Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Nutrisi dan Hormonal Pada Rongga Mulut Ibu Hamil

1.1 Hormonal
Pada wanita hamil, tentu banyak sekali perubahan yang terjadi kepada fisik dan juga kepada
jaringan di dalamnya itu sendiri. Perubahan itu terjadi beriringan dengan tumbuh kembang janin
dalam kandungan. Perubahan-perubahan yang terjadi itu dapat disebabkan oleh berbagai macam
faktor salah satunya yaitu hormon. Hormon merupakan zat yang disekresi oleh kelenjar, tanpa
saluran, dan bereaksi di target organ, atau mediator kimia yang mengatur organ atau sel tertentu,
hormon seksual steroid telah menunjukkan secara langsung dan tidak langsung gangguan terhadap
proliferasi sel, diferensiasi dan pertumbuhan pada sel target, termasuk keratin dan fibroblast pada
gingiva.
Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan meliputi peningkatan konsentrasi
hormon seks yaitu estrogen dan progesteron. Progesteron merupakan hormon seks kehamilan
yang utama. Kadarnya meningkat sampai bulan kedelapan kehamilan dan menjadi normal kembali
setelah melahirkan. Kadar estrogen meningkat secara lambat sampai akhir kehamilan. Pada awal
kehamilan, estrogen dan progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Kemudian terjadi pergantian
fungsi korpus luteum kepada plasenta, yang terjadi pada minggu keenam sampai minggu
kedelapan kehamilan, dimana plasenta berperan sebagai organ endokrin yang baru.
Pada akhir trimester ketiga, progesteron dan estrogen mencapai level puncaknya yaitu 100
ng/ml dan 6 ng/ml, yang merupakan 10 dan 30 kali lebih tinggi dari konsentrasinya pada saat
menstruasi.
Estrogen dan progesteron memiliki aksi biologi penting yang dapat mempengaruhi sistem
organ lain termasuk rongga mulut. Reseptor bagi estrogen dan progesteron dapat ditemukan pada
jaringan periodontal. Akibatnya, ketidakseimbangan sistem endokrin dapat menjadi penyebab
penting dalam patogenesis penyakit periodontal. Penelitian yang dilakukan oleh Mascarenhas P
dkk telah menunjukkan bahwa perubahan kondisi periodontal dapat dihubungkan Minggu
kehamilan Minggu kehamilan dengan perubahan kadar hormon seks.
Peningkatan hormon seks steroid dapat mempengaruhi vaskularisasi gingiva, mikrobiota
subgingiva, sel spesifik periodontal dan sistem imun lokal selama kehamilan. Beberapa perubahan
klinis dan mikrobiologis pada jaringan periodontal selama kehamilan adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan peningkatan kedalaman
saku periodontal.
2. Peningkatan kerentanan bagi terjadinya infeksi.
3. Penurunan kemotaksis neutrofil dan penekanan produksi antibodi.
4. Peningkatan sejumlah patogen periodontal (khususnya Porphyromonas
gingivalis).
5. Peningkatan sintesis PGE2

Progesteron
Progesteron adalah hormon steroid yang terutama dihasilkan oleh indung telur, setelah
ovulasi. Jika pembuahan dan kehamilan terjadi, plasenta akan mulai memproduksi progesteron.
Hormon progesteron dalam kandungan berfungsi untuk merangsang pertumbuhan pembuluh darah
di endometrium (lapisan rahim). Tindakan ini bertujuan untuk membuat fit dinding rahim untuk
embrio yang dibuahi untuk dapat melekat. Progesteron juga merangsang kelenjar tertentu dalam
endometrium untuk mensekresikan cairan yang dimaksudkan untuk member makan sperma dan
embrio (Sridianti,2014).
Dalam hubungannya dengan jaringan di rongga mulut progesteron yang jumlahnya kurang
dari normal dapat mengakibatkan stomatitis aftosa rekuren (SAR). Croley dan Miers (Croley,
2011) meneliti bahwa pengaruh hormon esterogen yang ternyata merangsang maturasi lengkap sel
epitel mukosa mulut dan progesteron yang menghambatnya (Jones, 2003). Selain itu tampak jelas
adanya perubahan pada lapisan mukosa mulut, dan peningkatan jumlah bakteri dalam jaringan
yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, sedangkan progesteron berperan dalam jaringan
periodonsium. Progesteron juga mengubah tingkat dan pola produksi dalam gingival yang
menyebabkan gangguan perbaikan dan pemeliharaan. Estrogen dan progesterone dalam dalam
jaringan ikat mempengaruhi proliferasi fibroblast dan pematangan kolagen. Protein nonkolagen
jaringan ikat seperti glikosaminoglikan yang tinggi.
Peningkatan hormone progesterone berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah
gingiva dan meningkatkan kerentanan terhadap iritasi mekanis. Hormone progesterone
menyebabkan efek nyata pada mikrovaskuler gingiva, perubahan permeabilitas kapiler dan
penambahan aliran cairan krevikuler. Metabolism jaringan juga dipengaruhi oleh berkurangnya
respon imun seluler selama kehamilan. Derajat keparahan peradangan gingiva pada masa
kehamilan juga dipengaruhi perkembangan flora microbial anaerob di cairan krevikuler.
Perubahan microbial yang terjadi karena hormone estrogen dan progesterone
mempengaruhi faktor pertumbuhan kuman pathogen pada jaringan periodontal mikroorganisme
yang meningkat secara signifikan pada masa kehamilan adalah P.Intermedia. Peningkatan ini
berhubungan dengan meningkatnya progesterone dan bersamaan dengan itu terjadi peningkatan
pada gingiva (Bimo, 2006)

Estrogen
Hormon seksual mempunyai peran penting pada fisiologis periodontal dan juga pada
perkembangan dan keparahan penyakit periodontal. Estrogen diduga mempunyai peran pada
berbagai penyakit periodontal. Efek biologis estrogen diperantarai oleh reseptor estrogen. Reseptor
estrogen adalah faktor transkripsi yang memediatori efek pleiotropik hormon steroid terhadap
pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan bermacam-macam jaringan (Indonesian Journal
of Dentistry, 2008). Estrogen mempengaruhi proliferasi, diferensiasi dan keratinisasi epitel
gingiva melalui pengaturan produksi beberapa protein yang terlibat dalam proliferasi sel dan
pengaturan siklus sel.
Salah satu kondisi tubuh yang penting untuk dipertimbangkan yaitu penggunaan hormon
seksual estrogen yang diduga menjadi faktor resiko penyakit periodontal. Estrogen berperan dalam
mengubah sistem mikrosirkulasi gingiva. Reseptor estrogen yang ada di gingiva manusia
bertanggung jawab terhadap peningkatan hormon estrogen di jaringan gingival. Fungsi hormon
estrogen yaitu meningkatkan proliferasi seluler, diferensiasi dan menurunkan keratinisasi
Menurut Goodman, banyaknya reseptor hormon dipengaruhi oleh konsentrasi hormon di
ruang interseluler. Kadar estrogen pada wanita menopause akan merangsang pembentukan
reseptor estrogen yang lebih banyak, namun belum dipastikan keterkaitan antara kadar estrogen
dengan keberadaan reseptor estrogen. Menurut pendapat penelitian, pada kerusakan jaringan
periodontal, reseptor estrogen α dibutuhkan sebagai faktor pertumbuhan untuk mempercepat
penyembuhan luka sedangkan reseptor estrogen β dibutuhkan untuk menahan agar reaksi
peradangan yang menyebabkan kerusakan jaringan tidak berlebihan.

Peningkatan Konsentrasi Hormon Seks dan Respon Imun Maternal


Reaksi imunologi berperan penting dalam patogenesis penyakit periodontal. Terdapat
beberapa observasi penting yang menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada jaringan
periodontal dapat merupakan akibat dari pengaruh hormon seks steroid pada sistem imun. Reseptor
seks steroid telah ditemukan terdapat pada komponen sistem imun dan dapat mengatur aksi dari
sel sistem imun tersebut.Estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta selama masa
kehamilan, dapat turut berperan dalam mengatur sistem imun lokal dan membantu melindungi
janin yang sedang berkembang dari reaksi penolakan tubuh si ibu.
Lapp dkk melaporkan bahwa tingginya konsentrasi progesteron selama kehamilan
meningkatkan terjadinya inflamasi gingiva dengan menghambat produksi interleukin6 (IL-6). IL-
6 berfungsi menstimulasi diferensiasi limfosit B, limfosit T dan mengaktifkan sel makrofag dan
sel NK, dimana sel-sel tersebut berperan menyerang dan memfagositosis bakteri yang masuk ke
sirkulasi darah, sehingga dengan dihambatnya produksi IL-6 mengakibatkan gingiva kurang
efisien dalam melawan serangan inflamasi dari bakteri.
Progesteron juga merangsang produksi prostaglandin (PGE2) dimana PGE2 merupakan
mediator yang poten dalam respon inflamasi. Dengan PGE2 yang berperan sebagai
imunosupresan, mengakibatkan
inflamasi gingiva semakin meningkat ketika konsentrasi PGE2 dan mediator PGE2 tinggi.
Peningkatan Konsentrasi Hormon Seks dan Perubahan KomposisiPlak Subgingiva
Perubahan komposisi plak subgingiva selama kehamilan disebabkan oleh lingkungan
mikro subgingiva yang berubah akibat meningkatnya akumulasi progesteron aktif yang
metabolismenya berkurang selama kehamilan dan kemampuan Prevotella Intermedia untuk
mengganti faktor esensial pertumbuhan yang penting, yaitu vitamin K dengan progesteron dan
estrogen.Selama kehamilan, rasio bakteri anaerob meningkat dibanding bakteri aerob, dalam hal
ini adalah Bacteroides melaninogenicus dan Prevotella intermedia. Peningkatan ini terkait dengan
tingginya level sistemik estrogen dan progesteron.
Penelitian Jansen dkk melaporkan bahwa terjadi 55 kali lipat peningkatan proporsi bakteri
P. Intermedia pada wanita hamil dibanding wanita tidak hamil sebagai kontrol. Hal ini
membuktikan bahwa progesteron berperan penting dalam pergantian mikroorganisme. Kornman
dan Loesche melaporkan bahwa flora subgingival berubah menjadi flora yang lebih bersifat
anaerob seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Peningkatan konsentrasi hormon seks yaitu estrogen dan progesteron juga dimanfaatkan
oleh patogen periodontal seperti Prevotella intermedia dan Porphyromonas gingivalis sebagai
sumber makanan mereka. Bakteri-bakteri tersebut secara umum meningkat dalam cairan sulkular
gingiva wanita hamil, suatu kondisi yang secara positif berkaitan dengan keparahan gingivitis
kehamilan.

1.2 Nutrisi
Nutrisi juga penting peranannya dalam setiap tahap tumbuh kembang gigi dan dalam menjaga
keseimbangan lingkungan mulut yang dihubungkan dengan kesehatan gigi. Nutrisi untuk
pertumbuhan optimal gigi sama dengan nutrisi yang diperlukan tubuh karena masa pertumbuhan
gigi sejalan dengan masa pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Nutrisi penting untuk kalsifikasi
optimal gigi sulung, sedangkan nutrisi pada masa balita dan anak-anak penting untuk pertumbuhan
gigi tetap.
Meningkatnya masalah gizi, tentunya berdampak pula pada peningkatan prevalensi penyakit
gigi dan mulut yang dapat mengakibatkan bertambah buruknya masalah gizi tersebut. Mengetahui
hubungan antara status gizi dan kesehatan gigi dan mulut menjadi penting karena seringkali
terdapat karakteristik yang khas dari berbagai jaringan dalam rongga mulut yang lebih sensitif
terhadap defisiensi nutrisi, sehingga apabila tubuh mengalami defisiensi nutrisi seringkali jaringan
dalam rongga mulutlah yang pertama kali memperlihatkan efek defisiensi nutrisi tersebut. (Moyers
1988)

Masalah kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh gizi. Kekurangan sumber zat
tertentu akan menyebabkan kelainan tertentu. Berikut beberapa kelainan akibat kekurangan gizi
yang terjadi pada gigi dan mulut:

1. Mineral meliputi kalsium, fosfor dan magnesium


Fungsi : merupakan unsur utama dalam pembentukan tulang dan gigi dan merupakan unsur
mineral yang terbanyak dalam tubuh.
Kekurangan Kalsium, fosfor dan magnesium:
- mineralisasi tulang dan gigi menjadi terganggu, sehingga tulang akan mudah patah.
- Gigi rapuh sehingga rentan terhadap caries
- Pertumbuhan tulang dan gigi pada anak-anak menjadi terganggu.
Terdapat dalam : susu, telur, sayuran, ikan.

Lebih rinci lagi untuk fosfor: Diperlukan untuk perkembangan tulang yang sehat terutama
pada pembentukan dan pertumbuhan rahang, dan pola erupsi gigi. Fosfor banyak terdapat pada
Susu, keju, daging, biji-bijian, telur, dan kacang-kacangan. Manifestasi defisiensi fosfor dalam
rongga mulut adalah terjadinya gangguan pertumbuhan rahang dan erupsi gigi. Juga adanya
pertumbuhan kondili yang lambat disertai maloklusi.

Kalsium: Membantu dalam pembentukan serta memperkuat gigi dan tulang. Kalsium
banyak terdapat pada susu, keju, telur, dan sayuran berwarna hijau tua. Manifestasi defisiensi
kalsium dalam rongga mulut adalah terjadi absorpsi tulang rahang yang merata dan destruksi
ligamentum periodontal dan berkurangnya kekuatan gigi.
·
Magnesium: Mencegah terjadinya hipoplasia enamel dan membantu dalam proses
mineralisasi tulang dan gigi. Magnesium banyak terdapat pada kacang kedelai, kerang dan
gandum. Defisiensi magnesium dalam jangka waktu yang lama dapat terjadi hipoplasia enamel.

2. Besi
Fungsi : unsur pembentukan Hemoglobin selain itu Berperan penting dalam pemeliharaan
kesehatan gusi dan lidah serat jaringan mukosa mulut.
Kekurangan zat besi : mengakibatkan anemia, gangguan pada lidah dan luka pada sudut bibir.
Gejalanya berupa : penipisan papila pada tepi-tepi lidah , serta penipisan mukosa mulut secara
menyeluruh sehingga pasien rentan terhadap stomatitis aptosa ( sariawan ), dan warna mukosa
menjadi pucat. Manifestasi defisiensi besi dalam rongga mulut adalah terjadinya glossitis yang
merupakan penyakit pada lidah, di mana lidah tampak merah dan sakit.

Terdapat dalam : Telur, hati, kacang-kacangan, sayuran

3. Fluor
Fungsi : Menguatkan struktur gigi serta Melindungi gigi dari serangan karies selain itu flour juga
berfungsi mengatur pH asam-basa dalam rongga mulut.
Kekurangan Fluor : pada gigi akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh dan mudah terserang
karies. Manifestasi Defisiensi flour dalam rongga mulut yang paling utama adalah kerentakan
gigi terhadap terjadinya karies gigi.
Terdapat dalam : Air minum yang kita konsumsi sehari – hari, teh, duri ikan, garam.

4. Seng
Fungsi: Berperan besar dalam penyembuhan luka pada mukosa mulut.
Kekurangan seng: Seng banyak terdapat pada seafood, hati, daging, dan sereal gandum.

5. Vitamin B2 ( Ribovlavin )
Kekurangan B2 : Mengakibatkan terjadinya luka pada sudut mulut (angular ceilitis), luka pada
bibir (cheilitis), radang pada ujung dan bagian samping lidah, lidah tampak berwarna merah
jambu dan licin.
Terdapat dalam : Susu, hati, ginjal, jantung, daging, telur, sayuran dan ragi kering.

6. Vitamin B12
Kekurangan B12 : Dapat mengakibatkan anemia yang bermanifestasi dalam rongga mulut
dengan tanda-tanda lidah halus, mengkilat dan terasa sakit, mukosa mulut tampak pucat.
Kepekaan terhadap rasa makanan berkurang, luka pada sudut bibir.
Terdapat dalam : Susu, keju, hati, daging, telur.

7. Vitamin C
Kekurangan vit C : Menimbulkan kelainan pada gusi, gusi meradang dan mudah berdarah, jika
terjadi luka penyembuhannya sangat lambat, pembentukan gigi menjadi terganggu.
Terdapat dalam : Jeruk, tomat, kentang, cabai hijau, sayuran selada hijau, jambu.

8. Vitamin D
Kekurangan vitamin D : Pada anak-anak erupsi / keluarnya gigi menjadi terhambat, Defisiensi
vitamin D menyebabkan terjadinya hipoplasia enamel yang melibatkan gigi insisivus dan molar
permanen yang umumnya terdapat pada penderita rhiketsia.

Terdapat dalam : Minyak ikan, susu, mentega, hati, kuning telur

9. Vitamin A
Diperlukan untuk kesehatan gingiva. Penting untuk menjaga selaput lendir mulut dan jaringan
mukosa mulut. Memelihara jaringan epitel, membantu perkembangan gigi serta pertahanan
terhadap infeksi. Vitamin A banyak terdapat pada sayuran yang berwarna hijau atau kuning, buah
dengan warna yang mencolok, susu, telur dan minyak ikan.
Defisiensi vitamin A menyebabkan terjadinya gingivitis, hiperplasia gingiva serta penyakit
periodontal dan hipoplasia enamel.

10. Vitamin E
Mencegah pertumbuhan bercak putih tebal di mulut (leukoplakia). Mencegah kanker oral
selain itu vitamin E juga berperan sebagai anti oksidan. Vitamin E banyak terdapat pada telur,
susu, daging, dan kacang-kacangan. Defisiensi vitamin E menyebabkan terjadinya pendarahan
gingival, keluarnya pus dari poket dan penyakit periodontal serta leukoplakia.

· 11. Vitamin K
Berperan dalam proses pembekuan darah dan mencegah terjadinya pendarahan spontan
dalam rongga mulut. Vitamin K banyak terdapat pada sayuran berwarna hijau. Defisiensi vitamin
K menyebabkan terjadinya pendarahan spontan pada gingival atau setelah menggosok gigi.

12. Vitamin C
Diperlukan untuk kesehatan periodontal dan gingiva, faktor dalam penyembuhan luka.
Diperlukan untuk produksi kolagen. Dan mencegah perdarahan gingival. Vitamin C banyak
terdapat pada buah-buahan, sayuran hijau dan tomat. Defisiensi vitamin C menyebabkan rentannya
gingival terhadap iritasi lokal sehingga terjadi hiperplasia gingival, mudah berdarah dan dapat
terjadi ulserasi yang biasa disebut Scurvy.
Protein banyak terdapat pada daging, telur, susu, ikan dan jagung. Manifestasi defisiensi
protein dalam rongga mulut adalah lidah tampak berwarna merah karena hilangnya papila, terjadi
angular cheilitis dan fissura bibir atau bibir pecah-pecah. Selain itu rongga mulut terasa kering dan
nampak kotor. Resistensi terhadap infeksi mengalami penurunan sehingga mudah terjadi infeksi
pada jaringan periodontal.

Ø Karbohidrat
Meskipun banyak penelitian menyebutkan bahwa karbohidrat sebagai penyebab timbulnya
berbagai penyakit gigi dan mulut, namun dari fungsinya sebagai katalis dalam proses metabolisme
terhadap zat gizi lain ( mineral, vitamin, dan lemak ) dan meningkatkan konsumsi zat gizi lain
serta peran sebagai imunopolisakarida dalam menangkal infeksi,berperan penting pada masa pra
erupsi dan pasca erupsi, maka karbohidrat juga memegang peranan penting dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulut.
Ø Lemak
Lemak berperan sebagai pengangkut vitamin yang memiliki peran dalam menjaga kesehatan
gigi yang mulut. Salah satu jenis lemak adalah lemak jenuh. Lemak ini memainkan peranan
penting terhadap kesehatan tulang dan gigi. Agar kalsium dapat bersatu dengan struktur tulang
kerangka dan gigi secara efektif, sedikitnya 50 persen lemak makanan seharusnya mengandung
lemak jenuh.
Ø Protein
Protein sangat berperan terutama pada masa pertumbuhan jaringan termasuk perkembangan
gigi sejak awal pertumbuhannya. Selain itu protein berperan dalam pembentukan antibodi yang
melindungi seluruh jaringan termasuk mukosa mulut dan darerah sekitarnya terutama dari infeksi
yang mungkin menyerang jaringan periodontal serta mencegah terjadinya angular cheilitis.
· Defisiensi vitamin B kompleks
Tiamin ( B 1 )
Defisiensi Tiamin menyebabkan terjadinya pembesaran papila fungiformis pada perifer lidah,
adanya retakan pada bibir dan sensitifitaspada gigi dan mukosa mulut meningkat.
Ribofavin ( B 2 )
Defisiensi ribofavin menyebabkan terjadinya angular cheilitis dan atrofi papilla fungiformis.
Asam nikotinat ( B 5 )
Defisiensi Asam Nikotinat menyebabkan terjadinya atrofi papilla di mana lidah tampak merah,
gingivitis kronis dan periodontitis.
Peridoksin ( B 6 )
Defisiensi Peridoksin menyebabkan terjadinya angular cheilitis, glossis, serta rasa tidak enak pada
mulut.
Asam Pentotenat
Defisiensi Asam Pentotenat menyebabkan terjadinya angular cheilitis, ulserasi, dan nekrosis pada
gingiva. Terlihat juga mukosa mulut dan bibir warna merah mengkilat.
Asam Folat
Manifestasi defisiensinya adalah pembengkakan pada lidah, gingivitis, angular cheilitis dan ulkus
pada lidah.
Sianokobalamin ( B 12 )
Manifestasi defisiensinya adalah gingival nampak pucat dan mudah terjadi ulserasi. Lidah tampak
merah licin dan mengkilat serta lebih sensitiv ( glositis hurteri ).
Diet yang seimbang sangat diperlukan untuk menjamin asupan nutrisi bagi ibu hamil dan bayi di
dalam kandungan apa yang dikonsumsi oleh ibu hamil selama 9 bulan sangat mempengaruhi
perkembangan bayi didalam kandugan, termasuk gigi. Gigi mulai terbentuk pada usia kehamilan
3-6 bulan. Sangat penting bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
kalsium, protein, fosfor dan vitamin A, C dan D.
Seorang ibu hamil sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi secara seimbang
sesuai dengan prinsip pedoman gizi seimbang atau angka kecukupan gizi, supaya mempunyai daya
tahan tubuh yang baik serta dapat menjaga janinnya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
sehat dan sempurna.
Contoh bahan makanan yang baik bagi ibu hamil:
 Karbohidrat yang bisa didapat dari nasi dan makanan lain pengganti nasi seperti roti atau
kentang
 Protein yang terkandung dari bahan makanan seperti daging, ikan, tempe, yahu dan susu
 Vitamin dan mineral yang baik bagi kesehatan gigi seperti:
1. Vitamin A: banyak terdapat dalam buah-buahan seperti mangga dan sayur-sayuran.
2. Vitamin B: banyak terdapat dalam beras dan kacang-kacangan.
3. Vitamin C: banyak terdapat dalam buah-buahan seperti jeruk, mangga, jambu biji
dan delima.
4. Vitamin D: banya terdapat dalam ikan serta daging.
5. Fluor dan kalsium terdapat dalam makanan berasal dari laut seperti ikan, udang,
kerrang, kepiting
Apa yang terjadi apabila ibu hamil kekurangan vitamin dan mineral:

 Kekurangan vitamin A dapat mengganggu pertumbuhan gigi pada janin sehingga giginya
dapat mengalami kelainan bentuk.
 Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan ibu hamil rentan terhadap penyakit gusi, selain
itu janinnya dapat mengalami gangguan pada pembentukan gigi dan jaringan lunaknya.
 Keurangan vitamin D, kalsium dan fluor dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada
pertumbuhan gigi janin sehingga giginya akan sangat rentan terhdap lubang gigi.

Anda mungkin juga menyukai