FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
SKENARIO
“PRODUKSI KENCING MENURUN”
I. KASUS
Seorang wanita, 68 tahun. Masuk rumah sakit dengan keluhan produksi kencing
berkurang. Gejala ini disertai muntah-muntah, merasa sangat lemas dan malaise. Dua
minggu sebelumnya penderita merasa sangat lemas dan sakit seluruh tubuh, terutama
lengan dan kaki, dan penderita minum obat untuk mengurangi rasa sakit tersebut.
II. KATA/KALIMAT KUNCI
Wanita 68 tahun
Produksi kencing berkurang
Muntah-muntah, lemas, malaise
2 miggu yang lalu lemas dan sakit seluruj tubuh, terutama lengan dan kaki
Penderita minum obat untuk mengurangi rasa sakit
III. KLARIFIKASI ISTILAH SULIT
Malaise: Malaise adalah perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu (“tidak
enak badan”)
IV. PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi, histologi, fisiologi organ terkait!
2. Sebut dan jelaskan apa saja yang mempengaruhi produksi urin berkurang!
3. Jelaskan patomekanisme dari setiap gejala!
4. Apakah ada pengaruh minum obat dan nyeri lengan dan kaki dengan gejala yang
timbul!
5. Penyakit apa saja yang menyebabkan produksi urin menurun secara umum!
6. Sebutkan langkah-langkah diagnosis pada skenario!
7. Jelaskan diagnosis differential dan diagnosis sementara!
V. JAWABAN
1. Anatomi, fisiologi, dan histologi
A. Anatomi
Anatomi ginjal mempunyai bagian – bagian penting yang menyusun serta
mendukung sistem kerja ginjal secara keseluruhan. Ginjal merupakan salah satu
bagian organ dalam yang mempunyai fungsi utama yakni sebagai alat ekskresi
penting bagi manusia.
Letak ginjal berada di bagian sebelah kiri dan juga bagian sebelah kanan
antara ruas pinggang yang ada di bagian dalam perut, sehingga tidak heran bahwa
ginjal dinamakan sebagai buah pinggang. Ginjal sebelah kiri letaknya terlihat
lebih tinggi dibandingkan dengan letak ginjal sebelah kanan, hal ini disebabkan
karena pada bagian atas ginjal sebelah kanan ada organ hati yang menempati
hampir semua bagian di dalam rongga perut.
Ginjal tersusun dari dua lapisan. Pada bagian lapisan luar dinamakan
sebagai korteks, sedangkan pada bagian lapisan dalam dinamakan sebagai medula.
Sebuah ginjal terbentuk dari sekitar kurang lebih satu juta nefron. Nefron
merupakan unit yang digunakan untuk alat penyaring terkecil pada ginjal. Satu
nefron terbentuk dari simpai bowman, glomerulus, ansa henle, saluran berkelok-
kelok, dan juga saluran pengumpul ginjal. Semua zat – zat seperti gula, garam, air
dan juga zat sampah yang berasal dari darah akan masuk ke bagian nefron.
Kemudia ketika sudah masuk ke bagian dalam nefron, darah akan berubah
menjadi bertekanan tinggi.
Darah akan bekerja dengan cepat mengalir ke bagian kapiler yang ada di
dalam nefron. Kumpulan dari kapiler – kapiler yang ada di dalam nefron
dinamakan sebagai glomerulus yang bisa ditemukan di bagian dalam dari korteks.
Akibat dari kondisi tekanan darah yang tinggi, maka zat – zat seperti vitamin,
glukosa, air, asam urat, protein berukuran kecil, garam, asam amino, urea, dan
juga ion – ion lainnya akan berusaha menembus bagian kapiler untuk masuk ke
bagian dalam nefron yang dinamakan sebagai simpai bowman. Simpai bowman
merupakan bangunan yang bentuknya menyerupai mangkuk yang fungsinya
membungkus seluruh bagian glomerulus. Pada proses ini, bagian dari sel-sel darah
dan juga sebagian besar dari protein tidak akan bisa melakukan aktivitas
menembus bagian dinding kapiler dikarena ukurannya yang terlalu besar. Dampak
yang terjadi yakni bagian sel-sel darah dan juga protein akan tertinggal di bagian
dalam kapiler.
Cairan yang ada di dalam simpai bowman akan mengalir ke bagian saluran
yang bentukannya berkelok-kelok dan juga ke bagian ansa henle. Ansa henle
merupakan saluran sempit yang mempunyai bentuk menyerupai huruf U. Selama
cairan tersebut masih ada di sepanjang bagian saluran-saluran ini, maka sebagian
besar dari ion, semua glukosa, air, asam amino, dan juga protein yang mempunyai
ukuran kecil secara otomatis akan diserap kembali ke bagian dalam dari aliran
darah. Proses terjadinya suatu penyerapan kembali terhadap zat-zat yang masih
dipakai dan dimanfaatkan oleh tubuh ini dinamakan sebagai reabsorbsi. Molekul
kecil seperti contohnya air akan diserap kembali ke bagian kapiler menggunakan
cara difusi. Difusi ialah suatu gerakan dari molekul – molekul zat dari suatu
tempat yang mempunyai konsentrasi relatif tinggi ke suatu tempat yang
mempunyai konsentrasi relatif rendah.
Pada anatomi ginjal, zat lain seperti misalnya ion – ion, akan secara
otomatis dikembalikan ke bagian kapiler melalui cara transport aktif. Transport
aktif merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh molekul – molekul dari satu
larutan ke larutan lainnya dengan memakai bantuan energi. Banyak kapiler yang
di dalamnya terdapat isi zat yang kemudian diserap kembali dan bersatu akan
mengalami pembentukan vena kecil. Vena-vena kecil yang sudah bersatu tersebut,
akan mengalami tahap berikutnya yakni membentuk vena ginjal. Vena ginjal
selanjutnya akan mengembalikan darah dalam kondisi sudah disaring ke bagian
sistem peredaran darah.
Di samping kejadian yang ada di atas tadi, pada bagian dalam saluran
pengumpul akan mengalami proses lainnya seperti halnya proses masuknya zat-
zat sampah dan sudah tidak digunakan lagi dari bagian pembuluh darah. Zat-zat
sampah ialah suatu zat sampah yang terdapat sisa, namun tidak dipakai lagi di
bagian dalam pembuluh darah saat terjadi proses filtrasi. Dengan adanya proses
tersebut berlangsung, maka urin di bagian dalam saluran pengumpul akan menjadi
lebih pekat lagi.
Setelah proses penyerapan kembali selesai, maka cairan yang masih tersisa
yang berada di bagian dalam saluran merupakan suatu cairan yang dinamakan
sebagai urine, terdapat kandungan garam dan juga zat – zat sampah lainnya.
Selanjutnya cairan urin ini akan mengalir ke bagian saluran pengumpul yang
terdapat di ginjal yang posisinya berada di bagian medula. Keseluruhan dari
proses penyaringan terhadap cairan urine yang sedang berlangsung di dalam
masing-masing bagian saluran pengumpul akan mengalir ke suatu tempat yang
mempunyai bentuk menyerupai cerobong asap. Bagian tersebut dinamakan
sebagai pelvis atau sering disebut dengan piala ginjal. Saluran ini lalu akan
berlanjut ke bagian ureter. Ureter merupakan suatu saluran yang mempunyai
pangkal mulai dari ginjal dan akan bergerak menuju bagian kantung kemih.
Kantung kemih merupakan suatu kantung yang mempunyai otot yang
digunakan untuk membantu dalam menyimpan urin. Di bagian ini urin disimpan
sementara sampai terjadi proses pengeluaran dari bagian tubuh (kencing).
Selanjutnya urin akan secara langsung disalurkan ke bagian uretra agar bisa
dialirkan ke bagian luar tubuh.
Jumlah urin yang dihasilkan atau pun dikeluarkan tentunya akan sesuai dengan
banyaknya cairan yang diminum. Pada orang dewasa urin yang dihasilkan rata –
rata sekitar 1 liter setiap harinya. Pada umumnya struktur dari ginjal pada anatomi
ginjal dibagi menjadi 3 bagian penting yakni meliputi :
o Kulit Ginjal (sering disebut dengan korteks)
Jika dilihat bagian korteks, maka bisa ditemukan bagian glomerulus
dan juga bagian simpai bowman. Glomerulus dan juga simpai bowman akan
mulai melakukan pembentukan menjadi satu kesatuan yang dinamakan
sebagai badan malpighi. Pada bagian badan malpighi iniliah proses
penyaringan terhadap darah dimulai dan akan berlangsung. Badan malpighi
ialah bisa dikatakan sebagai awal dari nefron. Nefron merupakan satuan dalam
bentuk struktural dan juga fungsional. Dari bagian badan malpighi akan mulai
membentuk suatu saluran yang digunakan untuk menuju ke bagian medula
(sering disebut dengan sumsum ginjal).
o Rongga Ginjal (sering disebut dengan pelvis renalis)
Pada bagian rongga ginjal akan bermuara ke bagian saluran yang
bernama saluran pengumpul. Dari bagian rongga tersebut, makan urine akan
mulai keluar dari bagian saluran ureter selanjutnya menuju ke bagian vesika
urinaria (sering disebut sebagai kandung kemih). Dari bagian kandung kemih,
kemudian urine akan mulai keluar dari bagian tubuh melewati bagian yang
bernama saluran uretra.
o Sumsum Ginjal (Medula)
Medula (sering disebut dengan sumsum ginjal) terbentuk dari bagian
saluran-saluran yang bisa dikatakan sebagai kelanjutan dari bagian badan
malphigi dan juga bagian saluran yang terdapat di bagian dalam korteks.
Rongga ginjal merupakan rongga yang mempunyai fungsi dalam menampung
semua urine yang ada dalam waktu tertentu (penyimpanan sementara) sebelum
proses pengeluaran melalui bagian ureter.
B. Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak
(sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau
(170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga
akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi ginjal adalah :
a) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
b) Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh
c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,, dan
d) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin, dan amoniak
e) Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang
f) Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah
g) Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah
Nefron
Ureter adalah suatu saluran berotot yang menyalurkan urin dari ganjal ke
kandung kemih melalui kontraksi lapisan otot polos yang tebal di dindingnya
Fotonikrograf pembesaran lemah ini menunjukkan ureter dalam potongan melintang
Mukosa ureter sangat berlipat lipat dan dilapisi oleh epitel transisional yang tebal.Di
bawah epitel transisional yaitu jaringan ikat lamina propria.Muskularis ureter
mengandung dua lapisan otot polos lapisan longitudinal dalam dan lapisan otot
sirkular tengah. Lapisan ketiga yaitu lapisan longitudinal luar dinding ireguler
sepertiga bawah dekat kandungan kemih oleh jaringan ikat adventisia dengan
pembuluh darah dan jaringan adiposa .
c. Vesica Urinaria
Vesica Urinaria: Dinding (Potongan Transversal)
Kandung kemih (vesica urinaria) memiliki dinding berotot tebal. Dinding ini
mirip dengan yang terdapat di sepertiga bawah ureter, kecuali ketebalannya. Di
dinding ditemukan tiga lapisan otot polos yang tersusun longgar, yaitu lapisan
longitudinal dalam, sirkuler tengah, dan longitudinal luar.Namun, mirip dengan ureter,
lapisan otot sulit dibedakan. Ketiga lapisan tersebut membentuk anastomosis berkas
otot polos dengan jaringan ikat interstisium ditemukan di antaranya.Jaringan ikat
interstisial menyatu dengan jaringan ikat serosa. Mesotelium menutupi jaringan ikat
serosa dan merupakan lapisan terluar. Serosa melapisi permukaan superior kandung
kemih, sedangkan permukaan inferiornya ditutupi oleh jaringan ikat adventisia,yang
menyatu dengan jaringan ikat struktur di sekitarnya
Mukosa kandungan kemih yang kosong memperlihatkan banyak lipatan
mukosa yang menghilang sewaktu kandung kemih melebar. Epitel transisional lebih
tebal daripada di ureter dan mengandung sekitar enam lapisan sel. Lamina propria, di
bawah epitel. lebih lebar daripadadi ureter. Jaringan ikat longgar di bagian yang lebih
dalam mengandung lebih banyak serat elastik.Banyak pembuluh darah dalam
berbagai ukuran ditemukan di serosa , di antara berkas otot polos, dan di lamina
propria .
Vesica urinaria: Mukosa Berkontraksi (Potongan Transversal)
- Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih besar dari pada perempuan, jumlah pasie
laki-laki setiap tahun lebih besar di bandingkan perempuan dikarenakan pengaruh
perbedaan hormon reproduksi, gaya hidup seperti konsumsi protein, garam, rokok dan
konsumsi alkohol pada laki-laki dan perempuan.
Penjelasan :
Anamnesis yang sistematik mencakup (1) keluhan utama pasien, (2) riwayat
penyakit lain yang pernah dideritanya maupun pernah diderita keluarganya, dan (3)
riwayat penyakit yang diderita saat ini. Pasien datang ke dokter mungkin dengan
keluhan (1) sistemik yang merupakan penyulit dari kelainan urologi, seperti malaise,
pucat, uremia yang merupakan gejala gagal ginjal, atau demam akibat infeksi, dan (2)
lokal, seperti nyeri, keluhan miksi, disfungsi seksual, atau infertilitas.
- Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia
dirasakan sebagai nyeri lokal (nyeri yang dirasakan di sekitar organ tersebut) atau
berupa referred pain (nyari yang dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit).
Inflamasi akut pada organ padat traktus urogenitalia seringkali dirasakan sangat
nyeri, hal ini disebabkan karena regangan kapsul yang melingkupi organ
tersebut.Maka dari itu, pielonefritis, prostatitis, maupun epididimitis akut dirasakan
sangat nyeri, berbeda dengan organ berongga sperti buli-buli atau uretra, dirasakan
sebagai kurang nyaman/discomfort.
- Nyeri Ginjal
Nyeri ginjal terjadi akibat regangan kapsul ginjal.Regangan kapsul ini dapat
terjadi pada pielonefritis akut yang menumbulkan edema, pada obstruksi saluran
kemih yang menjadi penyebab hidronefritis, atau pada tumor ginjal.
- Nyeri Kolik
Nyeri kolik terjadi pada spasmus otot polos ureter karena gerakan peristaltik
yang terhambat oleh batu, bekuan darah atau corpus alienum lain. Nyeri ini sangat
sakit, namun hilang timbul bergantung dari gerakan perilstaltik ureter. Nyeri
tersebut dapat dirasakan pertama tama di daerah sudut kosto-vertebra, kemudian
menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal hingga ke daerah kemalian.
Sering nyeri ini diikuti keluhan pada sistem pencernaan, seperti mual dan muntah.
- Nyeri Vesika
Nyeri vesika dirasakan pada daerah suprasimfisis.Nyeri terjadi akibat
overdistensi vesika urinaria yang mengalami retensi urin atau terdapatnya inflamasi
pada buli buli. Nyeri muncul apabila buli-buli terisi penuh dan nyeri akan
berkurang pada saat selesai miksi. Stranguria adalah keadaan dimana pasien
merasakan nyeri sangat hebat seperti ditusuk-tusuk pada akhir miksi dan kadang
disertai hematuria.
- Nyeri Prostat
Nyeri prostat disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema
kelenjar postat dan distensi kapsul prostat.Lokasi nyeri sulit ditentukan, namun
umunya diaraskan pada abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosakral atau nyeri
rektum.Nyeri prostat ini sering diikuti keluhan miksi seperti frekuensi, disuria dan
bahkan retensi urine
- Nyeri testis/epididimis
Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer (yakni
berasal dari kelainan organ di kantong skrotum) atau refered pain (berasal dari
organ di luar skrotum). Nyeri akut primer dapat disebabkan oleh toriso testis atau
torsio apendiks testis, epididimitis/orkitis akut, atau trauma pada testis.Inflamasi
akut pada testis atau epididimis menyebabkan pergangan pada kapsulnya dan
sangat nyeri.Nyeri testis sering dirasakan pada daerah abdomen, sehingga sering
dianggap disebabkan kelainan organ abdominal. Blunt pain disekitar testis dapat
disebabkan varikokel, hidrokel, maupun tumor testis.
- Nyeri penis
Nyeri yang dirasakan pada penis yang sedang flaccid (tidak ereksi) biasanya
merupakan refered pain dari inflamasi pada mukosa buli buli atau ueretra, terutama
pada meatus uretra eksternum.Nyeri pada ujung penis dapat disebabkan
parafimosis atau keradangan pada prepusium atau glans penis.Sedangkan nyeri
yang terasa pada saat ereksi mungkin disebabkan oleh penyakit Peyronie atau
priapismus (ereksi terus menerus tanpa diikuti ereksi glans).
- Keluhan miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan iritasi,
obstruksi, inkontinensia dan enuresis.Keluhan iritasi meliputi urgensi, poakisuria
atau drekuensi, nokturia dan disuria; sedangkan keluhan obstruksi meluiputi
hesitansi, harus mengejan saat miksi, pancaran urine melemah, intermitensi dan
menentes serta masih terasa ada sisa urine sehabis miksi.Keluhan iritasi dan
obstruksi dikenal sebagai lower urinary tract syndrome
- Gejala iritasi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing hingga terasa sakit, merupakan
akibat hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli sehingga inflamasi, terdapat
benda asing di dalam buli-buli, adanya obstruksi intravesika atau karena kelainan
buli-buli nerogen.Frekuensi, atau polaksuria, adalah frekuensi berkemih yang lebih
dari normal (keluhan ini paling sering ditemukan pada pasien urologi).Hal ini dapat
disebabkan karena produksi urine yang berlebihan atau karena kapasitas buli buli
yang menurun.Nokturia adalah polaksuria yang terjadi pada malam hari.Pada
malam hari, produksi urin meningkat pada pasien-pasien gagal jantung kongestif
dan odem perifer karena berada pada posisi supinasi. Pada pasien usia tua juga
dapat ditemukan produksi urine pada malam hari meningkat karena kegagalan
ginjal melakukan konsenstrasi urine.
- Gejala Obstruksi
Normalnya, relaksasi sfingter uretra eksternum akan diikuti pengeluaran urin.
Apabila terdapat obstruksi infravesika, awal keluarnya urine menjadi lebih lama
dan sering pasien harus mengejan untuk memulai miksi. Setelah urine keluar,
seringkali pancarannya lemah dan tidak jauh, bahkan urine jatuh dekat kaki pasien.
Di pertengahan miksi seringkali miksi berhenti dan kemudian memancar lagi
(disebut dengan intermiten), dan miksi diakhiri dengan perasaan masih terasa ada
sisa urine di dalam buli buli dengan masih keluar tetesan urine (terminal dribbling).
Apabila buli-buli tidak mampu lagi mengosongkan isinya, akan terasa nyeri pada
daerah suprapubik dan diikuti dengan keinginan miksi yang sakit (urgensi). Lama
kelamaan, buli-buli isinya makin penuh hingga keluar urin yang menetes tanpa
disadari yang dikenal sebagai inkontinensia paradoksa. Obstruksi uretra karena
striktura uretra anterior biasanya ditandai dengan pancaran kecil, deras, bercabang
dan kadang berputar putar.
- Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan urine
yang keluar dari buli buli, baik disadari ataupun tidak disadari.Terdapat beberapa
macam inkontinensia urine, yaitu inkontinensia true atau continuous (urine selalu
keluar), inkontinensia stress (Tekanan abdomen meningkat), inkontinensia urge (ada
keinginan untuk kencing) dan inkontinensia paradoksa (Buli-buli penuh).
- Hematuria
Hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam urine.
Hal ini perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge, yaitu adanya perdarahan
per uretram yang keluar tanpa proses miksi. Porsi hematuria perlu diperhatikan
apakah terjadi pada awal miksi (hematuria inisial), seluruh proses miksi (hematuria
total) atau akhir miksi (hematuria terminal). Hematuria dapat disebabkan oleh
berbagai kelainan pada saluran kemih, mulai dari infeksi hingga keganasan.
- Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih yang tercampur dengan udara, dapat terjadi
karena adanya fistula antara buli-buli dengan usus, atau terdapat proses fermentasi
glukosa menjadi gas karbondioksida di dalam urine, seperti pada pasien diabetes
mellitus.
- Hematospermia
Hematospermia atau hemospermia adlah adanya darah di dalam ejakulat, biasa
ditemukan pada pasien usia ubertas dan paling banyak pada usia 30-40 tahun.
Kurang lebih 85-90% mengeluhkan hematospermia berulang.Hematospermia
paling sering disebabkan oleh kelainan pada prostat dan vesikula seminalis.Paling
banyak hematospermia tidak diketahui penyebabnya dan dapat sembuh
sendiri.Hematospermia sekunder dapat disebabkan oleh paska biopsi prostat,
adanya ingeksi vesikula seminalis atau prostat, atau oleh karsinoma prostat
- Cloudy urine
Cloudy urine adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya
infeksi saluran kemih.
- Keluhan pada skrotum dan isinya
Keluhan pada daerah ini yang menyebabkan pasien datang berobat ke dokter
adalah, pembesaran buah akar, varikokel, atau kriptorkismus.Pembesaran skrotum
dapat disebabkan tumor testis, hidrokel, spermatokel, hematokel atau hernia
skrotalis.
- Keluhan disfungsi seksual
Termasuk disfungsi seksual adalah penurunan libido, kekuatan ereksi
menurun, disfungsi ereksi, ejakulasi retrograd (air mani tidak keluar pada saat
ejakulasi ), tidak pernah merasakan orgasmus atau ejakulasi dini.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien meliputi pemeriksaan tentang keadaan umum
pasien dan pemeriksaan urologi. Kalainan-kelainan pada sistem urogenitalia dapat
memberikan manifestasi sistemik, atau tidak jarang pasien-pasien dengan kelainan di
bidang urogenitalia kebetulan menderita penyakit lain. Hipertensi, edema tungkai, dan
ginekomasti dapat merupakan tanda dari kelainan sistem urogenitalia.
- Pemeriksaan Ginjal
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomean sebelah atas harus
diperhatikan saat melakukan inspeksi pada daerah ini.Pembesaran ini dapat
disebabkan oleh hidronefrosis atau tumor pada daerah retroperitonial.Palpasi
dilakukan secara bimanual (dengan dua tangan). Tangan kiri diletakkan di sudut
kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas, sedangkan tangan kanan meraba
ginjal dari depan. Perkusi, yaitu dengan pemeriksaan ketok ginjal dilakukan
dengan memberikan ketokan pada sudut kostovertebra.
- Pemeriksaan Buli-buli
Pemeriksaan buli buli harus memperhatikan adanya benjolan atau jaringan
parut bekas irisan/operasi di suprasiimfisis. Mass di daerah tersebut dapat
merupakan tumor ganas buli buli atau adanya buli buli yang terisi penuh oleh
adanya retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi dapat ditentukan batas atas buli
buli.
- Pemeriksaan genetalia eksterna
Pada inspeksi genetalia eksterna diperhatikan ada kelainan penis seperti
mikropenis, makropensi, hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra
eksterna, fimosis, fistel uretro kutan, dan tumor penis.Striktura uretra anterior yang
berat dapat menyebabkan fibrosis korpus spongiosum yang teraba pada palpasi di
sebelah ventral penis, berupa jaringan keras yang dikenal sebagai spongiofibrosis.
- Pemeriksaan skrotum dan isinya
Perhatikan adanya pembesaran pada skrotum, perasaan nyeri saat diraba, atau
adanya hipoplasia pada kulit skrotum yang sering dijumpai pada kriptokismus.
Untuk membedakan antara massa padat dengan massa kistus pada isi skrotum
dapat dilakukan pemeriksaan transiluminasi pada isi skrotum.
- Colok dubur (Rectal Toucher)
Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk (yang sudah
diberikan pelicin) ke dalam lubang dubur. Pada pemeriksaan ini, dinilai (1) tonus
sfingter ani dan refleks bulbo-kavernous (BCR), (2) adanya massa di lumen
rektum, dan (3) menilai keadaan prostat. Penilaian refleks bulbo-kavernosus dinilai
dengan merasakan adanya reflek jepitan ani pada jari akibat rangsangan sakit yang
diberikan pada glans penis. Pada wanita yang sudah berkeluarga dapat dilakukan
pula colok vagina untuk menilai kemungkinan adanya kelainan pada alat kelamin
wanita, seperti massa di serviks, darah di vagina, dan massa di buli-buli.
- Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan mencari kemungkinan adanya kelainan
neurologik yang berakibat kelainan pada sistem urogenitalia, seperti lesi motor
neuron atau lesi saraf perifer yang merupakan penyebab dari buli buli neurogen.
Pemeriksaan Laboratorium
• Urinalisis
–pd semua pend urologi
–UL:kimiawi & mikroskopik
–cara koleksi:
pria: arus tengah (midstream)
perempuan: bersihkan & arus tengah atau urin dgn kateter
neonatusdanbayi:spp(supra pubic puncture/aspiration)
–pem.fisik urin: warna,kekeruhan,BJ,pH
pem.kimiawi:
urine dipsticks: darah, protein, glukosa, keton,
urobilinogen & bilirubin, leukosit
hematuria & DD
proteinuria
glukosa & keton
bilirubin & urobilinogen
test nitirit
pem.mikroskopik: sel, silinder (cast), kristal, bakteria, ragi, parasit
biakan dan test kepekaan AB
– sekresi prostat (expressed prostatic secretion)
• Darah:
–DL: Hb, leuko, diff, PCV, LED
–faal ginjal: BUN, kreatinin serum,as.urat
–k/p:elektrolit
Pemeriksaan Radiologi
–USG
–foto polos abdomen (BOF, BNO, KUB)
–IVP/IVU (intravenous spyelo/uro-graphy)
B. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidens penyakit ginjal
kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar
8% setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800
kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara berkembang lainnya, insident ini
diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih
sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional
nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal inimenyebabkan terjadinya hiperfiltrasi,
yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses ini
akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresi, walaupun penyakit
dasarnya tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktifitas aksis renin-angiotensin-aldosteron
internal ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, skleorosis dan
progresifitas tersebut. Bebrapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya
progresifitas penyakit ginjal kronik adalah albumnuria, hipertensi, hiperglikemia,
dislipidemia.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang
ginjal, pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian
secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang
ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik) tapi sudah terjadi peningkatan
kadar urea dan kreatinin serum sampai pada laju filtrasi ginjal sebesar 30%, mulsi terjadi
keluhan pada pasien seperti , nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan
penurunan berat badan. Sampai pada LFG dibawah 30% pasien memperlihatkan gejala
dan tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah , gangguan
metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagianya. Pada LFG
dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah
memerlukan terapi pengganti ginjal. Sampai saat ini sudah dikatakan sampai pada stadium
gagal ginjal.
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
D. ETIOLOGI
Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar diagnosis etiologi
- Penyakit ginjal diabetes : diabetes tipe 1 dan 2
- Penyakit ginjal non diabetes : penyakit glomerular ( penyakit autoimun, infeksi
sistemik,obat, neoplasia) ; penyakit vaskular ( penyakit pembuluh darah besar,
hipertensi, mikroangiopati); penyakit tubulointerstisial (pielonefritis kronik, abtu,
obstruksi, keracunan obat) ; penyakit kistik ( ginjl polikistik).
- Peyakit pada transplantasi : keracunan obat (siklosporin/traklolimus) ; penyakit
rekurent (glomerular) ; transplant glomerulopathy
E. DIAGNOSIS
1. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi:
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus
urinarius, hipertensi, hiperurikemia,Lupus Eritematosus Sitemik (LSE) dan lain
sebagainya.
b. Sindrom uremia, yang tersiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia,
kelebihan volume cairan, neuropati perifer, uremict frost, perikarditis, kejang-
kejang sampai koma.
c. Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi anemia, osteodistorfi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elekrtolit (sodium, kalium,
klorida).
2. Gambaran Laboratoris
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari
b. Penurunan fungsi ginjal, peningkatan kadar ureum dankreatinin serum, dan
penurunan LFG yang dihitung memepergunakan rumus Kockkroft-Gault. Kadar
kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal.
c. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan
kadar asam hipokloremia, hiperfosfatemia, hiponatremia, asidosis metabolik.
d. Kelainan urinalisis meliputi, proteinuria, hematuri, leukosuria, cast, isostenuria.
3. Gambaram Radiologis
a. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak.
b. Pielografi intravena namun jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa
melewati filter glomerulus.
c. Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai dengan indikasi.
d. Ultrasonografi bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, klasifikasi.
e. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.
F. TATALAKSANA
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi:
- Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
- Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
Peningkatan serum creatinin lebih besar atau sama dengan 0,3 mg/dL dalam
48 jam atau
Peningkatan serum kreatinin lebih besar atau sama dengan 1,5 x baseline,
yang terjadi atau diasumsikan terjadi dalam kurun waktu 7 hari sebelumnya
atau
Volume urin < 0,5 mL/kgBB/jam selama > 6 jam
E. PENATALAKSANAN
Asupan nutrisi
Pemberian nutrisi enteral lebih disukai
Target total asupan kalori per hari: 20 – 30 kkal/kgBB pada semua stadium
Hindari restriksi protein
Kebutuhan protein per hari:
AKI non-katabolik tanpa dialisis: 0,8 – 1 g/kgBB
AKI dalam terapi pengganti ginjal: 1 – 1,5g/kgBB
AKI hiperkatabolik dan dengan TPG kontinu: s/d maksimal 1,7 g/kgBB
Asupan cairan dan terapi farmakologis
Tentukan status hidrasi pasien, bila tidak ada syok hemoragik infus kristaloid
isotonik
Pada pasien dengan syok vasomotor: berikan vasopressor dengan cairan
intravena
Pada seting perioperatif atau syok sepsis, tatalaksana gangguan hemodinamik
dan oksigenasi sesuai protokol
Pada pasien sakit berat berikan terapi insulin dengan target glukosa plasma
110 – 149 mg/dl
Diuretik hanya diberikan pada keadaan volume overload
Tidak dianjurkan: dopamin dosis rendah, antrial natriuretic peptide(ANP),
recombinant human (rh)IGF-1
Intervensi dialisis
Indikasi dialisis
F. KOMPLIKASI
G. PROGNOSIS
Tingkat mortalitas AKI yang berat hampir 50%, tergantung tipe AKI dan
penyakit komorbid pasien. Pada studi Madrid, pasien dengan nekrosis tubular akut
memiliki angka mortalitas 60%, sedangkan pada penyakit pre-renal atau post renal
35%. Sebagian besar kematian bukan disebabkan AKI itu sendiri, melainkan oleh
penyakit penyerta dan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1) Suyono, Slamet. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi Iv.
Dalam : Waspadji S, Lesmana L, Alwi L, Editors. Jakarta : Fk Ui
2006
2) Sylvia A.Price,Lorraine M.Wilson. 2015.Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6.Jakarta.Egc
3) Victor P.Eroschenko.2008.Atlas Of Histology With Functional
Correlations Eleventh Edition.America.Wolters Kluwer Health.
4) Sherwood, Lauralee. Fisiologimanusia. Penerbit Buku Kedokteran Egc.
Jakarta. 2001: 260 – 261.
5) Guyton, Arthur C., Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Penerbitbukukedokteranegc : Jakarta.2008.
6) Purnomo, B.B. 2008. Dasar-Dasar Urologi (Edisi Kedua). Sagung Seto,
Jakarta