Anda di halaman 1dari 2

DEVELOPMENT OF EARTHQUAKE DISASTER MANAGEMENT

SYSTEM IN BANTUL: PRELIMINARY STUDY ON INFRASTRUCTURES


DAMAGES

Gempa skala 6,3 MW di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2006, menyebabkan
5.800 kematian, melukai sekitar 38.000 dan merusak ratusan ribu bangunan tempat tinggal. Tepat
setelah darurat kehancuran prosedur tanggap, rekonstruksi dan program pemulihan yang
dilakukan. Jurnal ini menyajikan studi pengembangan sistem manajemen bencana, yang saat ini
menjadi isu penting di Indonesia, untuk menyediakan data dan informasi untuk program
rehabilitasi pemerintah setelah gempa, terutama untuk kerusakan infrastruktur. Manfaat dari
sistem ini adalah untuk membantu pemerintah dalam mengelola masyarakat regional dan
pembangunan infrastruktur setelah bencana. Sistem ini telah dikembangkan berdasarkan Taiwan
Earthquake Loss Estimation System (TELES), mengintegrasikan prestasi penelitian tentang
analisis bahaya gempa, struktur penilaian kerusakan dan dampak sosial-ekonomi yang
dikembangkan oleh Chinese Taiwan Center for Research on Earthquake Engineering (NCREE).
Sistem ini telah digunakan untuk pengambilan keputusan sistem pendukung dan itu adalah
diusulkan untuk menjadi bagian dari sistem selesai manajemen bencana di Bantul, Indonesia.
Taiwan Earthquake Loss Estimation System (TELES) digunakan untuk memperkirakan intensitas
gerakan tanah, tanah kegagalan batas, probabilitas kerusakan-negara / kuantitas infrastruktur sipil
dan system pipa, diinduksi sosial-ekonomi kerugian, dll. Perangkat lunak TELES bermaksud
untuk menyediakan data berbasis skenario untuk mempersiapkan bencana gempa rencana mitigasi
dalam kondisi normal bagi pemerintah pusat dan daerah. Hal ini juga dapat memberikan informasi
yang berguna untuk tindakan tanggap darurat segera setelah terjadinya gempa bumi yang kuat
(Yeh et al., 2003).

Dalam rangka membangun sistem estimasi kerugian mirip dengan TELES, tiga tugas utama yang
diperlukan: 1. Koleksi sumber gempa, basis data geologi dan persediaan. 2. pengembangan dan
modifikasi modul analisis di memperkirakan bahaya, risiko dan kerugian. 3. memperbarui
perangkat lunak aplikasi yang terintegrasi. Database masukan terdiri dari tiga jenis data: data
persediaan dengan informasi GIS, bahaya gempa dan data peta geologi, dan parameter analisis.

Penyusunan rencana implementasi strategis perlu diambil untuk manajemen bencana gempa bumi
yang efektif sistem. Untuk mencapai keberhasilan dalam aspek ini, pembuatan data bencana
gempa bumi dan sistem manajemen harus mengingat pentingnya perdana antara penggagas
kebijakan, pengambil keputusan, dan administrator di tingkat nasional dan lokal, badan-badan
profesional, lembaga keuangan, LSM dan organisasi sukarela. Ruang lingkup manajemen bencana
kegiatan perlu memperluas menyiratkan partisipasi lebih luas dari pemangku kepentingan di
berbagai kegiatan yang lebih luas. Lembaga pemerintah daerah perlu membangun kapasitas
mereka dalam rangka untuk memenuhi tuntutan yang berkembang di daerah manajemen bencana
gempa bumi. Database rinci perlu dibuat pada kejadian bahaya mengandung kerusakan
menyebabkan bangunan dan prasarana dan kerugian ekonomi yang diderita. Aksesibilitas harus
dipastikan untuk pra efektif dan analisis pasca bencana.

Sumber :

Rosyidi, S.A et.al. 2008. Development Of Earthquake Disaster Management System In Bantul:
Preliminary Study On Infrastructures Damages. World Conference on Earthquake Engineering.
Diunduh pada 20 Mei 2017, dari http://www.iitk.ac.in/nicee/wcee/article/14_01-1022.pdf

Anda mungkin juga menyukai