Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengeringan merupakan suatu proses penguapan cairan pada bahan baku basah
dengan pemberian panas. Pengeringan adalah operasi penting dalam kimia pertanian,
bioteknologi, makanan, polimer, keramik, farmasi, pulp dan kertas, pengolahan mineral
dan industri pengolahan kayu. Pengeringan berbagai bahan baku diperlukan untuk
satu atau beberapa alasan berikut: kebutuhan untuk mudah menangani padatan bebas-
mengalir, pengawetan dan penyimpanan, penurunan biaya transportasi, mencapai
mutu yang diinginkan produk, dan lain-lain. Dalam banyak proses, pengeringan yang tidak
benar dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kualitas produk dan karenanya produk
tidak dapat dijual.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, telah dipilih metode pengeringan untuk proses
pengambilan air dalam bahan padat. Pada percobaan ini akan diselidiki mengenai waktu
pengeringan, menentukan “critical moisture content” dan menentukan rak (tray) yang
efektif.

1.3 Tujuan
1. Mampu menyebutkan dan menjelaskan cara kerja dari alat pengering.
2. Mampu menjelaskan variabel-variabel operasi dalam pengeringan.
3. Mampu mengoperasikan alat.
4. Mampu mengambil data-data percobaan secara jujur dan mengolahnya.
5. Dapat menentukan critical moisture content pada zat padat yang dikeringkan di dalam
alat pengering.
6. Membuat grafik antara moisture content zat padat dengan kecepatan pengeringan
(drying rate dari zat yang dikeringkan).

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui tray yang efektif pada pengering rak (tray dryer).
2. Dapat mengetahui waktu dan temperatur pengeringan yang efisien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan
Pengeringan adalah operasi yang sangat kompleks yang melibatkan perpindahan panas
transien dan massa bersama dengan beberapa tingkat proses, seperti transformasi fisik atau
kimia yang pada gilirannya dapat menyebabkan kualitas dalam produk serta mekanisme
panas dan perpindahahan massa. Perubahan fisik yang mungkin terjadi meliputi penyusutan
(shrinkage), penggembungan (puffing), kristalisasi, transisi kaca (glass transition). Dalam
beberapa kasus, diinginkan atau tidak diinginkan reaksi kimia atau biokimia mungkin terjadi
menyebabkan perubahan warna, tekstur, bau atau properti lain dari produk padatan. Dalam
pembuatan katalis, misalnya kondisi pengeringan dapat menghasilkan perbedaan yang
signifikan dalam aktivitas katalis dengan mengubah luas permukaan internal.
Pengeringan terjadi dengan penguapan cairan dengan memberikan panas pada bahan
baku basah. Seperti disebutkan sebelumnya, panas mungkin disediakan oleh konveksi
(pengeringan langsung), dengan konduksi (kontak atau dengan pengeringan tidak langsung),
radiasi atau volumetris dengan menempatkan bahan basah dalam bidang frekuensi mikro atau
radio elektromagnetik. Lebih dari 85% pengeringan industri adalah jenis konvektif dengan
udara panas atau gas pembakaran langsung dengan media pengeringan. Lebih dari 99% dari
aplikasi melibatkan penghilangan air. Semua mode kecuali dielektrik (microwave dan
frekuensi radio) memasok panas pada batas objek pengeringan sehingga panas harus
berdifusi ke padat terutama oleh konduksi. Cairan harus berjalan ke batas materi sebelum
diangkut pergi oleh gas pembawa (atau oleh aplikasi vakum untuk pengeringan non-
konvektif).
Transportasi uap cair dalam padatan dapat terjadi oleh salah satu atau lebih dari
mekanisme transfer massa berikut:
- Difusi cair, jika padatan basah pada suhu di bawah titik didih cairan.
- Difusi uap, jika cairan menguap dalam bahan.
- Knudsen difusi, jika pegeringan dilakukan pada suhu dan tekanan yang sangat rendah,
misalnya dalam pengeringan beku.
- Difusi permukaan (mungkin walaupun tidak terbukti).
- Perbedaan tekanan hidrostatik ketika laju penguapan internal melebihi laju
transportasi uap melalui padatan ke lingkungan.
- Kombinasi dari mekanisme di atas.
2.2 Laju Pengeringan
Berdasarkan pada pengeringan padatan basah pada kondisi pengeringan yang tetap.
Dalam kasus yang paling umum, setelah periode awal penyesuaian, kadar air basis kering X
menurun secara linier dengan waktu, seiring dengan dimulainya penguapan. Hal ini
dilanjutkan dengan penurunan non-linier pada X hingga waktu tertentu, setelah selang waktu
yang sangat lama, padatan mencapai keseimbangan kadar air, X* dan proses pengeringan pun
berhenti. Kadar air bebas dapat didefinisikan sebagai:
Xf= (X – x*) (2.0)
Penurunan laju pengeringan hingga nol pada Xf = 0
N = (Ms/A) . (dX/dT) atau (Ms/A) . (dXf/dt) (2.1)
Di bawah kondisi pengeringan konstan. Disini, N (Kg.m-2.h-1) adalah laju penguapan
air, A merupakan luas permukaan penguapan (mungkin berbeda dari luas perpindahan panas)
dan Ms adalah massa padatan yang kering. Jika A tidak diketahui, maka laju pengeringan
dapat dinyatakan dalam kg air yang diuapkan per jam.
Hubungan N vs X (atau Xf) disebut kurva laju pengeringan. Kurva ini diperoleh
berdasarkan kondisi pengeringan yang konstant. Perlu diperhatikan dalam kondisi nyata,
bahan yang kering pada umumnya dikontakkan pada kondisi pengeringan yang berubah
(misalnya pada kecepatan relatif gas padat yang berbeda). Jadi perlu untuk mengembangkan
metodologi untuk interpolasi atau eksploitasi data laju pengeringan yang umum yang
menampilkan periode laju.

Gambar 2.1 Kurva batch pada kondisi pengeringan konstan

Gambar 2.1 menunjukkan kurva laju pengeringan eksternal, dimana N = Nc = konstan.


Periode laju konstan diatur sepenuhnya oleh pemanasan eksternal dan perpindahan massa di
sebuah film air pada permukaan penguapan. Periode pengeringan tidak dipengaruhi oleh jenis
material yang sedang dikeringkan. Banyak makanan dan produk pertanian, bagaimanapun
tidak menampilkan periode laju konstan sama sekali, karena laju perpindahan panas,
internal dan massa menentukan laju alir menjadi terekspose ke permukaan penguapan.
Pada periode pengeringan laju konstan, laju pengeringan tidak tergantung pada
kandungan kebasahan. Selama periode ini, zat cair ini sedemikian basah sehingga terdapat
suatu film kontinyu pada keseluruhan permukaan, dan air itu berperilaku seakan-akan tidak
ada zat padat disitu. Jika zat padat itu tidak berpori, air yang keluar dalam periode ini terutama
adalah air permukaan yang terdapat pada permukaan zat. Dalam zat padat berpori
kebanyakan air yang dikeluarkan pada periode laju konstan berasal dari bagian dalam
(interior) zat padat. Penguapan dari bahan berpori berlangsung menurut mekanisme yang
sama seperti penguapan dari thermometer cembul basah pada dasarnya adalah suatu
pengeringan laju konstan. Dalam keadaaan dimana tidak ada radiasi atau perpindahan kalor
konduksi melalui kontak langsung dengan permukaan panas, suhu zat padat tersebut selama
periode laju konstan adalah cembul basah udara.
Selama periode laju konstan laju pengeringan persatuan luas Rc dapat ditaksir dengan
ketelitian yang memadai dari korelasi-korelasi yang dikembangkan untuk evaporasi dari
permukaan zat cair bebas. Perhitungan bisa didasarkan atas perpindahan massa persamaan
2.2 atau perpindahan kalor persamaan 2.3, sebagai berikut:

mu = (2.2)

m = (2.3)
dimana: mu = luas penguapan
A = luas permukaan
hy = koefisien perpindahan kalor
Mu = bobot molekul uap
T = suhu gas
Ti = suhu antarmuka
y = fraksi mol
yi = fraksi mol uap pada antarmuka
Xi = kalor laten pada suhu Ti

Bila udara itu mengalir sejajar dengan permukaan zat padat, koefisien perpindahan
kalor dapat ditaksir dengan dimensional.
hy = 0,0128 G0,8 (2.4)
dimana: hy = koefisien perpindahan kalor
G = kecepatan massa, lb/ft2.jam
Bila aliran itu tegak lurus terhadap permukaan, persamaan itu adalah:
hy = 0,37 G0,37 (2.5)
laju perpindahan konstan Rc adalah:
Rc = Mv/A = hy(T-Ti) /λ(2.6) (2.6)
Dalam kebanyakan situasi ini sebagaimana disinggung terdahulu, suhu Ti dapat
diandaikan sama dengan udara cembul basah. Bila radiasi dari lingkungan panas serta
konduksi dari permukaan padat yang berada dengan kontak dengan bahan itu tidak dapat
diabaikan, maka suhu pada antarmuka itu akan lebih besar dari suhu cembul basah, yi akan
bertambah besar, dan laju pengeringan sesuai dengan persamaan 2.2 akan meningkat pula
mengikutinya. Metode untuk menafsir efek-efek ini sudah ada.

2.3 Sorption Isoterm


Parameter yang menyatakan menyatakan berapa banyak air yang ada dalam suatu
padatan adalah kadar uap air (X). Kadar uap air ini bisa dinyatakan dalam dua kondisi, yang
pertama adalah kadar uap air basis kering (Xbk), merupakan rasio antar berat air
dibagi
dengan berat padatan kering adalah:

(2.7)
Bila kadar uap air dinyatakan dalam basis basah (Xbb) maka:

(2.8)
Hubungan antara Xbk dan Xbb adalah:

(2.9)

Gambar 2.2 Kurva sorption isoterm


2.4 Pengering Rak
Sebuah contoh pengering tampak ditunjukkan pada Gambar 2.3. Pengering ini terdiri
dari sebuah ruang dari logam lembaran yang berisi dua buah sisi mendukung rak-rak. Setiap
rak mempunyai sejumlah talam dangkal, kira-kira 30 inchi2 dan tebal 2 sampai 6 inchi, yang
penuh dengan bahan yang akan dikeringkan. Udara panas disirkulasikan pada kecepatan 7
sampai 15 ft/sekon diantara talam dengan bantuan kapas C dan motor D, mengalir melalui
panas E. Sekat-sekat G membagikan udara itu secara seragam di atas susunan talam tadi.
Sebagian udara basah diventilasikan keluar melalui pemasuk A. Rak-rak itu disusun di atas
roda truck I, sehingga pada akhir siklus pengeringan truck itu dapat ditarik keluar dari kaar
dan dibawa ke stasiun penumpahan talam.
Pengeringan talam sangat bermanfaat bila laju produksi kecil. Alat ini dapat digunakan
untuk mengeringkan segala macam bahan, tetapi karena memerlukan tenaga kerja pemuatan
dan pengosongan, biaya operasinya agak mahal. Alat ini biasanya diterapkan untuk
pengeringan bahan-bahan bernilai tinggi seperti zat warna dan zat farmasi. Pengeringan
dengan sirkulasi udara menyilang lapisan zat padat biasanya lambat, dan siklus pengeringan
pun panjang yaitu antara 4 sampai 48 jam per tumpak.

Gambar 2.3 Alat Pengering Rak


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat


a. Bahan
Sampel (ditentukan saat pretest)
b. Alat
- Pengering rak batch (tray batch dryer)
- Oven
- Timbangan
- Cawan porselen
- Stopwatch
- Pisau

3.2 Variabel
a. Variabel tetap : suhu dan luas permukaan sampel (1 cm×1 cm×1 cm)
b. Variabel berubah : jenis sampel

3.3 Gambar Alat Utama


Alat yang digunakan:
1. Alat pengering rak (tray dryer)
2. Alat pemanas sebagai sumber udara panas (electrical heater)
Kedua alat ini dihubungkan satu sama lain dengan pipa agar udara panas dapat masuk pada
ruang tray dryer. Tray dryer terdiri dari 4 rak yang diisi zat padat yang akan dipanaskan dan
diletakkan dalam ruang tray dryer tersebut. Alat tersebut sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alat pengering rak (tray batch dryer)


Perlengkapan lain yang dibutuhkan:
1. Timbangan yang teliti
2. Krus porselen lengkap dengan tutup
3. Sendok pengambilan sampel
4. Oven atau furnace untuk penguapan

3.4 Respon
Suhu dan bahan yang digunakan

3.5 Data yang Diperlukan


Massa bahan

3.6 Prosedur Percobaan


Pengeringan pada Pengering Rak (Tray Batch Dryer)
1. Siapkan bahan yang akan dikeringkan.
2. Siapkan alat pengering rak (tray batch dryer) dan atur suhu hingga konstan pada suhu
50°C.
3. Pengisian bahan ke dalam rak dengan susunan potongan 4x4 buah.
4. Operasi pengeringan dilakukan dengan menimbang sampel pada tiap rak untuk
memperkirakan jumlah air yang menguap setiap interval waktu 5 menit selama 45 menit.
Pada saat bahan dikeluarkan dari alat tray dryer dan ditimbang, stopwatch dihentikan dan
dihidupkan kembali saat bahan dimasukan kembali ke alat tray dryer.
5. Setelah selesai, hasil percobaan dianalisa dan diambil kesimpulan.

Analisa Kadar Air


1. Menimbang 20 gram bahan yang akan dianalisa sebelum proses pengeringan.
2. Memasukkan bahan ke dalam cawan porselen, lalu cawan beserta bahan dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu 110°C sampai kering lalu ditimbang.
3. Hitung selisih berat bahan awal dan akhir serta didapat kadar air.
Tabel 3.1 Format tabel hubungan Drying time (hour) dengan Total moisture content (lb)
No Drying time (hour) Total moisture content (lb)

4. Membuat tabel waktu, moisture rata-rata dalam kecepatan pengeringan.


Tabel 3.2 Format tabel hubungan Waktu, kandungan air rata-rata dan drying rate
No Waktu Kandungan air rata-rata(lb/lb) Drying rate(lb/hour.ft3)

5. Dari hasil pengolahan data diatas, kemudian digambarkan grafik hubungan antara
drying rate dengan moisture content.
DAFTAR PUSTAKA

Badger, W.L. and Banchero, J.T. Introduction to chemical engineering. Treyball. R.E.
Mass transfer operation.
Harianto dan Tazwir. 2008. Studi teknik pengeringan gelatin ikan dengan alat
pengering kabinet. Badan Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan.
Meria, Ekadan Nazripah. 2010. Drying equipment : try dryer, spray dryer dan drum
dryer.
Tatang, Hidayat dkk. 1991. Pengeringan lada hitam dengan alat pengering tipe bak.
Balai.

Anda mungkin juga menyukai