BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Industri (PI) merupakan salah satu kurikulum yang
wajib harus ditempuh oleh mahasiswa program S-1 Jurusan
Teknik Mesin Universitas Hasyim Asy’ari. Selain untuk memenuhi
kewajiban akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat
menambah pengetahuan tentang dunia industri sehingga
mahasiswa mempunyai pandangan tentang arah dan tujuan
perkembangan teknologi dan mampu memupuk kreativitas
sehingga dapat memahami permasalahan yang terjadi didunia
industri dan mampu menumbuhkan ide-ide baru yang nantinya
berguna bagi kemajuan perkembangan IPTEK di Indonesia yang
akan menunjang perkembangan dunia industri.
Mahasiswa sebagai insan akademis yang mempelajari ilmu-
ilmu dasar dan perekayasaan sebatas pada teori saja sangat
kurang memahami dan mengetahui secara mendalam aktualitas
di lapangan. Sedangkan dalam dunia kerja memerlukan
pengalaman dan pengetahuan yang menyeluruh dan kompleks.
Praktik Industri (PI) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memperkenalkan secara nyata akan dunia kerja, sesuai dengan
bidang yang ditekuni, sehingga diharapkan mampu meningkatkan
wawasan dan pengetahuan. Hal ini dapat dicapai dengan
dikenalkannya segala kelengkapan pada dunia kerja disertai dengan
permasalahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu kemampuan
akademis yang dimiliki oleh penulis yang masih sangat perlu adanya
kegiatan atau pembelajaran di dunia kerja supaya menambah
pengetahuan secara teoritis dan dunia Industri, sehingga mahasiswa
siap menghadapi dunia Industri kelak di masa yang akan datang
atau setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikan akademisnya
diharap mampu merespon secara
2
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Proses Manufaktur dan Finishing Bowl MP 1000
Cone Crusher di PT. PAL INDONESIA (Persero).
b. Mengidentifikasi Proses Manufaktur dan Finishing Bowl MP
1000 Cone Crusher.
C. Manfaat
a. Sebagai latihan bagi Mahasiswa sebelum memasuki dunia
kerja.
b. Membentuk pribadi yang mandiri dan mampu
mengaktualisasikan diri dalam sejumlah aktivitas dengan
dunia kerja.
c. Mengetahui Proses Manufaktur Dan Proses Finish Machining
Bowl MP 1000 Cone Crusher di PT. PAL INDONESIA (Persero).
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Manufaktur
1. Definisi Manufaktur
Ada beberapa definisi Manufaktur yaitu antara lain :
Manufaktur adalah satu rangkaian kegiatan yang meliputi : desain
produk, perencanaan, manufaktur (pembuatan), jaminan kualitas,
manajemen, dan penjualan yang dilakukan dalam satu
perusahaan. Definisi manufaktur Secara teknis adalah
pengolahan bahan mentah melalui proses fisika dan kimia untuk
mengubah bentuk (geometry), sifat (properties) atau tampilan
(appearance) untuk membuat komponen atau produk. Manufaktur
umumnya memiliki beberapa tahap operasi, dan setiap tahapan
operasi membawa bahan mentah lebih dekat ke bentuk akhir dan
definisi Secara ekonomis Manufaktur adalah proses transformasi
bahan mentah kepada bentuk yang memiliki nilai tambah melalui
satu atau lebih proses dan atau operasi perakitan bahan menjadi
lebih bernilai melalui proses manufaktur yang dilakukan.
2. Klasifikasi dan Karakteristik
Pada industri manufaktur proses permesinan merupakan
suatu proses pembentukan yang menambah nilai dan
menghasilkan benda kerja sesuai standar dengan menggunakan
mesin, permesinan dibagi ke dalam tiga kategori besar yaitu :
Berdasarkan kontrol (Manual/Konvensional, Semi-Otomatis dan
Full Otomatis), berdasarkan sumber tenaga (pneumatik, hidrolik,
listrik, dan lain-lain) dan berdasarkan prosesnya seperti : casting,
welding, grinding, finish machining dan lain sebagainya.
Dalam melakukan pengendalian mutu (quality control) pada
manufaktur perlu dilakukan tindakan seperti pengetesan atau
pengujian, pengukuran dan pemeriksaan (inspeksi) untuk
4
C. Cone Crusher
1. Definisi Cone Crusher
Cone Crusher adalah semacam mesin penghancur yang
digunakan dalam industri metalurgi, konstruksi, pembangunan jalan,
kimia dan industri fosfat. Cone crusher tepat untuk batu dan bijih
keras dan setengah keras, seperti bijih besi, bijih tembaga, batu
kapur, kuarsa, granite, gritstone, dan sebagainya. Pada suatu lay out
stone crusher plant, cone crusher sering dipakai sebagai secondary
crusher atau tertiary crusher. Cone crusher sering dipakai pada
stone crusher plant karena tingkat produksinya tinggi, kualitas produk
yang ukurannya sama, mudah dalam maintenance, dan umur pakai
yang panjang. Stone Crusher berfungsi untuk memecahkan batuan
alam menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan spesifikasi
(persyaratan gradasi) yang dibutuhkan. Pada pekerjaan crushing
pada mesin stone crusher biasanya diperlukan beberapa kali
pengerjaan pemecahan. Tapi pada cone crusher tidak perlu adanya
pengerjaan lagi karena cone crusher merupakan secondary crusher.
6
2. Liquid Penetrant
Larutan penetrant diaplikasikan pada permukaan komponen
yang telah dibersihkan sebelumnya. larutan penetrant masuk ke
bagian defect pada permukaan karena kapilaritas. kelebihan larutan
penetrant dibersihkan dari permukaan dengan kain lap. zat
15
4. Eddy Current
Arus listrik AC melewati kumparan dan menghasilkan
medan magnet. ketika kumparan diletakkan di dekat material
konduktif, terjadi induksi arus listrik di dalam material akibat
pengaruh medan magnet. Arus listrik berjalan dalam satu loop
dan dinamakan eddy currents. Eddy current menghasilkan medan
magnet sendiri yang dapat digunakan untuk menemukan flaw,
menentukan sifat konduktivitas, permeabelitas, dan mengukur
dimensi.
Eddy current digunakan untuk mendeteksi flaw di permukaan
dan near-surface pada material konduktif seperti logam. Eddy current
juga digunakan untuk mengelompokkan material
18
E. Pengelasan
Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau
lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi,
sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang disambung.
Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat
menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta
cukup ekonomis (Wiryosumarto, 2004).
Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya
perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi
perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas. Pada
zaman sekarang pemanasan logam yang akan disambung berasal
dari pembakaran gas atau arus listrik. Beberapa gas dapat
digunakan, tetapi yang sangat popular adalah gas Acetylene yang
19
slag dan flux tersebut juga mengisolasi panas dari area las. Panas
yang terisolasi menyebabkan pendinginan relatif lambat sehingga
diperoleh kualitas sambungan las yang baik (tough dan ductile).
Sisa-sisa flux yang tidak tercampur tadi selanjutnya disedot kembali
ke penampungan flux dan dapat dimanfaatkan kembali.
Submerged arc welding secara meluas digunakan pada
fabrikasi baja bentuk-bentuk struktur (seperti I-beam yang dilas);
menyambung pipa, tangki, dan bejana berdiameter besar (baik
sambungan longitudinal maupun circumferential); dan mengelas
komponen mesin-mesin besar. Ketebalan plat yang dapat dilas
sebesar lebih dari 25 mm. Material yang dapat dilas
menggunakan SAW antara lain: baja karbon rendah, baja
paduan rendah, dan stainless steel (Graham. 1990).
Kekurangan Submerged arc welding tidak dapat digunakan
untuk mengelas baja karbon tinggi, tool steel, dan sebagian
besar logam non ferro. Karena pengelasan Submerged Arc
Welding (SAW) memanfaatkan gravitasi untuk menyediakan
butir flux, maka benda kerja yang dilas selalu diorientasikan
secara horizontal. Metode penyediaan butir flux dengan
memanfaatkan gaya gravitasi juga menuntut proses Submerged
Arc Welding (SAW) menggunakan pelat yang sering diletakkan
pada bagian bawah sambungan selama proses pengelasan.
kawat las diarahkan ke benda kerja, akan terjadi busur las yang
menghasilkan panas dan kemudian akan mencairkan logam
kawat las dan logam benda kerja sehingga mencair bersama dan
akan membentuk sambungan permanen, dalam posisi tersebut
gas pelindung yang berupa gas dapat melindungi las dari udara
luar sehingga bisa membentuk suatu sambungan yang
permanen. Arus yang digunakan pada proses pengelasan Gas
Metal Arc Welding (GMAW) adalah arus searah (DC) dan posisi
elektroda kutub positif atau disebut dengan polaritas terbalik agar
transfer logam bisa sempurna.
BAB III
2. Divisi Teknologi
Adapun tugas dari divisi teknologi adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan perencanaan desain dan engineering untuk
proyek-proyek yang sedang diproduksi.
b. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang
rancang bangun dan proses produksi.
c. Merencanakan dan mengembangkan sistem informasi untuk
menunjang kegiatan yang berhubungan dengan rancang
bangun dan penelitian.
d. Melaksanakan strategi dibidang teknologi, penelitian dan
pengembangan maupun bidang-bidang lainnya sesuai
dengan pengarahan dan ketentuan Direksi.
e. Melaksanakan kegiatan integrated logistic support untuk
kapal-kapal yang diproduksi.
29
Divisi
Rekayasa Umum
36010
Sekretaris
Departemen Departemen
Departemen
Departemen PPC Permesinan & Fabrikasi &
Rekayasa
Perakitan Konstruksi
a. Kedudukan
Divisi Rekayasa Umum adalah unit kerja struktural tingkat
Divisi dalam organisasi Direktorat Produksi dan dipimpin seorang
Kepala Divisi Rekayasa Umum, berkedudukan langsung di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Produksi.
b. Organisasi
8. Divisi Perbendaharaan
Adapun tugas dari divisi perbendaharaan adalah sebagai
berikut:
a. Melaksanakan kebijakan pendanaan perusahaan sesuai
dengan prinsip pengelolaan pendanaan dan perbankan yang
berlaku.
b. Melaksanakan strategi optimalisasi return kinerja keuangan
dan likuiditas perusahaan.
c. Melaksanakan analisa pasar keuangan sebagai dasar
pengambilan keputusan dalam rangka mengurangi resiko
pasar keuangan.
d. Melaksanakan study kelayakan kinerja keuangan proyek
atau bidang usaha mandiri.
e. Melaksanakan pengelolaan invoicing dan penagihannya,
untuk menunjang optimalisasi Cash Flow perusahaan.
9. Divisi Akuntansi
Adapun tugas dari divisi akuntansi adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan akuntansi
perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
b. Melaksanakan perencanaan dan pengendalian serta
pengawasan atas biaya-biaya perusahaan dan investasi
perusahaan.
c. Menyusun rencana kerja jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang dalam bidang akuntansi dan keuangan untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan perusahaan.
d. Melaksanakan evaluasi dan analisa terhadap pengelolaan
asset liabilities serta kinerja dari anak perusahaan dan kerja
sama usaha lainnya.
34
4. Rekayasa Umum
Pada saat ini PT. PAL INDONESIA (Persero) telah menguasai
teknologi produksi komponen pendukung industri pembangkit
tenaga listrik seperti Boiler dan Balance of Point. Kemampuan ini
akan terus ditingkatkan sampai pada taraf kemampuan modular
dan EPC bagi industri pembangkit tenaga listrik skala kecil
menengah sampai dengan 50 Mega Watt.
Saat ini PT PAL INDONESIA (Persero) telah menguasai
produk Rekayasa Umum seperti Steam Turbine Assembly sampai
dengan 600 MW, Komponen Balance of Plant dan Boiler sampai
dengan 600 MW, Compressor Module 40 MW, Barge Mounted
Power Plant 30 MW, Pressure Vessels dan Heat Exchangers,
Generator Stator Frame s.d 600 MW. Sementara itu produk rekayasa
umum yang sedang dikembangkan adalah Steam Turbine Power
Plant, Jacket's structure sampai dengan 1000 ton serta Monopod
dan Anjungan (Platform) sampai dengan 1000 ton.
Modules, Total
Indonesia
Tabel 3.1 Produk Divisi Rekayasa Umum PT. PAL Indonesia (Persero)
Sumber : (PT. PAL Indonesia (PERSERO), 2014)
B. Pembahasan
PT. PAL INDONESIA (Persero) merupakan perusahaan besar
yang bergerak dibidang perbaikan kapal dan non kapal, pada
kesempatan ini penulis, melakukan kegiatan Praktik Industri (PI) di
PT. PAL di Divisi Rekayasa Umum (General Engineering), salah satu
proses yang dikerjakan PT. PAL adalah proses manufaktur dan
finishimg bowl MP 100 cone crusher, alat ini adalah alat yang dipakai
untuk proses penghancuran batu, adapun batu yang dihancurkan ini
adalah batu yang terdapat kandungan emasnya, dan alat yang
dipakai adalah cone crusher MP 1000, perbaikan ini dilakukan
karena alat pemecah batu atau cone crusher sudah mulai mengalami
kerusakan dengan ciri-ciri bagian head yang sudah mulai mengalami
keretakan atau crack, dan sebelum mengalami kerusakan yang lebih
parah maka perlu dilakukan proses perbaikan guna memperbaiki
komponen-komponen pada Cone Crusher. PT. Metso Mineral
Indonesia adalah perusahaan asing asal Australia yang bergerak
dibidang alat berat pertambangan salah satunya adalah Cone
Crusher MP. 1000 dan konsumen alat berat ini adalah PT. Newmont
Nusa Tenggara yang memakai alat berat pemecah batu berbentuk
kepala kerucut ini.
Ada kerusakan pada Part Cone Crusher ini sehingga
diperlukan adanya proses repairing pada komponennya, adapun
yang rusak adalah pada komponen Bowl.
Bowl pada mesin Cone Crusher Mp 1000 adalah komponen
penting yang digunakan sebagai wadah atau penahan agar batu bisa
pecah dimana batu dipecah menggunakan head , dan head yang
berfungsi bergerak sebagai pemecah batu dan bowl sebagai wadah
atau mangkuk yang berfungsi untuk menahan batu yang digiling oleh
head. Bowl pada cone crusher Mp 1000 ini mengalami kerusakan
akibat beban kejut yang terjadi saat proses operasi penghancuran
batu. Kerusakan yang terjadi yaitu adanya Crack atau retakan di
bagian Bowl, oleh sebab itu perlu adanya proses
46
A
48
Refurbishment
50
1. Setting
Machining
2. After Build-up weld area
(Remain 1mm)
3. Skirt under the inner seat
4. NDT (MT)
PWHT
(Pre Heating dan Post-Weld Heat Treatment)
1. Part Temperatur to
be 15 °C or Higher
Machining
Up to finish 2. Hold Temperatur at
200 °C for 2 hours
3. Raise temperatur at
1. Setting maximum rate of 85
2. Machining according °C per hour to 610 °C
to dimension drawing 4. Hold at 610 C for 2 hours
3. NDT (MT) 5. Cooling at temperatur
4. Re-Drill 8 hole ID 42 mm drop rate of 55 °C per
5. Re-Tab All Hole hour to 200 °C
6. Dimension 6. Cooling in still air
check + Report to room temperatur.
Finishing
Gambar 3.4 : Flow Chart MPP Bowl MP 1000
Sumbrer : PT. PAL Indonesia (Persero)
52
1. Pre-machining
Proses ini dilakukan setelah proses pengujian Non Destructive
Test (NDT/MT) selesai dan hasilnya tidak ada cacat pada bowl,
yaitu berupa keretakan dan crack maka akan dilanjutkan dengan
proses pre-machining. Proses ini menggunakan mesin bubut
CNC LVB (mesin bubut vertikal) pemrograman CNC-nya
dilakukan oleh pihak PT. Metso Mineral Indonesia dan diserahkan
kepada PT. PAL Indonesia (Persero).
Pada proses ini dilakukan perbaikan sesuai gambar proses
yang ada digambar yang sudah diberikan oleh PT. Metso Mineral
Indonesia namun machining dilebihkan 1 mm karena belum
dilakukan proses akhir, namun jika ada ukuran yang kurang dari
gambar tersebut maka akan dilakukan proses selanjutnya.
2. Build Up Welding
Setelah dilakukan pre-machining maka akan dilakukan proses
build-up welding dimana pada proses ini memperbaiki thread
53
6. Finish Machining
Finish machining yaitu proses permesinan yang dilakukan
pada Bowl setelah proses-proses perbaikan pada Bowl selesai
57
9. Pemasangan Part
Setelah selesai inspeksi ukuran dan dilaporkan ke pihak PT.
Metso Mineral Indonesia dan hasilnya sesuai dengan desain
material maka akan dilakukan proses pemasangan bagian suku
cadang yang ada pada material tersebut.
59
10. Finishing
Dalam proses finishing ada 3 proses yang dikerjakan, antara
lain :
a. Proses cleaning : pada proses ini adalah untuk memperhalus
hasil pembubutan kasar yang dilakukan dalam proses
pembubutan akhir.
b. Proses painting : pada proses ini untuk melestarikan setiap
permukaan mesin supaya tidak ada yang terkena karat. Dan
cat yang digunakan menggunakan spesifikasi dari PT. Metso
Mineral Indonesia.
c. Proses packing : pada proses ini untuk menjaga cat dan ulir
(jika ada) pada material tersebut agar terjaga dari benturan
pada saat proses pengiriman sampai pada tujuan yaitu ke PT.
Metso Mineral Indonesia.
60
BAB IV
A. Kesimpulan
Dari kegiatan Praktik Industri yang dilaksanakan di PT. PAL
Indonesia, maka dapat diambil kesimpulan
1. Penulis dapat mengetahui kegiatan di Industri dan
Mengembangkan ilmu teori yang di dapatkan di bangku
kuliah.
2. Mengetahui mekanisme dan peraturan di tempat kerja
sehingga memperoleh pengalaman di dunia Industri.
3. Penulis dapat menyelesaikan tuntutan kurikulum yang ada di
Universitas Hasyim Asy’ari.
4. Mengetahui proses manufaktur dan finish machining bowl
pada mesin cone crusher MP 1000.
5. Mengetahui cara mengidentifikasi proses manufaktur dan
finishing bowl pada mesin cone crusher MP. 1000.
B. Saran
1. Saran Untuk Industri
a. perlu adanya perhatian khusus terhadap K3 baik dari pekerja
maupun pihak luar yang berkepentingan di Perusahaan.
b. Perlu adanya kontribusi atau pemberian tugas yang
diberikan perusahaan kepada mahasiswa saat proses
manufaktur dan finishing bowl.
DAFTAR PUSTAKA
http://aeroblog.wordpress.com/2007/01/12/non-destrtructive-
testing-ndt/(diakses 11 Januari 2016).
http://antekshared.blogspot.co.id/2014/03/jenis-jenis-crusher-
dan-cara-kerjanya.html, (diakses 7 Januari 2017).
http://www.excelfoundry.com/replacement-components/cone-
crushers/mp/(diakses 7 Januari 2017).
Portofolio
Gouging Crack
A. Latar Belakang
Proses gouging adalah sebuah proses untuk pembuangan
bagian – bagian yang akan dihilangkan karena pecahan
sebagian, keropos atau keretakannya.
B. Langkah Pekerjaan
Sesudah melalui proses Non Destruktive Test (NDT/MT) dan
memeriksa dimensi maka semua keretakan, serpihan pecah
sebagian, keropos harus diperbaiki dengan melakukan proses
gouging pada material yang keropos setelah proses gouging
selesai maka akan dilakukan proses penggerindaan.
C. Gambar pekerjaan
Proses Gouging
Sumber : Dokumentasi Pribadi di Bengkel General Engineering
80
D. Peralatan
b. Simpulan
Proses perbaikan ini membutuhkan 2 proses yaitu : Proses
gouging crack dan proses grinding (penggerindaan)
Portofolio
Grinding
A. Latar Belakang
Proses Grinding (penggerindaan) adalah sebuah proses
penghalusan pada permukaan yang tidak rata. Pada proses
repair gouging crack dan proses grinding ini untuk memperbaiki
semua keretakan, pecah bagian dan bersihkan area sesuai
laporan Non Destruktive Test (NDT/MT).
B. Langkah Pekerjaan
menghaluskan permukaan bowl yang tidak rata
menggunakan proses grinding atau penggerindaan.
C. Gambar Pekerjaan
Proses Grinding
Sumber : Dokumentasi Pribadi
82
D. Peralatan
Portofolio
A. Latar Belakang
Memperbarui komponen Bowl dengan mengkoreksi bagian-
bagian yang cacat dengan menggunakan Non Destruktive
Test/Magnetic Test (NDT/MT). Fungsi dari Magnetic Test adalah
untuk mengetahui cacat/crack yang ada hingga kedalaman 2-3
mm.
B. Langkah Pekerjaan
Pengecekan dilakukan di seluruh bagian dari pada Bowl, baik
itu dari sisi Thread, dan sisi atas Linear Seat, Locker Ring, dan
setelah mendapatkan hasil, hasil cracknya dilaporkan kepihak
Owner yaitu PT. Metso.
C. Gambar Pekerjaan
Proses NDT MT
Sumber : Dokumentasi Pribadi
84
D. Gambar Peralatan
2. Simpulan
Bila ditemukan adanya kecacatan crack tambahan atau beda
laporan dengan PT. Metso, maka dilakukan diskusi untuk
membahas additional cost.
Portofolio
Pre-Heat Welding
A. Latar Belakang
Preheat welding yaitu proses memanaskan benda kerja
sebelum dilakukan pengerjaan welding atau pengelasan dengan
tujuan untuk menghilangkan tegangan sisa supaya tidak
terjadinya tegangan kejut pada material yang akan diberikan
proses pengelasan.
B. Langkah Pekerjaan
Suhu yang digunakan dalam proses pre-heating adalah 150-
200°C, untuk mendapat suhu yang diinginkan membutuhkan
waktu sekitar 3 jam.
C. Gambar Pekerjaan
D. Peralatan
Simpulan
Post-Heat dan pre-heat sebelum melakukan proses
perlakuan panas menggunakan PWHT untuk post-heat untuk
menghilangkan tegangan sisa pada benda kerja sedangkan pre-
heat menggunakan pemanas (burner) dari gas LPG sesaat
sebelum melakukan proses pengelasan (hingga suhu 150°C).
Portofolio
A. Latar Belakang
Setelah proses Repair Welding (perbaikan las) maka perlu
dilakukan pengujian NDT ulang untuk mengecek apakah hasil
pengelasan mengalami kecacatan sehingga mengakibatkan
crack pada material.
B. Langkah Pekerjaan
Cara pengecekan, semprotkan dulu cairan tinner atau cairan
untuk membersihkan area kerja dan cairan ini biasanya berwarna
terang, semprotkan penetrant berfungsi untuk mendeteksi adanya
crack halus (penetrant masuk ke celah crack), semprotkan
developer untuk membersihkan cairan penetrant yang masih
tersisa di dalam crack.
C. Gambar Pekerjaan
2. Simpulan
proses Non Destructive Test (NDT) adalah proses inspeksi
secara visual yang digunakan untuk mengetahui adanya
retak/crack pada material yang diuji yaitu pada Bowl MP 1000.
Dan pada proses Non Destructive Test (NDT) ini menggunakan
tiga cairan yaitu : cairan tinner, cairan penetrant dan developer.
Portofolio
A. Latar Belakang
Setelah proses Non Destruktive Test (NDT) maka akan
dilakukan inspeksi secara visual dan ini nantinya akan dilporkan ke
Metso jika ada crack maka akan diberi penandaan atau marking
yang cacat. Bila ada tambahan cacat crack pada pengelasan atau
ada keretakan maka akan dilakukan proses preheat sekali lagi dan
dilakukan pengelasan menggunakan las Tungsten Inert Gas (TIG)
untuk menghilangkan crack sampai tertutup semua bagian yang ada
pada material tersebut. Dan jika dalam proses pengujian Non
Destruktive Test (NDT) tidak ada hasil crack, keretakan dan
kecacatan maka akan dilakukan proses selanjutnya.
B. Langkah Pekerjaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada proses ini yaitu
menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, alat yang dipakai
adalah kapur tulis, ini digunakan untuk menandai area yang
mengalami keretakan/crack.
92
C. Gambar Rangkaian
Portofolio
Pre-Machining
A. Latar Belakang
Setelah proses pengujian NDT selesai dan hasilnya tidak ada
cacat, keretakan dan crack maka akan dilanjutkan dengan proses
pre-machining. Di mana proses ini menggunakan mesin bubut
CNC LVB (Mesin Bubut Vertikal) pemrograman CNC-nya
dilakukan oleh pihak PT. Metso Mineral Indonesia menyerahkan
kepada PT. PAL INDONESIA (Persero).
B. Langkah Pekerjaan
Pengerjaan Pre-Machining ini dilakukan jika sudah tidak ada
lagi crack, dan proses ini menggunakan mesin bubut CNC LVB
(Mesin Bubut Vertikal). Pada proses ini dilakukan perbaikan
sesuai gambar proses yang ada digambar yang sudah diberikan
oleh PT. Metso Mineral Indonesia namun dilebihkan 1 mm karena
belum dilakukan proses akhir, namun jika ada ukuran yang
kurang dari gambar tersebut maka akan dilakukan proses
selanjutnya.
94
C. Gambar Rangkaian
Portofolio
Pemasangan Part
A. Latar Belakang
Setelah selesai inspeksi ukuran dan dilaporkan ke pihak PT.
Metso Mineral Indonesia dan hasilnya sesuai dengan desain
material maka akan dilakukan proses pemasangan bagian suku
cadang atau perakitan yang ada pada material tersebut.
B. Langkah Pekerjaan
Langkah pekerjaan pada pengerjaan ini yaitu merakit part
pada mesin yaitu Bowl dan Adjusment Ring.
C. Gambar Rangkaian