Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan
dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan dibagi menjadi empat tahap
penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut (Manuaba, IG,
1999)
Pada persalinan terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa sakit pinggang,
sakit perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak. Dan
perubahan psikis yang terjadi yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan diri sendiri,
takut kalau terjadi bahaya terhadap dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat
memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah
lalu, misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu, ketakutan karena anggapan
sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan (Ibrahim,C, 1993)
Ibu merupakan kesatuan dari Bio Psikososial Spiritual maka perlu perhatian khusus
dari bidan yang dalam menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan serta mencegah
komplikasi lebih lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga dari team pelayanan
kesehatan yang keberadaannya paling dakat dengan ibu yang mempunyai peran penting
dalam mengatasi masalah melalui asuhan kebidanan. Dalam melaksanan asuhan
kebidanan bidan dituntut memiliki wawasan yang luas, trampil dan sikap profesional,
karena tindakan yang kurang tepat sedikit saja dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karenanya diharapkan semua persalinan yang dialami ibu dapat berjalan normal dan
terjamin pula keselamatan baik ibu dan bayinya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam
memberikan asuhan kebidanan pada kasus persalinan normal sesuai standart Asuhan
Persalinan Normal (APN) melalui penerapan manajemen kebidanan
1
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan anamnesa dengan menggunakan komunikasi yang baik dan
benar kepada ibu bersalin, serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
b. Mampu melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang secara lengkap
dengan benar dan tepat pada ibu bersalin.
c. Mampu menganalisa masalah berdasarkan data atau informasi yang telah
diperoleh melalui anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan.
d. Mampu membuat suatu perencanaan tindakan berdasarkan analisa yang telah
ditentukan.
e. Mampu melaksanakan asuhan secara komprehensif sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun.
f. Mampu melakukan evaluasi dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
g. Mampu membuat pendokumentasian menggunakan metode SOAP.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Persalinan
1. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina atau jalan lahir ke dunia luar (Prawiroharjo,S, 1999).
2. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hidup cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu (UNPAD,1983).

2
3. Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.

B. Sebab-sebab Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila ganglion
ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan
ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

C. Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang
merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut
kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air
kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut
dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik

3
menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah
(bloody show) (Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu :
 Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
 Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian
servik.
 Kadang-kadang ketuban pecah
 Pada pemeriksaan daam, servik mendatar

D. Faktor-Faktor Persalinan
1. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul,
dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan
lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri dari :
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
1) Os. Coxae
 Os illium
 Os. Ischium
 Os. Pubis
2) Os. Sacrum = promotorium
3) Os. Coccygis
b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
Pintu Panggul :
a. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium, linea
inominata dan pinggir atas symphisis.
b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet
c. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet
d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan
outlet.
Bidang-bidang :
a. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis
dan promontorium
b. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.

4
c. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan
kiri.
d. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccyges

2. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau
kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
a. His (kontraksi otot uterus) Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim
menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih
kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim
dan serviks.
b. kontraksi otot-otot dinding perut
c. kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d. ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
a. kontraksi simetris
b. fundus dominan
c. relaksasi
d. involuntir : terjadi di luar kehendak
e. intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
f. terasa sakit
g. terkoordinasi
h. kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan akibat his :
a. Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan
hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks
menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).
b. Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada
kenaikan nadi dan tekanan darah.

5
c. Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas
didengar karena adanya iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus diperhatikan
dari his:
a. Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
persepuluh menit.
b. Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi
kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu
persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar
jika wanita tersebut berjalan-jalan sewaktu persalinan masih dini.
c. Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik,
misalnya selama 40 detik.
d. Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
e. Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2
sampe 3 menit
f. Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.

His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung
kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari
sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu
dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai
pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi otot rahim
a. Inertia Uteri
1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang
terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah
lemah
2) Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah
terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat
menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi
atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.

6
b. Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi
otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :
1) Persalinan Presipitatus
2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin fatal
3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
 Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan
 Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan inversion
uteri
 Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin
dalam Rahim
c. Inkoordinasi otot Rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan
otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari
dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah :
a. Faktor usia penderita elative tua
b. Pimpinan persalinan
c. Karena induksi persalinan dengan oksitosin
d. Rasa takut dan cemas

3. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan passangge utama dan
bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar dan
keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi
jalan persalinan. Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.

4. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi
realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau

7
memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan
yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi
hal yang nyata.
Psikologis meliputi :
 Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
 Pengalaman bayi sebelumnya
 Kebiasaan adat
 Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
 Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
 Persalinan sebagai ancaman pada self-image
 Medikasi persalinan
 Nyeri persalinan dan kelahiran

5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung
dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

E. Proses Persalinan
Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2001) di bagi 4 kala yaitu :
1) Kala 1 : Kala pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Dalam
kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a) Fase laten
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap
 Pembukaan kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
b) Fase aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi adekuat /
3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)

8
 Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih
perjam hingga pembukaan lengkap (10)
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin
 Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :
Berdasarkan kurva friedman :
 Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4cm
 Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat dari 4 menjadi 9cm
 Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm
menjadi 10cm / lengkap

2) Kala II : Kala pengeluaran janin


Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin
hingga keluar.
Pada kala II ini memiliki ciri khas :
 His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3menit sekali
 Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin mengejan
 Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
 Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti
seluruh badan janin.
Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu :
 Primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2 jam
 Multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam
Pimpinan persalinan
Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak berbaring, merangkul
kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit
sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap seperti diatas, tetapi
badan miring kearah dimana punggung janin berada dan hanya satu kaki yang
dirangkul yaitu yang sebelah atas
(JNPKR dan Depkes, 2002)

9
3) Kala III : Kala uri
Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi
rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan
berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul
his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1 – 5 menit plasenta terlepas
terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan
(brand androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir.
Dan pada pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira – kira
100-200cc.
Tanda kala III terdiri dari 2 fase :
1) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
a. Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah kemudian terjadi
reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula – mula di tengah kemudian
seluruhnya, menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir
dan banyak setelah uri lahir.
b. Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari pinggir
(20%)
Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban
c. Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
2) Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :

a. Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas simfisis, tali pusat
diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat diam dan
maju (memanjang) berarti plasenta sudah terlepas.
b. Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali berarti
belum lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas.
c. Strastman
10
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti
belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah terlepas.
d. Rahim menonjol diatas symfisis
e. Tali pusat bertambah panjang
f. Rahim bundar dan keras
g. Keluar darah secara tiba-tiba
4) Kala IV: Kala pengawasan
Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan waktu dimana untuk
mengetahui keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.

F. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses persalinan yang
meliputi langkah sbb :
a) Turunnya kepala, meliputi :
 Masuknya kepala dalam PAP
 Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat diantara
symfisis dan promontorium ,disebut synclitismus.Kalau pada synclitismus
os.parietal depan dan belakang sam tingginya jika sutura sagitalis agak kedepan
mendekati symfisis atau agak kebelakang mendekati promontorium disebut
Asynclitismus.
 Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus posterior jika
sebaliknya disebut asynclitismus anterior.
b) Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
c) Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
bagian depan memutar ke depan ke bawah symfisis.
d) Ekstensi
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini disebabkan
karena lahir pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan keatas sehingga kepala
harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
e) Putaran paksi luar

11
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak torsi
pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
f) Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung dilakukan
pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼ bahu ke arah anterior
dan posterior dan badan bayi keluar dengan sangga susur.

G. 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia à
tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60
watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus
set
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan
kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau steril (pastikan
tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan DTT.
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia

12
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam
larutan klorin 0,5 %)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam
keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan
setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (120 – 160x/menit).
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran
dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk meneran.
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

13
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan kering. Tangan yang
lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.
21. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
diantara dua klem tersebut
22. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
24. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
25. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara mata
kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).
26. Penilaian segera bayi baru lahir.
27. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
28. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama.
14
29. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan
(lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.
30. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering, selimuti
dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak perlu ditutup
dengan kassa atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan antiseptik.
 Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan asfiksia
31. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk
memulai pemberian ASI.
32. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
33. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
34. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
35. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
36. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami datau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi puting susu
38. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas. Minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
39. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

15
40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.
41. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung plastik atau tempat
khusus.
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
44. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %,
bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih
dan kering.
45. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan kering.
46. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).
47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
penatalaksanaan atonia uteri
48. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15menit selama 1jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua pascapersalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan
 Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir,
dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
16
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian dalam
keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis dan vitamin K 0

H. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Pemeriksaan Hb

I. Penatalaksanaan
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan
plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahatMengobservasi perdarahan
d. Memeriksa tanda vital
e. Memeriksa kadar Hb
f. Berikan cairan pengganti intravena RL
g. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. KALA I (fase laten)


a. Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri
dari flek lendir.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
2) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
3) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan
kontaminasi fekal.
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
5) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan
system pendukung.
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisis situasi Setelah dilakukan asuhan · Orientasikan klien pada
kebutuhan tidak terpenuhi. keperawatan selama 1x24 lingkungan, staf dan prosedur
jam, diharapkan ansietas · Berikan informasi tentang
pasien berkurang dengan perubahan psikologis dan
criteria hasil: fisiologis pada persalinan
o TTV dbn · Kaji tingkat dan penyebab
o Pasien dapat ansietas

18
mengungkapkan perasaan · Pantau tekanan darah dan
cemasnya nadi sesuai indikasi
o Lingkungan sekitar · Anjurkan klien
pasien tenang dan kondusif mengungkapkan perasaannya
· Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2. Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan · Kaji persiapan,tingkat
kemajuan persalinan b/d keperawatan selama 1x24 pengetahuan dan harapan klien
kurang mengingat informasi jam, pengetahuan pasien · Beri informasi dan
yang diberikan, kesalahan tentang persalinan kemajuan persalinan normal
interpretasi informasi. meningkat dengan criteria · Demonstrasikan teknik
hasil: pernapasan atau relaksasi
o Pasien dapat dengan tepat untuk setiap fase
mendemonstrasikan teknik persalinan
pernafasan dan posisi yang
tepat untuk fase persalinan
3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan · Kaji latar belakang
infeksi maternal b/d keperawatan selama 3x24 budaya klien.
pemeriksaan vagina berulang jam, diharapkan infeksi · Kaji sekresi vagina,
dan kontaminasi fekal. maternal dapat terkontrol pantau tanda-tanda vital.
dengan criteria hasil: · Tekankan pentingnya
o TTV mencuci tangan yang baik.
o Tidak terdapat tanda- · Gunakan teknik aseptic
tanda infeksi saat pemeriksaan vagina.
· Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi.
4. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan · Pantau masukan dan
kekurangan cairan b/d keperawatan selama 2x24 haluaran.
masukan dan peningkatan jam, diharapkan cairan · Pantau suhu setiap 4 jam
kehilangan cairan melalui seimbang dengan kriterian atau lebih sering bila suhu
pernafasan mulut. hasil: tinggi, pantau tanda-tanda vital.
o TTV dbn DJJ sesuai indikasi.

19
o Input dan output cairan · Kaji produksi mucus dan
seimbang turgor kulit.
o Turgor kulit baik · Kolaborasi pemberian
cairan parenteral.
· Pantau kadar hematokrit.

5. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan · Tentukan pemahaman


koping individu tidak efektif keperawatan dan harapan terhadap proses
b/d ketidakadekuatan system selama…..,diharapkan persalinan
pendukung. koping pasien efektif · Anjurkan
dengan criteria hasil: mengungkapkan perasaan
o Pasien dapat · Beri anjuran kuat thd
mengungkapkan mekanisme koping positif dan
perasaannya · Bantu relaksasi

2. KALA I (fase aktif)


a. Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan
2) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
3) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
4) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs
5) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara)
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
2) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik
kandung kemih.

20
3) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
4) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan
mobilitas gastrik.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan
aliran darah
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan · Kaji derajat
dengan tekanan mekanik dari keperawatan ketidaknyamanan secara verbal
bagian presentasi. selama…..,diharapkan nyeri dan nonverbal
terkontrol dengan criteria · Pantau dilatasi servik
hasil: · Pantau tanda vital dan
o TTV dbn DJJ
o Pasien dapat · Bantu penggunaan teknik
mendemonstrasikan kontrol pernapasan dan relaksasi
nyeri · Bantu tindakan
kenyamanan spt.
· Gosok punggung, kaki
· Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
· Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
· Dukung keputusan klien
menggunakan obat-obatan/tidak
· Berikan lingkungan yang
tenang
2. Perubahan eliminasi urin b/d Setelah dilakukan asuhan · Palpasi di atas simpisis
perubahan masukan dan keperawatan pubis
kompresi mekanik kandung selama….,diharapkan · Monitor masukan dan
kemih. eliminasi urine pasien haluaran
normal dengan criteria hasil: · Anjurkan upaya berkemih
o Cairan seimbang sedikitnya 1-2 jam

21
o Berkemih teratur · Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
· Ukur suhu dan nadi, kaji
adanya peningkatan
· Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa

3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan · Tentukan pemahaman


koping individu tidak efektif keperawatan dan harapan terhadap proses
b/d krisis situasi. selama….,diharapkan persalinan
koping pasien efektif · Anjurkan
dengan criteria hasil: mengungkapkan perasaan
o Pasien dapat · Beri anjuran kuat
mengungkapkan peraannya terhadap mekanisme koping
positif dan bantu relaksasi

4. Risiko tinggi terhadap cedera Setelah dilakukan asuhan · Pantau aktivitas uterus
maternal b/d efek obat- keperawatan secara manual
obatan pertambahan selama….,diharapkan cidera · Lakukan tirah baring saat
mobilitas gastrik. terkontrol dengan criteria persalinan menjadi intensif
hasil: · Hindari meninggikan
o TTV dbn klien tanpa perhatian
o Aktivitas uterus baik · Tempatkan klien pada
o Posisi pasien nyaman posisi tegak, miring ke kiri
· Berikan perawatan
perineal selama 4 jam
· Pantau suhu dan nadi
· Kolaborasi pemberian
antibiotik (IV)

5. Risiko tinggi terhadap Setelah asuhan keperawatan · Kaji adanya kondisi yang
kerusakan gas janin b/d selama….,diharapkan janin menurunkan situasi uteri

22
perubahan suplay oksigen dalam kondisi baik dengan plasenta
dan aliran darah criteria hasil: · Pantau DJJ dengan segera
o DJJ dbn bila pecah ketuban
o Presentasi kepala (+) · Instuksikan untuk tirah
o Kontraksi uterus teratur baring bila presentasi tidak
masuk pelvis
· Pantau turunnya janin
pada jalan lahir
· Kaji perubahan DJJ
selama kontraksi

3. KALA II
a. Pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
23
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
2) Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
3) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi hipertonik
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d tekanan Setelah dilakukan asuhan · Identifikasi derajat
mekanis pada bagian keperawatan ketidaknyamanan
presentasi selama….,diharapkan nyeri · Berikan tanda/ tindakan
terkontrol dengan criteria kenyamanan seperti
hasil: perawatan kulit, mulut,
o TTV dbn perineal dan alat-alat tahun
o Pasien dapat yang kering
mendemostrasikan nafas · Bantu pasien memilih
dalam dan teknik mengejan posisi yang nyaman untuk
mengedan
· Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
· Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi

2. Perubahan curah jantung b/d Setelah dilakukan asuhan · Pantau tekanan darah
fluktasi aliran balik vena keperawatan dan nadi tiap 5 – 15 menit
selama…..,diharapkan · Anjurkan pasien untuk
kondisi cardiovaskuler inhalasi dan ekhalasi selama
pasien membaik dengan upaya mengedan
criteria hasil: · Anjurkan klien /
o TD dan nadi dbn pasangan memilih posisi
o Suplay O2 tersedia persalinan yang

24
mengoptimalkan sirkulasi

3. Risiko tinggi terhadap Setelah asuhan keperawatan · Bantu klien dan


kerusakan integritas kulit b/d selama….,diharapkan pasangan pada posisi tepat
pada interaksi hipertonik integritas kulit terkontrol · Bantu klien sesuai
dengan criteria hasil: kebutuhan
o Luka perineum tertutup · Kolaborasi epiostomi
(epiostomi) garis tengah atau medic
lateral
· Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi

4. KALA III
a. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan
cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral, muntah.
2) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan

25
3) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan · Instruksikan klien untuk
kekurangan volume cairan keperawatan mendorong pada kontraksi
b/d kurang masukan oral, selama….,diharapkan · Kaji tanda vital setelah
muntah. cairan seimbang denngan pemberian oksitosin
criteria hasil: · Palpasi uterus
o TTV dbn · Kaji tanda dan gejala
o Darah yang keluar ± 200 shock
– 300 cc · Massase uterus dengan
perlahan setelah
pengeluaran plasenta
· Kolaborasi pemberian
cairan parentral

2. Nyeri akut b/d trauma Setelah dilakukan asuhan · Bantu penggunaan


jaringan setelah melahirkan keperawatan teknik pernapasan
selama….,diharapkan nyeri · Berikan kompres es pada
terkontrol dengan criteria perineum setelah
hasil: melahirkan
o Pasien dapat control · Ganti pakaian dan liner
nyeri basah
· Berikan selimut
penghangat
· Kolaborasi perbaikan
episiotomy
3. Risiko tinggi terhadap cedera Setelah dilakukan asuhan · Palpasi fundus uteri dan
maternal b/d posisi selama keperawatan massase dengan perlahan
persalinan selama….,diharapkan · Kaji irama pernafasan
cidera terkontrol dengan · Bersihkan vulva dan
criteria hasil: perineum dengan air dan

26
o Plasenta keluar utuh larutan antiseptic
o TTV dbn · Kaji perilaku klien dan
perubahan system saraf
pusat
· Dapatkan sampel darah
tali pusat, kirim ke
laboratorium untuk
menentukan golongan darah
bayi
· Kolaborasi pemberian
cairan parenteral

5. KALA IV
a. Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih rendah pada
respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau
HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-
800 ml untuk kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy, kandung
kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
27
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus, perineum bebas dan
kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan payudara.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri
3) Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota leluarga
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efek Setelah dilakukan asuhan · Kaji sifat dan derajat
hormone, trauma,edema keperawatan ketidaknyamanan
jaringan, kelelahan fisik dan selama….,diharapkan nyeri · Beri informasi yang
psikologis, ansietas terkontrol dengan criteria tepat tentang perawatan
hasil: selama periode pascapartum
o Pasien dapat control · Lakukan tindakan
nyeri kenyamanan
· Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
· Beri analgesic sesuai
kemampuan

2. Resiko tinggi kekurangan Setelah dilakukan asuhan · Tempatkan klien pada


volume cairan b/d keperawatan posisi rekumben
kelelahan/ketegangan selama….,diharapkan cairan · Kaji hal yang
miometri simbang dengan criteria memperberat kejadian
hasil: intrapartal
o TD dbn · Kaji masukan dan
o Jumlah dan warna lokhea haluaran
dbn · Perhatikan jenis
persalinan dan anastesi,

28
kehilangan daripada
persalinan
· Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit
· Dengan perlahan
massase fundus bila lunak
· Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea
· Kolaborasi pemberian
cairan parentral

3. Perubahan ikatan proses Setelah dilakukan asuhan · Anjurkan klien untuk


keluarga b/d keperawatan menggendong, menyentuh
transisi/peningkatan anggota selama…..,diharapkan bayi
keluarga proses keluarga baik dengan · Observasi dan catat
criteria hasil: interaksi bayi
o Ada kedekatan ibu · Anjurkan dan bantu
dengan bayi pemberian ASI, tergantung
pada pilihan klien

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bahwa dalam menegakkan diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan pengkajian
pad ibu yang akan bersalin secara menyeluruh yang meliputi anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium.
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses bersalin penolong (bidan) harus
memahami kondisi psikologi ibu dan langkah pada memberikan pertolongan dengan
harapan persalinan berlangsung aman, nyaman, dan bersih tanpa adanya komplikasi
yang mungkin terjadi.
3. Bahwa psikologi ibu dalam bersalin juga perlu diperhatikan yaitu dengan
mengikutsertakan orang terdekat sehingga ibu mendapat support selama persalinan,
karena dengan psikologi ibu yang baik juga berpegaruh baik dengan proses persalinan

B. Saran
1. Untuk Bidan
Dalam menolong persalinan agar berpedoman pada 58 langkah asuhan persalinan
normal serta tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik dalam penanganannya lebih
memperhatikan kebutuhan klien baik fisik dan mental yaitu dengan melakukan
pengkajian menyeluruh sehinga dapat memberikan asuhan kebidanan yang
komprehensif.
2. Untuk Keluarga
Hendaknya selalu memberikan dorongan dan semangat kepada ibu, dan selalu
membantu ibu dalam proses persalinan dan memenuhi kebutuhannya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.

Asuhan Persalinan Normal (APN), Edisi 2008.

Fitramaya. 2008. Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta

Saifuddin, A. B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neinatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawwirohodjo.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopis Obsteri Jilid 1 Edisi ke 2. Jakarta: EGC.

http://makalahkesehatanraze.blogspot.com/2014/07/makalah-persalinan-normal_13.html

Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Dimuat
dalam http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-
pendahuluan-pada-pasien-dengan.html
Mc Closky & Bulechek. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Mosby.
Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Wiknjosostro. 2002. Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo.

31

Anda mungkin juga menyukai