Disusun oleh :
TP 2014/2015
Sejak dahulu, bahkan jauh sebelum agama Islam muncul di muka bumi, para nabi
dan rasul telah diutus untuk menyampaikan wahyu Alloh SWT dan syari'at-Nya kepada
umat manusia. Para rasul itu adalah orang-orang terpilih dari kalangan pemuda. Di
antara mereka ada yang diberi kemampuan luar biasa dalam berargumen dan berdebat,
sebelum usianya genap delapan belas tahun.
Nabi Ibrahim a.s., misalnya, seperti dijelaskan dalam Al-Qur'an, adalah pemuda
yang sering berdebat dengan kaumnya, menentang peribadatan kepada patung-patung
yang tidak dapat bicara, memberi manfaat dan mudharat (QS Al-Anbiya:60-67). Kita
juga ingat kisah Ashabul Kahfi - yang tergolong pengikut Nabi Isa a.s. Mereka adalah
anak-anak muda yang menolak kembali agama nenek moyang mereka, menolak
menyembah selain Alloh SWT. Mereka bermufakat mengasingkan diri dari masyarakat
dan berlindung dalam suatu gua, karena jumlah mereka relatif sedikit yakni tujuh orang
di antara masyarakat penyembah berhala. Fakta sejarah ini terekam jelas dalam Al-
Qur'an surat Al Kahfi ayat 9-26, yang di antaranya :
"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu
mereka berdo'a : 'Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)'." (Q.S. Al-
Kahfi : 10)
Demikian keadaan dan peran golongan pemuda. Kiprah mereka telah terukir
indah dalam tinta emas sejarah. Mereka merupakan tonggak dan potensi besar suatu
kehidupan. Terlebih kelompok pemuda seperti mahasiswa; karena, selain diharapkan
oleh umat, peranan mereka pun sangat didambakan oleh kelompok masarakat lainnya
sebagai pionir perubahan ke arah yang lebih baik. Posisi mereka sebagai "mahasiswa"
memang menjadi peluang bagi mereka untuk mengembangkan potensi sebesar-
besarnya. Tidak heran jika perubahan sosial politik diberbagai belahan dunia dipelopori
oleh gerakan pemuda-mahasiswa. Sebagian sahabat yang menyertai Rasulullah SAW
dalam memperjuangkan Islam - yang akhirnya berhasil menguasai lebih dari dua pertiga
belahan bumi - adalah para pemuda yang menjadi murid (mahasiswa) Rasulullah SAW.
Secara fitra, masa muda merupakan jenjang kahidupan manusia yang paling
optimal. Dengan kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar jika pemuda-
mahasiswa memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat
lainya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan banyak dimiliki pemuda mahasiswa.
Pemikiran kritis mereka sangat didambakan umat. Di mata umat dan masyarakat
umumnya, mereka adalah agen perubahan (agent of change) jika masyarakat
terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak
kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet peralihan
suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib umat kelak,
bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini.
Namun, potensi tinggallah potensi. Ibarat pedang yang sangat tajam;
ketajamannya tidak menjadi penentu bermanfaat-tidaknya pedang tersebut. Orang yang
menggenggam pedang itu-lah yang menentukannya. Pedang yang tajam terkadang
digunakan untuk menumpas kebaikan dan mengibarkan kemaksiatan, jika dipegang
oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sebaliknya, jika berada di tangan orang yang
bertanggung jawab, ketajaman pedang itu akan membawa manfaat. Demikian juga
dengan potensi mahasiswa. Potensi yang begitu hebat itu bisa dipergunakan untuk
menjunjung tinggi kebaikan, bisa juga untuk memperkokoh kejahatan dan kedurjanaan.
Itulah sebabnya, begitu banyak contoh pemuda-mahasiswa yang berjasa menjadi pilar
penentu kemajuan suatu peradaban, tetapi tidak sedikit di antara mereka yang
mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi peradaban, dan menghancurkan kemuliaan suatu
tatanan kehidupan.
Kita akui, pengaruh sistem kehidupan yang berlaku dalam suatu kurun kehidupan
sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan perilaku manusia yang hidup pada zaman
tersebut. Hal ini berlaku pula bagi pemuda-mahasiswa. Format kehidupan mahasiswa
sekarang, sedikit banyak telah terpengaruh oleh sistem kehidupan yang berlaku
sekarang, yaitu sistem demokrasi kapitalis.
Kalau memperhatikan apa yang terjadi di kampus-kampus di negeri ini, secara
umum, paling tidak kita akan menemukan adanya beberapa kelompok mahasiswa
muslim yang pemahaman dan kecenderungannya relatif berlainan. Citra dan cita-cita
mereka juga relatif berbeda sesuai dengan landasan pemikiran yang mendasarinya.
Kelompok pertama, adalah mereka yang merasa tidak puas dengan kondisi
sekarang, lalu melakukan berbagai perubahan. Mereka melihat bahwa sistem
kehidupan yang berlaku sekarang hanya melahirkan penderitaan dan kesengsaraan yang
berkepanjangan. Arah perubahan ynag mereka inginkan ada yang tidak terlepas dari
format ideologi kapitalis, ada juga yang terpengaruh ideologi sosialis.
Haluan politik kapitalis berjalan seiring dengan format demokrasi yang mereka
terjemahkan sesuai dengan kondisi di negeri ini. Kelompok demokrat ini memang lebih
menginginkan agar demokrasi yang ada benar-benar ditegakkan. Isu-siu bahwa
kedaulatan dan kekuasaan di tangan rakyat, bahwa rakyatlah yang paling berhak
menentukan arah pemerintahan, paling sering mereka teriakkan dengan lantang.
Terhadap berbagai masalah kemasyarakatan, isu hhak asasi manusia (HAM) juga sering
mereka jadikan bukti lemahnya penerapan demokrasi; terlepas dari paham atau tidaknya
mereka akan hakekat demokrasi dan aturan produk barat lainnya.
Apapun alasannya, cara-cara yang ditempuh kelompok mahasiswa ini tidak bisa
dibenarkan oleh Islam. Landasan perjuangan kelompok tersebut jelas tidak sesuai
dengan pandangan Islam. Sebab, ide-ide sosialis ataupun kapitalis, termasuk demokrasi
serta ide-ide yang terlahir darinya seperti HAM, pluralisme, dan lain-lain, merupakan
pemahaman Barat yang kufur yang sangat bertentangan dengan Islam. Haram bagi
kaum muslimin mengambil pemahaman dan aturan-aturan yang bukan berasal dari
Islam. Alloh SWT berfirman :
"Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu maka laksanakanlah. Dan apa yang
dilarangnya maka tinggalkanlah." (Q.S. Al-Hasyr : 7)
Hal lain yang sangat kita sayangkan, tidak sedikit mahasiswa muslim yang turut
mempropagandakan dan memperjuangkan paham-paham tersebut. Di antara mereka ada
yang melakukannya karena ikut-ikutan saja, karena kebodohannya, dan ada juga karena
memang ingin memperjuangkannya. Akibatnya, secara tidak langsung, mereka menjadi
prototipe dan agen-agen Barat dalam menyebarkan paham-paham yang sebenarnya
merupakan racun bagi kaum muslimin.
Kondisi seperti ini hanya akan melahirkan sistem individualis yang semakin
tajam. Setiap manusia -termasuk mahasiswa- lalu berpikir pintas untuk 'menyelamatkan'
diri, dan akhirnya tidak peduli dengan keadaan lingkungan. Standar perbuatan mereka
adalah manfaat. Bagi mereka, yang penting bermanfaat dirinya dan tidak merugikan
orang lain. Bagi mereka pacaran tidak menjadi masalah, asal tidak hamil dan tidak
menimbulkan 'masalah'. Kelompok ini memang benar-benar ingin 'menikmati' dan
hidup tenteram dalam kondisi sekarang. Mereka tidak peduli kenikmatan hidupnya itu
diraih di atas penderitaan orang lain.
Kehidupan mahasiswa kelompok ini hanya berkisar antara kampus dan rumah.
Angan-angan mereka -kalau sudah lulus kelak- adalah pekerjaan yang mantap dengan
gaji yang besar, istri yang cantik, fasilitas yang mewah, dan anak-anak yang lucu dan
manis. "Persetan dengan lingkungan! Yang penting aku, istriku, anak-anakku, dan
keluargaku 'aman'!"
Cara hidup kelompok ini jelas tidak dibenarkan oleh Islam. Dalam Islam tidak
dikenal sistem kehidupan individualis. Kehidupan masyarakat dalam Islam tidak
membeda-bedakan apakah seorang itu mahasiswa, pelajar, karyawan, atau lainnya.
Semuanya bertanggung jawab terhadap kondisi lingkungan di sekelilingnya. Rasulullah
SAW mengingatkan :
"Barang siapa bangun pagi hari dan hanya memperhatikan masalah dunianya, maka
orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Barang siapa tidakpernah
memperhatikan urusan kaum muslimin yang lain, maka tidak termasuk
golonganku". (HR. Thabrani dari Abu Dzar Al-Ghifari)
Sebagai contoh, tidak sedikit mahasiswa yang terjerumus dalam pemakaian obat-
oabat terlarang. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terjerat dalam sindikat pengedar
yang berskala internasional.
Mereka yang terjerumus dalam sek bebas tidak kalah mengerikan. Hasiltemuan
FKM UNAIR menyebutkan bahwa pengidap AIDS sebagian besar kalangan remaja.
Dari 100 responden remaja yang diteliti, FKM menyimpulkan bahwa 22,9 persen
remaja usia 15 - 19 tahun telah terkena virus HIV/AIDS, sedangkan remaja usia 20 - 24
tahun yang terjangkit mencapai 77,1 persen. Fantastis dan sungguh mengerikan. Atau
kita juga sangat dikejutkan oleh peristiwa yang menjijikkan, peristiwa VCD porno
Itenas 1 Bandung dan Itenas 2 Medan. Sungguh memalukan dan mengerikan.
Tawuran remaja yang tadinya hanya merupakan tren remaja-remaja SMU, kini
sudah diikuti oleh mahasiswa di perguruan tinggi. Bahkan yang sangat menggelikan
sekaligus memprihatinkan, sekitar dua bulan yang lalu, mahasiswa ITS yang cukup
tersohor dengan teknologinya itu ikut-ikutan tawuran. Sungguh memalukan!
Ketahuilah, umat Islam tidak mungkin meraih kemulaiaan kalalu umatnya hanya
memperhatikan kepentingan pribadi. Islam mustahil akan muncul dari generasi-generasi
yang telah " sekarat" karena korban kedurjanaan sistem kapitalis. Islam hanya akan
bangkit melalui manusia-manusia yang ikhlas mewakafkan kehidupannya demi
tegaknya Islam. Islam akan jaya di tangan mereka yang memegang Islam walaupun
bagai memegang bara api. Meskipun secara materi kondisi mereka terkadang
menyedihkan, perjuangan mereka tak pernah redah; karena mereka mendambakan
kemuliaan surga yang dijanjikan Alloh SWT. Mereka yakin akan janji Allah SWT
dalam Al-Qur'an
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka". (QS. At-Taubat : 111).
Khatimah
Demikianlah kondisi realita pemuda-mahasiswa yang terlahir dan hidup pada saat
ini. Citra keIslaman mereka tidak sedikit yang tererosi dan terdegradasi oleh budaya-
budaya asing yang membius dan meracuni harapn dan cita-cita mereka. Cinta mereka
terwarnai kasih sayang semu, cinta produk manusia. Cinta yang lahir dari napsu demi
kenikmatan sesaat. Cinta yang berakhir dalam kehampaan dan kegersangan.
Meskipun demikian, masih ada mahasiswa dan mahasiswi yang masih teguh
memegang dan mempertahankan -dengan sekuat tenaga dan segala kemampuan- citra
mereka yang hakiki sebagai muslim. Merekalah the real agent of change . Semoga
Alloh SWT senantiasa menyertai mereka. Amin Ya Robbal 'Alamin.