dampak jika terapi tersebut tidak

diberikan maka penderita tidak mampu melakukan kegiatan apapun, tersiksa dan

nyeri tidak berkurang (Jurnal Occupational and Enviromental Medicine, 2008).

Berdasarkan hasil observasi awal pada 16 April 2014, peneliti mewawancarai

10 siswi SMA Negeri 2 Wangi - Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi kelas 2 IPA

dan IPS, 6 (11,11%) diantaranya mengatakan sering mengalami nyeri haid yang

berdampak pada aktivitas sehari-hari dan akibat dari nyeri haid tersebut membuat

perasaan tidak nyaman, pusing, dan mual muntah selama menstruasi. Dan 4

(7,40%) siswi lainnya mengatakan sering mengalami nyeri haid sekitar 3-4 hari

selama menstruasi bahkan pernah mengalami pingsan akibat tidak dapat

menahan rasa sakit yang di timbulkan. Menurut ke 10 (18,51%) siswi tersebut,

alternatif pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit saat menstruasi biasanya

3
dengan meminum obat penghilang rasa nyeri dan ada juga yang tetap mengikuti

pelajaran . kemudian data yang diperoleh dari sekolah rata - rata terdapat 12 siswi

yang tidak masuk tiap bulan, 4 diantaranya karena nyeri haid (dismenore).

Berdasarkan data di atas pentingnya terapi non farmakologi teknik effleurage

dan teknik relaksasi napas dalam sebagai terapi alternatif untuk manajemen nyeri

pada dismenore. Maka peneliti tertarik untuk membedakan efektivitas teknik

effleurage dan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan tingkat

dismenore.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah teknik effleurage efektif menurunkan dismenore pada remaja putri SMA

Negeri 2 Wangi – Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi?

2. Apakah teknik relaksasi napas dalam efektif menurunkan dismenore pada

remaja putri SMA Negeri 2 Wangi – Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui efektivitas teknik effleurage dan teknik relaksasi napas

dalam terhadap penurunan dismenore pada remaja putri SMA Negeri 2 Wangi

– Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

4
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum dilakukan

tindakan teknik efflurage pada remaja putri SMA Negeri 2 Wangi – Wangi

Selatan Kabupaten Wakatobi.

b. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri haid (dismenore) sesudah dilakukan

tindakan teknik efflurage pada remaja putri SMA Negeri 2 Wangi – Wangi

Selatan Kabupaten Wakatobi.

c. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum dilakukan

tindakan teknik relaksasi napas dalam pada remaja putri SMA Negeri 2

Wangi – Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

d. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri haid (dismenore) sesudah dilakukan

tindakan teknik relaksasi napas dalam pada remaja putri SMA Negeri 2

Wangi – Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

e. Untuk mengetahui perbedaan teknik efflurage dan teknik relaksasi napas

dalam terhadap penurunan dismenore pada remaja putri SMA Negeri 2

Wangi – Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Bagi keperawatan, dapat mengembangkan dan memperkaya ilmu

pengetahuan dalam bidang keperawatan.

b. Bagi peneliti lain, sebagai dasar atau informasi awal bagi peneliti berikutnya.

5
2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis, penelitian ini merupakan proses belajar memahami dan

memecahkan masalah secara sistematis dan logis sekaligus membawa

wawasan pengetahuan mengenai teknik efflurage dan teknik relaksasi napas

dalam terhadap penurunan dismenore pada remaja putri.

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu intervensi yang dilakukan di

SMA Negeri 2 Wangi – Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Terhadap

Dismenore.

c. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi pihak SMA

Negeri 2 Wangi – Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Definisi remaja

Definisi remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah

individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-

angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa

anak-anak menjadi dewasa dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relative mandiri (Notoatmodjo, 2007).

Remaja putri adalah seorang remaja yang menempuh pendidikan setara

dengan SMP atau SMA. Seorang remaja putri identik dengan perubahan dan

masalah yang terjadi pada dirinya diusia remaja. Masa Remaja merupakan

masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, selama masa remaja

akan terjadi penambahan kecepatan pertumbuhan atau pacu tubuh (Growth

Spurt) mulai memicunya tanda-tanda seks sekunder, pada perempuan mulai

terjadi fertilisasi dan terjadi perubahan-perubahan psikososial (Soetjiningsih,

2009).

Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun,

sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)

tahun 2007, remaja adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin dengan

batasan usia meliputi 15-24 tahun (Wijaya, 2009).

Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa

dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya

7
kematangan, biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan usia 12 tahun

pada wanita. Masa remaja atau masa puber, merupakan masa penghubung

antara masa anak-anak dengan dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan

pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Perkembangan

yang pesat ini berlangsung pada usia 11-16 tahun pada laki-laki dan usia 10-15

tahun pada perempuan. Pesatnya perkembangan pada masa puber

dipengaruhi oleh hormin seksual. Organ-organ reproduksi pada masa puber

juga mulai berfungsi (Proverawati dan Masaroh, 2009).

Sesuai kodratnya setiap bulan wanita harus mengalami menstruasi yang

sering mengganggu kesehatan, bahkan kadang kala atau sebagian wanita

sering merasakan penderitaan yang luar biasa karena menstruasi (Harmanto,

N., 2006). Menstruasi atau haid adalah perdarahan periodic dan siklik dari

uterus disertai pengelupasan (deskuamasi) endometrium (Proverawati dan

Masaroh, 2009).

Walaupun menstruasi datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak

wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat

menjelang atau selama haid berlangsung. Mereka biasanya merasakan satu

atau beberapa gejala yang disebut kumpulan beberapa gejala sebelum haid.

Sekitar 80 % wanita mengalami gangguan fisik dan emosi menjelang masa ini,

diantaranya perut kembung, nyeri payudara, perasaan tegang, mudah

tersinggung dan agak perasa (Elvira, 2010).

8
2. Tahap – Tahap Perkembangan

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tahap

perkembangan remaja:

a. Remaja awal (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan

yang menyertai perubahan-perubahan itu.

Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan

jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih-

lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego

menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang

dewasa.

b. Remaja madya (middle adolescent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang

kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu

mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan

dirinya, selai itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu

memilih yang sama peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,

optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja

pria harus membebaskan diri dari Oedipus complex (perasaan cinta pada

ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan

kawan-kawan.

9
c. Remaja akhir (late adolescent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai

dengan pencapaian lima hal yaitu:

1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain

dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang

lain.

5. Tumbuh “dingin” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum (Sarwono, 2010).

3. Berdasarkan sifat atau cirri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja

ada tiga tahap yaitu:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

2) Tampak dan merasa ingin bebas.

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

1) Tampak dan ingin mencari identitas diri.

2) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis.

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

10
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

1) Dapat mewujudkan perasaan, keadaan, peranan terhadap dirinya.

2) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

3) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

4) Memiliki citra.

5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak. (Widyastuti dkk,

2009).

4. Tugas – Tugas Pengembangan Remaja

Terdapat perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai

kamampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas

perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah sebagai berikut:

1) Mampu menerima keadaan fisiknya.

2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang barlainan

jenis.

4) Mencapai kemandirian emosional.

5) Mencapai kemandirian ekonomi.

6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang

tua.

11
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa.

9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

keluarga.

B. Tinjauan Umum Tentang Menstruasi

1. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai

dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat

kehamilan. (Anonim, 2007).

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endokrin. Panjang siklus haid adalah

antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulai haid berikutnya. Hari mulainya

perdarahan disebut hari pertama siklus, karena jam mulainya haid tidak

diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak

dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari (Hanifah,

2004).

Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang

klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja pada beberapa

perempuan tetapi juga pada perempuan yang sama. Rata-rata panjang siklus

haid pada gadis usia 12 tahun adalah 25,1 hari, pada perempuan usia 43 tahun

panjang siklus haidnya 27,1 hari dan pada perempuan usia 55 tahun siklus

haidnya adalah 51,9 hari. Panjang siklus haid yang biasa pada manusia antara

12
25-32 hari, dan sekitar 97% perempuan yang berovulasi siklus haidnya berkisar

antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur,

biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatior) (Hanifah, 2004).

Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yag 1-2 hari diikuti darah sedikit-

sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada umumnya lamanya 4-6

hari, tetapi antara 2-8 hari masih dianggap normal. Pada setiap perempuan

biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc.

Pada perempuan yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak.

Perempuan dengan anemia defisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih

banyak (Hanifah, 2004).

2. Bagian-Bagian Siklus Menstruasi

Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi

yaitu:

Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari

atau menjelang perdarahan berhenti. Siklus endomentrium menurut Bobak

(2004), terdiri dari empat fase yaitu:

a. Fase menstruasi

Pada fase ini endomentrium terlepas dari dinding uterus dengan

disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale.

Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada

awal fase menstruasi kadar estrogen, progesterone, LH (Lutenizing

Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar

FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

13
b. Fase ploriferasi

Fase ploriferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang

berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid,

misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus

32 hari menjadi setebal ±3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula,

yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi

estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

c. Fase sekresi atau luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari

sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,

endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai

ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi

kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

d. Fase iskemi atau premenstrual

Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10

hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi,

korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut.

Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri

spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional

terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan

basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

14
3. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Siklus Menstruasi

Menurut Praworohardjo (2007), ada beberapa faktor yang memegang

peranan dalam siklus menstruasi antara lain:

a. Faktor Enzim

Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-

enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan

glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut

berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan

pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal

sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi

permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak

permulaan fase proliferasi.

Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma

endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi

kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar

progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul

gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi

endomentrium dan perdarahan.

b. Faktor Vaskuler

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi

dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium

ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium

timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya

15
dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan

pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.

c. Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. Dengan

desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan

berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi

perdarahan pada haid.

C. Tinjauan Umum Tentang Dismenore

1. Definisi dismenore

Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah

satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai

tingkat usia (Bobak, 2004).

Dismenore adalah nyeri selama haid yang dirasakan di perut bawah atau

di pinggang, bersifat seperti mulas - mulas, seperti ngilu, dan seperti ditusuk-

tusuk. Dismenore menyebabkan nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi

dan produksi zat prostaglandin. Seringkali dimulai segera setelah mengalami

menstruasi pertama (menarche). Nyeri berkurang setelah menstruasi, namun

pada beberapa wanita nyeri bisa terus dialami selama periode menstruasi dan

produksi zat prostaglandin (Prawirohardjo 2008).

Seringkali dimulai segera setelah mengalami menstruasi pertama

(menarche). Nyeri berkurang setelah menstruasi, namun pada beberapa

wanita nyeri bisa terus dialami selama periode menstruasi (Proverawati &

Misaroh, 2009).

16
Dismenore atau yang lebih dikenal dengan nyeri haid adalah keluhan

yang sering dialami wanita, kejadian nyeri haid ini memang cukup tinggi dan

penyakit ini juga sudah lama dikenal (Indriani, 2008). Menurut Manuaba

(2009), dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu

aktifitas sehari-hari.

2. Jenis Dismenore

Menurut Wiknjosastro (2005), dismenore dibagi menjadi 2 yaitu

dismenore primer dan dismenore sekunder:

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan

pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu

setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-

siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis

anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak

lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan

berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat

berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit,

biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah

pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa

mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Badziad,

2003).

17
b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan ginekologi seperti

pada penyakit pelvis organik, endometriosis, penyakit radang pelvis,

stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus, dan polip uters, IUD juga

dapat menyebabkan dismenore sekunder (Bobak, 2004).

Dismenore biasanya ditemukan jika terdapat penyakit atau kelainan

pada alat reproduksi. Nyeri dapat terasa sebelum, selama, dan sesudah

haid (Laila, 2011).

Dismenore sekunder atau yang sering disebut juga dismenore

ekstrinsik terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore

(Proverawati dan misaroh, 2009).

3. Tanda Dan Gejala Klinis

Menurut Manuaba (2004), gejala dismenore terdiri dari nyeri

abdomen bagian bawah kemudian menjalar ke daerah pinggang dan paha,

dan terkadang disertai mual, muntah, sakit kepala dan diare.

4. Derajat Nyeri Haid (Dismenore)

Setiap wanita mempunyai pengalaman nyeri dismenore yang berbeda-

beda, dimana hal itu muncul rasa tidak nyaman, letih, sakit yang dapat

mengganggu aktifitas sehari-hari. Nyeri akan berkurang setelah menstruasi,

namun ada beberapa wanita nyeri bisa terus dialami selama periode

menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2009). Menurut Manuaba (2004), setiap

menstruasi menyebabkan rasa nyeri terutama pada awal menstruasi, namun

18
dengan kadar nyeri berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga

tingkat keparahan, antara lain:

a. Dismenore Ringan

Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat

melaksanakan aktifitas sehari-hari dan biasanya berlangsung antara 1

sampai 2 hari.

b. Dismenore Sedang

Dismenore ini membuat klien memerlukan obat penghilang ras nyeri dan

kondisi penderita masih dapat beraktifitas. Dismenore ini biasanya nyeri

berlangsung antara 3 sampai 4 hari.

c. Dismenore Berat

Dismenore berat membuat klien memerlukan istirahat beberapa hari dan

dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual.

5. Faktor-Faktor Penyebab Dismenore

Menurut Wiknjosastro (2005), faktor-faktor yang memegang peranan sebagai

penyebab dismenore yaitu:

a) Faktor Kejiwaan

Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apabila mereka

tidak mendapatkan penerangan yang baik tentang proses haid maka mudah

timbul terjadinya dismenore. Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi

perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut mengakibatkan

gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya

gangguan haid seperti dismenore (Hurlock, 2007). Remaja dan ibu-ibu yang

19
emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri menstruasi (Proverawati &

Misaroh, 2009).

b) Faktor Konstitusi

Faktor konstitusi erat hubunganya dengan faktor kejiwaan dan juga dapat

menurunkan ketahanan rasa nyeri. Faktor- faktor seperti anemia, penyakit

menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.

c) Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa

uterus dalam hiperantefleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip

endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus

berkontraksi.

d) Faktor Endokrin

Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas

otot usus. Bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus dan

hormon progesteron menghambat terjadinya dismenore. Teori ini menyatakan

bahwa nyeri menstruasi timbul karena peningkatan produksi prostaglandin

(oleh dinding rahim) saat menstruasi. Anggapan ini mendasar pengobatan

dengan anti prostaglandin untuk meredakan nyeri menstruasi (Proverawati &

Misaroh, 2009).

6. Upaya penanganan dismenore

a. Olahraga atau latihan, psikoterapi untuk menyakinkan perempuan bahwa

keluhannya tidak membahayakan kehidupan, dan akan berlalu begitu darah

keluar dengan lancar.

20
b. Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi

otot - otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta

memberikan rasa hangat lokal.

c. Pemberian obat analgetik, jika rasa nyerinya berat. Diperlukan istirahat di

tempat tidur. Obat analgesik yang biasa diberikan adalah preparat

kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein.

d. Terapi hormonal, tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk

membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer atau untuk

memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting pada waktu haid.

Tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu

jenis pil kombinasi kontrasepsi (Prawirohardjo, 2006).

7. Dampak Dismenore

Perlu diwaspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya

dalam jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala

endomedritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot

non-kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Dismenore di kelompokkan

sebagai dismenore primersaat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan

dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkan

(Sastrowardoyo, 2007).

21
D. Tinjauan Umum Tentang Tehnik Effleurage

1. Definisi Effleurage

Efflurage adalah usapan lembut dan merupakan pengenalan tubuh klien

pada praktisi. Ritme yang mengalir membuat tubuh klien relaks dan

menyediakan kesempatan bagi praktisi untuk mengumpulkan informasi

mengenai tubuh klien melalui tangannya. Tekanan yang dilakukan pada saat

efflurage sebaiknya lebih besar saat gerakkan menuju jantung dan lebih ringan

pada gerakkan sebaliknya (Mumford, 2009).

Efflurage adalah manipulasi dimana tangan operator bergerak dari arah

distal menuju proksimal dengan kedalaman yang sesuai keadaan jaringan dan

efek yang diinginkan. Kedalan effleurage harus seperti mendorong cairan ke

depan dalam pembulu superfisial (Hollis, 1998).

Kata effelurage berarti mengusap, dan manipulasi ini dibagi menjadi dua

kelompok yaitu :

a. Effleurage, yaitu kelompok manipulasi dengan tujuan utama membantu

drainase pembulu darah vena dan pembulu darah limfatik dan bekerja

dengan arah dari distal menuju proksimal.

b. Stroking, yaitu kelompok manipulasi dengan tujuan utama untuk mencapai

reaksi sensori baik sedatif maupun stimulatif dan arah kerjanya tidak

menentu tetapi biasanya dari proksimal menuju distal (Hollis, 1998).

2. Manfaat efflurage untuk mengurangi nyeri

Efflurage dapat mengurangi nyeri dengan menutup mekanisme

pertahanan di sistem saraf, yang dikenal dengan teori gate control. Teori gate

22
control menggunakan stimulasi serabut saraf yang mentransmisikan sensasi

tidak nyeri dapat menghambat atau mengurangi transmisi implus nyeri.

Sentuhan tidak m enstimulasi reseptor non nyeri di area reseptor yang sama

dengan reseptor nyeri yang khusus, tetapi dapat memberikan efek melalui

sistem control desenden (Smeltzer dan Bare, 2003). Input stimulus dari

effleurage yang di transmisikan mulai serabut saraf berdiameter besar bersaing

dengan sinyal nyeri yang di transmisikan oleh serabut saraf berdiameter kecil,

menutup gerbang (gate) nyeri, dan mencegah transmisi nyeri lebih lanjut ke

pusat nyeri (munford, 2009).

Efflurage telah menunjukkan beberapa bukti mengenai peningkatan

aktivitas parasimpatis dengan meningkatkan denyut jantung, mengurangi

tekanan darah, meningkatkan substansi relaksasi, seperti edorfin dan

meningkatkan variabilitas denyut jantung. Perubahan aktivitas parasimpatis

(sebagai mana dapat diukur melelui denyut nadi, tekanan darah, dan

perubahan denyut nadi) dan kadar hormon (diukur melalui kadar kartisol)

merupakan hasil dari pijatan dalam respon relaksasi (mekanisme fisiologi).

Penurunan kecemasan dan perbaikan suasana hati juga menyebabkan

relaksasi (mekanisme psikologis) setelah pijat (Weerapong et al., 2005)

Usapan effleurage melancarkan aliran darah dalam pembulu darah. Hal ini

mempercepat pertukaran darah yang kurang oksigen dan zat-zat buangan dari

jaringan. Peningkatan drainase venamenyebabkan aliran darah melauli kapiler

bertambah cepat. Perubahan ini akan meningkatkan aliaran darah arteri

23
sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan berlangsung lebih cepat

(Rosser, 2004).

3. Prosedur Teknik Efflurage

Efflurage pada perut dan punggung bagian bawah adalah sebagai berikut :

a. Posisikan klien untuk tidur dengan posisi telungkup.

b. Tuangkan minyak atau lotio pada telapak tangan. (Minyak atau lotion

digunakan agar tidak terjadi iritasi kulit saat permukaan kulit diberikan

perlakuan teknik usap berulang-ulang).

c. Ratakan lotion atau minyak pada area punggung bawah klien.

d. Pijat punggung bagian bawah klien dengan gerakkan berawal dari tengah

area lumbal dari titik terendahnya menuju arah ke perut. Gunakan kedua

tangan secara bilateral. Lakukan tiga usapan dengan tiapa usapan

semakan melengkung ke atas hingga mencakup seluruh area lumbal.

Jangan biarkan tangan terangkat dari kulit klien. Lanjutkan pola gerakkan

selam 3-5 menit.

e. Posisikan klien untuk tidur dengan posisi supinasi.

f. Tuang minyak atau lotion pada telapak tangan.

g. Ratakan lotion atau minyak pada area abdomen klien.

h. Pijat abdomen klien dengan gerakan berawal dari sisi bokong bagian atas

melengkung kebawah dan berakhir pada akhir midlien di atas pubis. Ulangi

dua kali gerakkan dengan awal gerakkan semakin ke atas sehingga pada

gerakkan ketiga pijat dimulai dari area dibawah rusuk. Ulangi gerakan

selama 3-5 menit.

24
i. Lakukan usapan melintasi abdomen dari arah kiri ke kanan klien denagan

pola dari atas ke bawah hingga mencakup semua bagaian abdomen. Ulangi

gerakan selama 3-5 menit.

j. Gunakkan tangan kanan untuk melakukan gerakkan melingkar mengelilingi

umbilikus. Ulangi gerakan selam 3-5 menit.

4. Manfaat Teknik Efflurage Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore

1) Memperlancar menstruasi

2) Mengurangi sakit pada pinggang

3) Meredakan kram perut

E. Tinjauan Umum Tentang Teknik Relaksasi Napas Dalam

1. Defenisi Relaksasi Napas Dalam

Teknik relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan

ketegangan, misalnya : bernapas dalam dan pelan. selain dapat menurunkan

intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi

paru dan meningkatkan oksigen darah (Smeltzer & Bare, 2002). prinsip yang

mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi napas dalam terletak pada

fisiologis sistem saraf otonom yang merupakan bagian dari sistem saraf perifer

yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu

Relaksasi Napas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,

yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada remaja bagaimana cara

melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)

dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, selain dapat

menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat

25
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Brunner dan

Suddarth, 2002).

Pernapasan yang dalam atau panjang dapat memberikan energi, karena

pada saat kita menghembuskan napas kita mengeluarkan zat karbondioksida

sebagai kotoran hasil pembakaran dan saat kita menghirup napas kita

mendapatkan oksigen yang di perlukan tubuh untuk membersihkan darah dan

menghasilkan kekuatan (Brunner dan Suddarth, 2002).

2. Latihan Napas Dalam

Latihan pernapasan terdiri atas latihan dan praktik pernapasan yang

dirancang dan dijalankan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan

efisien, dan untuk mengurangi kerja bernapas. Latihan pernapasan dapat

meningkatkan pengembangan paru sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi.

(Brunner and Suddarth, 2002)

Latihan napas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik, ini merupakan

tehnik jiwa dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai rutinitas guna

mendapatkan efek relaks. Praktik jangka panjang dari latihan pernapasan dalam

akan memperbaiki kesehatan. Bernapas pelan adalah bentuk paling sehat dari

pernapasan dalam (Brunner and Suddarth, 2002).

Latihan napas dalam ini akan membantu anda relaks,karena saat anda

bernapas dalam-dalam, otak akan menerima pesan untuk tenang. Otak

kemudian akan melanjutkan pesan yang sama keseluruh tubuh. Latihan

pernapasan juga akan membantu membersihkan pikiran, karena sirkulasi tubuh

membaik dan lebih banyak oksigen mengalir ke otak (Rieske Ken, 2005).

26
3. Metode Dasar Pernapasan

Menurut Faiza Audah, 2011 metode dasar pernapasan terdiri atas empat bagian

yaitu :

a. Pernapasan perut

Pernapasan perut berlangsung dalam dua tahap yaitu : Inspirasi,

terjadi bila otot diafragma berkontraksi, diafragma mendatar mengakibatkan

volume rongga dada membesar sehingga tekanan uadaranya mengecil dan

diikuti paru-paru yang mengembang mengakibatkan tekanan udaranya lebih

kecil dari tekanan udara atmosfer dan udara masuk.

Ekspirasi, diawali dengan otot diafragma berelaksasi dan otot dinding

perut berkontraksi menyebabkan diafragma terangkat dan melengkung

menekan rongga dada, sehingga volume rongga dada mengecil dan

tekanannya meningkat sehingga udara dalam paru-paru keluar. Pernapasan

perut umumnya terjadi saat tidur.

Cara latihan : Mulailah menarik napas dan biarkan udara masuk

sedalam mungkin kedalam perut, sehingga perut menjadi menggembung.

Perhatikan perut anda. Saat menarik napas, perut akan menggembung dan

saat menghembuskan napas, perut mengempis. Kebiasaan yang sering kita

tidak sadari adalah pada saat menarik napas justru perut mengempis.

Sebaliknya pada saat menghembuskan napas perut menggembung. Anda

bisa melakukannya dengan duduk di atas kursi atau duduk bersila di lantai.

27
b. Pernapasan Dada

Pernapasan dada berlangsung dalam dua tahap yaitu : Inspirasi,

terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, tulang rusuk terangkat,

volume rongga dada membesar, paru-paru mengembang, sehingga tekanan

udaranya menjadi lebih kecil dari udara atmosfer sehingga udara masuk.

Ekspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berelaksasi, tulang

rusuk akan tertarik ke posisi semula, volume rongga dada mengecil, tekanan

udara rongga dada meningkat, tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi

dari udara atmosfer, akibtnya udara keluar.

Cara latihannya : caranya sama dengan napas utama perut. Hanya

perhatian anda arahkan ke bagian dada. Pada saat menarik napas dada

mengembang dan saat menghembuskan dada mengempis. Perhatikan posisi

latihan dan istirahat tetap sama yaitu duduk tegak bukan berdiri atau lainnya.

c. Pernapasan Pundak

Pernapasan pundak berguna untuk mengembangkan bagian atas

paru-paru atau pundak.

Caranya sama seperti napas perut dan dada. Kali ini arahkan

perhatian anda ke pundak. Saat menarik napas, bawalah udara sampai ke

bagian pundak atau dada atas sehingga pudak akan naik. Saat

menghembuskan napas pundak turun lagi ke posisi biasa. Posisi latihan ini

juga sama dengan latihan napas perut dan dada. Anda boleh duduk di kursi

atau duduk bersila di lantai.

28
d. Pernapasan Lengkap

Pernapasan lengkap merupakan kombinasi dari pernapasan pundak, dada,

perut. Pernapasan ini lebih banyak menghasilkan udara yang masuk ke

dalam paru-paru. Oleh karena itu disebut juga pernapasan sempurna. Untuk

menghasilkan pernapasan lengkap yang sempurna hendaknya berlatih

dahulu. Anda harus membiasakan tehnik bernapas dengan pernapasan

gabungan ini sehari-hari, menggantikan kebiasaan bernapas yang seenaknya

sendiri dan salah caranya. Mungkin pada awalnya anda akan merasa sulit,

tetapi kalau anda sudah terbiasa maka hal itu akan berlangsung secara

ototmatis.

Caranya, dengan tarik napas sedalam mungkin, perut menggembung,

dada mengembang dan pundak naik, tanpa ditahan. Kemudian hembuskan

napas, perut mengempis, dada dan pundak kembali ke posisi semula.

Lakukan tehnik ini berulang-ulang sampai anda sudah terbiasa dan wajar.

4. Tujuan relaksasi Napas Dalam

Tujuan relaksasi napas dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih

terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja bernapas, meningkatkan

inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas,

menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna, tidak

terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang

terperangkap serta mengurangi kerja bernapas (Smeltzer dan Barre, 2002).

29
5. Manfaat relaksasi Napas Dalam

Manfaat menarik napas panjang atau dalam tidak hanya untuk

meredakan perasaan gugup. Para ahli mengatakan, menarik napas dalam-

dalam pada saat-saat tertentu dapat memberikan manfaat kesehatan lainnya.

Berikut adalah manfaat-manfaat lain dari bernapas dalam-dalam :

a. Meredakan stres

Aktivitas sehari-hari dan hubungan kita dengan sesama terkadang

dapat meningkatkan kadar stres. Hal ini menyebabkan pernapasan menjadi

lebih cepat dan tekanan darah pun meningkat.

Padahal, kedua kondisi ini dapat berakibat buruk bagi kesehatan.

Menarik napas secara dalam dapat merupakan salah satu hal yang terbaik

untuk meringankan rasa stres, sehingga pikiran kembali fokus dan jernih.

Ketika menarik napas dengan dalam, Anda mengirimkan sinyal kepada otak

untuk tenang dan rileks. Kemudian otak meneruskan sinyal tersebut ke tubuh,

sehingga Anda merasa rileks kembali.

b. Mengurangi rasa cemas

Rasa cemas dapat berbahaya bagi kesehatan dan menyebabkan

beberapa masalah kesehatan dan penyakit. Latihan napas mendalam dapat

membantu membersihkan setiap ‘sumbatan’ dalam pikiran, sehingga

membantu Anda kembali fokus. Dengan begitu Anda dapat mengurangi

ataupun menghilangkan rasa cemas Anda.

30
c. Memperbaiki sirkulasi darah

Menarik napas dalam-dalam secara teratur dapat meningkatkan dan

memperbiki pengiriman oksigen ke seluruh organ tubuh. Cobalah menarik

napas dalam melalui perut Anda untuk meningkatkan suplai oksigen ke

organ-organ tubuh dan membantu seluruh perkembangan dari sistem tubuh.

d. Membantu Detoksifikasi

Menarik napas dalam secara rutin kita dapat melakukan detoksifikasi

organ tubuh. Karena ketika kita menarik napas dengan dalam, dapat

membantu mengeluarkan racun dalam tubuh sehingga membersihkan sistem

tubuh Anda.

e. Membantu mengurangi rasa sakit

Dengan menarik napas dalam-dalam, tubuh akan mengeluarkan

hormon endorfin. Ini adalag sejenis zat yang memberikan rasa nyaman dan

juga merupakan pereda rasa sakit alami. Hormon ini juga dapat membuat

otot-otot menjadi lebih rileks. Otot yang tegang meruoakan penyebab utama

nyeri pada leher, punggung dan lambung. Sejumlah penelitian menunjukkan

bahwa menarik napas dalam-dalam memberikan manfaat bagi penderita

asma.

f. Membantu memperbaiki kesehatan fisik dan mental

Bernapas dalam-dalam dapat meningkatkan kadar oksigen dalam

darah, meningkatkan kesehatan dalam berbagai cara memperlambat detak

jantung Anda, memperbaiki sirkulasi, menurunkan tekanan darah, dan

31
membantu pencernaan, sehingga pada akhirnya membantu meningkatkan

kinerja mental dan energi.

g. Relaksasi Perut

Penelitian telah menunjukkan dengan menarik napas dengan dalam

dapat merelaksasi perut dan membantu perut Anda untuk bergerak dengan

tepat. Jadi, jika Anda sedang mengalami pergejolakan di dalam perut cobalah

untuk menarik napas dengan dalam, terutama ketika Anda sedang berada di

toilet.

h. Mengurangi Rasa Gugup

Gugup merupakan perasaan yang umum dialami oleh setiap orang.

Terkadang rasa gugup dapat membuat seseorang sulit untuk berbicara,

ketika hal tersebut terjadi, bernapas dalam-dalam dapat dilakukan untuk

mengatasinya. Cobalah untuk menutup mata sambil menarik napas dengan

dalam selama satu atau dua menit.

6. Teknik Rileksasi Napas Dalam

Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah

pernapasan diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diafragma

selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas

sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi (Suwardianto, 2011)

Menurut Niken Jayanthi, 2004 langkah-langkah teknik relaksasi napas

dalam adalah sebagai berikut :

a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

b. Posisikan klien untuk duduk atau berbaring.

32
c. Letakan satu tangan di atas perut dan satu tangan di atas dada.

d. Tarik napas pelan-pelan dan dalam melalui hidung masuk ke dalam perut

mendorong tangan anda sekuat-kuatnya selama anda merasa nyaman. Dada

anda harus sedikit bergerak dan bersamaan dengan pergerakan perut.

e. Jika anda merasa mudah dengan langkah ke- 4, tersenyum sedikit,tarik

napas melalui hidung dan hembuskan melalui mulut, ciptakan ketenangan,

relaks, desingkan udara seperti angin, mulut, hidung, rahang anda akan

relaks. Ambil napas panjang, pelan, dalam yang membesarkan dan

mengecilkan perut.

f. Lanjutkan napas dalam selama 10-15 menit, setiap kali, satu atau dua kali

sehari.

7. Manfaat Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Dimenore, yaitu:

1) Meredakan stress

2) Mengurangi rasa cemas

3) Mengurangi rasa gugup

4) Membantu mengurangi rasa sakit

5) Relaksasi perut

F. Tinjauan Empiris

1. Menurut hasil penelitian yang dilakukan ( Iin Zuliyati Fauziyah, 2013) yang

berjudul “ Efektivitas Teknik Effleurage Dan Kompres Hangat Terhadap

Penurunan Tingkat Dismenore pada Siswi di SMAN 1 Gresik” dari 47

responden dengan teknik effleurage didapatkan hampir setengahnya

33
mengalami penurunan 3 tingkat yaitu sebanyak 18 orang (38,3%) dan

sebagian kecil tidak mengalami penurunan yaitu sebanyak 12 orang (25,5%).

2. Berdasarkan penelitian Ni Putu Ani Priyani (2009), yang berjudul ‘’Pengaruh

Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri

Dismenore Pada Remaja Putri di Panti Asuhan Yatim Putri Islam

Yogyakarta’’,dari 30 orang remaja putri yang mengalami nyeri Dismenore

terdapat sebanyak 3 orang (10%) dari 30 orang tidak mengalami nyeri

dismenore,Nyeri ringan 19 orang (63%) dari 30 orang, nyeri sedang 6 orang

(20%) dari 30 orang, dannyeri Berat 2 orang (7%) dari 30 orang. Ini

meunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan Pemberian teknik relaksasi

nafas dalam terhadap penurunan nyeri dismenore pada remaja putri.

34
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Menstruasi adalah perdarahan normal secara periodik yang dialami setiap

wanita pada tiap bulannya. Normalnya siklus menstruasi yaitu 28 hari dan lama

haid biasanya 3-5 hari.

Dismenore adalah nyeri selama haid yang dirasakan di perut bawah atau di

pinggang, bersifat seperti mulas - mulas, seperti ngilu, dan seperti ditusuk-tusuk.

Dismenore menyebabkan nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan

produksi zat prostaglandin. Seringkali dimulai segera setelah mengalami

menstruasi pertama (menarche).

Salah satu manajemen untuk menurunkan dismenore secara non

farmakologis adalah dengan melakukan teknik efflurage dan teknik relaksasi napas

dalam yang dapat digunakan untuk menurunkan dismenore pada penderita

dismenore. Sebelum dilakukan teknik efflurage dan teknik relaksasi napas dalam

nyeri haid diukur begitu pula sesudah dilakukan teknik efflurage dan teknik

relaksasi napas dalam.

Teknik efflurage merupakan usapan lembut dan merupakan teknik pemijatan

yang bertujuan untuk menurunkan tingkat nyeri pada penderita dismenore.

Teknik relaksasi napas dalam merupakan teknik pengendoran atau

pelepasan ketegangan, misalnya : bernapas dalam dan pelan.teknik relaksai

napas dalam mengajarkan kepada remaja bagaimana melakukan napas lambat

35
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghebuskan napas

secara perlahan,selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas

dalam dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.

B. Bagan Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian dasar pemikiran variabel di atas, maka disusunlah bagan

kerangka konsep yang menjadi variabel independen dan variabel dependen yang

diteliti pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Teknik Efflurage

Penurunan
Dismenore
Teknik Relaksasi
Napas Dalam

Kompres Hangat

Obat-obat analgetik

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Kererangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Tidak teliti

36
Gambaran kerangka konsep efektivitas teknik efflurage dan teknik relaksasi

napas dalam terhadap penurunan dismenore pada remaja puteri.

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu :

1. Variabel bebas (independent)

Dalam penelitian ini yang menjadi veriabel bebasnya adalah teknik

effeleurage dan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan dismenore

pada remaja putri di SMA Negeri 2 Wangi – Wangi Selatan Kabupaten

Wakatobi.

2. Variabel terikat (dependent)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah penurunan

dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 2 Wangi – Wangi Selata Kabupaten

Wakatobi.

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Dismenore didefinisikan nyeri haid yang dirasakan di perut bawah atau di

pinggang pada remaja putri siswi SMA wangi – wangi selatan yang mengalami

disminor di SMA Negeri 2 wangi - wangi selatan kabupaten wakatobi dengan

penilaian skala nyeri dismenore .

2. Nyeri adalah kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat

sangat subjektif yang dirasakan oleh siswi di SMA Negeri 2 Wangi-Wangi

Selatan Kabupaten Wakatobi.

37
Kriteria objektif :

Skala Nyeri

Skala 0 : tidak ada nyeri

Skala 1-4 : nyeri ringan

Skala 5-7 : nyeri sedang, nyeri yang menekan dan mengganggu, rasa

nyeri yang berdenyut, kejang dan tumpul, tidak, enak badan

dan perih sekali, nyeri yang tidak dapat dilukiskan dengan rasa

remuk, rasa seperti di peras, tikaman tajam menusuk dan

panas.

Skala 8-9 : Nyeri berat ; Nyeri yang sangat sehingga tidak dapat melakukan

aktifitas ringan atau memerlukan bantuan orang lain.

Skala 10 : Nyeri berat sekali ; Nyeri yang tidak terkontrol, nyeri yang hebat

dan tidak ada bandingannya yang mana tidak dapat melukiskan

dengan kata-kata rasanya seperti terkena anak panah

atau pisau (Andira, 2010).

3. Teknik Efflurage adalah upaya yang dilakukan untuk penurunan dismenore

pada remaja puteri dengan cara pijat punggung bagian bawah klien dan

bagian bawah abdomen klien dismenore selama 3-5 menit dengan 10 langkah.

4. Teknik relaksasi napas dalam adalah upaya yang dilakukan untuk penurunan

dismenore pada remaja putri dengan cara tarik napas melalui hidung dan

keluarkan melalui mulut dilakukan selama 10-15 menit 6 langkah.

38
E. Hipotesisi Penelitian

1. Teknik Efflurage

H0 : Tidak ada efekrtivitas tekhnik efflurage terhadap penurunan

dismenore pada remaja putri.

Ha : Ada efekrtivitas tekhnik efflurage terhadap penurunan dismenore

pada remaja putri.

2. Teknik Relaksasi Napas Dalam

H0 : Tidak ada efektivitas teknik relaksasi napas dalam terhadap

penurunan dismenore pada remaja putri.

Ha : Ada efektivitas teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan

dismenore pada remaja putri.

39
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy

eksperimental denagan two group pretest-posttest design yaitu penelitian yang

menggunakan dua kelompok subjek. Dimana kelompok tersebut akan dipilih pada

populasi eksperimen untuk memilih kelompok eksperimen teknik efflurage dan

teknik relaksasi napas dalam. Kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan

dengan melakukan pengukuran nyeri haid sebelum intervensi dan setelah

intervensi, kemudian kedua kelompok itu di follow-up selama periode waktu

tertentu dan dilihat hasil atau outcome yang terjadi, lalu hasilnya dianalisis dan

dibandingkan satu sama lain dengan maksud untuk mengidentifikasi mana yang

lebih cepat menurunkan nyeri haid antar pemberian teknik efflurage dan teknik

relaksasi napas dalam (Budiman Candra, 2008). Secara skematis dapat di

lukiskan sebagai berikut :

Subjek Pre test Perlakuan Post test

Teknik efflurage O1 X O2

Teknik relaksasi napas dalam O3 X O4

Tabel : 4.1 Rancangan Penelitian

40
Keterangan :

X : perlakuan yang diberikan

O1 : diadakan pretest mengenai nyeri haid pada kelompok eksperimen sebelum

diberikan perlakuan teknik efflurage.

O2 : diadakan posttest mengenai nyeri haid pada kelompok eksperimen sesudah

diberikan perlakuan teknik efflurage.

O3 : diadakan pretest mengenai nyeri haid pada kelompok eksperimen sebelum

diberikan perlakuan teknik relaksasi napas dalam.

O4 : diadakan posttest mengenai nyeri haid pada kelompok eksperimen sesudah

diberikan perlakuan teknik relaksasi napas dalam.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 14 Mei sampai dengan

14 Juni 2014

2. Lokasi

Penelitian ini telah dilaksanakan di sekolah dan di rumah para siswi

SMA 2 Negeri Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Remaja putri yang

mengalami dismenore. Berdasarkan laporan dari tempat tersebut belum pernah

dilakukan penelitian tentang efektivitas teknik efflurage dan teknik relaksasi

napas dalam terhadap penurunan dismenore pada remaja putri.

41
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah semua remaja putri yang menderita

dismenore di SMA 2 Negeri Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi kelas 2

IPA dan IPS sebanyak 54 remaja putri.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2010). Untuk menentukan jumlah sampel penelitian ini adalah

dengan menggunakan rumus Slovin (Ridwan, 2009) sebagai berikut :

n = N

N(𝑑2 ) + 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

𝑑 2= Presisi (ditetapkan10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

n = 54

54(0,12 ) + 1

= 54

54(0,01) + 1

42
= 54

1,54

= 35

Sampel dari penelitian ini diambil dari remaja putri yang mengalami

dismenore di SMA Negeri 2 Wangi–Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi kelas

2 IPS dan IPA. yang memenuhi kriteria inklusi yang ditentukan. Besar sampel

yang diteliti adalah 35 remaja putri dan pada sampel ini di bagi menjadi dua

kelompok yaitu 17 remaja putri di berikan perlakuan teknik efflurage dan 18

remaja putri di berikan perlakuan teknik relaksasi napas dalam.

3. Cara penarikan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non

Probability Sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan peluang

atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel. Teknik sampling yang digunakan dalm penelitian ini

adalah Accidental sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel berdasarkan

kebetulan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia dan

dapat digunakan sebagai sampel bila responden yang ditemui ini cocok

sebagai sumber data, sehingga dari jumlah sampel 35 remaja putri ditetapkan

17 remaja putri untuk kelompok eksperimen teknik efflurage dan 18 remaja

putri untuk kelompok eksperimen teknik relaksasi napas dalam (Agus riyanto,

2011).

43
a. Kriteria Inklusi

1. Remaja putri yang pada bulan penelitian mengalami dismenore di SMA

Negeri 2 Wangi – Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

2. Remaja putri yang bersekolah di SMA Negeri 2 Wangi – Wangi Selatan

Kabupaten Wakatobi.

3. Kesadaran komposmentis

4. Kooperatif

5. Bersedia menjadi subjek penelitian

6. Remaja putri yang tidak menggunakan obat analgetik.

b. Kriteria Eksklusi

1. Remaja putri yang pada bulan penelitian tidak mengalami dismenore.

2. Remaja putri yang tidak bersekolah di SMA negeri 2 wangi-wangi

selatan kabupaten wakatobi.

3. Yang tidak bersedia menjadi responden.

D. Pengumpulan Data

1. Instrumen Pengumpulan Data

Sebagai instrument untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar

wawancara dan lembar observasi untuk mengukur tingkat nyeri dismenore saat

pretest dan posttest pada responden yang diteliti.

2. Bahan dan Instrument Intervensi

Bahan dan instrumen yang digunakan untuk melakukan intervensi dalam

penelitian ini adalah :

a. Skala Nyeri

44
b. Minyak atau lotion

c. Handuk

d. Stopwatch

E. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

1. Pengambilan Data

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mewawancarai subjek atau responden,

yang biasanya dilakukan di rumah responden atau tempat lain yang sesuai

keberadaan responden peneitian (Candra Budiman, 2008).

b. Lembar Observasi

pengambilan data dilakukan melalui pengamatan dengan menggunakan

lembar observasi. Metode observasi pada penelitian ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui perubahan nyeri dismenore responden dengan

menggunakan alat pengukuran nyeri (skala nyeri) penilaian nyeri dismenore

antara lain dismenore berat, dismenore sedang, dismenore ringan. Pengisi

lembar observasi dlakukan dua kali yaitu sebelum diberikan teknik efflurage

dan teknik relaksasi napas dalam dan langsung setelah diberikan teknik

efflurage dan teknik relaksasi napas dalam.

45
2. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, dilanjutkan dengan pengolahan data

secara manual. Sebelum data dianalaisa terlebih dahulu diadakan (Notoatmojo,

2005).

a. Editing

Setelah semua data terkumpul peneliti akan memeriksa kelengkapan

data menurut karakteristiknya masing-masing.

b. Coding

Data yang telah dikumpulkan diberi kode menurut jawaban responden.

c. Tabulating

Data yang telah dikumpulkan, dibuat dalam bentuk tabel dan di analisis

dalam daftar statistik dengan menggunakan analisis statistik komputer

(SPSS).

3. Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruh dari hasil penelitian maka data dianalisa

menggunakan uji t dependen yaitu untuk membedakan efektivitas teknik

effleurage dan atau eratnya teknik relaksasi napas dalam. perbedaan dua

variabel yaitu varibel bebas dan variabel terikat yang berskala ordinal. Dengan

menghubungkan sampel yang sama dengan signifikan p ≤ 0,05 artinya jika hasil

uji statistic menunjukkan p ≤ 0,05 maka Ha diterima yaitu ada perbedaan

efektifitas teknik effleurage dan teknik relaksasi napas dalam dengan

menggunakan alat bantu komputerisasi (SPSS) atau dengan rumus sebagai

berikut :

46
Rumus paired test:

t= 𝑀𝑑
√Ʃ𝑥 2 𝑑
N(N – 1)

Keterangan:

t : Hasil uji t test

Md : Mean dari perbedaan pretest dan posttest

Ʃ𝑑
Md =
𝑁

Ʃ𝑥 2 𝑑 : Jumlah kuadrat deviasi


(Ʃ 𝑑 )²
∑ 𝑥 2𝑑 = ∑ 𝑑2 –
𝑁
N : Subjek pada sampel

db : Ditentukan dengan N-1 (Arikunto, 2006)

F. Etika dalam Penelitian

Didalam melakukan penelitian, peneliti mendapat izin dari kepala sekolah

SMA Negeri 2 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten untuk melakukan penelitian di

tempat tersebut. Setelah mendapat izin barulah peneliti melakukakn penelitian

dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Lembar persetujuan (informend consent)

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang

akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan

47
penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati hak-hak subjek.

2. Tanpa nama (anonimity)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar

pengumpulan data yang diisi subjek, tetapi hanya diberikan kode tertentu, demi

menjaga kerahasiaan identitas subjek.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

48
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak geografis

SMA Negeri 2 Wangi-Wangi terletak di Lingkungan Motika Kelurahan

Mandati 3 Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Provinsi

Sulawesi Tenggara.Secara geografis lokasi sekolah berimpit dengan

kawasan hijau hutan lindung Sara Mandati, tepatnya di selatan pulau Wangi-

Wangi. Secara administrasi Wangi-Wangi Selatan merupakan salah satu

kecamatan yang berada di Kabupaten Wakatobi dengan luas wilayah kurang

lebih 206,02 km2 dan jumlah penduduk 27.252 jiwa (Wakatobi Dalam Angka,

2013).

2. Visi Sekolah

“Terwujudnya sekolah berprestasi, berdaya saing, berwawasan global,

berkawasan kehijauan, dan berkearifan lokal dilandasi iman dan takwa”

3. Misi Sekolah

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan

menyenangkan serta melaksanakan penilaian secara komprehensif,

berkelanjutan, jujur dan transparan sehingga Gain Score Achievement

(GSA) yang dicapai setiap tahun meningkat.

49
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan ekstrakurikuler dalam rangka

penguasaan IPTEK dan membekali siswa dengan life-skill.

c. Meningkatkan disiplin, kesadaran dan ketaatan berperilaku dan

berpenampilan sesuai dengan tata tertib sekolah serta semangat

keunggulan pada seluruh warga sekolah dalam belajar, bekerja dan

berkarya.

d. Melaksanakan ibadah dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama yang

dianut dalam kehidupan sehari-hari.

e. Menciptakan lingkungan sekolah yang berbudaya, aman, tertib dan

berciri masyarakat belajar.

f. Menciptakan lingkungan sekolah yang asri, nyaman,bersih, dalam

mendukung proses belajar mengajar.

g. Melaksanakan kegiatan gebasis secara berkelanjutan dan terjadwal

untuk menyelanggarakan lingkungan sekolah yang sehat dalam belajar.

4. Motto :

Cerdas penuh gagasan cinta lingkungan

5. Sarana dan Prasarana

a. Tanah dan Halaman

Status tanah sekolah sepenuhnya milik negara dengan luas tanah

seluruhnya yaitu 15000 m2, luas bangunan yaitu 1440 m2 serta panjang

pagar yaitu 560 m.

50
B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi mulai tanggal 14 Mei sampai dengan 14 Juni 2014 dengan

pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner.

1. Karakteristik responden

Hasil pengolahan data tentang distribusi umur siswa di SMA Negeri 2

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi adalah sebagai berikut:

a. Umur

Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Siswa di SMA Negeri 2 Wangi-
Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2014

No Umur (tahun)
Jumlah Persentase (%)
1 16 tahun 17 48,6

2 17 tahun 18 51,4
Total 35 100

Tabel 1 menunjukan bahwa dari 35 responden yang paling banyak

adalah yang berumur 17 tahun yaitu 18 responden (51,4%) dan yang

paling sedikit adalah umur 16 tahun yaitu sebanyak 17 responden (48,6%).

51
b. Kelas

Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Kelas Siswi di SMA Negeri 2 Wangi-
Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Tahun 2014

No Kelas XI
Jumlah Persentase (%)
1 IPA 17 48,6

2 IPS 18 51,4
Total 35 100

Tabel 2 menunjukan bahwa dari 35 responden yang paling banyak

adalah kelas IPS sebanyak 18 responden (51,4%) dan yang paling sedikit

adalah kelas IPA yaitu sebanyak 17 responden (48,6%).

2. Analisis Univariat

a. Skala Dismenore pre dan post test efflurage

Hasil pengolahan data tentang distribusi skala dismenore pada

remaja putri di SMA Negeri 2 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi

sebagai berikut:

Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Skala Dismenore Sebelum dan
Setelah Perlakuan (Efflurage) Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Tahun 2014

Skala Skala Selisih


Sebelum Setelah
1 1 0
4 1 3
1 0 1
1 1 0
5 2 3
2 1 1
1 1 0
52
3 1 2
1 0 1
6 4 2
3 0 3
3 0 3
4 1 3
1 1 0
3 0 3
6 1 5
3 1 2

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 17 responden sebelum perlakuan

teknik efflurage yang mengalami nyeri paling banyak adalah nyeri skala 1

sebanyak 6 responden dan paling sedikit adalah nyeri skala 2 dan 5

sebanyak 1 responden, dan setelah perlakuan responden yang mengalami

nyeri paling banyak adalah nyeri 10 responden dan paling sedikit adalah

nyeri 2 dan 4 sebanyak 1.

b. Skala Dismenore pre dan post test napas dalam

Hasil pengolahan data tentang distribusi skala dismenore pada

remaja putri di SMA Negeri 2 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi

adalah sebagai berikut:

Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Skala Dismenore Sebelum dan
Setelah Perlakuan (Teknik Relaksasi Napas Dalam) Pada Remaja Putri
di SMA Negeri 2 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Tahun 2014

Skala Skala Selisih


Sebelum Setelah
3 0 3
5 3 2
6 3 3
4 1 3
1 0 1

53
8 5 3
9 5 4
1 0 1
8 2 6
8 5 3
5 1 4
6 0 6
8 4 4
2 0 2
4 1 3
4 1 3
4 3 1
2 0 2

Tabel 4 menunjukan bahwa dari 18 responden sebelum diberi teknik

napas dalam, yang mengalami nyeri paling banyak adalah nyeri skala 4

dan 8 sebanyak 4 responden dan paling sedikit adalah nyeri skala 3

sebanyak 1 responden. Sedangkan setelah diberi teknik napas dalam

yang paling banyak adalah skala nyeri 6 responden dan paling sedikit

adalah skala nyeri 2 dan 4 sebanyak 1 responden.

c. Efektivitas teknik efflurage terhadap penurunan dismenore pada remaja

putri

Tabel 5
Efektivitas Teknik Efflurage Terhadap Penurunan Dismenore Pada Remaja Putri
di SMA Negeri 2 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Tahun 2014

Aspek Hasil pengukuran Hasil pengukuran t hit t tab p


(Mean) (SD)
Sebelum Sesudah Sesudah
Teknik
efflurage 2,82 0,96 5,343 0,96 5,343 1,746 0,000

SD = Standar Deviasi

54
Tabel 5 menunjukkan terjadinya penurunan remaja putri sebelum

perlakuan dan sesudah perlakuan yakni pemberian teknik efflurage pada

remaja putri dengan perbedaan rata-rata (teknik efflurage) sebesar 1,88

dengan standar deviasi ± 1,45 dengan nilai uji t-paired = 5,343 (p = 0,000).

Hal ini menunjukkan bahwa teknik efflurage efektif dalam menurunkan

dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 2 Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi tahun 2014.

d. Pengaruh teknik efflurage terhadap penurunan dismenore pada remaja putri

Tabel 6
Efektivitas Teknik Napas Dalam Terhadap Penurunan Dismenore Pada Remaja
Putri di SMA Negeri 2 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Tahun 2014

Aspek Hasil pengukuran Hasil pengukuran t hit t tab p


(Mean) (SD)
Sebelum Sesudah Sesudah
Teknik
napas 4,88 8,746 8,746 1,740 0,000
1,88 1,90
dalam

SD = Standar Deviasi

Tabel 6 menunjukkan terjadinya penurunan remaja putri sebelum

perlakuan dan sesudah perlakuan yakni pemberian teknik napas dalam pada

remaja putri dengan perbedaan rata-rata (teknik napas dalam) sebesar 3,00

dan standar deviasi sebesar 1,45 dengan nilai uji t-paired = 8,746 (p = 0,000).

Hal ini menunjukkan bahwa teknik napas dalam efektif dalam menurunkan

dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 2 Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi tahun 2014.

55
C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang efektivitas teknik efflurage dan teknik

napas dalam efektif dalam menurunkan dismenore pada remaja putri di SMA

Negeri 2 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi tahun 2014, maka dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Teknik efflurage

Tabel 3 menunjukan bahwa dari 17 responden yang mengalami nyeri

paling banyak adalah nyeri ringan sebanyak 12 responden (29,4%) dan yang

paling sedikit adalah tidak nyeri sebanyak 5 responden (29,4%).

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa ada 4 responden yang tidak

mengalami penurunan dismenore, ada 3 responden yang mengalami

penurunan skala nyeri sedang ke skala ringan.

Penurunan dengan teknik effleurage ini dipengaruhi oleh berbagai

faktor antara lain umur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua

responden berumur 16-17 tahun. Disminore pada umur yang masih muda

cenderung mengalami nyeri menstruasi yang lebih parah dari pada yang

lebih tua, karena yang lebih muda sering mengalami gangguan psikologisnya

misalnya stres yang berlebihan atau ketidakseimbangan hormon estrogen

dan progesteron.

Hal tersebut sesuai dengan Yatty (2008) bahwa nyeri pada dismenore

primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh

prostaglandin yang diakibatkan perubahan aktivitas progesteron yang

menurun sehingga berpengaruh terhadap peningkatan vasopresin dan

56
katekolamin yang mengakibatkan vosokontriksi pemicu iskemia terhadap

kerusakan sel. Kontraksi disritmik yang timbul akibat terjadi vasokontriksi

menimbulkan persepsi nyeri dan sensitisasi saraf tepi. Nyeri dirasakan

semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim

melewati serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviksnya sempit.

Setelah dilakukan teknik effleurage pada abdomen didapatkan hasil

bahwa sebagian besar subyek penelitian mengalami penurunan intensitas

nyeri. Penurunan ini terjadi karena pemberian teknik effleurage pada

abdomen menstimulasi serabut taktil dikulit sehingga sinyal nyeri dapat

dihambat. Stimulasi kulit dengan effleurgae ini menghasilkan pesan yang

dikirim lewat serabut A-δ, serabut yang menghantarkan nyeri cepat, yang

mengakibatkan gerbang tertutup sehingga korteks serebri tidak menerima

sinyal nyeri dan intensitas nyeri berubah/berkurang.

2. Teknik relaksasi napas dalam

Tabel 4 menunjukan bahwa dari 18 responden yang mengalami nyeri

paling banyak adalah nyeri ringan sebanyak 9 responden (50%) dan yang

paling sedikit adalah nyeri sedang sebanyak 3 responden (16,7%).

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa tidak ada responden yang tidak

mengalami penurunan dismenore, ada 4 responden yang mengalami

penurunan skala nyeri sedang ke skala ringan dan 5 responden nyeri berat

menjadi 3 nyeri sedang dan 2 nyeri ringan.

Hal ini sesuai dengan teori Gate Control yang dikemukan oleh Wall

(1978). Wall (1978), menjelaskan bahwa implus nyeri dihantarkan saat

57
sebuah pertahanan dibuka dan implus dihambat saat sebuah pertahanan

tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi untuk

menghilangkan nyeri. Pemblokan ini dapat dilakukan melalui mengalikan

perhatian ataupun dengan tindakan relaksasi.

Teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri

dengan cara merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang

disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi

pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang

mengalami spasme dan iskemic.

Masih adanya variasi skala nyeri dismenore disebabkan faktor

lingkungan, dimana lingkungan tempat penelitian dilaksanakan adalah

lingkungan sekolah yang bising.

Priharjo (1996), menjelaskan bahwa paling tidak ada tiga hal penting

yang menjadikan tindakan relaksasi bermakna secara signifikan terhadap

skala nyeri yaitu posisi yang tepat, pikiran yang tenang dan lingkungan yang

tenang. Kondisi - kondisi tersebut juga terjadi pada responden jika teknik

relaksasi nafas dalam dilakukan secara baik ditambah dengan pikiran yang

tenang dan kondisi lingkungan yang tenang, sangat memberikan kontribusi

dalam proses penunuran skala nyeri dismenore pada responden

3. Perbedaan efektivitas teknik efflurage dan napas dalam

Tabel 5 dan tabel 6 menunjukkan terjadinya penurunan remaja putrid

sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan yakni pemberian teknik efflurage

dan napas dalam pada remaja putri dengan perbedaan rata-rata (teknik

58
efflurage) sebesar 1,88 dengan standar deviasi ± 1,45 dengan nilai uji t-

paired = 5,343 (p = 0,000) dan perbedaan rata-rata (teknik napas dalam)

sebesar 3,00 dan standar deviasi sebesar 1,45 dengan nilai uji t-paired =

8,746 (p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa teknik efflurage dan teknik

napas dalam efektif dalam menurunkan dismenore pada remaja putri di SMA

Negeri 2 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2014.

Disebutkan bahwa teknik effleurage bertujuan untuk meningkatkan

sirkulasi darah, memberi tekanan, menghangatkan otot abdomen dan

meningkatkan relaksasi fisik dan mental. Pengaruh mekanis dari effleurage

adalah membantu kerja pembuluh darah balik (vena) dan menyebabkan

timbulnya panas tubuh sehingga manipulasi effleurage dapat berfungsi

sebagai pemanasan (warming up). Pengaruh fisiologis dari gosokan yang

kuat mempengaruhi sirkulasi darah pada jaringan yang paling dalam dan di

otot-otot merupakan teknik masase yang aman, mudah, tidak perlu banyak

alat, tidak perlu biaya, tidak memiliki efek samping dan dapat dilakukan

sendiri atau dengan bantuan orang (Nisofa, 2002). Namun demikian ternyata

hasil penelitian menunjukkan teknik efflurage tidak mampu memperoleh

penurunan angka nyeri yang maksimal antara lain dikarenakan adanya

perasaan takut yang dialami responden.

Memijat bagian perut merupakan hal yang sangat riskan bagi orang-

orang yang tidak mempunyai ketrampilan mencukupi. Hal ini juga karena

tidak adanya kemampuan mengukur seberapa kuat tekanan/gosokan yang

59
harus dilakukan saat pemijatan, sehingga kadang-kadang malah terasa sakit

saat dipijat.

Kedua teknik di atas bermanfaat untuk mengurangi disminore yang

merupakan masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari

berbagai tingkat usia. Disminore adalah nyeri selama menstruasi yang

disebabkan oleh kejang otot uterus. Gejalanya dimulai dari nyeri pada saat

awitan menstruasi. Nyeri dapat tajam, tumpul, siklik, atau menetap, dapat

berlangsung dalam beberapa jam sampai 1 hari. Dismenore cukup

mengganggu seluruh aktifitas sehari-hari. Apabila keluhan-keluhan itu

datang, ada beberapa cara untuk meredakan gejala-gejala disminore.

Pengobatan yang dapat dipakai adalah dengan menggunakan agen-

agen anti inflamasi nonsteroid (NSAID) yang bekerja sebagai anti

prostaglandin yang dapat meredakan nyeri. Akan tetapi penggunaan obat

farmakologis menimbulkan efek samping dan umunya tidak ada tindakan

mandiri dari perawat.

Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang

dirangsang oleh prostaglandin yang diakibatkan perubahan aktivitas

progesteron yang menurun sehingga berpengaruh terhadap peningkatan

vasopresin dan katekolamin yang mengakibatkan vosokontriksi pemicu

iskemia terhadap kerusakan sel. Kontraksi disritmik yang timbul akibat terjadi

vasokontriksi menimbulkan persepsi nyeri dan sensitisasi saraf tepi. Nyeri

dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan

rahim melewati serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviksnya sempit.

60
Dismenore primer terjadi akibat dipicunya kontraksi uterus yang kuat oleh

prostaglandin (substansi yang mirip hormon) yang diproduksi uterus pada

saat menstruasi. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah kekuatan dinding

lisosom, leukotrin, dan psikis (stress). Faktor kejiwaan, masalah sosial,

masalah keluarga dan lain-lain memegang peranan penting dalam terjadinya

nyeri menstruasi. Wanita yang paling sering mengalami dismenore adalah

wanita yang sangat peka terhadap perubahan hormonal dan terhadap faktor

faktor psikologis. Apalagi bila seorang wanita peka terhadap kedua duanya

maka keluhan yang terjadi akan semakin berat (Yatty, 2008).

Penurunan dan ketidakseimbangan estrogen dan progesterone

menjadi pemicu pengeluaran dari: Enzim lipogenase dan siklosigenase,

kerusakan membran sel sehingga dapat dikeluarkan asam fosfolipase, asam

fosfatase, mengeluarkan ion Ca dan membentuk prostaglandin dari asam

arakidonik. Menstruasi adalah perubahan fisiologi pada tubuh wanita yang

terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormone reproduksi. Secara

normal wanita mengalami menstruasi dari semenjak menginjak usia remaja

hingga menopause pada usia dewasa akhir. Perubahan fisiologis ini tidak

jarang menimbulkan rasa nyeri pada awal menstruasi maupun ketika

menstruasi mental. Penyebab nyeri haid bisa bermacam-macam bisa karena

suatu proses penyakit, endometriosis, tumor/kelainan letak uterus, selaput

darah/vagina tidak berlubang dan stres yang berlebihan. Akan tetapi

penyebab tersering nyeri haid diduga karna terjadinya ketidakseimbangan

hormonal dan tidak ada hubungan dengan organ reproduksi (Arifin S, 2007).

61
Terdapat 2 jenis nyeri haid primer dan sekunder. Dismenore primer tidak

ditemukan penyebab yang mendasar dan dismenore sekunder penyebabnya

adalah kelainan kandungan. Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari

kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin

hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati

serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviksnya sempit.

Teknik napas dalam lebih mampu menurunkan angka nyeri disminore

dikarenakan secara psikologis tidak ada rasa takut tidak seperti halnya teknik

effleurage, sehingga lebih merasa nyaman dan tidak takut. Selain itu alat

yang digunakan tidak sulit didapatkan dan mudah cara melakukannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ernawati dkk (2010) yang

menyatakan bahwa ada pengaruh bermakna terapi relaksasi napas dalam

terhadap penurunan nyeri dismenore pada mahasiswi Universitas

Muhammadiyah Semarang. Begitupula dengan hasil penelitian Nurmila Simin

dkk (2011) yang menyatakan bahwa ada pengaruh bermakna pemberian

terapi efflurage teradap penurunan nyeri haid pada siswi di Madrasah Aliyah

Cokroaminoto Kecamatan Talaga Jaya.

62
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut : Teknik efflurage

dan teknik napas dalam efektif menurunkan dismenore pada remaja putri di SMA

Negeri 2 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

B. Saran

1. Agar menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa keperawatan sehingga

dapat memperkaya wawasan mahasiswa tentang manfaat teknik efflurage dan

teknik relaksasi napas dalam

2. Semoga penelitian ini bisa memberikan sumber informasi bahwa teknik

effleurage dan teknik napas dalam dapat menurunkan nyeri pada saat

menstruasi. Dan menjadi inspirasi bagi institusi pendidikan dalam memberikan

pendidikan kesehatan kepada para siswa dan siswi di sekolah

3. Agar dapat dijadikan referensi setelah bekerja di fasilitas kesehatan, sehingga

dapat termotivasi untuk mempergunakan kedua teknik relaksasi ini saat

bekerja.

4. Setiap individu harus mampu mengenali timbulnya suatu stressor yang akan

muncul baik dari dalam maupun dari luar dirinya serta dari lingkungan dimana

dia tinggal.

63
5. Semoga penelitian ini kelak bisa dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti lain

dalam melakukan penelitian selanjutnya khususya terhadap masalah

disminore.

64

Anda mungkin juga menyukai